Anda di halaman 1dari 40

REFERAT

PERIAPPENDICULAR INFILTRATE

Pembimbing : dr. Dharmawan, sp.B


Disusun oleh : Helmina

Appendiks
Embriologi
Muncul pada minggu keenam perkembangan
embrio manusia dari bagian kaudal lengkung
midgut.
Memanjang pada bulan ke-lima untuk mencapai
bentuk vermiform (wormlike).
Appendiks mempertahankan posisinya pada
bagian distal sekum pada saat lahir.
Pertumbuhan ukuran yang tidak merata pada
dinding lateral sekum menyebabkan appendiks
mendapatkan posisi anatomis dewasanya pada
posteromedial, tepat dibawah katup ileosekal.

Appendiks
Anatomi
Letak : posteromedial sekum, 2 cm di bawah
ileum terminalis.
Varian posisi anatomis: a). Retrosekal b). Pelvic c).
Subsekal d). Preileal e). Postileal
Berukuran panjang antara 2-20 cm.
Lumen appendiks pada anak-anak lebih besar
daripada lumen appendiks dewasa.

Variasi posisi anatomi


appendiks

Vaskularisasi

VENA
vena appendikularis caecal posterior
atau vena iliokolika ke vena
mesenterika superior
LIMFATIK
Dari corpus dan apeks appendiks,
terdapat 8 15 saluran limfe yang
berjalan ke pembuluh limfatik yang
mendrainase
colon
ascendens
dan
berakhir di nodus inferior dan superior
rangkaian ileokolika

INNERVASI
Appendiks di inervasi oleh serabut
saraf simpatik dan para simpatik
dari pleksus mesenterika superior.
Serabut saraf simpatik berasal
dari vertebra thorakalis X.
Serabut saraf parasimpatik
berasal dari nervus vagus.

HISTOLOGI

FISIOLOGI
Appendiks menghasilkan lendir
sebanyak 1-2 mL per hari.
GALT (Gut Associated Lymphoid
Tissue) pada Appendiks
menghasilkan IgA.

Periappendicular Infiltrate
Definisi
Periappendicular infiltrate merupakan
pembatasan infeksi yang terjadi 3
hingga 5 hari setelah serangan
appendisitis akut.
Terdiri atas: appendiks yang terinflamasi
dan omenteum mayus, odematous
sekum, peritoneum parietale dan ileum
yang berdilatasi membentuk massa
pada fossa iliaka dekstra.

Patogenesis
Obstruksi lumen
Penumpukan
mukus dan cairan
inflamasi
Peningkatan
tekanan
intraluminal
Blokade aliran
vena dan limfatik
Edema mukosa
dan dindingnya

Ulserasi
Ulserasi dan
dan iskemia
iskemia
mukosa
mukosa

Translokasi
Translokasi bakteri
bakteri

Appendisitis
Appendisitis akut
akut
obstruktif
obstruktif

Trombosis
Trombosis arteri
arteri
appendicular
appendicular

Appendisitis
Appendisitis
Gangrenosa
Gangrenosa

Perforasi
Perforasi

Lokalisasi
Lokalisasi oleh
oleh
omentum
omentum dan
dan ileum
ileum
yang
yang berdilatasi
berdilatasi

Periappendicular
Infiltrate
Disertai
Disertai suppurasi
suppurasi dan
dan
pus
pus

Periappendicular
abcess

Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang umum ditemukan
pada appendisitis.
disertai dengan adanya massa pada
kuadran kanan bawah abdomen.
Demam.
Tampak toksik.

Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi Abdomen
Diagnosis ultrasonografi pada kasus
appendiks memiliki sensitivitas 55
sampai 90 persen dengan spesifisitas 85
sampai 98 persen.

CT-Scan Abdomen
CT-Scan memiliki nilai akurasi yang tinggi dalam
diagnosis pada kasus appendiks yaitu sensitivitas 90
persen dengan spesifisitas lebih dari 90 persen.
Efektifitas dari ultrasonografi dibandingkan dengan
helical CT dalam menegakkan diagnosa kasus
appendiks, walaupun perbedaannya sangat kecil tetapi
CT-Scan lebih baik.

Treatment
konservatif (Ochsner-Sherren Regimen), meliputi:
Observasi
Beri tanda pada massa
Antibiotik
Cairan intravena.
Analgesik.
Appendektomi 6 minggu kemudian
Kontraindikasi Ochsner-sherren regimen
Ketika diagnosis belum tegak.
Appendisitis akut pada anak-anak atau orang tua
Appendicitis gangrenosa
peritonitis

Differential Diagnosis
TUMOR
1. Carcinoid
.Massa yang membengkak, padat,
kuning, pada appendiks.
.Tumor kadang dapat mengobstruksi
lumen appendiks seperti fecalith yang
mengakibatkan appendisitis akut
.Sebagian besar carcinoid terletak pada
distal appendiks.

2. Adenocarcinoma sekum
.Gejala klinis berupa penurunan berat
badan dan nafsu makan, anemia, rasa
tidak nyaman pada abdomen.
.Tumor sekum, biasanya memberikan
gambaran adanya massa yang teraba
pada fossa iliaka dekstra, mobile, tidak
ada nyeri pada penekanan, keras, dengan
batas yang jelas, dan perkusi redup.

