Anda di halaman 1dari 3

3 Langkah Solusi dalam mencabut Subsidi BBM

Pemerintah sejak beberapa waktu yang lalu berupaya mengurangi ketergantungan pada
minyak bumi dengan cara melakukan diversifikasi dari bahan bakar minyak (BBM) ke bahan
bakar gas. Kebijakan ini juga secara bertahap mengurangi beban subsidi terhadap BBM
sehingga anggaran Pemerintah dapat dialihkan untuk kepentingan lain seperti pembangunan
infrastruktur, kesehatan maupun pendidikan.
Membengkaknya beban fiskal untuk membiayai anggaran subsidi bahan
bakar minyak akhi-akhir ini kembali ramai dibicarakan di berbagai media.
Umumnya pembicaraan terfokus pada wacana untuk mengurangi subsidi
Bahan Bakar Minyak (BBM) antara lain ada yang mengusulkan pemerintah
segera menaikkan harga BBM bersubsidi dan ada pula yang mengusulkan
untuk melakukan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi misalnya dengan
menerapkan smart card, pembatasan ukuran silinder kendaraan, dan
regionalisasi lokasi SPBU yang menjual BBM bersubsidi, dan sebagainya.
Secara garis besar usulan tersebut diatas dapat dikelompokkan kedalam
usulan kebijakan berdasarkan mekanisme pasar yaitu menaikkan harga
BBM dan usulan kebijakan non mekanisme pasar berupa penjatahan atau
rationing. Dari seluruh wacana yang dikemukakan tersebut solusi
menaikkan harga BBM merupakan solusi yang paling efektif untuk
mengendalikan konsumsi BBM sekaligus untuk mengurangi beban fiskal
bagi membiayai susbsidi BBM. Sedangkan solusi kebijakan non
mekanisme pasar berdasarkan teori maupun praktiknya akan memerlukan
biaya yang cukup besar dalam pengimplementasiannya dan memiliki
moral
hazard
atau
rawan
untuk
diselewengkan.
Dari simpang siur pembicaraan terkait wacana untuk mengurangi beban
fiskal untuk membiayai subsidi BBM, pembicaraan untuk mengalihkan
BBM bersubsidi ke gas (Bahan Bakar Gas:BBG atau Liquefied Petroleum

Gas for Vehicles:LGV) sebagai bahan bakar kendaraan bermotor hampir


tidak terdengar lagi. Padahal diversifikasi bahan bakar kendaraan
bermotor ini jika dilakukan bersamaan dengan penaikan harga BBM akan
saling mendukung karena konsumen akan memiliki pilihan yaitu membeli
BBM dengan harga relatif mahal atau beralih ke gas yang harganya lebih
murah.
Terkait diversifikasi ke gas ini, sejak tahun 2007, Pemerintah telah melaksanakan beberapa
program yaitu konversi minyak tanah ke LPG dan pembangunan jaringan distribusi gas bumi
untuk rumah tangga yang telah dimulai sejak tahun 2009 dengan jumlah sambungan
terpasang yang teraliri gas bumi sampai dengan tahun 2012 yaitu sebesar 56.137 sambungan
rumah
tangga.
Selain itu, Pemerintah juga membangun SPBG yang telah dimulai sejak tahun 2011 di kota
Palembang dan kembali dilanjutkan pada tahun 2012 di Surabaya, Gresik dan Sidoarjo serta
program pembagian converter kit secara bertahap yang telah berlangsung sejak tahun 2011
yang peruntukan diawali di wilayah DKI Jakarta, Palembang dan Surabaya.
Dari beberapa usulan-usulan para pakar, tampaknya pemerintah ragu untuk menaikkan harga
BBM bersubsidi atau mencabut subsidi BBM 100%, karena ini akan mendongkrak naik
inflasi yang cukup tinggi, dilain pihak pemerintah juga sudah mulai tampak kerepotan
mensubsidi BBM yang semakin tahun semakin besar menggerus APBN.
Berikut adalah 3 langkah dasar untuk solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut, yang
secara garis besar sbb:
1. Subsidi BBM dicabut 100% sehingga mengikuti harga pasar internasional
2. Semua kendaraan pribadi wajib menggunaan Bahan Bakar Non Subsidi
3. Kendaraan Umum dan Angkutan menggunakan Bahan Bakar Gas, di awal sebelum
infrastruktur CNG selesai, sementara bisa menggunakan Gas LPG atau Vi-Gas,
kemudian setelah infrastruktur CNG selesai di alihkan ke CNG sesuai dengan
perkembangan infrastrutur CNG yang programnya sudah mulai dijalanan oleh
kementrian ESDM.
Dengan mencabut subsidi BBM, maka pemerintah tidak perlu pusing lagi untuk
menganggarkan subsidi BBM dalam APBN nya, dan dengan mengalihkan semua kendaraan
umum dan angkutan untu menggunaan Bahan Bakar Gas maka diharapan tidak terjadi inflasi
yang berlebihan. Selain itu masalah pengawasan dalam penggunaaan BBM bersubsidi dan
BBM non subsidi menjadi tidak sulit, karena semua kendaraan pribadi tanpa kecuali, wajib
menggunakan BBM non Subsidi.
Kebutuhan Bahan Bakar Gas secara nasional tidak terlalu besar karena yang dikonversi
hanyalah kendaraan angkutan saja, dibeberapa SPBU sekarang sudah ada infrastruktur untuk
pengisian Vi-Gas.
Sisa anggaran subsidi BBM yang ada digunakan untuk mensubsidi konverter kit untuk
kendaraan angkutan dan kendaraan umum.

Ini adalah langkah yang paling baik dibandingkan dengan menaikan harga BBM subsidi,
karena akan lebih besar memicu inflasi. Inflasi tidak akan terjadi signifikan jika kendaraan
angkutan memakai BBG sementara harga BBG malahan lebih rendah dibandingkan BBM
yang non subsidi.
Dengan langkah tersebut maka pencabutan subsidi BBM tidak akan membawa dampak
terlalu banyak bagi semua pihak, baik pemerintah maupun rakyat. Pelaksanaan nya bisa
dimulai secara bertahap per wilayah untuk penyediaan konverter kitnya. Semoga 3 langkah
solusi ini bermanfaat. (Dewa Y).

Anda mungkin juga menyukai