Daftar Isi
Kata-Kata sulit
Rumusan Masalah
5
7
13
13
15
18
19
28
37
37
Daftar Pustaka
38
1. Retrosternal
- Terletak pada daerah belakang sternum
2. IMT
-
BB
(M ) }
TB2
3. Sadapan Prekordial
- Elektroda yang dipasang di dada ditandai dengan huruf v
(V1,V2,V3,V4,V5,V6)
4. Angiografi
- Merupakan test untuk mendeteksi peyumbatan arteri jantung
5. Anti Angina
- Senyawa yang digunakan untuk mencegah dan mengobati angina pectoris
( jantung tidak cukup mendapatkan suplai darah )
6. ST Elevasi
- Segmen ST berada diatas garis isoelektrik ( otot jantung sedang mengalami
infark miokard )
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Jawaban
1. Ada, dikarenakan pola hidup pasien tidak baik contohnya seperti : merokok.
2. Merokok menyebabkan elastisitas pembuluh darah menurun maka akan terjadi
penyumbatan pada jantung yang menyebabkan angina pectoris.
3. Karena penyumbatan menyebabkan kerusakan pada otot jantung.
4. Karena untuk melisiskan trombus sehingga mengobati hipoksia jantung agar nyeri
dada hilang.
5. Jantung kurang suplai nutrisi O2 sehingga menyebabkan sesak nafas.
6. Karena persyarafan pada jantung memungkinkan nyeri alih.
7. Pada keadaan kasus diatas menyebabkan perubahan kelistrikan jantung sehingga
menyebabkan ST elevasi.
8. Untuk mengetahui adanya faktor resiko pada kasus diatas.
9. Untuk mengetahui apakah ada penyumbatan atau kerusakan pada pembuluh darah
koroner.
Sasaran Belajar
LO.1.) Memahami dan Menjelaskan Anatomi Vaskularisasi & Inervasi jantung
LO.2.) Memahami dan Menjelaskan Sindrom Koroner
2.1 M.m Definisi Sindrom Koroner
2.2 M.m Etiologi Sindrom Koroner
2.3 M.m Epidemiologi Sindrom Koroner
2.4 M.m Klasifikasi Sindrom Koroner
2.5 M.m Patofisiologi Sindrom Koroner
2.6 M.m Manifestasi Klinis Sindrom Koroner
2.7 M.m Diagnosis & Diagnosis banding Sindrom Koroner
2.8 M.m Penatalaksanaan Sindrom Koroner
2.9 M.m Komplikasi Sindrom Koroner
2.10 M.m Prognosis Sindrom Koroner
b. V.Cordis Parva
c. V.Cordis Media (V.Interventrikularis Posterior)
d. V.Cordis Obliq /V.Marshall (V. Oblique Atrium Sinistra)
2. Vena yang langsung bermuara ke Atrium dekstra
a. V. Cordis minimi(thebesi) merupakan vena vena kecil yang langsung mengallir
ke dalam bilik bilik jantung.
b. V. Cordis anterior merupakan vena-vena kecil yang menyilang sulkus
atrioventrikular dan mengalir langsung ke atrium kanan
ANASTOMOSIS
1. Sebagian besar bagian tubuh menerima suplai
darah dari lebih dari satu arteri, dan jika kedua
arteri mendarahi bagian yang sama, kedua
arteri
itu
biasanya
berhubungan.
Hubungan ini dikenal dengan istilah
anastomosis, yang menyediakan jalur kolateral,
sehingga jika terjadi obstruksi pada salah satu
cabang arteri koronaria, jantung tetap
mendapatkan suplai darah yang cukup. VENA
KORONARIA
2. Sebagian besar darah dari miokardium kembali
ke jantung melalui sinus koronarius. Terdapat tiga vena yang kembali melalui sinus
koronarius :
- Vena kordis magna : terdapat pada sulkus interventrikularis anterior. Mengalirkan
darah dari percabangan arteri koronarius sinistra (ventrikel kiri, kanan, dan atrium kiri)
- Vena kordis media : terdapat pada sulkus interventrikularis posterior. Mengalirkan
darah dari ramus descendens posterior arteri koronaris dextra (ventrikel kiri dan
kanan)
- Vena kordia parva : pada sulkus koronarius, mengalirkan darah dari atrium dan
ventrikel kanan.
3. Satu vena lagi, yaitu vena kordis anterior langsung kembali ke jantung tanpa melewati
sinus koronarius.
Pasangan-pasangan arteri-vena koronarius :
a. Ramus Descendens anterior arteri koronaria sinistra ------ Vena cordis magna
b. Ramus Circumflexus arteri koronaria sinistra ------ Vena cordis magna & sinus
coronarius
c. Ramus Descendens posterior arteri koronaria dextra ------ Vena kordis media
d. Ramus marginalis arteri koronaria dextra ------Vena kordis parva
1.2. Inervasi
Persarafan Jantung ; Jantung dipersarafi oleh serabut simpatis dan parasimpatis
1 Saraf simpatis
o berasal dari ganglion cervicalis (superior,media dan inferior) nervus cardiacus
thoracis (superior,media dan inferior)
6
Reffered pain jantung koroner adalah nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit
organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda,
bukan dari daerah asal nyeri. Misalnya, nyeri pada lengan kiri atau rahang berkaitan dengan
iskemia jantung atau serangan jantung. Contohnya adalah nyeri dari organ visceral yang
dialihkan ke permukaan tubuh lainnya. Cabang-cabang dari serabut nyeri visceral bersinaps di
dalam medulla spinalis dengan beberapa neuron urutan kedua serupa yang menerima
rangsang dari kulit. Bila serabut visceral tersebut dirangsang kuat, sensasi nyeri visceral
menyebar ke dalam beberapa neuron yang biasanya menghantarkan sensasi nyeri hanya dari
kulit dan orang tersebut mempunyai perasaan bahwa sensasi itu benar-benar berasal dari kulit.