3. Mukokel
.mukokel appendiks adalah suatu obstruksi

dilatasi yang disebabkan oleh akumulasi


intralumen dari material mukoid.
.disebabkan oleh salah satu dari empat

proses: retensi kista, hyperplasia mukosa,


cystaadenoma, dan cystaadenocarcinoma.
.gejala klinis: nyeri kolik pada fossa iliaka

dekstra dan nyeri tekan pada fossa iliaka


dekstra.

4. Limfoma
.Limfoma appendiks biasanya muncul
dengan keluhan yang sama seperti
appendisitis akut dan sangat jarang
dipikirkan sebagai suatu diagnosis
preoperasi.
. Apabila pada CT-Scan terlihat
diameter appendiks >2,5 cm
pertimbangkan kemungkinan limfoma.

Non-Tumor
1. Crohns disease
. Merupakan suatu kondisi inflamasi granulomatous
non-kaseosa yang biasanya terdapat pada ileum dan
sering pada kolon.
. Penyebab crohns disease adalah infeksi, imunologis,
genetik, lingkungan, merokok, diet, dan faktor-faktor
psikososial.
. Manifestasi klinis :
Demam
Nyeri pada kuadran kanan bawah dan nyeri tekan
Leukositosis
Adanya diare tanpa anoreksia
Mual
Muntah

2. Twisted ovarian cyst


.Ketika kista ovarium kanan ruptur atau
mengalami torsi, maka akan memberikan
manifestasi yang mirip seperti appendisitis.
.Pasien akan mengeluhkan nyeri kuadran
kanan bawah, nyeri tekan, nyeri lepas,
demam, dan leukositosis. Jika massa teraba
pada pemeriksaan fisik, maka diagnosis
dapat dibuat dengan mudah.
.Pemeriksaan USG transvaginal dan CT-Scan
dapat digunakan sebagai pemeriksaan
penunjang jika massa tidak teraba

3. Amoeboma
. Disebabkan oleh infeksi Trofozoit Entamoeba
Histolytica
.Presentasi klinis :
Disenteri amoebic dengan diare.
Nyeri kolik.
Nyeri tekan pada fossa iliaka dekstra.
Massa pada fossa iliaka dekstra yang
menyerupai carcinoma sekum yang disebut
amoeboma (amoebic granuloma)
Kolitis fulminan akut merupakan tipe yang
berat dengan penipisan mukosa colon dan
rektum yang menyebabkan perdarahan hebat.
toksisitas yang mengancam jiwa.

Diagnosis
Diagnosis dari amoebiasis dapat dilakukan
dengan pemeriksaan Saline wet mount of fresh
stool ditemukan trofozoit pada 90% kasus, serologi
dengan indirect haemagglutination test, PCR.

4. Tuberkuloma
.Disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis
dan mikobakterium bovis, cara penularannya
mungkin dapat secara langsung atau secara
hematogen yang biasanya dari paru.
.Presentasi Klinis : Nyeri abdomen, Anemia,
penurunan berat badan dan nafsu makan,
Diare, Demam.
.Massa pada fossa iliaka dekstra, sifat: keras,
nodular, nonmobile, nontender dengan
perkusi redup, yang menyerupai karsinoma
sekum.

Pemeriksaan Penunjang :
Foto thoraks untuk mencari fokus primer.
Mantoux test, ELISA (90%), SAFA (soluble
antigen fluorescent antibody-80%), serum
IgG.
Laju endap darah meningkat.
USG abdomen untuk melihat asites,
penebalan sekum, status nodul.
BOF jika terdapat gejala obstruksi
intestinal.
Colonoscopy untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma.
Abdominal CT-Scan.

Komplikasi
Abses Appendicular
Terjadi karena proses supurasi pada
appendisitis akut atau supurasi pada massa
appendikular yang sudah terbentuk
Abses appendiks dicurigai ketika terdapat
riwayat yang mengarah pada suatu serangan
appendisitis akut dan ditemukan adanya
massa pada kuadran kanan bawah.
Massa muncul dalam hari, minggu atau bulan.

Pemeriksaan radiologis sangat berguna untuk


konfirmasi diagnosis dan evaluasi ukuran
abses. Pasien dengan abses yang besar,
berukuran lebih dari 4 sampai 6 cm, dan
terutama pada pasien abses dengan demam
tinggi, sebaiknya dilakukan drainase abses.

Treatment Periappendicular
Abcess
1. Dimulai dengan antibiotik.
2. Dalam keadaan anestesi umum, dibuat
insisi pada aspek lateral bawah dari
pembengkakan di atas ligament inguinal.
Kulit dan m. obliqus externus di potong.
Kavitas abses dibuka dan pus di drainase
ekstraperitoneal. Kemudian dilakukan
kultur dan uji sensitivitas. Luka ditutup.
Sebuah selang diletakkan melalui insisi
terpisah. Antibiotik diteruskan.
3. Appendektomi dilakukan setelah 3 bulan

Insisi untuk drainase dibuat tepat medial terhadap krista


ilium setinggi penonjolan tertinggi dari massa
periappendiks.
Antbiotik sistemik harus diteruskan sampai empat atau
lima hari setelah operasi.
Pemeriksaan rektal dilakukan setiap hari untuk
mendeteksi adanya abses pelvis

KOMPLIKASI
APPENDECTOMY

infeksi luka operasi


abses pelvis, subfrenik, dan intraperitoneal.
fecal fistula.
pylephlebitis.
obstruksi intestinal

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai