SASARAN BELAJAR
LI.1. Memahami dan menjelaskan thalassemia
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
1.7.
1.8.
1.9.
1.10.
Definisi thalassemia
Klasiikasi thalassemia
Etiologi thalassemia
Epidemiologi thalassemia
Patofisiologi thalassemia
Manifestasi klinis thalassemia
Diagnosis dan diagnosis banding thalassemia
Penatalaksanaan thalassemia
Pencegahan thalassemia
Prognosis thalassemia
Definisi thalassemia
Thalasemia adalah sekelompok kelainan darah warisan yang ditandai
dengan kurangnya atau tidak adanya produksi salah satu rantai polipeptida globin
penyusun molekul hemoglobin.
(Sofro, 2012)
Thalassemia adalah kelompok heterogen anemia hemolitik herediter yang
secara umum terdapat penurunan kecepatan sintesis pada satu atau lebih rantai
polipeptida hemoglobin dan diklasifikasikan menurut rantai yang terkena(, , ),
dua katagori utamanya adalah thalassemia dan .
(Dorland, 2007)
Thalasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan
masuk ke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh
gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi di dalam atau dekat gen globin.
Mutasi gen globin ini dapat menimbulkan dua perubahan rantai globin, yakni:
a) Perubahan struktur rangkaian asam amino (amino acid sequence) rantai
globin tertentu, disebut hemoglobinopati struktural, atau
b) Perubahan kecepatan sintesis (rate of synthesis) atau kemampuan produksi
rantai globin tertentu, disebut thalassemia.
(Djumhana A, 2009)
1.2.
Klasifikasi thalassemia
Berdasarkan rantai asam amino yang terkena klasifikasi thalasemia dibagi
menjadi :
1. Thalassemia (melibatkan rantai alfa) minimal membawa 1 gen)
Pada kasus thalassemia , akan terjadi mutasi pada kromosom 16
yang menyebabkan produksi rantai globin (memiliki 4 lokus genetik)
menurun, yang menyebabkan adanya kelebihan rantai globin pada orang
dewasa dan kelebihan rantai pada newborn. Derajat thalassemia
berhubungan dengan jumlah lokus yang termutasi (semakin banyak lokus
yang termutasi, derajat thalassemia semakin tinggi). Thalassemia dibedakan
menjadi :
a. Silent Carrier Thalassemia (Thalassemia-2- Trait)
Delesi satu gen (/o). Tiga loki globin cukup memungkinkan
produksi Hb normal. Secara hematologis sehat, kadang-kadang indeks
RBC (Red Blood Cell) rendah. Tidak ada anemia dan hypochromia pada
orang ini. Diagnosis tidak dapat ditentukan dengan elektroforesis.
Biasanya pada etnis populasi African American. CBC (Complete Blood
Count) salah satu orangtua menunjukkan hypochromia dan microcytosis.
b. Thalassemia-1- Trait
Delesi pada 2 gen , dapat berbentuk thalassemia-1a- homozigot (/oo)
atau thalassemia-2a- heterozigot (o/o). Dua loki globin
3
Etiologi thalassemia
Thalassemia merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan rantai
asam amino yang membentuk hemoglobin yang dikandung oleh sel darah merah.
Sel darah merah membawa oksigen ke seluruh tubuh dengan bantuan substansi
yang disebut hemoglobin. Hemoglobin terbuat dari dua macam protein yang
berbeda, yaitu globin dan globin . Protein globin tersebut dibuat oleh gen yang
berlokasi di kromosom yang berbeda, globin diproduksi oleh kromosom 16,
sedangkan globin oleh kromosom 11. Apabila satu atau lebih gen yang
memproduksi protein globin tidak normal atau hilang, maka akan terjadi
penurunan produksi protein globin yang menyebabkan thalassemia. Mutasi gen
pada globin alfa akan menyebabkan penyakit alfa- thalassemia dan jika itu terjadi
pada globin beta maka akan menyebabkan penyakit beta-thalassemia.
1.4.
