Anda di halaman 1dari 9

2

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Geologi Struktur
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari

tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Proses
deformasi adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan akibat dari gaya
(force) yang terjadi di dalam bumi. Gaya tersebut pada dasarnya merupakan
proses tektonik yang terjadi di dalam bumi. Di dalam pengertian umum, geologi
struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk batuan sebagai bagian
dari kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya .Deformasi secara
definisi dapat dibagi menjadi :
1.
2.
3.
4.

Distortion, yaitu perubahan bentuk.


Dilatation, yaitu perubahan volume.
Rotation, yaitu perubahan orientasi.
Translation, yaitu perubahan posisi.

Sumber : Geokeybeed.com

Gambar 2.1
Jenis Deformasi

Adapun arah dari gaya yang bekerja pada atau dalam kulit bumi dapat
bersifat :

1.

Berlawanan arah tetapi bekerja dalam satu garis. Gaya seperti ini dapat

2.
3.
4.

bersifat: tarikan (tension) dan tekanan (compression).


Berlawanan, tetapi bekerja dalam satu bidang (couple)
Berlawanan, tetapi bekerja pada kedua ujung bidang (torsion).
Gaya yang bekerja dari segala jurusan terhadap suatu benda, yang pada
umumnya berlangsung dalam kerak bumi (tekanan Lithostatis).

Sumber : Geokeybeed.com

Gambar 2.2
Gaya Tension, Compression dan Couple

Sumber : Geokeybeed.com

Gambar 2.3
Gaya Torsion

Untuk sifat-sifat material berdasarkan gaya yang didapatnya, diantaranya


adalah:
1.

Material yang bersifat retas (brittle material), yaitu apabila sebagian kecil
atau sebagian besar bersifat elastis tetapi hanya sebagian kecil bersifat

2.

lentur sebelum material tersebut retak/pecah.


Material yang bersifat lentur (ductile material) jika sebagian kecil bersifat
elastis dan sebagian besar bersifat lentur sebelum terjadi peretakan /
fracture.
Adapun untuk faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi suatu material

adalah:

1.

2.

Temperatur.
Pada temperatur tinggi molekul molekul dan ikatannya dapat meregang
dan berpindah, material akan bersifat retas.
Tekanan bebas
Pada material yang terkena tekanan bebas yang besar akan sifat untuk
retak menjadi berkurang dikarenakan tekanan disekelilingnya cenderung
untuk menghalangi terbentuknya retakan. Pada material yang tertekan

3.

yang rendah akan menjadi bersifat retas dan cenderung menjadi retak.
Kecepatan tarikan
Pada material yang tertarik secara cepat cenderung akan retak. Pada
material yang tertarik secara lambat maka akan cukup waktu bagi setiap
atom dalam material berpindah dan oleh karena itu maka material akan

4.

berperilaku / bersifat lentur.


Komposisi
Beberapa mineral, seperti Kuarsa, Olivine, dan Feldspar bersifat sangat
retas. Mineral lainnya, seperti mineral lempung, mica, dan kalsit bersifat
lentur. Hal tersebut berhubungan dengan tipe ikatan kimianya yang terikat
satu dan lainnya. Jadi, komposisi mineral yang ada dalam batuan akan
menjadi suatu faktor dalam menentukan tingkah laku dari batuan. Aspek
lainnya adalah hadir tidaknya air. Air kelihatannya berperan dalam
memperlemah ikatan kimia dan mengitari butiran mineral sehingga dapat
menyebabkan pergeseran. Dengan demikian batuan yang bersifat basah
cenderung akan bersifat lentur, sedangkan batuan yang kering akan
cenderung bersifat retas.
Proses yang menyebabkan batuan mengalami deformasi adalah gaya

yang bekerja pada batuan tersebut. Sebagaimana diketahui dalam teori Tektonik
Lempeng dinyatakan bahwa kulit bumi tersusun dari lempeng-lempeng yang
saling bergerak satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut
dapat berupa pergerakan yang saling mendekat (konvergen), saling menjauh
(divergen), dan atau saling berpapasan (transform).

Sumber : Geokeybeed.com

Gambar 2.4
Pergerakan Lempeng

2.2

Struktur Geologi
Permukaan bumi memiliki berbagai macam relief permukaan bumi,

sehingga rupa bumi ini tidaklah seragam tetapi bermacam-macam. Rupa bumi
yang bermacam-macam itu disebabkan karena adanya struktur geologi. Struktur
geologi adalah arsitektur kulit bumi yang terbentuk karena adanya deformasi
pada lapisan-lapisan batuan yang menyebabkan berubahnya struktur pada suatu
batuan, dimana deformasi tersebut disebabkan oleh gaya-gaya geologi, terutama
gaya endogen atau gaya geolgi yang berasal dari dalam bumi seperti karena
adanya kegiatan tektonik dan vulakanisme.
Struktur Geologi mencakup berbagai skala dan dimensi, dari mulai
microstructures sampai megastructures. Struktur geologi yang dikenal secara
umum adalah:
1.

