Anda di halaman 1dari 21

Laporan Kerja Praktek

PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan


BAB IV
SARANA PENUNJANG

4.1 FASILITAS OFFSITE


Fasilitas offsite berfungsi mengadakan dan mempersiapkan feed untuk tiap
unit proses serta menampung hasil produksi dari unit-unit proses tersebut, baik
yang berupa intermediate product atau finished product. ITP (Instalasi Tangki dan
Pengapalan) dibagi menjadi 2 seksi utama, yaitu:
1. Seksi Tank Blending and Metering (TBM)
Mengatur tentang kegiatan yang berkaitan dengan tangki seperti penyiapan
tangki untuk bahan baku, bahan baku intermediet, dan produk. Selain itu, seksi ini
juga berfungsi untuk pengukuran jumlah transfer (metering) dan perbaikan
kualitas pencampuran (blending). Seksi ini meliputi Tank Farm Unit (unit 42).
2. Seksi Loading Environtment Jetty (LEJ)
Mengatur kegiatan transfer dari kapal ke tangki darat dan sebaliknya
(loading), pembongkaran minyak mentah dari kapal dan sebaliknya (jetty), serta
mengelola limbah-limbah dari proses yang kebanyakan mengandung NH3, H2S,
phenol, oil, dll (environtment). Unit ini meliputi Single Buoy Mooring (unit 41),
Pipeline (unit 43), dan sistem pengolahan limbah (unit 63),. Unit peralatan pada
fasilitas offsite di PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan ini terbagi dalam
beberapa unit yang masing masing mempunyai fungsi yang saling berkaitan, unitunit tersebut adalah Single Buoy Mooring (unit 41), Tank Farm Unit (unit 42), dan
Pipeline (unit 43).

4.2 UTILITAS
4.2.1 Penyediaan Air
4.2.1.1 Unit 53: Water Intake Facility
1. Fungsi

: pemurnian air

2. Kapasitas : 1300 ton/jam


3. Generator : 3 unit (53-G-301 A/B/C)
4. Daya

: (53-G-301A/B) = 78 kW
(53-G-301C) = 360 kW

Politeknik Negeri Malang


Jurusan Teknik Kimia

96

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
Water Intake Facility berlokasi di desa Salam Darma, Kecamatan Compreng
Kabupaten Subang 65 km dari Refinery EXOR I Balongan. Air sungai diambil
dari

buangan

Proyek

Jatiluhur

pada

saluran

utama

sebelah

Timur

(TimurMainCanal). Apabila kanal dalam perbaikan, maka air sungai diambil dari
sungai Cipunegara.
Water Intake Facility yang berfungsi sebagai unit pemurnian air memiliki
kapasitas sebesar 1330 ton/jam. Pada unit ini terdapat 3 buah generator dengan
daya 78 KW (53-G-301 A/B) dan 360 KW (53-G-301 C). Rata-rata kebutuhan air
untuk RU-VI Balongan kurang lebih sebanyak 1300-1500 ton/jam.
Tabel 4.1. Kondisi operasi pengambilan air dari sungai Cipunegara
Unit
Pressure
Temperatur
2
Raw Water Intake pump
1,7 kg/cm g
ambient
Clarifier
atm
ambient
Gravity Filter
atm
ambient
Filter Water Tank
atm
ambient
2
Raw Water Transfer Pump
26 kg/cm g
ambient
2
Instrument Air
5-7 kg/cm g
4050oC
Fuel Oil Unloading
0,8 kg/cm2g
ambient
2
Feed
1 kg/cm g
ambient
Untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan air, PERTAMINA RU-VI
dilengkapi dengan unit pengolahan air sisa proses yaitu Proses Penjenuhan Air
(Water TreatmentPlant) agar air dapat digunakan kembali.

