Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN
PETROLOGI BATUAN SEDIMEN
II.A Pengertian Batuan Sedimen
Hasil pelapukan dan pengikisan permukaan bumi merupakan bahan
utama sedimen. Sedimen berasal dari bahasa latin sedimentum yang berarti
pengendapan. Batuan sedimen tersingkap paling banyak di daratan di
bandingkan batuan lainnya. Batuan beku dan metamorf, sebesar 75 persen
luas daratan, walaupun di perkirakan hanya 5 persen volume bagian terluar
bumi. Meskipun kelihatannya kecil, namun batuan sedimen sangat penting
dalam geologi, karena di dalamnya terekam sejarah peristiwa-peistiwa
geologi di masa lampau.
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari sedimen yang
diendapkan di darat maupun di dalam air dan setelah mengalami proses
geologi menjadi batuan sedimen. Batuan sedimen termasuk dalam batuan
sekunder karena material pembentuknya merupakan hasil dari aktivitas kimia
dan mekanik denudasi terhadap batuan yang sudah ada. Diendapkan dari
larutan atau suspensi dalam air atau udara pada suhu dan tekanan normal.
Endapannya adalah hasil rombakan dan hancuran batuan kerak bumi, terdiri
dari fragmen batuan, mineral dan berbagai material lainnya, ditransport oleh
angin atau air dan di endapkan di lekukan-lekukan di darat maupun dilaut.
Material yang terbawa dalam suspense mengendap karena kecepatan medium
transporasinya tertahan atau kondisi fisiknya berubah dan material dalam
larutan terendapakan karena perubahan kondisi kimia atau fisika medium,
atau secara tidak langsung oleh aktivitas binatang dan tumbuhan.
Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari
yang terakumulasi di tepi-tepi cekungan yang melengser kebawah akibat gaya
gravitasi. Meskipun secara teoritis dibawah permukaan air tidak terjadi erosi,
namun masih ada energy air, gelombang dan arus bawah permukaan yang
mengikis terumbu-terumbukarang di laut dan hasil kikisannya terendapkan di
sekitarnya. Material sedimen dapat berupa :

Praktikum Petrologi 2

1. Fragmen dan mineral-mineral dari batuan yang sudah ada. Misalnya


kerikil di sungai,pasir di pantai dan lumpur di laut atau di danau.
2. Material organik, seperti terumbu koral di laut, sisa-sisa cangkang
organism air danvegetasi di rawa-rawa.
3. Hasil penguapan dan proses kimia seperti garam di danau payau
dankalsim karbonat diaut dangkal.
Sebagian besar material penyusun komposisi batuan sedimen berasal
dari proses pelapukan dan erosi dari batuan yang tertua, atau batuan yang
terbentuk lebih dahulu. Dari studi sedimen masa kini hingga terbentuk batuan
sedimen, maka dapat diketahui lingkungan pengendapannya yang meliputi :
1. darat atau terrestial
2. laut
3. lingkungan campuran merupakan lingkungan peralihan dari darat
hingga laut, misal lingkungan delta, estuari laut, dan peraiaran
pantai yang dipengaruhi pasang surut
II.B Proses Pembentukan Batuan Sedimen
Batuan sedimen terbentuk dari batuan-batuan yang telah ada
sebelumnya oleh kekuatan-kekuatan yaitu pelapukan, gaya-gaya air,
pengikisan-pengikisan angina, serta proses litifikasi, diagnesis, dan
transportasi, maka batuan ini terendapkan di tempat-tempat yang relatif lebih
rendah letaknya, misalnya: di laut, samudera, ataupun danau-danau. Mulamula sedimen merupakan batuan-batuan lunak, akan tetapi karena proses
diagenesis sehingga batuan-batuan lunak tadi akan menjadi keras.
Proses diagnesis adalah proses yang menyebabkan perubahan pada
sedimen selama terpendapkan dan terlitifikasikan, sedangkan litifikasi adalah
proses perubahan material sedimen menjadi batuan sedimen yang kompak.
II.B.1 Pelapukan (Weathering)
Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material
tanah pada dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses
fisik, kimia dan/atau biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal
(source) dari batuan sedimen dan tanah (soil). Kiranya penting untuk
diketahui bahwa proses pelapukan akan menghacurkan batuan atau bahkan
melarutkan sebagian dari mineral untuk kemudian menjadi tanah atau