Epidemiologi thalassemia
1. Thalasemia
Dilihat dari distribusi geografiknya maka thalasemia banyak dijumpai di
Mediterania, Timur Tengah, India, Pakistan, Asia Tenggara, Rusia Selatan,
Cina. Jarang di Afrika kecuali Liberia dan beberapa Afrika Utara sporadic
pada semua ras. Di Siprus lebih banyak dijumpai varian + di Asia Tenggara
lebih banyak 0. jika dilukiskan dipeta dunia terlihat seperti sabuk talasemia
dimana Indonesia termasuk didalamnya.
2. Thalasemia
Terbentang dari Afrika ke Mediterania, Timur Tengah, Asia Timur, dan
Tenggara Hb Barts sindrom dan HbH disease terbatas di populasi Asia
Tenggara dan Mediterania.
1.5.
Patofisiologi thalassemia
1. Thalasemia-
a. Hydrops fetalis
Hidrops fetalis disebabkan karena delesi keempat (seluruhnya) gen
globin . Hal ini menyebabkan tertekannya seluruh sintesis rantai
sehingga tidak menghasilkan Hb yang fungsional. Kematian in utero
terjadi pada keadaan ini karena darah hampir sama sekali tidak memiliki
kemampuan untuk menyalurkan oksigen.
1.7.
A. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis thalasemia diperlukan langkah sebagai
berikut, seperti yang digambarkan pada alogaritma dibawah ini
Riwayat penyakit
(ras, riwayat keluarga, usia awal penyakit, pertumbuhan)
Pemeriksaan fisik
(pucat, ikterus, splenomegali, deformitas skeletal, pigmentasi)
Laboratorium darah dan sediaan apus
(hemoglobin, MCV, MCH, retikulosit, jumlah eritrosit, gambaran darah
tepi/termasuk badan inklusi dalam eritrosit darah tepi atau sumsum tulang, dan
presipitasi HbH)
Elektroforesis hemoglobin
(Adanya Hb abnormal, termasuk analisis pada Ph 6-7 untuk HbH dan H Barts
Distribusi HbF
intraseluler
Analisis struktural
Hb varian (Misal Hb
Lepore)
Riwayat penderita dan keluarga sangat penting dalam mendiagnosis
thalasemia, karena pada populasi dengan ras dan etnik tertentu terdapat frekuensi
yang tinggi jenis gen abnormal thalasemia yang spesifik. Pemeriksaan fisik
mengarahkan ke diagnosis thalasemia, bila dijumpai gejala dan tanda pucat yang
menunjukan anemia, ikterus yang menunjukan hemolitik, splenomegali yang
menunjukan adanya penumpukan (poooling) sel abnormal, dan deformitas
skeletal, terutama pada thalasemia-, yang menunjukan ekspansi sumsum tulang,
pada thalasemia mayor.
Penderita sindrom thalasemia umumnya menunjukan anemia mikrositik
hipokrom. Kadar hemoglobin dan hematokrit menurun, tetapi hitung jenis eritrosit
biasanya secara disproporsi relatif tinggi terhadap derajat anemia, yang
menyebabkan MCV yang sangat rendah. MCHC biasanya edikit menurun. Pada
thalasemia mayor yang tidak diobati, relative distribution width (RDW)
9
meningkat karena anisositosis yang nyata. Namun pada thalasemia minor RDW
biasanya normal, hal ini membedakannya dengan anemia defisiensi besi. Pada
pewarnaan Wright eritrosit khas mikrositik dan hipokrom, kecuali pada fenotip
pembawa sifat tersembunyi. Pada thalasemia -heterozigot dan HBH disease,
eritrosit mikrositik dengan poikilositosis ringan sampai dengan menengah. Pada
thalasemia heterozigot terdapat mikrositik dan hipokrom ringan, tetapi kurang
poikilositosis. Pada thalasemia homozigot dan heterozigot berganda , dapat
ditemukan poikilostopsis yang ekstrim, termasuk sel target dan eliptosit, dan juga
polikromasia, basophilic stipping, dan nRBCs. Hitung retikulosit meningkat,
menunjukan sumsum tulang merespon proses hemolitik. Pada HBH disease,
hitung retikulosit dapat mencapai 10%. Pada thalasemia homozigot hitung
retikulosit kurang lebih 5%; hal ini secara tidak proporsional relatif rendah
terhadap derajat anemia. Penyebabnya paling mungkin akibat eritropoiesis
infektif.