Sesar /patahan (fault).


Sesar atau patahan adalah rekahan pada batuan yang telah mengalami
pergeseran yang berarti pada bidang rekahnya. Suatu sesar dapat
berupa bidang sesar (Fault Plain) atau rekahan tunggal. Tetapi sesar
dapat juga dijumpai sebagai semacam jalur yang terdiri dari beberapa
sesar minor. Jalur sesar atau jalur penggerusan, mempunyai dimensi
panjang dan lebar yang beragam, dari skala minor sampai puluhan
kilometer. Kekar yang memperlihatkan pergeseran bisa juga disebut
sebagai sesar minor. Rekahan yang cukup besar akibat regangan,
amblesan, longsor, yang disebut Fissure, tidak termasuk dalam definisi
sesar. Beberapa indikasi umum adanya sesar yaaitu adalah :
a. Kelurusan pola pengaliran sungai.

2.

b. Pola kelurusan punggungan.


c. Kelurusan Gawir.
d. Gawir dengan Triangular Facet.
e. Keberadaan mata air panas.
f. Keberadaan zona hancuran.
g. Keberadaaan kekar.
h. Keberadaan lipatan seret (Dragfolg)
i.
Keberadaan bidang gores garis Slicken Side dan Slicken Line.
j.
Adanya tatanan stratigrafi yang tidak teratur.
Lipatan (fold).
Lipatan merupakan pencerminan dari suatu lengkungan

yang

mekanismenya disebabkan oleh dua proses, yaitu bending (melengkung)


dan buckling (melipat). Pada gejala buckling, gaya yang bekerja sejajar
dengan bidang perlapisan, sedangkan pada bending, gaya yang bekerja
3.

tegak lurus terhadap bidang permukaan lapisan.


Kekar (joint).
Kekar adalah struktur rekahan pada batuan dimana tidak ada atau relatif
sedikit sekali terjadi pergeseran. Kekar merupakan salah satu struktur
yang paling umum pada batuan.

2.3

Sudut Dan Konversi Sudut


Dua buah garis yang saling berpotongan maka akan menghasilkan

sebuah sudut, kedua buah garis yang menghasilkan sudut tersebut biasa disebut
dengan kaki sudut, sedangkan titik pertemuan diantara kaki sudut tersebut
disebut dengan titik sudut.. Untuk satuan sudut terbagi menjadi beberapa jenis
satuan untuk pengukuran sudut, yaitu :
1. Sistem seksagesimal
Sistem seksagesimal merupakan jenis satuan ukur sudut yang membagi
keliling sebuah lingakaran menjadi 360 bagian, dimana 360 bagian sudut
tersebut dapat dituliskan dengan satuan seperti, 1 (satu derajat) 1 (satu
menit) 1 (satu detik). Konversi sudut yang dilakukan dengan sistem
2.

seksagema adalah 1 = 1/360 putaran, 1 = 60 detik


Sistem sentisimal
Satuan ukur sudut jenis ini didasarkan pada 400 bagian yang berasal dari
pembagian keliling lingkaran, dimana satuan sudut dengan sistem ini
biasa dituliskan dengan 1g (dibaca satu grade) 1c (dibaca satu centigrade)
1cc (dibaca centi-centigrade) Konversi sudut yang dilakukan dengan sistem
sentisimal adalah 1g= 100c (seratus centigrade) 1c = 100

3.

centigrade)
Sistem radian

cc

(seratus Centi-

Adalah sistem satuan ukur sudut dimana satuannya berasal dari suatu
keliling lingkaran yang disebut dengan radial atau putaran. Konversi sudut

4.

yang dilakukan dengan sistem radian adalah 1 rad = 180/


Sistem waktu
Satuan ukur sudut untuk sistem jenis ini adalah

putaran
sistem

yang

menkonversikan satu keliling lingkaran yang memiliki nilai 360 kedalam


satuan waktu. Konversi sudut yang dilakukan dengan sistem waktu adalah
360 = 24 jam, dimana 1 jam = 15
Konversi sudut perlu dilakukan apabila kita ingin merubah suatu satuan
ukur sudut yang telah ada kedalam satuan ukur sudut yang kita butuhkan baik
untuk perhitungan maupun untuk keperluan lain. Berikut ini adalah konversi
sudut berdasarkan satuan ukur sudut yang telah disebutkan dalam point-point
sebelumnya :

2.4

Trigonometri
Dasar dari trigonometri ialah kita harus mengetahui segala sesuatu

tentang sudut, dimana hal tersebut telah dibahas pada point sebelumnya,
sehingga kita bisa mempelajari tentang trigonometri dengan mudah. Para ahli
mulai mengembangkan teori tentang trigonometri yang didasarkan pada sebuah
segitiga yang dapat menghasilkan sudut tertentu.
Diketahui sebuah segitiga memiliki sudut sebagai berikut CAB= BAC =
A dimisalkan sebagai sudut , dimana AC dapat disebut dengan proyeksi, CB
disebut dengan proyektor, dan AB disebut sebagai proyektum. Setelah kita
memisalkan titik-titik yang saling berhubungan tersebut dengan definisi proyeksi,
proyektor dan proyektum, maka kita dapat dengan mudah membuat suatu
perbandingan trigonometri yang sering digunakan dalam berbagai perhitungan
yang berdasarkan sudut dan juga segitiga, perbandingan trigonometri tersebut
ialah sebagai berikut :