Praktikum Petrologi 3

diangkut dan diendapkan sebagai batuan sedimen klastik. Sebagian dari


mineral mungkin larut secara menyeluruh dan membentuk mineral baru.
Inilah sebabnya dalam studi tanah atau batuan klastika mempunyai komposisi
yang dapat sangat berbeda dengan batuan asalnya. Komposisi tanah tidak
hanya tergantung pada batuan induk (asal) nya, tetapi juga dipengaruhi oleh
alam, intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan proses jenis pembentukan
tanah itu sendiri (Boggs, 1995).
A. Pelapukan Fisik
Pelapukan fisik adalah proses dimana batuan pecah menjadi kepingan
yang lebih kecil, tetapi tanpa mengalami perubahan komposisi kimia dan
mineral yang berarti. Pelapukan fisik ini dapat menghasilkan fragment/kristal
kecil sampai blok kekar (joint block) yang berukuran besar.
Jenis pelapukan fisik:
- Stress release: batuan yang muncul ke permukaan bumi melepaskan stress
menghasilkan kekar atau retakan yang sejajar permukaan topografi
- Frost action and hydro-fracturing: pembekuan air dalam batuan. Proses ini
tergantung:
~
~
~
~
~

keberadaan pori dan retakan dalam batuan


keberadaan air/cairan dalam pori
temperatur yang turun naik dalam jangka waktu tertentu.
Salt weathering: pertumbuhan kristal pada batuan.
Insolation weathering: akibat pemanasan dan pendinginan permukaan

karena pengaruh matahari


Alternate wetting and drying: pengaruh penyerapan dan pengeringan
dengan cepat.

B. Pelapukan Kimia
Pelapukan kimia membuat komposisi kimia dan mineralogi suatu
batuan dapat berubah. Mineral dalam batuan yang dirusak oleh air kemudian
bereaksi dengan udara (O2 atau CO2), menyebabkan sebagaian dari mineral
itu menjadi larutan. Selain itu, bagian unsur mineral yang lain dapat
bergabung dengan unsur setempat membentuk kristal mineral baru.

Praktikum Petrologi 4

Kecepatan pelapukan kimia tergantung dari iklim, komposisi mineral


dan ukuran butir dari batuan yang mengalami pelapukan. Pelapukan akan
berjalan cepat pada daerah yang lembab (humid) atau panas dari pada di
daerah kering atau sangat dingin. Jenis pelapukan kimia:
1. Hidrolisis adalah reaksi antara mineral silikat dan asam (larutan
mengandung ion H+) dimana memungkinkan pelarut mineral silikat dan
membebaskan kation logam dan silika. Mineral lempung seperti kaolin,
ilit dan smektit besar kemungkinan hasil dari proses pelapukan kimia
jenis ini (Boggs, 1995). Pelapukan jenis ini memegang peran terpenting
dalam pelapukan kimia.
2. Hidrasi adalah proses penambahan air pada suatu mineral sehingga
membentuk mineral baru. Lawan dari hidrasi adalah dehidrasi, dimana
mineral kehilangan air sehingga berbentuk anhydrous. Proses terakhir ini
sangat jarang terjadi pada pelapukan, karena pada proses pelapukan
selalu ada air. Contoh yang umum dari proses ini adalah penambahan air
pada mineral hematit sehingga membentuk gutit.
3. Oksidasi berlangsung pada besi atau mangan yang pada umumnya
terbentuk pada mineral silikat seperti biotit dan piroksen. Elemen lain
yang mudah teroksidasi pada proses pelapukan adalah sulfur, contohnya
pada pirit (Fe2S).
4. Reduksi terjadi dimana kebutuhan oksigen (umumnya oleh jasad hidup)
lebih banyak dari pada oksigen yang tersedia. Kondisi seperti ini
membuat besi menambah elektron dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih
mudah larut sehingga lebih mobil, sedangkan Fe3+ mungkin hilang pada
sistem pelapukan dalam pelarutan.
5. Pelarutan mineral yang mudah larut seperti kalsit, dolomit dan gipsum
oleh air hujan selama pelapukan akan cenderung terbentuk komposisi
yang baru.