Sumsum tulang penderita thalassemia yang tidak diobati menunjukan
hiperselularitas yang nyata dengan hiperplasia eritroid yang ekstrim. Hemopoiesis
ekstramedula terlihat menonjol. Namun HbH disease kurang menunjukan
hiperplasia eritroid. Sementara itu thalassemia heterozigot hanya menunjukan
hiperplasia eritroid ringan.
Eritrosit thalassemia yang mikrositik hipokrom memiliki fragilitas
osmotik yang menurun. Hal ini digunakan sebagai dasar dari variasi one-tube tes
fragilitasosmotik sebagai uji tapis pembawa sifat thalassemia pada populasi
dimana thalassemia sering dijumpai. Namun, tes ini tidak dapat membedakannya
dengan anemia defisiensi besi, karena pada anemia defisiensi besi ditemukan
fragilitas osmotik yang menurun.
Pada thalassemia -minor (trait), HbH disease, dan thalassemia-
pembawa sifat tersembuyi (silent) tes pewarnaan brilliant chresyl blue untuk HbH
inclusion dapat digunaka untuk merangsang presipitasi HbH yang secara intrinsik
tidak stabil. HbH inclusions mempunyai ciri khas berupa materi (bodies) yang
kecil, multipel, berbentuk iregular, berwarna biru kehjauan, yang mirip bla golf
atau buah raspberry. Materi ini biasanya merata dalam eritrosit. Pada HbH
disease, hampir seluruh eritrosit mengandung inclusions, sedangkan pada
thalassemia minor hanya sedikit eritrosit yang mengandung inclusions,
sementara itu pada thalassemia pembawa sifat tersembunyi inclusions ini jarang
sekali ditemukan. Inclusions ini berbeda dengan Henz bodies, dimana materi ini
menunjukan ukuran yang lebih besar, jumlahnya sedikit, dans ering letaknya
ekstrinsik disepanjang membran eritrosit. Bila tidak ditemukan HbH inclosions
tidak berarti menghilangkan kemungkinan diagnosis thalassemia- minor atau
pembawa sifat tersembunyi. Untuk itu diperlukan metode pemeriksaan khusus.
Elektroforesis dengan selulosa asetat pada pH basa pentign untuk
menapis diagnosis hemoglobin H, Barts, Constrant Spring, Lepore, dan variasi
lainnya. HbH dan Barts cepat bergerak pada selulosa asetat pada ph basa tetapi
pada pH asam hanya mereka merupakan hemooglobin yang bermigrasi anodally.
Peningkatan HbA2 dengan elektrofosesis hemoglobin dapat dilakukan pada uji
tapis thalassemia- minor, yang diukur dengan menggunakan mikrohematografi,
nilai HbA2 Peningkatan HbF yang ditamukan ada thalassemia-, HPFH dan
varian thalassemia- lainnya dapat dideteksi dengan juga dengan elektroforesis.
Prosedur khusus lainnya seperti tes rantai globin dan analisis DNA
dikerjakan untuk mengidentifikasi genotip spesifik. Uji ini dapat dilakukan untuk
tujuan penelitian, untuk membedakan thalassemia- carrier dari thalassemia
10
carrier, untuk mengidentifikasi gen pembawa sifat tersembunyi atau melihat pola
pewarisan keluarga dengan gen yang banyak. Harus ditentukan apakah
keuntungan uji lengkap ini melebihi biayanya.
B. Diagnosis Banding
Thalassemia harus dibedakan dari bentuk anemia hipokroik mikrositer
yang lain, seperti anemia defisiensi besi, anemia akibat penyakit kronik, dan
anemia sideroblastik.
Tabel 1. Perbedaan thalassemia dan anemia defisiesi besi
Thalassemia
Splenomegaly
Icterus
Perubahan
morfologi eritrosit
Sel target
Resistensi osmotik
Besi serum
TIBC
Cadangan besi
Ferritin serum
HbA2/HbF
1.8.