4.2.1.2 Unit 55: Demineralized Water


Water treatment bertujuan memperlakukan atau melunakkan (menjernihkan)
air dari sumber air yang sesuai dengan baku mutunya. Sumber air tersebut dapat
diambil dari surface water (air sungai, laut) dan ground water (mata air, air
sumur).
Unit demineralisasi bertujuan untuk memenuhi air yang sesuai dengan
persyaratan-persyaratan boiler feed water. Demin Plant terdiri dari tiga train yaitu
demin train A/B degan flowrate 230 m3/h/train dan demin train C dengan flow
rate 200 m3/h. Yang diinstalasi out doors, tanpa atap dan di area yang tidak
berbahaya.

Politeknik Negeri Malang


Jurusan Teknik Kimia

97

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
Pola operasi:
a. Demineralization Plant beroperasi secara kontinyu.
b. Masing-masing train akan beroperasi normal dengan dipindah secara
bergantian selama satu train atau saat regenerasi.
c. Air buangan regenerasi yang mengandung asam dan basa serta air pembilas
dari masing-masing resin dibuang melalui bak penetral (untuk dinetralisasi).
d. Backwash water dari Activated Carbon Filters akan dialirkan ke Clean Drain.
e. Selama operasi normal, operator akan tinggal di Utility Control Room dekat
dengan lokasi sehingga dapat mengadakan inspeksi ke lokasi secara periodik.
Raw water yang digunakan sebagai demin watermasih mengandung karbon,
kation, anion, CO2, senyawa organic dan padatan. Proses produksi demin water
diawali dengan memompakan raw water menuju carbon filter dan diteruskan
menuju cationexchanger (strong base cation and weak base cation). Pada cation
exchanger, resin kation akan menukarkan ion kation Ca2+ dan Mg2+ dengan ion
hydrogen. Apabila resin penukar kation mengalami penjenuhan, maka resin
diregenerasi dengan menggunakan asam sulfat. Air yang keluar dari cation
exchanger dikirim menuju decarbonator untuk dihilangkan kadar CO2-nya.
Kemudian air hasil dekarbonasi dimasukkan dalam anion exchanger (strong base
anion and weak base anion). Resin penukar anion akan menukarkan kandungan
anion dalam air dengan ion hidroksida. Air yang keluar dari anion exchanger
masih memiliki kandungan silica dan dijaga pada kadar maksimum 0,02 ppm.
Apabila silica membentuk scale, maka steam turbin akan sulit dibersihkan.
Kualitas Demineralized Water :
a. Total Hardness

: Nil

b. Conductivity

: Max. 10 s/cm

c. Silica

: Max. 0.2 mg/l

d. Iron

: Max. 0.1 mg/l

4.2.1.3 Unit 54: Raw Water dan Portable Water


Raw Water ditransfer dari Raw Water Intake Facilities (Salam Darma)
melalui pipa dan ditampung di tangki Raw Water. Raw Water ini digunakan juga
sebagai service water yang pemakainya adalah:

Politeknik Negeri Malang


Jurusan Teknik Kimia

98

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
1. Make-up untuk Fire Water
2. Make-up untuk Cooling Water
3. Make-up untuk Demineralized Water
4. Make-up untuk Potable Water
5. House Station
6. Pendingin untuk pompa di offsite
Service water sebelum masuk ke Potable Water Tank, disteril terlebih
dahulu dengan gas Chlorine yang selanjutnya dipompakan ke pemakai. Air yang
sudah disteril dinamakan DW.
Portable water dimanfaatkan bagi keperluan para karyawan PT.
PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan. Portable water ini akan digunakan
untuk keperluan-keperluan seperti kantor laboratorium, central control room,
HSE (Health, Safety and Enviroment), field office, Gedung Administrasi,
controlroom ITP, dan safety shower di unit utilitas dan unit proses.
Kualitas Service Water :
a. pH