Praktikum Petrologi 5

6. Pergantian ion adalah proses dalam pelapukan dimana ion dalam larutan
seperti pergantian Na oleh Ca. Umumnya terjadi pada mineral lempung.

II.B.2 Erosi, Transportasi dan Deposisi


Setelah batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan tersebut akan
pecah menjadi bagian yang lebih kecil lagi sehingga mudah untuk berpindah
tempat. Berpindahnya tempat dari partikel-partikel kecil ini disebut erosi.
Proses erosi ini dapat terjadi melalui beberapa cara:
a. Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang
ada bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding melalui
tebing sampai akhirnya terkumpul di permukaan tanah.
b. Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada
dapat mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain.
Salah satu contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan sungai
dalam mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.
c. Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan
batuan yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah
gurun.
d. Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang ada
di Alaska sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan batuan
yang ada.
Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim,
topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor
yang mengontrol pengangkutan sediment (transportasi) adalah air, angin, dan
juga gaya grafitasi. Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan
salju. Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah
berbeda. Pertama, karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air maka
angin sangat susah mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar
maksimum dari ukuran sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya
sebesar ukuran pasir. Kedua, karena sistem yang ada pada angin bukanlah
sistem yang terbatasi (confined) seperti layaknya channel atau sungai maka
sedimen cenderung tersebar di daerah yang sangat luas bahkan sampai
Praktikum Petrologi 6

menuju atmosfer. Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu


tempat yang disebut cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar
kemungkinan terendapkan karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari
daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya
grafitasi dari sedimen tersebut maka susah sekali sedimen tersebut akan
bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan semakin banyaknya sedimen
yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami penurunan dan membuat
cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin banyak sedimen yang
terendapkan.

Penurunan

cekungan

sendiri

banyak

disebabkan

oleh

penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang dipengaruhi juga
struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya patahan. Sedimen
dapat diangkut dengan empat cara:
a. Suspension: ini umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil
ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh aliran air
atau angin yang ada.
b. Bed load: ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir,
kerikil, kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang
bergerak dapat berfungsi memindahkan pertikel-partikel yang besar di
dasar. Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya aliran
melebihi kekuatan inertia butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakangerakan sedimen tersebut bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan
bisa mendorong sedimen yang satu dengan lainnya.
c. Saltation yang dalam bahasa latin artinya meloncat, umumnya terjadi
pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu
menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya
grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar.
d. Grafity flow : terjadi pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida
yang ada mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai
akhirnya karena gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen
pasir tersebut ke dasar.
II.B.3 Litifikasi dan Diagnesis
Litifikasi adalah proses perubahan material sediment menjadi batuan
sediment yang kompak. Misalnya, pasir mengalami litifikasi menjadi

Praktikum Petrologi 7

batupasir. Seluruh proses yang menyebabkan perubahan pada sedimen selama


terpendam dan terlitifikasi disebut sebagai diagnesis. Diagnesis terjadi pada
temperatur dan tekanan yang lebih tinggi daripada kondisi selama proses
pelapukan, namun lebih rendah daripada proses metamorfisme.
Proses diagnesis dapat dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan
proses yang mengontrolnya, yaitu proses fisik, kimia, dan biologi. Proses
diagenesis sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter akhir
batuan sedimen yang dihasilkannya. Proses diagnesis akan menyebabkan
perubahan material sedimen. Perubahan yang terjadi adalah perubahan fisik,
mineralogi dan kimia.
Secara fisik perubahan yang terjadi adalah terutama perubahan tekstur,
proses kompaksi akan merubah penempatan butiran sedimen sehingga terjadi
kontak antar butirannya. Proses sementasi dapat menyebabkan ukuran butir
kwarsa akan menjadi lebih besar. Perubahan kimia antara lain terdapat pada
proses sementasi, authigenesis, replacement, inverse, dan solusi. Proses
sementasi menentukan kemampuan erosi dan pengangkatan partikel oleh
fluida. Pengangkutan sedimen oleh fluida dapat berupa bedload atau
suspended load. Partikel yang berukuran lebih besar dari pasir umumnya
dapat diangkut secara bedload dan yang lebih halus akan terangkut oleh
partikel secara kontinu mengalami kontak dengan permukaan, traksi meliputi
rolling, sliding, dan creeping. Sedangkan pada saltasi partikel tidak selalu
mengalami kontak dengan permukaan. Deposisi akan terjadi jika energi yang
mengangkut partkel sudah tidak mampu lagi mengangkutnya. Adapun
beberapa proses yang terjadi dalam diagenesa, yaitu :
a. Kompaksi
Kompaksi terjadi jika adanya tekanan akibat penambahan beban.
b. Anthigenesis
Mineral baru terbentuk dalam lingkungan diagnetik, sehingga adanya
mineral tersebut merupakan partikel baru dalam suatu sedimen. Mineral
autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat, silika,
klastika, illite, gypsum dan lain-lain.