+
+
Tak sebanding
dengan derajat
anemia
++
Meningkat
Meningkat
Menurun
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Anemia
defisiensi besi
Sebanding dengan
derajat anemia
+/N
Menurun
Meningkat
Kosong
Menurun
N
Penatalaksanaan thalasemia
1. Transfusi darah yang teratur untuk mempertahankan Hb di atas 10gr/dl.
Darah segar yg telah disaring leukosit, mnghasilkan eritrosit dgn reaksi
paling sedikit.
2. Asam folat secara teratur jika diet buruk.
3. Terapi khelasi besi untuk mengatasi kelebihan besi. Desferioksamin tidak
aktif dengan oral. Diberikan melalui infus subkutan 20-40 mg/kg dalam 812 jam, 5-7 hari seminggu. Hal ini dilakukan pada bayi setelah transfusi 1015 unit darah. Ekskresi melalui urin dan sedikit melalui tinja.
Desferioksamin melalui intravena dapat memperbaiki kerusakan jantung
karena penimbunan besi. Efek samping pada anak dengan kadar ferritin
serum rendah adalah tuli nada tinggi, kerusakan retina, kelainan tulang,
retardasi pertumbuhan.
Desferipron adalah khelasi besi oral yang
digunakan tersendiri ataupun kombinasi dengan desferioksamin.
Desferipron kurang efektif dibanding desferioksamin. Efek samping adalah
arthropati, agranulositosis/neutropenia berat, gangguan gastrointestinal dan
defisiensi seng.
Tabel 2. Obat kelasi besi pada penerita thalassemia
Terapi
Rekomendasi
11
Deferasirox
(Exjade)
DFO
(Desferal)
Deferiprone
(Ferriprox
)
Pencegahan thalassemia
Pencegahan thalassemia terutama ditujukan untuk menurunkan jumlah
bayi lahir dengan thalassemia mayor. Ada 2 pendekatan target dalam pencegahan
thalassemia yaitu secara retrospektif dan prospektif. Pendekatan retrospektif
dilakukan dengan cara melakukan penelusuran terhadap anggota keluarga
dengan riwayat keluarga menderita thalassemia mayor. Sementara pendekatan
prospektif dilakukan dengan melakukan skrining untuk mengidentifikasi karier
thalassemia pada populasi tertentu. Secara garis besar bentuk pencegahan
thalassemia dapat berupa edukasi tentang penyakit thalassemia pada masyarakat,
skrining (carrier testing), konseling genetika pranikah, dan diagnosis pranatal.
1. Edukasi
Edukasi masyarakat tentang penyakit thalassemia memegang peranan yang
sangat penting dalam program pencegahan. Masyarakat harus diberi
pengetahuan tentang penyakit yang bersifat genetik dan diturunkan,
terutama tentang thalassemia dengan frekuensi kariernya yang cukup tinggi
di masyarakat. Pendidikan genetika harus diajarkan di sekolah, demikian
pula pengetahuan tentang gejala awal thalassemia. Media massa harus dapat
berperan lebih aktif dalam menyebarluaskan informasi tentang thalassemia,
meliputi gejala awal, cara penyakit diturunkan dan cara pencegahannya.
12
13
Prognosis thalassemia
10.
16
17.
18.
17
22.
23.
DAFTAR PUSTAKA
24.
25. Atmakusuma D, Seyaningsih I. dkk. (2009). Dasar-dasar Thalasemia : Salah
Satu Jenis Hemoglobinopati dalam buku ajar IPD. jilid II. Ed. V. Jakarta.
Interna Publishing
26. Bakta IM. 2006. Hematologi Klinis Ringkas. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC
27. Dorland WAN. (2010). Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC
28. Health Technology Assesment Indoesia. Pencegahan Thalasemia (Hasil kajian
HTA Tahun 209)
29.
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. (2007). Buku Ajar Patologi Robbins. Vol. 2. Ed.7.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC
30.
31.
Sofro ASM. (2012). Darah. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
32.
18