Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabel sebagai material konstruksi sudah dikenal sejak jaman Mesir kuno.
Pada saat itu kabel dibuat dari serat alami. Pada abad pertengahan Leonardo da
Vinci (1452 1519) sudah membuat sketsa gambar konstruksi jembatan
dengan sistem kabel-kabel penahan girder jembatan. Sejak akhir abad ke-19,
mulai digunakan kabel-kabel dari bahan metal besi/baja, di mana
penggunaannya masih terbatas untuk konstruksi jembatan berbentang lebar.
Tetapi kini para arsitek pun dapat menggunakan struktur kabel untuk
menciptakan bangunan dengan ruangan dalam yang luas, dengan kesan ringan,
anggun, dan transparan. Makalah ini membahas beberapa aspek yang penting
pada struktur kabel dari segi teknologi dan desain.
Berkembangnya penggunaan kabel baja sebagai bahan struktur pada
berbagai jenis bangunan, dari konstruksi jembatan ke konstruksi gedung
sebagai penutup atap stadion olah raga, ruang pertemuan, ruang pameran, dan
lain-lain, memerlukan tahapan konstruksi yang sangat rinci. Dukungan tenaga
spesialis, yang menguasai know how struktur kabel, amat diperlukan untuk
menjamin tercapainya performance dan keunikan bentuk bangunan.
Diawali dengan konstruksi stadion untuk pesta olah raga olimpiade di
Munich (Jerman) tahun 1972, para arsitek dan insinyur telah melakukan
inovasi dan penelitian di bidang engineering dan manufacture struktur kabel
dengan berbagai variasi bentuknya. Dengan struktur kabel, arsitek dapat
menciptakan ruang dalam yang sangat luas tanpa kolom, dengan massa
bangunan yang sangat ringan dan transparan. Keuntungan struktur kabel
terletak pada fleksibilitas pemakaian dan pra-pabrikasi pembuatannya,
sehingga siap untuk dipasang di tempat konstruksi dan dapat dikerjakan dalam
waktu yang singkat.
Beberapa aspek penting untuk proses pembangunan struktur kabel meliputi
hal-hal sebagai berikut :
Form finding, bentuk geometri struktur kabel
Hitungan dan sistem pemberian gaya prategang
Penentuan tipe dan jenis bahan kabel
Penentuan panjang terpotong kabel dengan tepat
Perancangan bentuk dan detil pemegang kabel

Pemilihan pelindung terhadap bahaya korosi


Proses pabrikasi dan pemasangan

Untuk merancang dan melaksanakan pelaksanaan struktur kabel,


penguasaan ketujuh aspek teknis ini memerlukan kerja sama erat antara
insinyur struktur dan arsitektur. Berbeda pada bangunan standar, bentuk
struktur kabel yang unik memerlukan peranan insinyur struktur lebih dominan
dari pada arsitek. Sangat mendasar bila insinyur struktur tersebut mengerti
akan segi estetika dari bentuk.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka identfikasi masalah dari
makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan kabel konstruksi serta bagaimana bahan
penyusunnya?
2. Bagaimana struktur dan tipe kabel konstruksi ?
3. Apa saja keunggulan dan kelemahan kabel konstruksi? serta
4. Bagaimana penggunaan serta aplikasi kabel konstruksi pada
bangunan?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan secara rinci
mengenai kabel konstruksi sebagai bahan bangunan serta bagaimana
penggunaannya terhadap sebuah karya arsitektur.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Memahami kabel konstruksi serta bahan penyusunnya
2. Mengetahui struktur dan tipe kabel konstruksi
3. Mengetahui keunggulan dan kelemahan kabel konstruksi, serta
4. Memahami penggunaan serta aplikasi kabel konstruksi pada bangunan.