: 6.5-8.0

b. Total Kation, sebagai CaCO3

: 117.5

c. Total Anion, sebagai CaCO3

: 135 mg/l

d. Total dissolved solid

: 205 mg/l sebagai CaCO3

e. Conductivity

: 300 s/cm pada 25 0C

f. Total iron

: 0.3 mg/l

g. Silica

: 25 mg/l

h. CO2

: 40 mg/l sebagai CaCO3

i. Suspended solid

: 5 mg/l

j. Turbidity

: 5 mg/l

mg/l

4.2.1.4 Unit 56: Sistem Air Pendingin/ Cooling Water


Unit ini berfungsi untuk mensuplai air pendingin ke unit-unit proses,
fasilities utilities, ancilaries dan fasilitas offsite.
Bagian-bagiannya:
1. Menara pendingin (Cooling Water Tower).
2. Pompa air pendingin (Cooling Water Pump) sebanyak 5 normal, 1 stand by
kapasitas @ 7000 m3/hr pada tekanan 4,5 kg/cm2g.
Politeknik Negeri Malang
Jurusan Teknik Kimia

99

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
3. Side Stream Filter dengankapasitas 220 m3/hr.
4. Side Filter/ Start Up Pompa Cooling Water dengan kapasitas 660 m3/hr.
Sistem Proses:
Menara dirancang untuk mendinginkan air dari temperatur 45,5oC ke 33oC
dengan wet bulb temperatur 29,1oC pada tipe counter flow. Menara terdiri dari 10
cell dan 10 draft fan beserta masing-masing motornya dan dua buah header
supply utama untuk pendistribusian ke onsite dan utility area. Sistem pendinginan
pada cooling tower ini dirancang menurut sistem sirkulasi terbuka. Pompa
cadangan digunakan untuk mengantisipasi gangguan dan apabila salah satu pompa
utama dibersihkan.
Fasilitas pengolahan air digabung dengan menara pendingin yang
dilengkapi injeksi gas chlorine untuk membunuh bakteri dan mencegah
tumbuhnya lumut, inhibitor korosi dan dispersant. Untuk menjaga mutu air,
sebagian air diolah di side stream filter. Pada bagian header supply ke area utility,
dilengkapi dengan on-line conductivity analizer untuk memonitor mutu dari air
pendingin. Air pendingin didistibusikan ke proses di kilang dengan pompa 56-P101A-F ke bagian utilitas dan proses yang membutuhkan sistem air pendingin.
a. Air pendingin didistribusikan ke system utilitas untuk boiler, Steam Turbin
Generator (STG), kompresor, Nitrogen dan Demin Plant.
b. Air pendingin didistribusikan ke unit proses untuk H2 Plant, RCC Complex,
GO dan LCO HTU, CDU, AHU, Amine Treatment, Sulphur Plant, NPU, dan
off site area.
4.2.2 Unit 52: Penyediaan Steam
Sistem pembangkit steam yang digunakan pada PT. PERTAMINA RU-VI
Balongan adalah 9 buah unit boiler (masing-masing 115 ton/jam) yang terdiri dari
steam drum, down comers, water wall tube, superheater, dan bank tube. Unit air
umpan dari boiler terdiri dari tiga buah deaerator yang berfungsi untuk:
1. Menampung air
2. Proses pemanasan awal
3. Menghilangkan kadar O2 dalam air
Pada setiap deaerator dilakukan penambahan zat aditif berupa hidrazin
yang berfungsi untuk mempermudah lepasnya O2 dari air dan amin yang berfungsi
Politeknik Negeri Malang
Jurusan Teknik Kimia

100

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
untuk menaikkan pH, sehingga air umpan tidak bersifat asam yang dapat
menyebabkan terjadinya korosi pada alat proses. Peralatan penunjang yang
terdapat boiler antara lain adalah safety valve, dua unit penggerak steamturbin,
economizer, Local Boiler Control (LCP), analyzer, water level gauge,
instrumentasi, dan lain-lain.
Steam dihasilkan dengan menggunakan boiler dengan bahan bakar berupa
bahan bakar cair (minyak) dan bahan bakar gas. Unit 52 ini terdiri dari 6 unit
boiler dengan kapasitas 115 ton/jam masing-masing unit. Steam yang diproduksi
boiler berupa HP steam, sedangkan MP dan LP steam dihasilkan melalui ekspansi
yang dapat dilakukan secara isoterm atau isentalpik. Umpan boiler berupa air
demin dan kondensat yang berasal dari proses. Spesifikasi umpan boiler antara
lain :
a. Total dissolved solid