Pada reffered pain, nyeri yang berpindah biasanya ke daerah yang satu jalur saraf atau saraf
yang menjalarkan impuls mengalami sinaps pada saat proses transmisi ke otak, sehingga
impuls yang berasal dari afferent lain bias masuk ke dalam jalur saraf lain yang sejalur atau
karena pengaruh terjadinya sinaps tadi. Biasanya kondisi ini saat otak menerima terlalu
banyak impuls dari berbagai saraf afferent yang mengakibatkan kekacauan pada saat proses
pengembalian impuls ke afektor.
Stimulus serabut Viseral Aferen nervus cardiacus inferior ganglion cervicalis dan
ganglion vertebralis thoracal 1-5medula spinaliscornu posterior segmental 1-52
spinothalamicus lateraliscapsula internagyrus centralis posterior bahu,lengan kiri
hingga jari V
LO 2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN SINDROM KORONER
2.1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN DEFINISI
Menurut WHO, penyakit jantung coroner merupakan ketidaksanggupan jantung akut
maupun kronik yang timbul karena kekurangan suplai darah pada miokardium sehubungan
dengan proses penyakit pada sistem nadi coroner.
Menurut American Heart Assosiation (AHA), penyakit jantung coroner merupakan
kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri coroner dimana terdapat penebalan dalam
dinding pembuluh darah disertai adanya plak yang mengganggu alarian darah ke otot jantung
yang akibatnya dapat mengganggu fungsi jantung.
Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi besarnya kebutuhan O2 miokardium:
1. Frekuensi denyut jantung
2. Daya kontraksi
3. Massa otot
4. Tegangan dinding ventrikel (tekanan interventrikuler,radius ventrikel dan ketebalan
dinding ventrikel)
Terdapat 6 faktor yang mempengaruhi besarnya penyediaan/pasokan O2 miokardium:
1. Tekanan perfusi
2. Tekanan darah aorta
3. Lamanya diastol
7
4. Ekstraksi O2
5. Tahanan koroner: aterosklerosis dan spasme
6. Kolateral
Arteri koroner yang normal dapat melebar dan meningkatkan aliran 5-6x diatas tingkat
istirahat. Pada arteri yang stenosis hal ini sulit terjadi
2.2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ETIOLOGI
1
Faktor risiko diartikan sebagai karakteristik yang berkaitan dengan kejadian suatu
penyakit di atas rata-rata. Faktor risiko mempunyai risiko penyakit jantung koroner dalam dua
kelompok, yaitu faktor risiko primer dan sekunder.
Faktor risiko primer
Merokok (1 pak atau lebih dalam sehari)
8
i Normal 5-15mol/L
ii Sedang 16-30mol/L
iii Intermediet 31-100mol/L
iv Berat>100mol/L
3 Faktor Resiko Negatif
a HDL-C tinggi
FAKTOR RISIKO UTAMA
1. Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama untuk terjadinya PJK Penelitian
di berbagai tempat di Indonesia (1978) mendapatkan prevalensi hipertensi untuk
Indonesia berkisar antara 6-15%, sedangkan di negara-negara maju seperti misalnya
Amerika National Health Survey menemukan frekuensi yang lebih tinggi yaitu mencapai
15-20%. Lebih kurang 60% penderita hipertensi tidak terdeteksi, 20% dapat diketahui
tetapi tidak diobati atau tidak terkontrol dengan baik, sedangkan hanya 20% dapat diobati
dengan baik.
Penyebab kematian akibat hipertensi di Amerika adalah kegagalan jantung 45%,
miokard infark 35%, cerebrovascular accident 15% dan gagal ginjal 5%. Komplikasi yang
terjadi pada hipertensi esensial biasanya akibat perubahan struktur arteri dan arterial
sistemik, terutama terjadi pada kasus-kasus yang tidak diobati. Mula-mula akan terjadi
hipertrofi dari tunika media diikuti dengan hialinisasi setempat dan penebalan fibrosis dari
tunika intima dan akhirnya akan terjadi penyempitan pernbuluh darah. Tempat yang paling
berbahaya adalah bila mengenai miokardium, arteridan arterial sistemik arteri koroner dan
serebral serta pembuluh darah ginjal.
Komplikasi terhadap jantung akibat hipertensi yang paling sering terjadi adalah
kegagalan ventrikel kiri, PJK seperti angina pektoris dan miokard infark. Dari beberapa
penelitian didapatkan 50% penderita miokard infark menderita hipertensi dan 75%
kegagalan ventrikel kiri penyebabnya adalah hipertensi.
Perubahan hipertensi khususnya pada jantung disebabkan karena :
a. Meningkatnya tekanan darah.
Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung, sehingga
menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri (faktor miokard). Keadaan ini tergantung dari
berat dan lamanya hipertensi.
b. Mempercepat timbulnya aterosklerosis.
c. Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap
dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya
aterosklerosis koroner (faktor koroner). Hal ini menyebabkan angina pektoris,
insufisiensi koroner dan miokard infark lebih sering didapatkan pada penderita
hipertensi dibandingkan orang normal.
Tekanan darah sistolik diduga mempunyai pengaruh yang lebih besar. Kejadiannya PJK
pada hipertensi sering ditemukan dan secara langsung berhubungan dengan tingginya
tekanan darah sitolik.