Sumber : mediabelajaronline.blogspot.com

Gambar 2.5
Segitiga ABC

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sin = Proyektor/Proyektum
Cos = Proyeksi/proyektum
Tan = Proyektor/Proyeksi
Cosec = Proyektum/Proyektor
Sec = Proyektum/Proyeksi
Cotan = Proyeksi/Proyektor
Perbandingan diatas merupakan perbandingan trigonometri. Dalam

trigonometri itu sendiri perbadingan trigonometri adalah dasar dari trigonometri


Dimana ilmu trigonometri ini dapat diaplikasikan dalam berbagai macam ilmu,
seperti geologi struktur, ilmu ukur tanah, perpetaan, dan sebagainya.
Setelah sudut disederhanakan, kita juga mesti memerhatikan sifat fungsi
terhadap kuadran posisi ia berada. Perhatikan gambar berikut
1.
2.

Pada kuadran I ( besar sudut antara 0-90 ), semua fungsi bernilai positif,
Pada kuadran II ( besar sudut antara 90-180 ), fungsi sin bernilai positif

3.

yang lain negatif,


Pada kuadran III ( besar sudut antara 180-270), fungsi tan bernilai positif

4.

yang lain negatif,


Pada kuadran IV ( besar sudut antara 270-360), fungsi cos bernilai positif
yang lain negatif.
Kita juga dapat menggunakan aturan pencerminan, dimana garis

horizontalnya dapat dijadikan sebagai patokan. Jika sudut yang diketahui adalah
150, maka sudut tersebut dapat disederhanakan menjadi selisih dari 180 dengan
150 adalah 30, maka hasil penyederhanaannya adalah 30.
Jika nilai sudut berada diluar kisaran 0 sampai 90 maka kita dapat
menyederhanakannya dengan menggunakan aturan sebagai berikut :
1.
2.
3.

jika sudut berada pada kisaran 90 sampai 180, maka = ( 180 )


jika sudut berada pada kisaran 180 sampai 270, maka = ( 180 )
jika sudut berada pada kisaran 270 sampai 360 maka = ( 360 )

Sumber : ipteknesia.com

Gambar 2.6

Menentukan Sudut Dengan Cara Pencerminan

2.5

Arah Azimuth dan Sudut Arah (Bearing)


Arah adalah sebuah sudut yang dihasilkan oleh sebuah garis acuan

(meridian) dengan garis-garis lainnya. Arah terdiri dari dua jenis arah yang biasa
digunakan dalam berbagai perhitungan yaitu adalah :
1. Bearing (sudut arah)
Adalah suatu sistem penentuan arah garis yang mengacu pada sudut dan
juga kuadran-kuadran yang ada dalam sebuah lingkaran, dimana arahnya
ditentukan dengan cara menarik garis dari arah utara maupun selatan ke
arah barat maupun timur, dengan syarat sudut arah yang dibentuk tidak
boleh lebih dari 90. Untuk penulisan sudut arah ini diambil dari arah utara
menuju arah barat maupun timur atau ditarik dari arah selatan menuju
timur atau barat, sehingga Bearing ditulis dengan mendahulukan arah
North (utara) atau South (selatan) dan diikuti dengan arah tujuannya
seperti West (barat) atau East (timur), contoh : N 40 E atau S 60 W.

Sumber : mediabelajaronline.blogspot.com

Gambar 2.7
Bearing

2.

Azimuth (sudut jurusan)


Adalah salah satu dari sistem penentuan arah, dimana penentuan
arahnya ditarik darik dari arah utara (North) searah jarum jam terhadap
objek, penentuan arah dengan sistem ini tidaklah dibatasi oleh batasan
derajat seperti Bearing tetapi azimuth memiliki besaran arah sebesar 0
sampai dengan 360, ini artinya Azimuth dapat menggunakan seluruh
kuadran yang ada pada sebuah lingkaran. Walaupun dapat menggunakan
semua bagian yang ada dalam sebuah keliling lingkaran, untuk penulisan
Azimuth tidaklah boleh sembarangan, karena penarikan arah Azimuth
dimulai dari arah utara terhadap objek. Contoh penulisan Azimuth adalah

10

sebagai berikut N 120 E, N 320 E, N 150 E, dan sebagainya.


Penggunaan sistem ini lebih populer dikalangan para ahli dibandingkan
dengan Bearing, karena penggunaan sistem ini lebih mudah untuk
dimengerti oleh banyak orang.

Sumber : mediabelajaronline.blogspot.com

Gambar 2.8
Azimuth

Anda mungkin juga menyukai