: 0.8 wt ppm

b. Suspended solid

: 1.0 wt ppm

c. Conductivity

: 1.2 s/cm

d. Hydrocarbon

: Nil

Produksi steam dilakukan melalui proses ekspansi secara isotherm atau


isentalpik. Ada 3 jenis steam yang dihasilkan, yaitu:
1. High Pressure (HP) Steam (43 kg/cm2)
HP steam digunakan pada STG, FDF boiler, HBW pump, compressor, dan
coolingwater, serta juga untuk berbagai unit proses, diantaranya adalah RCC,
H2plant, GO/LCO HTU, dan ARHDM.
2. Medium Pressure (MP) Steam (19 kg/cm2)
MP steam digunakan sebagai tenaga penggerak pompa steam turbine dan
steam jet ejector. Digunakan pada MBW pump, automizing boiler,fuel oil pump,
demin water pump, dan condensate pump, serta juga untuk berbagai unit proses,
diantaranya adalah RCC, GO/LCO HTU, CDU, AHU, Amine/SWS, sulphur
plant,offsite dan flare.
3. Low Pressure (LP) Steam (3,5 kg/cm2)
LP steam digunakan sebagai media pemanas pada berbagai unit utilitas
seperti deaerator, KO drum, dan juga untuk berbagai unit proses, yaitu H2plant,
GO/LCO HTU, CDU, AHU, Amine/SWS, sulphur plant, dan offsite area.

Politeknik Negeri Malang


Jurusan Teknik Kimia

101

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
4.2.3 Unit 51: Penyediaan Tenaga Listrik
Kilang minyak PT.PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan didesain
dengan kapasitas pengolahan 125000 BPSD. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, listriknya disediakan/diperoleh dari PLTU terdiri dari 5 unit Steam
Turbin Generator (STG).
Masing-masing turbin memiliki kapasitas 27500 KVA/22000 KW, sehingga
total kapasitas terpasang sebesar 5 x 22000 KW = 110000 KW. Selain dari 5 unit
steam turbin generator di atas yang merupakan unit-unit utama dalam sistem
pembangkit tenaga listrik.
PT.PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan dilengkapi juga dengan pusat
listrik tenaga diesel (PLTD) berupa satu unit Diesel engine generator set dengan
kapasitas sebesar 1 X 3600 KW.Unit PLTD dioperasikan pada saat initial start-up
dan auto-start bila terjadi kegagalan total pada Steam Turbine Generator (STG).
Listrik yang telah diproduksi didistribusikan dengan saluran underground
cable untuk setiap substation, kecuali pada substation 31 yang menggunakan
saluran overhead. Adapun pendistribusian listrik untuk setiap substation antara
lain adalah:
1. Substation no. 1

: melayani utilitas dan kantor-kantor

2. Substation no. 11

: melayani H2 plant

3. Substation no. 12

: melayani unit GO HTU dan LCO HTU

4. Substation no. 13

: melayani unit ARHDM

5. Substation no. 14 A & B : melayani unit RCC


6. Substation no. 15

: melayani unit CDU

7. Substation no. 16

:lmelayani unit Amine treating, SWS, dan llSulphur


plant

8. Substation no. 21, 22, 23 : melayani Offsite area


9. Substation no. 31

: melayani kompleks Bumi Patra

4.2.4 Penyediaan Udara Tekan


Unit ini berfungsi untuk menyediakan udara tekan untuk keperluan proses di
kilang. Unit ini terdiri dari 6 alat pengatur tekanan udara, yaitu 3 unit turbin dan 3
unit motor kompresor. Kapasitas alat-alat tersebut adalah 3,500 Nm3/jam. Udara

Politeknik Negeri Malang


Jurusan Teknik Kimia

102

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
harus

dikeringkan

terlebih

dahulu

dengan

menggunakan

dryer

untuk

menghilangkan kandungan air pada udara yang dapat merusak kompresor.