2. Hiperkolesterolemi
Hiperkolesterolemi merupakan masalah yang cukup penting karena termasuk salah satu
faktor risiko utama PJK di samping hipertensi dan merokok. Di Amerika pada saat ini
50% orang dewasa didapatkan kadar kolesterolnya >200 mg/dl dan 25% dari orang
dewasa umur >20 tahun dengan kadar kolesterol >240 mg/dl, sehingga risiko terhadap
PJK akan meningkat.
Kolesterol, lemak dan substansi lainnya dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh
darah arteri, sehingga lumen dari pembuluh derah tersebut menyempit dan proses ini
disebut aterosklerosis. Penyempitan pembuluh darah ini akan menyebabkan aliran darah
10
menjadi lambat bahkan dapat tersumbat sehingga aliran derah pada pembuluh derah
koroner yang fungsinya memberi O2 ke jantung menjadi berkurang. Kurangnya O2 akan
menyebabkan otot jantung menjadi lemah, sakit dada, serangan jantung bahkan kematian.
Kadar kolesterol darah dipengaruhi oleh ke dalam tubuh (diet). Faktor-faktor lainnya yang
dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah di samping diet adalah keturunan umur dan
jenis kelamin stress, alkohol dan exercise. Beberapa parameter yang dapat dipakai untuk
mengetahui adanya risiko PJK dan hubungannya dengan kadar kolesterol darah :
a. Kolesterol total
Kadar kolesterol total darah yang sebaiknya adalah (200mg/dl, bila) 200 mg/dl berarti
risiko untuk terjadinya PJK meningkat.
Kadar Kolesterol
Agak tinggi
Normal
Tinggi
(Pertengahan)
<200 mg/dl
200 239 mg/dl
>240 mg/dl
Bila kadar kolesterol darah berkisar antara 200-239 mg/dl, tetapi tidak ada faktor
risiko PJK lainnya, maka biasanya tidak perlu penanggulangan yang serius. Akan
tetapi bila dengan kadar tersebut didapatkan PJK atau 2 faktor risiko PJK lainnya,
maka perlu pengobatan yang intensif seperti halnya penderita dengan kadar kolesterol
yang tinggi atau >240 mg/dl.
b. LDL kolesterol
LDL (Low Density Lipoprotein) kolesterol merupakan jenis kolesterol yang bersifat
buruk atau merugikan (bad cholesterol); karena kadar LDL kolesterol yang meninggi
akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Kadar LDL kolesterol lebih
tepat sebagai petunjuk untuk mengetahui risiko PJK daripada kadar kolesterol total
saja
Kadar Kolesterol
Agak tinggi
Normal
Tinggi
(Pertengahan)
<130 mg/dl
130 159 mg/dl
>160 mg/dl
Kadar LDL kolesterol > 130 mg/dl akan meningkatkan risiko terjadinya PJK. Kadar
LDL kolesterol yang tinggi ini dapat diturunkan dengan diet
c. HDL kolesterol
HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol merupakan jenis kolesterol yang bersifat
baik atau menguntungkan (good cholesterol); karena mengangkut kolesterol dari
pembuluh darah kembali ke hati untuk dibuang sehingga mencegah penebalan dinding
pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Kolesterol
Agak tinggi
Normal
Tinggi
(Pertengahan)
> 45 mg/dl
35 - 45 mg/dl
>35 mg/dl
Jadi makin rendah kadar HDL kolesterol, makin besar kemungkinan terjadinya PJK.
Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan mengurangi berat badan, menambah
exercise dan berhenti merokok.
d. Rasio kolesterol total: HOL kolesterol
Rasio kolesterol total: HDL kolesterol sebaiknya <4,6 pada laki-laki dan <4,0 pada
perempuan. Makin tinggi rasio kolesterol total: HDL kolesterol, makin meningkat
risiko PJK. Pada beberapa orang dengan kadar kolesterol total yang normal, dapat
menderita PJK juga; ternyata didapatkan rasio kolesterol total: HDL kolesterol yg
meninggi. Sebagai contoh penderita dengan kolesterol total 140-185 mg/dl, HDL
kolesterol 20-22 mg/dl, maka rasio kolesterol total: HDL kolesterol > 7. Jadi tidak
11
hanya kadar kolesterol total yang meninggi saja yang berbahaya, akan tetapi rasio
kolesterol total: HDL kolesterol yang meninggi juga merupakan faktor risiko PJK.
e. Kadar trigliserid
Trigliserid merupakan lemak di dalam tubuh yang terdiri dari 3 jenis lemak yaitu
lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda. Kadar trigliserid
yang tinggi merupakan faktor risiko untuk terjadinya PJK.
Kadar Kolesterol
Normal
Agak tinggi
Tinggi
(Pertengahan)
> 150 mg/dl
150 - 250 mg/dl
>500 mg/dl
Kadar trigliserid perlu diperiksa pada keadaan sebagai berikut yaitu bila kadar
kolesterol total > 200 mg/dl, ada PJK, ada keluarga yang menderita PJK <55 tahun,
ada riwayat keluarga dengan kadar trigliserid yang tinggi, ada penyakit DM &
pankreas. Pengukuran kadar trigliserid kadang-kadang diperlukan untuk menghitung
kadar LDL kolesterol, karena pemeriksaan laboratorium biasanya langsung dapat
mengukur kolesterol total, HDL kolesterol dan trigliserid; sedangkan untuk
mendapatkan kadar LDL kolesterol dipakai rumus sebagai berikut :
LDL = Kolesterol total - HDL - Trigliserid/5
Misalnya bila kolesterol total 200 mg/dl, HDL kolesterol 50 mg/dl dan trigliserid 100
mg/dl, maka LDL = 200 - 50 - 100/5 = 130 md/dl.