BAB II
ISI
A. Kabel Konstruksi
1. Pengertian Kabel Konstruksi
Struktur Kabel Adalah sebuah sistem struktur yang bekerja
berdasarkan prinsip gaya tarik, terdiri atas kabel baja, sendi, batang, dsb
yang menyanggah sebuah penutup yang menjamin tertutupnya sebuah
bangunan.
Prinsip konstruksi kabel sudah dikenal sejak zaman dahulu pada
jembatan gantung, di mana gaya-gaya tarik digunakan tali. Contoh lainnya
adalah tenda-tenda yang dipakai para musafir yang menempuh perjalanan
jarak jauh lewat padang pasir. Setelah orang mengenal baja, maka baja
digunakan sebagai gantungan pada jembatan. Pada taraf permulaan baja itu
dapat berkarat. Pada zaman setengah abad sebelum sekarang,
ditemukanlah baja dengan tegangan tinggi yang tahan terhadap karat.

2. Bahan Penyusun Kabel Konstruksi


Bahan
Tali kawat baja yang dipergunakan untuik sebuah crane terdiri atas
beberapa bagian:
1. wire / kawat
2. strand / untaian
3. core / inti

Sebuah tali kawat baja dibangun atas beberapa untaian, dan setiap untaian
terdiri atas beberapa utas kawat dengan persyaratan sebagai berikut:

Terbuat dari bahan baja berkualitas tinggi


Tahan terhadap kelelahan
Tahan terhadap gesekan
Tahan terhadap karat
Tahan terhadap tekukan
Tahan terhadap keausan
Mempunyai sifat anti putar (non rotating)
Mempunyai fleksibilitas tinggi

Biasanya kawat untuk pembuatan wire rope terbuat dari bahan baja
Improved Plow Steel (IPS) -180 kg/ mm persegi atau yang lebih bagus
lagi Extra Improved Plow Steel (XIPS) -200 kg/mm persegi.
Inti atau Core
Secara umum ada tiga macam inti dalam Tali Kawat / Kabel (wire rope)
Independent wire rope core (IWRC), inti kawat tunggal
Fibre core, inti tali fiber
Steel strand core, inti untaian kawat
Identifikasi
Untuk mengetahui dengan jelasz data sebuah tali kawat baja sesuai
dengan penggunaannya kita harus memahami dengamn benar identifikasi
yangb tercantujm padxa masing masingb tali kawat baja. Contohnya
500 M X 1 X 6 X 19. IWRC. RRL
Artinya panjang kawat 500 meter, diameter 1 inch, dengan 6 strand,
masing-masing strand terdiri atas 19 utas kawat, Independent Wire Rope
Core, Right Regular Lay
Pemeliharaan
Untuk menjaga ketahanan tali kawat baja perlu diperhatikan cara
pemakaian dan penyimpanannya sebagai berikut:
Jangan diseret
Jangan diikat atau disimpul
Dibersihkan dengan dry cleaner atau penetrating oil
Bebas dari air hujan dan sinar matahari langsung (saat penyimpanan)
Dilumasi dengan wire rope grease (gardium compound)

3.