Kapasitas pengeringannya yaitu 4820 Nm3/jam. Dryer yang digunakan molsieve.

4.2.4.1 Unit 59: Nitrogen Plant


Instalasi N2 terdiri dari dua train (train A dan train B). Masing-masing train
dilengkapi dengan satu tanki produksi dan satu unit penguap N2 cair.
Nitrogen Plant berfungsi untuk menghasilkan gas N2 yang digunakan
sebagai purging pada awal pengoperasian alat.Hal ini dikarenakan gas N2 yang
bersifat inert.Selain sebagai purging, sebagian gas N2 ini juga diperlukan sebagai
blanketting untuk mencegah terdapatnya O2 dalam tangki/proses karena dapat
menimbulkan bahaya ledakan dalam proses refining petroleum. Prosesnya diawali
dengan pengeringan udara di dalam dryer. Udara yang telah kering kemudian
dikompres sampai tekanan tertentu dan dialirkan ke dalam chiller untuk
didinginkan dengan menggunakan bantuan propylene. Prinsip kerja dari chiller
adalah pemisahan N2 dari udara pada temperatur sangat rendah.
Keluaran unit chiller ini kemudian dimasukkan ke unit pemurnian udara
yaitu menara absorber berpasangan yang saling bergantian secara kontinyu untuk
menghilangkan gas-gas selain nitrogen seperti CO, CO2, dan gas lainnya.
Absorben yang digunakan adalah activated alumina dan molecular sieve. Gas
yang keluar dari menara absorber masuk ke dalam cold box vessel dan dicairkan
dengan siklus refrigerasi untuk dipisahkan fasa gas dan fasa cairnya.Fasa gas
dikembalikan ke siklus refrigerasi, sedangkan fasa cair masuk ke rectifier
condenser untuk dipisahkan O2 dan N2 berdasarkan titik cairnya. Panas yang
dipertukarkan dari cold boxvessel digunakan untuk dryer. O2 yang dihasilkan
dikembalikan ke dalam cold box vessel untuk meregenerasi absorben, sedangkan
N2 yang dihasilkan didistribusikan dan sebagian didinginkan untuk disimpan
dalam bentuk cair.
4.2.4.2 Unit 58: Sistem Udara Tekan dan Instrumen
Sistem Udara tekan ini terdiri dari 6 alat pengatur tekanan udara, yaitu 3 unit
turbin dan 3 unit motor kompresor. Kandungan air yang terdapat dalam udara
dihilangkan dengan Molsieve Dryer yang bekerja pada kapasitas 4820 Nm3/jam.
Politeknik Negeri Malang
Jurusan Teknik Kimia

103

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
4.3 SISTEM PENYOKONG (ANCILLARIES COMMON)
4.3.1 Unit 61: Fuel System
Unit ini berfungsi untuk memasok bahan bakar pada pabrik. Unit ini terdiri
dari dua bagian yaitu:
a. Bahan bakar gas (Fuel Gas System)
Sistem ini dirancang untuk mengumpulkan berbagai sumber gas bakar dan
mendistribusikannya ke kilang sebagai gas bakar di unit-unit proses dan bahan
baku Hydrogen Plant. Sumber gas bakar tersebut antara lain: fuel gas dari refinery
off gas, LPG dan propilene dari ITP dan natural gas. Penggunaan gas bakar di
kilang adalah untuk keperluan gas umpan di Hydrogen Plant dan gas bakar di unit
dan fasilitas proses.
b. Bahan bakar minyak (Fuel Oil System)
Sistem ini dirancang untuk mengumpulkan bermacam-macam sumber fuel
oil dan mendistribusikan ke kilang sebagai bahan bakar di unit-unit proses. Pada
sistem ini terdapat 2 buah tangki (62-T-201A/B) dengan kapasitas per tangkinya
3000 m3. Pompa yang digunakan ada 3 unit (2 turbin dan 1 motor). Sumbersumber fuel oil antara lain:
1. DCO dari RCC
2. AR dari CDU
3. Gas oil untuk start up refinery
DCO digunakan sebagai fuel oil pada normal operasi, pada saat shut down
ARHDM unit maka AR juga digunakan sebagai fuel oil.
Konsumen fuel oil:
1. Crude charger heater di CDU
2. Dedicated superheater di RCC
3. Boiler di unit utilitas