Untuk mengukur kadar trigliserid harus puasa 12 jam sebelum pemeriksaan darah
karena kadarnya akan meningkat segera setelah makan. Tidak seperti pemeriksaan ka
dar kolesterol, untuk mengukurnya tidak perlu puasa karena kadarnya tidak begitu
terpengaruh setelah makan
3. Merokok
Pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu faktor risiko utama PJK di
samping hipetensi dan hiperkoiesterolemi. Orang yang merokok > 20 batang perhari dapat
mempengaruhi atau memperkuat efek dua faktor utama risiko lainnya.
Efek rokok adalah menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh
katekolamin dan menurunnya konsumsi 02 akibat inhalasi CO atau dengan perkataan lain
dapat menyebabkan tahikardi, vasokonstruksi pembuluh darah, merubah permeabilitas
dinding pembuluh darah dan merubah 5-10% Hb menjadi carboksi-Hb. Di samping itu
rokok dapat menurunkan kadar HDL kolesterol tetapi mekanismenya belum jelas. Makin
banyak jumlah rokok yang diisap, kadar HDL kolesterol makin menurun. Perempuan yang
merokok penurunan kadar HDL kolesterolnya lebih besar dibandingkan laki-laki perokok.
Merokok juga dapat meningkatkan tipe IV hiperlipidemi dan hipertrigliserid,
pembentukan platelet yang abnormal pada diabetes disertai obesitas dan hipertensi ;
sehingga orang yang perokok cenderung lebih mudah terjadi proses aterosklerosis
daripada yg bukan perokok.
2.3 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN EPIDEMIOLOGI
a Di seluruh dunia diperkirakan 30 % dari semua penyebab kematian diakibatkan oleh
PJK.
b Lebih dari 1 juta orang di Amerika Serikat menderita infark miokard akut, dan lebih
dari 300.000 orang diperkirakan meninggal karena infark miokard akut sebelum
sampai ke Rumah Sakit.
12
15
16
Angina Pektoris bisa timbul waktu istirahat sekalipun. Hampir semua aktivitas dapat
menimbulkan angina, termasuk mandi, menyapu dan berjalan. Sebaliknya angina
pektoris dapat timbul dalam keadaan istirahat, yang berarti proses stenosis melebihi
60% baik oleh penyempitan yang kritis (90%) maupun bertambah oleh karena faktor
spasme arteri koroner sendiri di tempat yang tadinya tidak menimbulkan gejala.
Angina bentuk ini disebut sebagai angina dekubitus, angina at rest atau dalam
bentuk angina prinzmetal.
2.7 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN DIAGNOSIS & DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis
Diagnosis dilakukan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Keluhan yang ditanyakan seputar nyri yang dirasakan pasien, seperti apa nyerinya,
kapan dirasakan, berapa lama, di dada bagian mana, apakah menjalar. Seringkali pasien
merasakan adanya sakit dada didaerah sternum atau di bawah sternum (substernal) atau
dada sebelah kiri dan kadang kadang menjalar ke lengan kiri, punggung, rahang, leher
atau lengan kanan. Sakit dada juga dapat timbul di tempat lain seperti di daerah
epigastrium, leher, rahang gigi, bahu. Sakit dada yang dirasakan seperti tertekan benda
berat (pressure like) atau seperti diperas (squeezing) atau terasa panas (burning), kadangkadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfirt) karena pasien tidak dapt
menjelaskan sakit dada tersebut.
Nilai
Lamanya (menit)
Typical angina
5-10
Atypical angina
10-30
Asymptomatic
30-60
Non-angina
>60
2. Pemeriksaan Penunjang
Beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis penyakit
jantung koroner antara lain
a. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mendiagnosis klinis pada mereka yang
mengeluh angina, disertai dengan adanya faktor risiko PJK/serangan jantung.
Pemeriksaan ini dapat menghasilkan suatu negatif palsu, pada orang yang saat
diperiksa tidak mempunyai keluhan.
Gambaran EKG abnormal dengan ditemukannya segmen ST elevasi dan
adanya gelombang Q.
b. Pemeriksaan EKG Treadmill
Pemeriksaan treadmill merupakan pemeriksaan EKG dengan uji beban / uji
latih jantung. Aktifitas listrik jantung direkam ketika aktifitas jantung meningkat
akibat latihan (berjalan di atas papan treadmill). Pemeriksaan ini dilakukan bila hasil
EKG hasilnya negatif-palsu. Bila aktifitas treadmill tidak dapat dilakukan oleh
karena sesuatu sebab (misal penderita juga mempunyai radang/nyeri lutut), maka
dilakukan uji beban dengan menginjeksikan obat yang dapat meningkatkan aktifitas
jantung.
c. Foto rontgen dada
Dari foto rontgen dada dokter dapat melihat ukuran jantung, ada-tidaknya
pembesaran. Di samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada koroner
tidak bisa dilihat dari foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah
seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah
berlanjut pada payah jantung. Gambarannya, biasanya jantung terlihat membesar.
19
4) Troponin (cTnT)
cTnT adalah struktur protein serabut otot serat melintang yang merupakan subunit
troponin yang penting, terdiri dari 2 miofilamen (filament tebal/miosis dan
filament tipis/aktin, tropomiosin, troponin). cTnT merupaakn fragmen ikatan
tropomiosin, ditemukan di otot jantung dan skelet.
Troponin T adalah yang paling efektif bila awal kerusakan miokardium tidak
diketahui.