Struktur Kabel Konstruksi


Ada jenis-jenis struktur yang telah banyak digunakan oleh perencana
gedung, yaitu struktur pelengkung dan struktur kabel. Kedua jenis struktur
yang berbeda ini mempunyai karakteristik dasar struktural yang sama,
khususnya dalam hal perilaku strukturnya.
Kabel yang mengalami beban eksternal tentu akan mengalami
deformasi yang bergantung pada besar dan lokasi beban eksternal. Bentuk
yang didapat khusus untuk beban itu ialah bentuk funicular ( sebutan
funicular berasal dari bahasa Latin yang berarti tali). Hanya gaya tarik
yang dapat timbul pada kabel. Dengan membalik bentuk struktur yang
diperoleh tadi, kita akan mendapat struktur baru yang benar-benar analog
dengan struktur kabel, hanya sekarang gaya yang dialami adalah gaya
tekan. Secara teoritis, bentuk yang terakhir ini dapat diperoleh dengan
menumpuk elemen-elemen yang dihubungkan secara tidak kaku (rantai
tekan) dan struktur yang diperoleh akan stabil. Akan tetapi, sedikit variasi
pada beban akan berarti bahwa strukturnya tidak lagi merupakan bentuk
funicular sehingga akan timbul momen lentur dan gaya geser akibat beban
yang baru ini. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya keruntuhan pada
struktur tersebut sebagai akibat dari hubungan antara elemen-elemen yang
tidak kaku, tidak dapat memikul momen lentur. Karena bentuk struktur
tarik dan tekan yang disebutkan di atas mempunyai hubungan dengan tali
tergantung yang dibebani, maka kedua jenis struktur disebut sebagai
struktur funicular.
Banyak bangunan yang menggunakan struktur funicular. Sebagai
contoh, jembatan gantung yang semula ada di Cina, India, dan Amerika
Selatan adalah struktur funicular tarik. Ada struktur jembatan kuno yang
menggunakan tali, ada juga yang menggunakan bambu. Di Cina ada
jembatan yang menggunakan rantai, yang dibangun sekitar abad pertama
SM. Struktur kabel juga banyak digunakan pada gedung, misalnya struktur
kabel yang menggunakan tali. Struktur ini dipakai dipakai sebagai atap
amfiteater Romawi yang dibangun sekitar tahun 70 SM.
Sekalipun kabel telah lama digunakan, pengertian teoretisnya masih
belum lama dikembangkan. Di Eropa, jembatan gantung masih belum
lama digunakan meskipun struktur rantai-tergantung telah pernah
dibangun di Alpen Swiss pada tahun 1218. Teori mengenai struktur ini
pertama kali dikembangkan pada tahun 1595, yaitu sejak Fausto Veranzio

menerbitkan gambar jembatan gantung. Selanjtnya pada tahun 1741


dibangun jembatan rantai di Durham County, Inggris. Jembatan ini
mungkin merupakan jembatan gantung pertama di Eropa.
Titik balik penting dalam evolusi jembatan gantung terjadi pada awal
abad ke-19 di Amerika, yaitu pada saat James Findley mengembangkan
jembatan gantung yang dapat memikul beban lalu lintas. Findley
membangun jembatannya untuk pertama kali pada tahun 1810 di Jacobs
Creek, Uniontown, Pennsylvania dengan menggunakan rantai besi
fleksibel. Inovasi Findley bukanlah kabelnya, melainkan penggunaan dek
jembatan yang diperkaku yang pengakunya diperoleh dengan
menggunakan rangka batang kayu. Penggunaan dek kaku ini dapat
mencegah kabel penumpunya berubah bentuk sehingga bentuk permukaan
jalan juga tidak berubah. Dengan inovasi ini dimulailah penggunaan
jembatan gantung modern.
Inovasi Findley dilanjutkan oleh Thomas Telford di Inggris dengan
mendesain jembatan yang melintasi selat Menai di Wales (1818-1826).
Louis Navier, ahli matematika Prancis yang amat terkenal, membahas
karya Findley dengan menulis buku mengenai jembatan gantung, Rapport
et Memoire sur les Ponts Suspends, yang diterbitkan pada tahun 1823.
Navier dalam bukunya sangat menghargai karya Findley dalam hal
pengenalan dek jembatan kaku.
Segera setelah inovasi Findley, banyak jembatan gantung terkenal
lainnya dibangun, misalnya jembatan Clifton di Inggris (oleh Isombard
Brunel) dan jembatan Brooklyn (oleh John Roebling). Banyak pula
jembatan modern yang dibangun setelah itu, misalnya yang membentangi
Selat Messina dengan bentang tengah sekitar 5000 ft (1525 m) dan
jembatan Verazano-Narrows yang bentang tengahnya 4260 ft (1300 m).
Penggunaan kabel pada gedung tidak begitu cepat karena pada saat itu
belum ada kebutuhan akan bentang yang sangat besar. Meskipun James
Bogardus telah memasukkan proposal kepada Crystal Palace pada New
York Exhibition pada tahun 1853, yang mengusulkan atap gedung
berbentuk lingkaran dari besi tuang berdiameter 700 ft (213 m) digantung
dari rantai yang memancar dan ditanam pada menara pusat, struktur
pavilyun pada pameran Nijny-Novgorod yang didesain oleh V. Shookhov
pada tahun 1896 dianggap sebagai awal mulanya aplikasi kabel pada
gedung modern. Struktur-struktur yang dibangun berikutnya