4.3.2 Unit 64: Caustic Soda


Sistem caustic soda merupakan salah satu unit di PT. PERTAMINA
(Persero) RU-VI Balongan yang terdiri dari pelarut soda. Unit 64 berfungsi untuk
menyimpan, mencairkan dan menyuplai caustic soda. Sistem ini dirancang untuk
caustic soda 20oBe untuk bermacam kebutuhan. Caustic diterima dalam bentuk

Politeknik Negeri Malang


Jurusan Teknik Kimia

104

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
flake dan dilarutkan, dicairkan menjadi larutan 10oBe dan 20oBe dalam sistem
tersebut. Konsumsi dan pemakaian caustic soda adalah:
1. Pemakaian 20oBe pada umumnya digunakan di unit 24 SWS, Unit 55
Demineralized Plant, Unit 17 LPG Treatment dan Unit 22 Hydrogen Plant.
Pada pemakaian ini caustic soda ditampung di 64-T-102 dengan kapasitas 5,5
kg/hari.
2. Pemakaian 10oBe digunakan pada unit 18 Gasoline Treatment dan unit 20
Catalytic Condensation Unit. Pada pemakaian ini caustic soda ditampung pada
64-T-101 dengan kapasitas 20 kg/hari.
3. Pemakaian khusus caustic soda pada unit 14, 21, 23 sebanyak sekali setahun.
Kebutuhan ini dipertimbangkan untuk sistem desain.

4.3.3 Unit 66: Fire Water System


Fire water merupakan air yang disediakan sebagai air pemadam kebakaran.
Air tersebut disalurkan ke fire water hydrant dan water springkle di area ITP
sebagai air pemadam kebakaran. Unit ini terdiri dari 4 buah pompa dengan
kondisi auto stand by dengan satu jockey pump yang berfungsi untuk menahan
tekanan dalam sistem. Jockey pump didisain untuk mempertahankan sistem,
namun jika tekanan sistem turun 5 kg/cm2, maka salah satu pompa 66-P-101
A/B/C/D akan berjalan otomatis.

4.4 PENGOLAHAN LIMBAH


Di dalam setiap kegiatan industri diharuskan untuk melakukan kegiatan
pengolahan limbah sehingga air buangan yang keluar dari kawasan industri
tersebut telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh Pemerintah.
Unit Sewage and Effluent WaterTreatment dirancang untuk system waste
water treatment yang bertujuan untuk memproses buangan seluruh kegiatan dari
unit proses dan area pertangkian dalam batasan effluent yang ditetapkan untuk air
bersih. Kapasitasnya 600 m3/jam dimana kecepatan effluent didesain untuk
penyesuaian kapasitas 180 mm/hari curah hujan di area proses dan utilitas.
PT.PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan menghasilkan berbagai
macam limbah, yang terdiri dari:

Politeknik Negeri Malang


Jurusan Teknik Kimia

105

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
a. Limbah cair
b. Limbah gas
c. Limbah padat
4.4.1 Pengolahan Limbah Cair
Limbah industri yang dihasilkan industri minyak bumi umumnya
mengandung logam-logam berat maupun senyawa yang berbahaya. Selain logam
berat, limbah, atau air buangan industri, minyak bumi juga mengandung senyawasenyawa hidrokarbon yang sangat rawan terhadap bahaya kebakaran.
Dalam setiap kegiatan industri, air buangan yang keluar dari kawasan
industri minyak bumi harus diolah terlebih dahulu dalam unit pengolahan limbah,
sehingga air buangan yang telah diproses dapat memenuhi spesifikasi dan
persyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah.
Kegiatan industri pengilangan minyak mempunyai potensi menimbulkan
dampak berupa limbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan yang ada di
dalamnya. Potensi limbahnya berasal dari penggunaan bahan kimia, katalis, resin
serta dalam proses pengolahan itu sendiri. Sumber-sumber limbah cair berasal
dari:
1. Air Buangan unit proses
Air buangan unit proses berasal dari unit CDU, RCC, ARHDM, sistem
utilitas, unit Sour Water Stripper (SWS) dan unit Desalter.
2. Air buangan dari tanki
Air ini berasal dari penggelontoran air dalam tanki penyimpanan minyak,
dimana di dalam tanki penyimpanan minyak ini masih terdapat air yang
bercampur dengan minyak
3. Air hujan
Sumber limbah cair ini berasal dari air hujan, dimana air hujan jatuh pada
daerah-daerah yang banyak tumpahan minyaknya.
Tabel 4.2.Daftar Sumber dan Jenis Limbah Cair PT.Pertamina RU-VI
Unit
CDU