c. Metasomatisme
Praktikum Petrologi 8

Metasomatisme yaitu pergantian mineral sedimen oleh berbagai mineral


autigenik, tanpa pengurangan volume asal. Contoh : dolomitiasi,
sehingga dapat merusak bentuk suatu batuan karbonat atau fosil.
d. Rekristalisasi
Rekristalisasi yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu
larutan kimia yang berasal dari pelarutan material sedimen selama
diagnesa atau sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada
pembentukkan batuan karbonat. Sedimentasi yang terus berlangsung di
bagian atas sehingga volume sedimen yang ada di bagian bawah
semakin kecil dan cairan (fluida) dalam ruang antar butir tertekan
keluar dan migrasi kearah atas berlahan-lahan.
e. Larutan (Solution)
Biasanya pada urutan karbonat akibat adanya larutan menyebabkan
terbentuknya rongga-rongga di dalam jika tekanan cukup kuat
menyebabkan terbentuknya struktur iolit.
II.C Penamaan dan Klasifikasi Batuan Sedimen
II.C.1 Batuan Sedimen Klastik
Batuan Sedimen Klastik Batuan sedimen klastik merupakan batuan
sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan
batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen
itu sendiri. Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam
dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya.
Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik
yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang
ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari
ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga
diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batupasir bisa terjadi
dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk
ke dalam golongan detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus
terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua lempung dan napal. Batuan yang
termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di lingkungan laut dari
laut dangkal sampai laut dalam. Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari
pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan
tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan. Setelah pengendapan
Praktikum Petrologi 9

berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, prosess- proses yang


berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan
sesudah litifikasi. Contohnya; Breksi, Konglomerat, Standsstone (batu pasir),
dan lain-lain. Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali
detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku,
metamorf dan sedimen itu sendiri. (Pettjohn, 1975). Batuan sedimen
diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan
pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan
tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan
darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang ukurannya besar seperti breksi
dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunungapi dan di endapkan
disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan
batuan batu pasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua
batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar. Sementara
itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua
lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di
endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam (Pettjohn,
1975). Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu darin pelapukan mekanis
maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu
cekungan pengendapan (Pettjohn, 1975).
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni,
proses proses-proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam
suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses yang
mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras ( Pettjohn, 1975).
Pada penamaan dan klasifikasi batuan sedimen klastik harus
memperhatikan parameter pendeskripsian batuan sedimen yaitu:
A. Warna
Secara umum warna pada batuan sedimen akan dipengaruhi oleh
beberapa factor, yaitu :
a. Warna mineral pembentukkan batuan sedimen. Contoh jika mineral
pembentukkan batuan sedimen didominasi oleh kwarsa maka batuan
akan berwarna putih.
b. Warna massa dasar/matrik atau warna semen.

Praktikum Petrologi 10

c. Warna material yang menyelubungi (coating material). Contoh


batupasir kwarsa yang diselubungi oleh glaukonit akan berwarna hijau.
d. Derajat kehalusan butir penyusunnya. Pada batuan dengan komposisi
yang sama jika makin halus ukuran butir maka warnanya cenderung
akan lebih gelap.
Warna

batuan

juga

dipengaruhi

oleh

kondisi

lingkungan

pengendapan, jika kondisi lingkungannya reduksi maka warna batuan


menjadi lebih gelap dibandingkan pada lingkungan oksidasi. Batuan
sedimen yang banyak kandungan material organic (organic matter)
mempunyai warna yang lebih gelap.
B. Tekstur
Tekstur

batuan

sedimen

adalah

segala

kenampakan

yang

menyangkut butir sedimen seperti ukuran butir, bentuk butir dan orientasi.
Tekstur batuan sedimen mempunyai arti penting karena mencerminkan
proses yang telah dialami batuan tersebut terutama proses transportasi dan
pengendapannya, tekstur juga dapat digunakan untuk menginterpetasi
lingkungan pengendapan batuan sediment. Secara umum batuan sedimen
dibedakan menjadi dua, yaitu tekstur klastik dan non klastik.
a. Tekstur klastik
Unsur dari tekstur klastik fragmen, massa dasar (matrik) dan semen.
- Fragmen : Batuan yang ukurannya lebih besar dari pada pasir.
- Matrik
: Butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen
-

dan diendapkan bersama-sama dengan fragmen.


Semen
: Material halus yang menjadi pengikat, semen
diendapkan setelah fragmen dan matrik. Semen umumnya berupa
silika, kalsit, sulfat atau oksida besi.

b. Bentuk Butir
Tingkat kebundaran butir dipengaruhi oleh komposisi butir, ukuran
butir, jenis proses transportasi dan jarak transport (Boggs,1987.
Butiran dari mineral yang resisten seperti kuarsa dan zircon akan
berbentuk kurang bundar dibandingkan butiran dari mineral kurang
resisten seperti feldspar dan pyroxene. Butiran berukuran lebih besar
daripada yang berukuran pasir. Jarak transport akan mempengaruhi

Praktikum Petrologi 11

tingkat kebundaran butir dari jenis butir yang sama, makin jauh jarak
transport butiran akan makin bundar. Pembagian kebundaran :

Tingkat Kebundaran
- Well rounded (membundar baik)
Semua permukaan konveks, hampir equidimensional, sferoidal.
- Rounded (membundar)
Pada umumnya permukaan-permukaan bundar, ujung-ujung dan tepi
-

butiran bundar.
Subrounded (membundar tanggung)
Permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung yang membundar.
Subangular (menyudut tanggung)
Permukaan pada umumnya datar dengan ujung-ujung tajam.
Angular (menyudut)
Permukaan konkaf dengan ujungnya yang tajam.

c. Ukuran Butir
Ukuran butir yang digunakan adalah skala Wenworth (1922), yaitu :
Ukuran Butir (mm) Nama Butir Nama Batuan

Praktikum Petrologi 12

Besar butir dipengaruhi oleh :


1. Jenis Pelapukan
2. Jenis Transportasi
3. Waktu/jarak transport
4. Resistensi
C. Sortasi (Pemilahan)
Pemilahan adalah keseragaman dariukuran besar butir penyusun
batuan sedimen, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar
butirnya maka, pemilahan semakin baik. Pemilahan yaitu kesergaman butir
didalam batuan sedimen klastik. Bebrapa istilah yang biasa dipergunakan
dalam pemilahan batuan, yaitu :
a. Sortasi baik : bila besar butir merata atau sama besar
b. Sortasi sedang : bila ukuran butirnya relatif seragam
c. Sortasi buruk : bila besar butir tidak merata, terdapat matrik dan
fragmen

Praktikum Petrologi 13

D. Kemas(Fabric)
Didalam batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu :
a. Kemas terbuka : bila butiran tidak saling bersentuhan (mengambang
dalam matrik).
b. Kemas tertutup : butiran saling bersentuhan satu sama lain
Sifat sentuhannya ada beberapa macam :
a. Point contact, bila sentuhannya hanya pada satu titik saja.
b. Long contact, bila bersentuhan pada sisi butiran yang panjang.
c. Concave-convex contact, bila sisi batuan yang bersentuhan ada yang
cembung dan ada yang cekung.
d. Sutured contact, bila sisi butiran yang bersentuhan berbentuk gerigi.
E. Porositas
Adalah jumlah rongga kosong yang terdapat antar butir dalam
batuan, dinyatakan dalam persen volume. Porositas sangat penting artinya
bagi persediaan air tanah dan reservoir hidrokarbon.
Besar porositas batuan bergantung pada beberapa faktor, diantaranya
adalah:
- Tatanan partikel
- Besar dan bentuk partikel
- Jumlah ukuran yang berbeda.
Hal ini penting karena partikel kecil dapat mengisi rongga antara
partikel yang besar. Porositas dinyatakan dalam persen volume.
F. Permaebilitas
Merupakan besaran kemampuan batuan untuk meluluskan cairan
(fluida). Batuan yang mempunyai porositas tinggi belum tentu
permeabilitasnya besar. Agar batuan mempunyai permeabilitas tinggi,
pori-pori atau rongga antar butir harus saling berhubungan.
G. Struktur Sedimen