adalahpavilyun lokomotif pada Chicago Worlds Fair pada tahun 1933 dan
Livestock Judging Pavillion yang dibangun di Raleigh, North Carolina
pada sekitar tahun 1950. sejak itu sangat banyak dibangun gedung yang
menggunakan struktur kabel.
Ukuran Elemen
Gambar 6.8 mengilustrasikan batas-batas perbandingan tinggi bentang
untuk beberapa sistem struktur baja yang umum digunakan. Kolom baja
struktural umumnya mempunyai perbandingan tebal-tinggi bervariasi
antara 1 : 24 dan 1 : 9, yang tergantung pada beban dan tinggi
kolom.Keseluruhan kemungkinan bentang yang dapat dicapai dari
beberapa sistem terangkum dalam gambar 6.9.
Setiap
struktur
adalah gabungan dari
bagian-bagian tersendiri
atau batang-batang yang
harus disambung bersama
(biasanya di ujung batang)
dengan beberapa cara.
Sambungan terdiri dari
komponen
sambungan
(pelat pengisi, pelat buhul,
pelat pendukung, dan pelat
penyambung) dan alat
pengencang (baut dan las).

4.

Tipe Kabel Konstruksi


Kabel sesuai dengan keperluannya, terdiri dari berbagai macam tipe.
Menurut standard DIN 18 800 semua kabel yang digunakan untuk struktur
bangunan dikategorikan sebagai high tensile members.
Secara umum kabel-kabel tersebut mempunyai kekuatan rencana yang
lebih tinggi dari pada batang tarik baja, sehingga dengan luas penampang
yang sama dapat memikul beban lebih besar. Tetapi modulus elastisitas
kabel adalah antara E = 155.000 N/mm 2 sampai E = 165.000 N/mm 2 ,
7

jelas lebih rendah dari pada modulus elastisitas yang dipakai untuk batang
tarik baja (E = 210.000 N/mm 2 ).
Ada pula kabel yang mempunyai lapisan krom dan nikel, agar bersifat
tahan terhadap karat. Untuk keperluan konstruksi bangunan, dikenal 3 tipe
penampang kabel, yaitu spiral strands, full locked coil cables dan
structural wire ropes (Gambar 10).

Spiral strands terutama digunakan untuk bangunan di mana bebannya


relatif kecil seperti untuk pendukung antena telekomunikasi, cerobong
asap, ikatan angin (bracing) pada jaringan kabel, struktur kayu dan baja.
Spriral strands diproduksi dengan diameter antara 5 mm sampai 40 mm.
Spiral strands hanya terdiri dari kawat-kawat yang berpenampang
lingkaran, akibat adanya celah-celah spiral strand dikelompokkan pada
material yang kurang tahan terhadap bahaya korosi.
Full locked coil cables terutama digunakan sebagai kabel utama pada
berbagai konstruksi, antara lain kabel utama pada suspension bridge dan
stay cables bridge, kabel tepi pada jaringan kabel.
Sifat-sifat khusus dari full locked coil cables, adalah:
Mempunyai E modulus yang tinggi
Permukaan kabel mempunyai daya tahan tinggi
Permukaan kabel tertutup, sehingga tahan terhadap bahaya korosi

Penampang kabel bagian dalam atau bagian inti terdiri dari kawatkawat dengan penampang lingkaran, sedangkan bagian luar,
penampangnya berbentuk Z.
Structural wire ropes, terutama digunakan sebagai kabel tepi pada
struktur membran (textile structure).Kabel ini terdiri dari beberapa strands,
sehingga sifatnya fleksibel.

5.

