Anda di halaman 1dari 3

Model Kepemimpinan

Bush (2008) membagi model kepemimpinan atas sembilan model, yaitu :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Manajerial (managerial)
Partisipatf (partisipative)
Transformalsional (transformational)
Interpersonal (interpersonal)
Transaksional (transactional)
Postmodern
Kontingensi (contingency)
Moral (moral)
Pembelajaran (instructional)

Model kepemimpinan manajerial berasumsi bahwa focus seorang pemimpin adalah


melaksanankan tugas pokok dan fungsinya dengan menggunakan kompetensinya. Otoritas dan
pengaruh bersifat normal, hierarkis, dan birokratis.
Kepemimpinan menejerial mengasumsikan bahwa focus pimpinan sebaiknya adalah pada fungsi,
tuga, dan perilaku dan jika fungsi-fungsi tersebut berkompetensi, kerja di dalam organisasi akan
difasilitasi (Bush,2008). Caldwell (1992) menganjurkan bahwa manajer sekolah harus dapat
mengembangkan dan mengimplementasikan proses siklik yang meliputi tujuh funsgsi
manajerial, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pengaturan tujuan
Identifikasi kebutuhan
Pengaturan prioritas
Perencanaan
Penentuan anggaran
Implementasi
Evaluasi

Kepemimpinan manajerial berfokus pada pengelolaan aktivitas yang ada agar kepemimpinan
kepala sekolah mencapai sukses dari pada kepemimpinan visioner yang bervisi untuk masa
depan sekolah yang lebih baik.
Model kepemimpinan partisipatif berasumsi bahwa proses pengambilan keputusan di ambil
bersama-sama kelompok akan mendapat dukungan kelompok dalam pengimplementasian
keputusan tersebut. Partisipasi mengundang kelompok. Kelompok yang di undang merasa di
hargai dan dilibatkan. Keterlibatan akan menimbulkan sikap demokratis, eningkatkan
keefetktifan tim dan lembaga, serta rasa tanggung jawab. Rasa bertanggung jawab dapat
menimbulkan rasa memiliki. Rasa memiliki dapat menimbulkan turut memelihara.
Kepemimpinan partisipasi mengasumsikan bahwa proses pambuatan keputusan dalam kelompok
sebaiknya menjadi focus utama dala kelompok. (Leithwood,et al., 1992)
Model ini didukung oleh tiga asumsi yaitu :

1. Partisipasi akan meningkatkan keefektifan organisasi.


2. Partisipasi didukung oleh prinsip demokrasi
3. Dalam kontesks manajemen berdasarkan wilayah, kepemimpinan berpotensi tersedia
untuk bebrapa stakeholders yang sah (Bush, 2008).
Model kepemimpinan tranformasional adalah model yang komprehensif yang menggunakan
pendekatan normative. Model ini lebih sentralistik, lebih mengarahkan, lebih mengontrol system.
Model ini cenderung berbuat sewenang-wenang karena kepemimpinan yang kuat, berani
berkorbn sebagai pahlawan,karismatik, dan konsisten dengan teman sejawat dalam berbagi nilainilai dan kepentingan-kepentingan umum. Jika model ini berjalan optimal, maka model ini
melibatkan stake holders dalam mencapai tujuan.
Model kepemimpinan interpersonal lebih menekankan pada hubungan dengan teman sejawat dan
hubungan antarpribadi. Model ini lebih mengutamakan pendekatan pribadi dalam mempengaruhi
pengikutnya. Model kepemimpinan transaksional adalah hubungan antara pemimpin dengan
pengikut berdasarkan kesepakatan nilai atau proses pertukaran (transaksi terutama uang).
Transaksi diharapkan menguntungkan kedua belah pihak. Pemimpin yang menggunakan
kepemimpinan transaksional dapat menimbulkan money politic dalam pemilihan pemimpin dan
pemilihan kontarktor suatu proyek.
Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang mempengaruhi orang lain berdasarkan
pada pertukaran beberapa sumber-sumber yang berharga berdasarkan kesepakatan. Definisi
Millierbdan Milliers (2001) merujuk pada kepemimpinan transaksional sebagai proses
pertukaran. Esensi dari kepemimpinan transaksional adalah kesepakatan antara pemimpin
dengan yang dipimpin yang saling menguntungkan. Dengan kata lain, pemimpin dapat bagian
apa? Yang dipimpin dapat kebagian apa?
Model kepemimpinan postmodern mengizinkan menggunakan kepemimpinan demokratis.
Fokusnya pada visi yang dikembangkan oleh pemimpin. Pemimpin harus penuh perhatian pada
budaya dan lambing-lambang makna yang dibentuk oleh individu atau kelompok. Model ini juga
berfokus pada interpretasi individu.
Keough dan Tobin (2001) mengatakan bahwa postmodern saat ini menyelenggarakan
keberagaman kebenaran subjektif sebagai pengalaman dan gemar akan kehilanagan kekuasaan
absolute. Mereka mengidentifikasi beberapa hal kunci dari post-modern :
1.
2.
3.
4.

Bahasa tidak merefleksikan kenyataan


Kenyataan itu tidak ada, terdapat keberagaman kenyataan
Beberapa situasi terbuka untuk beberapa interpretasi dan
Situasi harus dimengerti pada level local dengan perhatian khusus pada keberagaman
(Keong dan Tobin, 2001). Model postmodern memberikan sedikit petunjuk cara
pemimpn yang diharapkan untuk mengoperasikan kepemimpinannya.

Model kepemimpinan kontigensi lbih focus pada situasi dan mengevaluasi cara mnyesuaikan
perilakunya dengan lingkungan. Model kepemimpinan moral berfokus pada nilai-nilai,
kepercayaan-kepercayaan dan etika. Model ini berdasarkan rasinal normative, rasional
berdasarkan pertimbangan normal/salah.
Kepemimpinan moral mengansumsikan bahwa focus utama dalam kepemimpinan sebaiknya
pada nilai, kepercayaan, dan etika pimpinan. Kekuasaan dan pengaruh dijabarkan dari konsep
devensif dari apa yang benar dan baik (Leithwood, et al., 11990: 10).
Kategori kedua dari West-Burnham adalah kepercayaan moral, kapasitas untuk bertindak dalam
suatu cara yang konsisten dan system etika dan konsisten sepanjang waktu. Pemimpin dengan
kepercayaan moral adalah seseorang yang didapat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Menunjukkan konsistensi sebab akibat antara prinsip dan praktek


Menerapkan prinsip kedalam situasi baru
Menciptakan berbagai pemahaman dalam kosa kata umum.
Menjelaskan dan menentukan keputusan dalam hal moral
Menjaga prinsip sepangjang waktu
Menginterprestasikan ulang dan menyatakan kembali prinsip jika perlu (West-Buruham
1997 : 241).

Kepemimpinan instruksional adalah kepemimpinan yang memfokuskan pada pembelajaran oleh


guru kepada siswanya. Targetnya adalah kualitas pembelajaran siswa melauli gurunya (Bush
2008).

Peningkatan

kualitas

pembelajaran

membutuhkan

pendekatan

pengembangan

kepemimpinan yang berfokus pada kepemimpinan instruksional. Hal ini berarti berusaha untuk
mengubah pola piker pemimpin untuk memperhatikan proses belajar dan mengajar sebagai pusat
dari peran mereka (Bush, 2008).

Anda mungkin juga menyukai