Peningkatan troponin menjadi pertanda positif adanya cedera sel miokardium dan
potensi terjadinya angina.
Nilai normal < 0,16 Ug/L
5) SGOT (Serum glutamik oksaloasetik transaminase)
Adalah enzim transaminase sering juga disebut juga AST (aspartat amino
transferase) katalisator-katalisator perubahan asam amino menjadi asam alfa
ketoglutarat.
Enzim ini berada pada serum dan jaringan terutama hati dan jantung. Pelepasan
enzim yang tinggi kedalam serum menunjukan adanya kerusakan terutama pada
jaringan jantung dan hati.
Pada penderita infark jantung, SGOT akan meningkat setelah 12 jam dan
mencapai puncak setelah 24-36 jam kemudian, dan akan kembali normal pada hari
ke-3 sampai hari ke-5.
Nilai normal :
Laki-laki s/d 37 U/L
Wanita s/d 31 U/L
Kondisi yang menyebabkan peningkatan SGOT
No. Peningkatan SGOT Kondisi/penyebab
- Peningkatan ringan (< 3X normal)
- Peningkatan sedang (3-5X normal)
- Peningkatan tinggi (>5X normal)
6) SGPT (serum glutamik pyruvik transaminase)
Merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam
jaringan tubuh terutama hati. Sering disebut juga ALT (alanin aminotransferase).
Peningkatan dalam serum darah mengindikasikan adanya trauma atau kerusakan
pada hati.
Nilai normal :
Laki-laki : s/d 42 U/L
Wanita : s/d 32 U/L
- Peningkatan SGOT/SGPT : > 20X normal : hepatitis virus, hepatitis toksis.
- Penigkatan 3-10x normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronik aktif,
obstruksi empedu ekstra hepatic, sindrom reye, dan infark miokard
(AST>ALT).
- Peningkatan 1-3X nilai normal : pancreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec,
dan sirosis biliar.
7) HBDH (alfa hydroxygutiric dehidrogenase)
Merupakan enzim non sfesifik. Untuk diagnostic miokard infark.
Pemeriksaaan ini bertujuan untuk membedakan LDH 1,2 dan LDH 3,4. Penigkatan
HBDH biasanya juga menandai adanya miokard infark dan juga diikuti
peningkatan LDH.
22
g. Pemeriksaan Pencitraaan
Sumbatan koroner dapat terdeteksi dengan pemeriksaan pencitraan. Yang
dimaksud dengan pemeriksaan pencitraan adalah pemeriksaan yang memperlihat citra
(gambar) anatomis dari suatu organ.
Berbagai pemeriksaan pencitraan mempunyai keunggulan dan kekurangan.
Saat ini pemeriksaan angiografi koroner merupakan gold standar yang akurasinya
tinggi dalam mendeteksi adanya sumbatan koroner, namun merupakan pemeriksaan
invasif dan paparan radiasi sinar X yang ditimbulkannya cukup tinggi.
h. Pemeriksaan ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi merupakan pemeriksaan pencitraan dengan alat
ekokardiogram. Pemeriksaan ini dilakukan bukan untuk tujuan melihat adanya
sumbatan koroner secara langsung. Otot-otot jantung yang tidak cukup mendapatkan
pasokan darah akan mengalami gangguan kontraksi.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan bila dokter ingin mengamati struktur jantung:
Katup jantung
Otot jantung, seperti penebalan otot jantung,
Sekat jantung (yang membagi jantung menjadi 4 ruangan jantung), serta
Kantung jantung
Selain itu, pemeriksaan ekokardiogram dilakukan bila dokter ingin menilai
apakah jantung dapat menjalankan fungsinya (memompa darah) secara efesien, yaitu
dengan menghitung ejection fraction. Organ jantung yang normal dapat memompa
lebih dari 60 persen darah dari ventrikel ke seluruh tubuh. Bila ada kerusakan
(kematian) otot jantung, ejection fraction nya akan turun (fungsi jantung dalam
memompa telah berkurang).
i. Angiografi koroner
Pemeriksaan angiografi koroner sering disebut juga sebagai pemeriksaan
kateterisasi jantung, sebab pada pemeriksaan ini suatu kateter akan dimasukkan
melalui pembuluh darah di lipat paha atau lengan hingga menuju jantung. Ketika
ujung kateter telah mencapai arteri koroner jantung, suatu zat kontras di injeksikan
sehingga gambaran sumbatan di pembuluh darah pada hasil foto Rontgent akan
tampak dengan jelas.
Pemeriksaan angiografi merupakan gold standar atau pemeriksaan baku emas yang
sangat akurat untuk mendiagnosis adanya sumbatan di arteri koroner jantung.
j. CT angiogram koroner (CT coronary angiogram)
Pada saat scaning di tabung CT, zat kontras di injeksikan.
CT angiogram dapat menilai skor kalsium, untuk menilai banyaknya masa kalsium di
dinding pembuluh darah.
Bila nilainya 0, artinya tidak ada endapan kalsium di dinding pembuluh darah.
Bila nilainya > 0, artinya ada endapan kalsium di dinding pembuluh darah
DIAGNOSIS BANDING
Gagal Jantung Kronis
Gagal jantung kronis adalah kondisi jantung yang tak memiliki kemampuan
memompa darah yang telah diderita dan diketahui selama bertahun-tahun, dan
telah mencapai fase yang paling parah.
Gagal jantung Akut
Gagal jantung akut merupakan keadaan jantung yang tak bisa memompa
darah dengan gejala sesak nafas hebat secara tiba-tiba. Penderita gagal jantung
23
akut umumnya tidak menyadari dirinya mengalami kematian otot jantung sebelum
terkena serangan gagal jantung akut.
Sisi jantung kanan tidak mampu mengosongkan volume darah dengan dengan
adekuat sehingga dapat mengakomodasi darah secara normal kembali dari
sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang nampak adalah : edema ekstremitas (pitting
edema), penambahan BB, hepatomegali, distensi vena leher, asites (penimbunan
cairan dalam rongga peritoneum), anoreksia, mual, muntah, nokturia dan lemah.
Otot jantung terbentuk dari serabut serabut otot yang bermuatan listrik,
dikarenakan adanya aliran ion Natrium dari dan ke dalam sel. Akibat aliran ion
Natrium ini jantung mengalami siklus depolarisasi repolarisasi secara kontinyu
sehingga membentuk pola denyutan jantung. Bioelektrik jantung dibangkitkan oleh
sinoatrial node (SA node)dan atrioventricular node (AV node) kemudian menjalar
melalui sel konduksi yang disebut berkas HIS atau serat purkinje selanjutnya mengalir
ke seluruh bagian jantung sehingga membentuk kompleks sinyal EKG di permukaan
tubuh.
Teknik Sadapan EKG
Dalam Ilmu Kardiologi dikenal 12 sadapan EKG standar, yaitu :
24
Lead I : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA)
yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri bermuatan (+)
Lead II : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LF)
yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)
Lead III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF) yang
mana tangan kiri bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)
Lead aVR : merekam beda potensial pada tangan kanan (RA) dengan tangan kiri dan
kaki kiri yang mana tangan kanan bermuatan (+)
Lead aVL : merekam beda potensial pada tangan kiri (LA) dengan tangan kanan dan
kaki kiri yang mana tangan kiri bermuatan (+)
Lead aVF : merekam beda potensial pada kaki kiri (LF) dengan tangan kanan dan
tangan kiri yang mana kaki kiri bermuatan (+)
Lead unipolar prekordial : merekam beda potensial lead di dada dengan ketiga lead
ekstremitas. Yaitu V1 s/d V6
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kertas EKG
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horisontal dan vertikal berbentuk
bujur sangkar dengan jarak 1 mm. Garis yang lebih tebal (kotak besar) terdapat pada setiap 5
mm. Garis horizontal menggambarkan waktu (detik) yang mana 1 mm (1 kotak kecil) = 0,04
detik, 5 mm (1 kotak besar) = 0,20 detik. Garis vertical menggambarkan voltase yang mana 1
mm (1 kotak kecil) = 0,1 mV.
25
Kurva EKG
Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi di atrium dan ventrikel. Proses
listrik terdiri dari :
Gelombang P
Nilai normal :
Lebar 0,12 detik
Tinggi 0,3 mV
Selalu (+) di lead II
Selau (-) di lead aVR
Interval PR
Diukur
dari
permulaan
gelombang
P
sampai
permulaan gelombang QRS.
Nilai normal berkisar 0,120,20 detik.
Gelombang U
26
2.
3.
4.
5.
Irama yang tidak mempunyai criteria tersebut di atas kemungkinan suatu kelainan
Revaskularisasi
1 Pemakaian trombolitik
2 Prosedur invasif non operatif, yaitu melebarkan arteri coronaria dengan
balon.
3 Operasi
Angina Pektoris
Penatalaksanaannya:
1 Pengobatan pada serangan akut, nitrogliserin sublingual 5 mg merupakan obat
pilihan yang bekerja sekitar 1-2 menit dan dapat diulang dengan interval 3-5
menit.
2 Pencegahan serangan lanjutan:
a Long acting nitrate, yaitu ISDN 3 dd 10-40 mg oral.
b Beta blocker : propanolol, metoprolol, nadolol, atenolol, dan pindolol.
c Calcium antagonist : verapamil, diltiazem, nifedipin.
3 Mengobati faktor presdiposisi dan faktor pencetus: stres, emosi, hipertensi,
DM, hiperlipidemia, obesitas, kurang aktivitas dan menghentikan kebiasaan
merokok.
28
Streptokinase / trombolisis
Farmakologis
ANTIANGINA
1 Nitrat organik
Nitrat organik adalah ester alkohol polisakarida dengan nitrat, sedangkan nitrit
organik adalah ester asam nitrit. Amilnitrit, ester asam nitrit dengan alkohol
merupakan cairan yang mudah menguap dan biasa diberikan melalui inhalasi.
Sedangkan ester nitrat lainnya yang berat molekulnya lebih tinggi
(misalnya pentaeritrol tetranirat dan isosorbit dinitrat berbentuk padat).
Farmakodinamik:
Nitrat organik (prodrug) yakni menjadi aktif setelah dimetabolisme dan
mengeluarkan mitrogen monoksida.
Biotransfromasi berlangsung di intraseluler, Mekanisme kerja dari nitrat
dibagi menjadi 2:
a Vasodilatasi non-endothelium dependent dengan cara nitrat organik
melepas nitrit oksida, lalu merangsang penglepasan cGMP yang
memperantarai defosforilasi miosin sehingga terjadilah relaksasi otot
polos.
b Vasodilatasi endothelium
dependent
dengan cara melepaskan
prostasiklin yang menyebaban vasodilatasi pembulih darah.
Efek kardiovaskular
:
a Nitrat organik menurunkan dan dapat meningkatkan suplai oksigen dengan
cara mempengaruhi tonus vaskular menimbulkan vasodilatasi sistem
vascular
b Nitrat organik memperbaiki sirkulasi koroner pada pasien aterosklerosis
denagn menimbullkan redistribusi aliran darah menyebabkan dilatasi
pembuluh darah koroner yang besar di daerah epikardial dan bukan
pembuluh darah kecil (arteriol), sehingga tidak terjadi steal phenomenon.