Keunggulan Dan Kelemahan Kabel Konstruksi


a. Keunggulan
Keunggulan struktur kabel :
1. Elemen kabel merupakan elemen konstruksi paling ekonomis untuk
menutup permukaan yang luas
2. Ringan, meminimalisasi beban sendiri sebuah konstruksi
3. Memiliki daya tahan yang besar terhadap gaya tarik, untuk bentangan
ratusan meter mengungguli semua sistem lain
4. Memberikan efisiensi ruang lebih besar. Struktur kabel mampu mewujudkan
ruang dalam yang sangat luas, tanpa kolom, tapi tetap mempunyai kesan ringan,
anggun, transparan dengan bentuknya yang unik.

5. Memiliki faktor keamanan terhadap api lebih baik dibandingkan


struktur tradisonal yang sering runtuh oleh pembengkokan elemen
tekan di bawah temperatur tinggi. Kabel baja lebih dapat menjaga
konstruksi dari temperatur tinggi dalam jangka waktu lebih panjang,
sehingga mengurangi resiko kehancuran
6. Dari segi teknik, pada saat terjadi penurunan penopang, kabel segera
menyesuaikan diri pada kondisi keseimbangan yang baru, tanpa
adanya perubahan yang berarti dari tegangan
7. Cocok untuk bangunan bersifat permanen
8. Memiliki fleksibilitas pemakaian dan pra-pabrikasi pembuatannya,
sehingga siap untuk dipasang di tempat konstruksi dan dapat
dikerjakan dalam waktu yang singkat.
9. Merupakan elemen struktur yang mampu memikul aksial tarik serta
aksial tekan secara bersamaan dan mempunyai kekakuan lentur.
10. Melalui teknik prategang, sangat efektif bila digunakan pada jaringan
kabel untuk atap bangunan yang dirancang sebagai geometri ruang
(3D) yang mempunyai bentuk lengkung ganda yang saling berlawanan
(anti klastis) atau bentuk pelana , di mana kedua kabel yang saling
bersilangan tersebut mempunyai pusat lengkung berlawanan dengan

posisi di atas dan di bawah . Dengan demikian gaya prategang pada


kedua kabel tersebut, akan saling menstabilkan diri pada saat
memikul beban luar.
11. Elemen struktur yang dapat mengeksplorasi keindahan bangunan.
12. Penggunaannya dapat diperhitungkan dari awal sehingga efesiensi
penggunaan kabel konstruksi pada bangunan bisa diperoleh.
13. Kabel merupakan material yang fleksibel, yang dapat digunakan
sebagai elemen struktur yang dengan mudah dapat mengikuti bentuk
optimal dari sebuah bangunan.
b. Kelemahan
Pembebanan yang berbahaya untuk struktur kabel adalah getaran. Struktur
ini dapat bertahan dengan sempuna terhadap gaya tarik dan tidak
mempunyai kemantapan yang disebabkan oleh pembengkokan, tetapi
struktur dapat bergetar dan dapat mengakibatkan robohnya bangunan
1. Diperlukannya proses Form finding untuk menghasilkan bentuk
geometri struktur kabel material konstruksi hanya mengalami tarik
pada bidangnya (membran), tanpa adanya tegangan akibat momen
lentur.
2. Memerlukan penghitungan yang cukup rumit terhadap sistem
pemberian gaya prategang
3. Diperlukannya analisa yang tepat untuk menentukan tipe dan jenis
bahan kabel yang sesuai.
4. Rentan terhadap bahaya korosi sehingga diperlukan bahan pelindung
yang tepat.
5. Harus benar dari proses pabrikasi dan pemasangan.

B. Penggunaan Serta Aplikasi Kabel Konstruksi Pada Bangunan


1. Aplikasi Struktur Kabel
Bila pada awalnya struktur kabel banyak digunakan untuk berbagai
jembatan, seperti suspension bridge, cable stayed bridge, dan lain-lain,
tapi kini para arsitek pun dapat mewujudkan idenya melalui struktur kabel
untuk mewujudkan ruang dalam yang sangat luas, tanpa kolom, tapi
tetap mempunyai kesan ringan, anggun, transparan dengan bentuknya yang
unik.

10

Struktur kabel yang paling banyak digunakan untuk atap stadion olah
raga, karena stadion olah raga memang memerlukan ruang yang bebas
kolom pada bagian dalamnya. Kombinasi struktur kabel dan tekstil
merupakan solusi bagi keperluan untuk perancangan atap stadion olah raga
yang dapat digerakkan tutup buka.
Sedangkan rancangan gedung masa kini makin banyak pula
menggunakan struktur kabel sebagai suspended cable untuk dinding
kaca dengan bidang yang luas, atau sebagai supported cable untuk
rancangan atap kaca.
Perkembangan dalam arsitektur struktur kabel ini menunjukkan
tantangan bagi para insinyur struktur, bahwa mereka seharusnya dapat
berperan lebih dominan dalam membuat rancangan struktur kabel
dibandingkan arsitek. Mereka tidak hanya tukang hitung saja, tapi
mereka pun bertanggung jawab untuk segi estetika karena keindahan
struktur kabel justru tampil dari elemen strukturnya sendiri.
Penerapan Struktur Kabel dalam Arsitektur
Aplikasi Baja Kabel Pada Stadium
Baja kabel sangat cocok digunakan pada atap stadion,karena struktur
kabel tidak membutuhkan kolom kolom yang besar untuk menyalurkan
beban , sehingga pandangan penonton ke arena tidak terganggu. Selain itu
penggunaan struktur kabel pada atap stadion dapat menambah nilai estetis
bangunan. Gaya yang terjadi pada atap stadion rata rata merupakan gaya tarik
menarik ,ini dikarenakan kabel yang menarik bertumpu pada sebuah tiang dan
menarik rangka atap. Akibatnya kabel yang menarik atap terbebani oleh berat
dari atap tersebut dan terjadilah gaya tekan, disisi lain atap tersebut ditarik oleh
kabel yang ditahan oleh tiang dan disalurkan oleh kabel belakang ketanah.
Struktur kabel merupakan suatu generalisasi terhadap beberapa struktur
yang menggunakan elemen tarik berupa kabel sebagai ciri khasnya. Struktur ini
bekerja terhadap gaya tarik sehingga lebih mudah berubah bentuk jika terjadi
perubahan besar atau arah gaya. Struktur kabel merupakan struktur funicular
dimana beban pada struktur diteruskan dalam bentuk gaya tarik searah dengan
material konstruksinya, sehingga memungkinkan peniadaan momen.

11

Pemasangan Struktur Kabel


Sistem Stabilisasi
Beberapa sistem stabilisasi yang dapat digunakan untuk mengantisipasi
deformasi pada struktur kabel antara lain :
1. Peningkatan beban mati Stabilisasi ini dilakukan dengan penerapan
material dengan berat yang memadai dan merupakan material yang
homogen sehingga diperoleh beban yang terdistribusi merata.
2. Pengaku busur dengan arah berlawanan (inverted arch). Stabilisasi dengan
pengaku bususr atau kabel ini berusaha mencapai bentuk yang kaku
dengan menambah jumlah kabel sehingga kemudian menghasilkan suatu
jaring-jaring (cable net structure).
3. Penggunaan batang-batang pembentang (spreader). Stabilisasi ini
menggunakan batang-batang tekan sebagai pemisah antara dua kabel
sehingga menambah tarikan internal didalam kabel.
4. Penambatan/pengangkuran ke pondasi (ground anchorage). Sistem ini
hanya berlaku bagi kabel karena adanya gaya-gaya taik yang dinetralisir
oleh pondasi sehingga menghasilkan stabilisasi.Pada pondasi terjadi
tumpuan tarik akibat perlawanan gaya tarik kabel.
5. Metoda prategang searah kabel (masted structure). Ciri utamanya adalah
tiang-tiang dan kabel yang secara keseluruhan membentuk suatu struktur
kaku. Kabel ditempatkan pada keadaan tertegang dengan jalan
memberikan beban yang dialirkan searah kabel.
Mengapa Struktur Kabel Prategang ?
Teknik prategang, yang umumnya kita kenal pada struktur beton, tidak lain
merupakan suatu rekayasa yang cerdik, di mana aplikasinya telah berdampak
luar biasa pada perkembangan dunia teknik, termasuk juga pada penggunaan
kabel sebagai bahan struktur.
Melalui teknik prategang, kabel sebagai elemen struktur yang tadinya hanya
mampu memikul aksial tarik menjadi elemen struktur yang mampu memikul
aksial tekan dan mempunyai kekakuan lentur. Sedangkan gaya prategang yang
diberikan pada struktur kabel ruang, harus mampu menstabilkan keseluruhan
sistem struktur, sehingga untuk setiap kombinasi pembebanan kabel-kabel
tetap dalam keadaan tarik. Perilaku struktur kabel yang diberi gaya prategang
dapat kita pelajari dari percobaan seperti pada Gambar 1.

12

Kita rentangkan 2 tali karet


(atau kabel yang cukup
elastis),
satu
tali
direntangkan
tanpa
dikencangkan, artinya tanpa
gaya prategang (V = 0),
sedangkan tali yang lain
dikencangkan, artinya diberi
gaya prategang (V 0). Bila
di tengah ketinggian setiap
tali digantungkan beban P,
pada tali di mana V = 0
bagian
atas
meregang
sebesar l, dan bagian bawah
tali akan terlipat. Sedangkan
tali di mana V 0 bagian
atas hanya akan meregang
sebesar setengah l. Hal ini
disebabkan sekarang beban P
dipikul baik oleh bagian atas
dan bagian bawah tali,
masing-masing sebesar 50 %
beban P.
Dari grafik hubungan P dan l untuk kedua tali memperlihatkan bahwa tali
dengan gaya prategang akan mempunyai deformasi yang jauh lebih kecil. Bila
beban P sudah mencapai kondisi detension (tegangan tali pada bagian bawah
menjadi nol), maka grafik hubungan P dan l kembali menjadi paralel dengan
grafik untuk tali tanpa tegangan.

Bila kedua tali sekarang


dibebani
dengan
beban
terpusat P seperti pada
Gambar 2, maka grafik P dan

kedua
tali
tersebut
memperlihatkan kabel dengan
prategang (V ) mampu
untuk
memikul
beban

13

melintang secara lebih efektif, yaitu deformasi lenturnya menjadi jauh lebih kecil
dibandingkan dengan untuk tali tanpa prategang (V = ). Dari kedua contoh
tersebut, terbukti bahwa gaya prategang pada kabel selain akan meningkatkan
kekakuan arah aksial juga akan
meningkatkan lenturnya.
Teknik prategang akan lebih
efektif bila digunakan pada
jaringan
kabel
untuk
atap
bangunan yang dirancang sebagai
geometri
ruang (3D)
yang
mempunyai
bentuk
lengkung
ganda yang saling berlawanan (anti
klastis) atau bentuk pelana , di
mana kedua kabel yang saling
bersilangan tersebut mempunyai
pusat lengkung berlawanan dengan
posisi di atas dan di bawah
(Gambar 3). Dengan demikian gaya prategang pada kedua kabel tersebut, akan
saling menstabilkan diri pada saat memikul beban luar.

Bila seluruh sistem jaringan


kabel tersebut diberi gaya prategang,
maka jaringan kabel mampu
memikul
berbagai
kombinasi
pembebanan luar. Besarnya gaya
prategang yang diberikan, harus
diberikan sedemikian besarnya
sehingga kita dapat menghindari
adanya kabel dalam keadaan tanpa
tegangan tarik (pasif). Hal ini untuk
menghindari terjadinya penurunan
kekakuan
struktur,
yang
menyebabkan
membesarnya
deformasi. Transfer gaya prategang
pada jaringan kabel, dilakukan
dengan memasang kabel utama pada
tepi jaringan, di mana kabel
utamanya harus dipasang
dengan