Praktikum Petrologi 14

Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal


batuan sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi
pembentuknya. Pembentukkannya dapat terjadi pada waktu pengendapan
maupun segera setelah proses pengendapan. (Pettijohn & Potter, 1964 ;
Koesomadinata , 1981)
Pada batuan sedimen dikenal dua macam struktur, yaitu :
- Syngenetik : terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan sedimen,
-

disebut juga sebagai struktur primer.


Epigenetik : terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk seperti kekar,
sesar, dan lipatan.
Struktur Sedimen meliputi :
Struktur sedimen termasuk ke dalam struktur primer yaitu struktur yang
terbentuk pada saat pembentukan batuan (pada saat sedimentasi).
Pembagian struktur sedimen :
a. Struktur Sedimen Pengendapan
Adalah struktur sedimen yang terjadi pada saat pengendapan batuan
sedimen.
1. Perlapisan / Laminasi
Kalau perlapisan itu tebalnya >1cm dan laminasi bila <1cm,
perlapisan pada sedimen menunjukkan bidang kesamaan waktu
yang dapat ditunjukkan oleh perbedaan besar butir atau warna dari
bahan penyusunnya.
2. Perlapisan/Laminasi Sejajar (Pararel Bedding/Lamination)
Bentuk lapisan / laminasi batuan yang tersusun secara horizontal
dan saling sejajar satu dengan yang lainnya.
3. Perlapisan / Laminasi silang siur (Cross Bedding/Lamination)
Bentuk lapisan/laminasi yang terpotong pada bagian atasnya oleh
lapisan/laminasi berikutnya dengan sudut yang berlainan dalam
satu satuan perlapisan.
4. Perlapisan Bersusun (Graded Bedding)
Perlapisan batuan yang dibentuk oleh gradasi butir yang makin
halus ke arah atas (normal graded bedding) atau gradasi butir yang
makin kasar kearah atas (reverse graded bedding). Normal graded
bedding dapat dipakai untuk menentukan top atau bottom lapisan
batuan.

Praktikum Petrologi 15

Klasifikasi bedding menurut ketebalan (Mc Kee and Weir, 1985)

5. Gelembur Gelombang (Current Ripple)


Bentuk permukaan perlapisan bergelombang karena adanya arus
sedimentasi.
6. Mud Crack
Bentuk retakan poligonal pada permukaan lapisan lumpur (mud).
7. Rain Mark
Kenampakan pada permukaan sedimen karena tetesan air hujan.
Contoh lain : Current Ripples, Dunes, Cross Stratification, Antidunes
and Antidunes Bedding, Wave Formed Ripples and Cross Lamination,
Hummocky Cross Stratification, Wind Ripples Dune, Draas and Aeolian
Cross Bedding, dll.
b. Struktur Sedimen Pasca Pengendapan
Adalah struktur sedimen yang terjadi setelah pengendapan batuan
sedimen
1. Load cast : struktur sedimen terbentuk pada permukaan lapisan
akibat pengaruh beban sedimen di atasnya.
2. Convolute Bedding: bentuk liukan pada batuan sedimen akibat
proses deformasi.
3. Sandstone dike : lapisan pasi yang terinjeksikan pad lapisan
sedimen diatasnya akibat proses deformasi.
Contoh lain : Ball-and-Pillow Structures, Dish-and-Pillar Structure,
Stylolites, dll
c. Struktur Sedimen Biogenic
Adalah
struktur
sedimen

yang

terjadi

akibat

proses

biogenik/organisme.
1. Fosil Jejak (Trace Fossils) :
- Tracks (jejak berupa tapak organisme)
- Trails (jejak berupa seretan bagian tubuh organisme)
2. Galian (Burrows) : lubang atau bahan galian hasil aktivitas
organisme
Praktikum Petrologi 16

- Mold (cetakan bagian tubuh organisme)


- Cast (cetakan dari mold)
3. Boring : lubang akibat aktivitas pengeboran organisme pada
lapisan batuan (batuan relatif lebih keras dibandingkan pada
burrows).
Struktur batuan sedimen juga dapat digunakan untuk menentukan
bagian atas suatu batuan sedimen. Penentuan bagian atas dari batuan
sedimen sangat penting artinya dalam menentukan urutan batuan sediment
tersebut.
II.C.2 Batuan Sedimen Non Klastik
Batuan sedimen Non-Klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk
sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu
juga (insitu). Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara
kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara
kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2
CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang atau
tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang laut (karang),
terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai
akibat penurunan daratan menjadi laut. Contohnya; Limestone (batu gamping),
Coal (batu bara), dan lain-lain. Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi
kimia atau bisa juga dari kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah
kristalisasi langsung atau reaksi organik (Pettjohn, 1975).
Tekstur Batuan Sedimen Non-Klastik pada umumnya batuan sedimen nonklastik terdiri atas satu jenis mineral atau yang biasa disebut monomineralik.
Pembagian jenis-jenis tekstur pada batuan sedimen non-klastik biasanya dengan
memperhatikan kenampakan kristal penyusunnya. Macam-macam tekstur batuan
sedimen non-klastik adalah sebagai berikut :
a. Amorf, partikel-partikel umumnya berukuran lempung atau berupa koloid,
non-kristalin
b. Oolitik, tersusun atas kristal-kristal yang berbentuk bulat atau elipsoid.
Berkoloni atau berkumpul, ukuran butirnya berkisar 0,25 mm - 2mm
c. Pisolitik, memiliki karakteristik seperti oolitik, namun memiliki ukuran
butir yang lebih besar, lebih dari 2mm

Praktikum Petrologi 17

d. Sakaroidal, terdiri atas butir-butir yang berukuran sangat halus dengan


ukuran yang sama besar
e. Kristalin, tersusun atas kristal-kristal yang berukuran besar. Ukuran butir
kristal batuan sedimen non-klastik dibedakan atas:
- Berbutir kasar, dengan ukuran >5mm
- Berbutir sedang, dengan ukuran 1-5mm
- Berbutir halus, dengan ukuran <1mm

II.D Contoh Batuan Sedimen


a. Breksi (Breccia)
Komposisi atau material penyusun breksi berupa fragmen batuan dengan
bentuk sangat meruncing meruncing, ukuran umumnya kasar berkisar dari
kerakal hingga berangkal, sering diantara fragmen ini dijumpai ukuran yang
lebih kecil yang disebut matrik. Dari fragmen yang meruncing, dapat
ditafsirkan bahwa breksi ini diendapkan dekat dengan sumbernya, sehingga
tidak terpengaruh secara fisik oleh jarak transportasi, hingga mencapai
cekungan sedimen. Ukuran material penyusun breksi lebih besar dari 2 mm.
b. Konglomerat (Conglomerate)
Terbentuk dari beberapa fragmen batuan dan matrik, bentuk umumnya
membundar sangat membundar yang terikat bersama oleh material semen
yang berkuran lebih halus seperti serpih atau lempung. Ukuran material
penyusun konglomert ini lebih besar dari 2 mm.
c. Batu Pasir
Merupakan hasil sementasi dari massa yang berukuran pasir, massa pasir ini
umumnya adalah mineral silika, felspar atau pasir karbonat, sedang material
pengikat atau semen berupa besi oksida, silika, lempung atau kalsium karbonat.
Ukuran butir mineral penyusun mulai dari yang berukuran pasir halus sampai
dengan pasir kasar (0,06 mm 2,0 mm).
d. Batulanau (Silstone)

Praktikum Petrologi 18

Tipe batuan sedimen yang terususun oleh material yang berukuran relatif halus
berkisar dari 0,002 mm 0,06 mm dengan komposisi utma adlah mineral
lempung.
e. Serpih (Shale)
Tipe batuan sedimen menunjukkan suatu lapisan yang kompak, padat dari
material lempung atu lumpur (mud), ukuran butir sangat halus, lebih kecil dari
0,003 mm, menunjukkan struktur internal yang khas yaitu laminasi, dengan
tebal kurang dari 1 cm.