Farmakokinetik
Nitrat organik diabsorpsi baik lewat kulit, mukosa sublingual dan oral.
Metabolisme obat dalam hati dilakukan oleh nitrat reduktase.
Masa kerja lebih panjang bila menggunakan nitrat organik oral (isosorbid
mononitrat, isosorbid dinitrat, eritritil tetranitrat)
Nitrat organik dengan preparat transdermal (salep, plester). Plester
nitrogliserin (penggunaan 24jam-melepaskan 0.2-0.8 mg obat tiap jam).
Bentuk salep nitrogliserin (2%-pada kulit 2.5-5 cm) biasanya untuk
mencegah angina yang timbul pada malam hari.
Amilnitrit mempunyai bentuk cairan yang mudah menguap (volatile)
cara inhalasi, lebih cepat diabsorpsi dan menghindari efek metabolisme
pertama dihati)
Tabel . Sediaan Nitrat Organik
Sediaan Nitrat
Interval
Lama kerja
0,18-0,3 ml
3-5 menit
30
Preparat sublingual
1. Nitrogliserin
2. Isosorb dinitrat
0,5-0,6 mg
2,5-5 mg
10-60 mg
6,5-13 mg
10-30 menit
10-60 menit
4-6 jam
6-8 jam
Obat
Kelarutan
Dalam
lemak
Eliminasi
Asebutolol
Hati
Labetalol
Bisoprol
Nadolol
Atenolol
Hati
Ginjal
Ginjal
Metoprolol
Sedang
Hati
Pindolol
Sedang
Ginjal
hati
Propanolol
Hati
Penbutolol
hati
+
&
Efek Samping
Farmakologi : bradikardi, blok AV, gagal jantung, bronkospasme
Sal cerna : mual, muntah, diare, konstipasi
Sentral : mimpi buruk, insomnia, halusinasi, rasa capai, pusing, depresi
31
Kontraindikasi
a hipotensi
b bradikardi simptomatik
c blok AV derajat 2-3
d gagal jantung kongesif
e ekserbasi serangan asma (bronkospasme)
f diabetes melitus dengan hipoglikemia
Indikasi
Angina pectoris, aritmia, hipertensi, infark miokard
3
Efek kardiovaskular
1
2
3
4
5
Vasodilatasi
coroner
Vasodilatasi perifer
Inotropik negatif
Kronotropik
negative
Dromotropik
Nifedipin (N)
Verapamil (V)
Diltiazem (D)
5
1
4
4
3
2
4
32
negative
* Angka menunjukkan perbandingan kekuatan relatif masing-masing obat
a
b
c
d
e
ANTITROMBOTIK
1 Aspirin
Aspirin menghambat sintesis tromboksan A2 (TXA2) di dalam trombosit
dan prostasiklin (PGI2) di pembuluh darah dengan menghambat secara
ireversibel enzim sikloogsigenase (akan tetapi sikloogsigenase dapat dibentuk
kembali oleh sel endotel). Penghambatan siklooksigenase terjadi karena aspirin
mengasetilasi enzim tersebut. Aspirin dosis kecil hanya dapat menekan
pembentukan TXA2, sebagai akibatnya terjadi pengurangan agregasi trombosit.
Dosis lebih tinggi, selain meningkatkan toksisitas (terutama perdarahan), juga
menjadi kurang efektif karena selain menghambat TXA2 juga menghambat
pembentukan prostasiklin.
Pada infark miokard akut nampaknya aspirin bermanfaat untuk
mencegah kambuhnya infark miokard yang fatal maupun nonfatal. Pada pasien
TIA (transient ischemic attack), penggunaan aspirin jangka panjang juga
bermanfaat untuk mengurangi kambuhnya TIA, stroke karena penyumbatan,
dan kematian akibat gangguan pembuluh darah. Berkurangnya kematian
terutama jelas pada pria.
Efek samping aspirin misalnya rasa tidak enak di perut, mual, dan
perdarahan saluran cerna; biasanya dapat dihindarkan bila dosis per hari tidak
lebih dari 325 mg. Penggunaan bersama antasid atau antagonis H 2 dapat
mengurangi efek tersebut. Obat ini dapat mengganggu hemostasis pada
33
tindakan operasi dan bila diberikan bersama heparin atau antikoagulan oral
dapat meningkatkan risiko perdarahan.
2
Dipiridamol
Dipiridamol menghambat ambilan dan metabolisme adenosin oleh
eritrosit dan sel endotel pembuluh darah, dengan demikian meningkatkan
kadarnya dalam plasma. Adenosin menghambat fungsi trombosit dengan
merangsang adenilat siklase dan merupakan vasodilator. Dipiridamol juga
memperbesar efek antiagregasi prostasiklin. Dipiridamol sering digunakan
bersama heparin pada pasien dengan katup jantung buatan. Obat ini juga
banyak digunakan bersama aspirin pada pasien infark miokard akut untuk
prevensi sekunder dan pada pasien TIA untuk mencegah stroke.
Efek samping yang paling sering yaitu sakit kepala; biasanya jarang
menimbulkan masalah dengan dosis yang digunakan sebagai antitrombotik.
Bila digunakan untuk pasien angina pektoris, dipiridamol kadang-kadang
memperberat gejala karena terjadinya fenomena coronary steal. Efek samping
lain ialah pusing, sinkop, dan gangguan saluran cerna.