14

bentuk lengkung. Dengan cara menarik kabel utama ini,maka gaya prategang akan
ditransfer pada seluruh jaringan kabel (Gambar 4).
Form Finding
Berbeda dengan perencanaan bangunan yang mempunyai bentuk standar
seperti lingkaran, persegi, dan lain-lain, maka untuk struktur kabel yang
digunakan untuk atap stadion ataupun lainnya dengan bentang sangat lebar,
maka proses perencanaannya dimulai dengan pencarian bentuk geometrinya,
dikenal sebagai metoda form finding. Proses ini diperlukan agar diperoleh
bentuk atap yang unik dan estetis, tapi bentuk ini justru merupakan bentuk
yang optimal ditinjau dari segi struktur.
Per definisi, form finding adalah proses untuk menemukan bentuk struktur
yang optimal, yaitu struktur yang bentuknya akan memberikan kondisi paling
efisien dari segi penggunaan bahan konstruksinya. Kondisi ini dapat kita
peroleh bila material konstruksi hanya mengalami tarik pada bidangnya
(membran), tanpa adanya tegangantegangan akibat momen lentur.
Dari proses form finding akan dihasilkan bentuk 3D yang unik, yaitu
bentuk lengkung ganda antiklastis atau bentuk pelana (Gambar 5), yang juga
terbukti sangat efektif bila digunakan teknik prategang padanya. Kabel sebagai
material yang fleksibel, dapat kita pakai sebagai elemen struktur yang dengan
mudah dapat mengikuti bentuk optimal ini. Proses form finding dilakukan
pada saat pradesain sampai ke tahap desain konsep bangunan, dan dikerjakan
dengan melakukan berbagai eksperimen untuk mendapatkan variasi bentuk
bangunan. Setelah ada kepastian bentuk geometrinya, maka secara tepat
geometri bangunan akan dihitung dengan metoda matematik numerik.
Adapun perhitungan matematik numerik diturunkan berdasarkan prinsip
permukaan minimum, yaitu suatu gejala fisika yang kita temukan pada form
finding dengan menggunakan gelembung sabun.

15

Kini sudah tersedia program komputer


yang bisa mengenerate bentuk geometri
berdasarkan kondisikondisi Batas yang telah
Ditetapkan (Gambar 6).

16

Karena elemen-elemen struktur


kabel ini umumnya tidak selalu
bersilangan
secara
orthogonal,
diperlukan desain bentuk dari titik
pertemuan antara kabel. Setiap titik
pertemuan dari kabel selain harus
memenuhi syarat kekuatan dan
kemudahan pemasangan, juga harus
dipertimbangkan secara estetika.
Sesuai fungsinya titik pertemuan
dari kabel-kabel tersebut dapat
dikategorikan dalam beberapa bentuk
simpul untuk persilangan dari 2 atau 4
kabel. Sifat dari pemegang persilangan
ini dapat dibedakan dalam 2 sistem,
yaitu: sistem di mana sifat persilangan
tidak dapat berotasi (fix) dan sistem
dimana persilangan masih dapat
bergeser dan berotasi (Gambar 7).
Dudukan Untuk Pelengkung Kabel
Sesuai dengan fungsinya resultan
gaya pada kabel utama harus pula
dapat dibelokkan. Sebagai lintasan dari
pembelokan kabel utama umumnya
digunakan
konstruksi
dudukan
berbentuk pelana dengan radius tertentu
(Gambar 8).
Sedangkan bila diperlukan perubahan arah gaya di mana sudut beloknya kecil
dan panjang kabelnya terbatas, maka direncanakan dengan sistem di mana kabelkabel tersebut diputus pada daerah tersebut, untuk kemudian kabel-kabel tersebut
akan bertemu pada konstruksi pelat simpul 3D (Gambar 9).

17

Pengangkuran
Seperti sudah dijelaskan, pemberian gaya prategang pada jaringan kabel
dilakukan dengan menarik kabel utama pada ujung-ujungnya. Untuk itu
diperlukanpengangkuran dan penarikan pada kabel utama.
Ketiga tipe detil dari bentuk pertemuan ini merupakan aspek teknis yang
harus dirancang dan diuji terlebihdahulu. Saat ini, untuk beberapa detail standar
sudahtercantum dalam standard DIN.

18

Anda mungkin juga menyukai