Praktikum Petrologi 19

Anda mungkin juga menyukai

  • BAB I Batuan Beku
    BAB I Batuan Beku
    Dokumen39 halaman
    BAB I Batuan Beku
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • Definisi Krismin
    Definisi Krismin
    Dokumen20 halaman
    Definisi Krismin
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • Peran Geologi Struktur Dalam Teknik Sipil
    Peran Geologi Struktur Dalam Teknik Sipil
    Dokumen1 halaman
    Peran Geologi Struktur Dalam Teknik Sipil
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • Hukum Geologi
    Hukum Geologi
    Dokumen8 halaman
    Hukum Geologi
    mdanangp
    Belum ada peringkat
  • Metode Geologi Lapangan1
    Metode Geologi Lapangan1
    Dokumen8 halaman
    Metode Geologi Lapangan1
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • BAB I Batuan Beku
    BAB I Batuan Beku
    Dokumen39 halaman
    BAB I Batuan Beku
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • Hukum Geologi
    Hukum Geologi
    Dokumen8 halaman
    Hukum Geologi
    mdanangp
    Belum ada peringkat
  • Geologi Batubara
    Geologi Batubara
    Dokumen16 halaman
    Geologi Batubara
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • Tugas Geologi Fisik
    Tugas Geologi Fisik
    Dokumen51 halaman
    Tugas Geologi Fisik
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • GEOKIMIA MAGMA
    GEOKIMIA MAGMA
    Dokumen27 halaman
    GEOKIMIA MAGMA
    Anonymous ZFDXqq
    Belum ada peringkat
  • Album Petrografi Batuan
    Album Petrografi Batuan
    Dokumen14 halaman
    Album Petrografi Batuan
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • Genesa Batubara Slide Share
    Genesa Batubara Slide Share
    Dokumen4 halaman
    Genesa Batubara Slide Share
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • Metamorf Rock
    Metamorf Rock
    Dokumen19 halaman
    Metamorf Rock
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • KEWIRAUSAHAAN
    KEWIRAUSAHAAN
    Dokumen24 halaman
    KEWIRAUSAHAAN
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • Album Petrografi Batuan
    Album Petrografi Batuan
    Dokumen14 halaman
    Album Petrografi Batuan
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • Bab2-Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
    Bab2-Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
    Dokumen10 halaman
    Bab2-Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
    FitrianiHamzah
    Belum ada peringkat
  • GS Jatigede
    GS Jatigede
    Dokumen5 halaman
    GS Jatigede
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen13 halaman
    Bab I Pendahuluan
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • Mineral Ogi
    Mineral Ogi
    Dokumen22 halaman
    Mineral Ogi
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • Konsep Ketuhanan Dalam Islam New - 14
    Konsep Ketuhanan Dalam Islam New - 14
    Dokumen20 halaman
    Konsep Ketuhanan Dalam Islam New - 14
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • Struktur Geologi
    Struktur Geologi
    Dokumen12 halaman
    Struktur Geologi
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • GEOLOGI
    GEOLOGI
    Dokumen14 halaman
    GEOLOGI
    Aditya Zulmi Rahmawan
    Belum ada peringkat
  • Sifat Optik Mineral
    Sifat Optik Mineral
    Dokumen3 halaman
    Sifat Optik Mineral
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • PYROKLASTIC BATUAN
    PYROKLASTIC BATUAN
    Dokumen23 halaman
    PYROKLASTIC BATUAN
    Baso Rezki Maulana
    Belum ada peringkat
  • Mineral Ogi
    Mineral Ogi
    Dokumen22 halaman
    Mineral Ogi
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan Kasus
    Ringkasan Kasus
    Dokumen4 halaman
    Ringkasan Kasus
    Maulana Malik Rafsanjani
    Belum ada peringkat