Bioavailabilitas obat ini sangat bervariasi. Lebih dari 90% dipiridamol
terikat protein dan mengalami sirkulasi enterohepatik. Masa paruh eliminasi
bervariasi: 1 12 jam. Dosis untuk profilaksis jangka panjang pada pasien
katup jantung buatan 400 mg/hari bersama dengan warfarin. Untuk mencegah
aktivasi trombosit selama operasi by-pass, dosisnya 400 mg dimulai 2 hari
sebelum operasi.
Tiklopidin
Tiklopidin menghambat agregasi trombosit yang diinduksi oleh ADP.
Berbeda Tiklopidin menghambat agregasi trombosit yang diinduksi oleh ADP.
Berbeda dari aspirin, tiklopidin tidak mempengaruhi metabolisme
prostaglandin. Dari uji klinik secara acak, dilaporkan adanya manfaat
tiklopidin untuk pencegahan kejadian vaskular pada pasien TIA, stroke, dan
angina pektoris tidak stabil.
Efek samping yang paling sering mual, muntah, dan diare. Yang dapat
terjadi sampai pada 20% pasien. Selain itu, antara lain, dapat terjadi perdarahan
(5%), dan yang paling berbahaya leukopenia (1%). Leukopenia dideteksi
dengan pemantauan hitung jenis leukosit selama 3 bulan pengobatan.
Trombositopenia juga dilaporkan, sehingga perlu dipantau hitung trombosit.
Tiklopidin terutama bermanfaat untuk pasien yang tidak dapat
mentoleransi aspirin. Karena tiklopidin mempunyai mekanisme kerja yang
berbeda dari aspirin, maka kombinasi kedua obat diharapkan dapat
memberikan efek aditif atau sinergistik.
4
5
Klopidogrel
-bloker
Banyak uji klinik dilakukan dengan -bloker untuk profilaksis infark
miokard atau aritmia setelah mengalami infark pertama kali. Dari The
Norwegian Multicenter Study, dengan timolol didapatkan bahwa obat ini dapat
mengurangi secara bermakna jumlah kematian bila diberikan pada pasien yang
telah mengalami infark miokard. Akan tetapi, tidak dapat dipastikan apakah hal
tersebut disebabkan oleh efek langsung timolol terhadap pembekuan darah.
Terapi Bedah
34
35
Pencegahan
Pemantauan dan memodifikasi faktor risiko tertentu adalah cara terbaik untuk
mencegah penyakit jantung koroner.
Jika mungkin, mengadopsi gaya hidup sehat sejak awal kehidupan
Riwayat keluarga
Jika seseorang dalam keluarga memiliki penyakit jantung koroner, angina, atau
serangan jantung pada usia 55 tahun, resiko terkena penyakit jantung
meningkat. Jika penyakit jantung ada dalam keluarga, dapat direkomendasikan
tes skrining dan tindakan pencegahan.
Kolesterol tinggi total
ketahui kadar kolesterol total dan ambil tindakan untuk mengontrolnya dengan
diet dan olahraga jika kadarnya tinggi. Berikut panduan dari National Cholesterol
Education Program (NCEP), kadar kolesterol total yang diukur dalam darah
setelah 9-12 jam berpuasa berdasarkan subtipe kolesterol penting:
LDL cholesterol
Kurang dari 100 - Optimal
100-129 - Near optimal/above optimal
130-159 - Borderline high
160-189 - High
36
(2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta : Interna Publishing
Setelah diagnosis gagal jantung, ada banyak hal yang pasien dapat dan harus
lakukan untuk memperlambat perkembangan penyakit. Namun masih ada
obatnya. Data dari National Heart, Lung dan Darah Institute (NHLBI)
menunjukkan bahwa secara keseluruhan, hanya sekitar 20 persen dari wanita yang
terdiagnosis gagal jantung bertahan hidup lebih lama dari 8 sampai 12 tahun, dan
laki-laki tarif lebih buruk. Delapan puluh persen pria dan 70 persen perempuan di
bawah 65 dengan gagal jantung meninggal dalam waktu 8 tahun. pasien
jantung Satu dari lima kegagalan meninggal dalam waktu satu tahun diagnosis.
Gagal jantung pasien juga mati mendadak serangan jantung pada 6-9 kali lipat
dari populasi umum. Namun, prospek untuk pasien individu tergantung pada
kesehatan secara keseluruhan pasien, usia, tingkat keparahan dari penyakit, dan
faktor risiko lainnya.
Daftar Pustaka
Putz, R, R. Pabst (2006) Atlas Anatomi Manusia Sobotta, edisi 22, jilid 1 dan 2, EGC, Jakarta
W. Tank, Patrick, Thomas R. Gest (2009) Atlas anatomi Lippincott Williams & Wilkins,
Erlangga
Price, Sylvia A., Lorainne M (2006) Patofisiologi Vol. 2, EGC, Jakarta
Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi (2007) Farmakologi dan Terapi ed 5, FKUI, Jakarta
Sudoyo AW, dkk (2009) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi V, Jilid II, FKUI, Jakarta
Kowalak, Jennifer P (2011) Buku Ajar Patofisiologi, EGC, Jakarta
http://www.slideshare.net/charwin1988/3161769-jantungkoroner#btnNext
http://www.scribd.com/doc/76846079/Vaskularisasi-Jantung-Tek-Darah-Pembuluh-Darah
http://www.scribd.com/doc/30488417/Penyakit-Jantung-Koroner
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pathology/1984218-patofisiologi-penyakitjantung-koroner-pjk/#ixzz2FbAC9zT8
38
http://olvista.com/kesehatan/penyakit-jantung-koroner-atau-pjk/
http://sandurezu.wordpress.com/2011/11/16/membaca-hasil-ekg-elektrokardiografi/
39