Jenis Limbah
Sour water
Oily water
Desalter eff water
Mercury (Hg)

Politeknik Negeri Malang


Jurusan Teknik Kimia

Sistem Pengolahan
Diolah di unit SWS
Dipisahkan di buffer pit
Diolah di unit EWT
-

Note

1*)
2*)

106

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
Unit
ARHDM
GO HTU
RCC/ Unsat
LPG Tr.
Gasoline Tr.
PRU

Jenis Limbah
Sour water
Oily water/ drain
Sour water
Oily water/drain
Sour water
Oily water/drain
Blowdown water
Spent caustic
Spent caustic
Sour water
Spent caustic

CCU

LCO HTU
H2 Plant

Oily water/drain
Sour water
Spent caustic
Oily water/drain
Cleaning reaktor
Sour water
Oily water/drain
Blow-down water
Oily water/drain

SWS
Sulfur Plant
UTL 62
UTL-55
Demin Plant

Treated sour water


Spent caustic
Overflow SW
Blow-down water
Oily water drain
tank Fuel 62-T-201
Blowdown Boiler,
hasil regen
kation/anion

Sistem Pengolahan
Diolah di unit SWS train 1
Dipisahkan di buffer pit
Diolah di unit SWS train 1
Dipisahkan di buffer pit
Diolah di unit SWS train 1
Dipisahkan di buffer pit
Dibuang ke sewer
Diolah di unit SWS train III
Diolah di unit SWS train III
Diolah di unit SWS train II
Dinetralisir di unit SWS train
III
Dipisahkan di buffer pit
Diolah di unit SWS train I
Dinetralisir di unit SWS train II
Dipisahkan di buffer pit
Di buang di sump pit
Diolah di unit SWS train I
Dibuang ke sewer pit
Dibuang ke sewer pit
Dipisahkan di common buffer
pit
Diolah lanjut di unit EWT
Netralisasi, dibuang ke EWT
Dibuang ke buffer pit
Dibuang ke sewer pit
Dipisahkan di buffer pit, di
kirim ke CPI

Note

3*)

4*)
4*)

5*)

Dinetralkan, di kirim ke
impounding basin

Note:
1*) Banyak mengandung padatan, sehingga menyebabkan buntuan pada cooler
2*) Ditemukan pada saat T/A 1996
3*) Pada saat start-up RCC sering menyebabkan gangguan di SWS train II.
4*) Limbahnya berwarna hijau, sehingga perlu dibleaching sebelum dibuang.
5*) pH rendah, sehingga perlu netralisasi dan aerasi sebelum di buang ke EWT.

Secara garis besar effluent water treatment di PT. PERTAMINA (Persero)


RU-VI Balongan dibagi menjadi dua, yaitu treatment oily water dan treatment air
buangan proses. Treatment oily water dilakukan di rangkaian separator sedangkan
treatment air buangan proses dilakukan menggunakan lumpur aktif (activated
sludge) yang merupakan campuran dari koloni mikroba aerobik. Desain awal dari
unit WWT (Waste Water Treatment) adalah untuk mengolah air buangan yang
terbagi menjadi dua sistem pengolahan, yaitu:

Politeknik Negeri Malang


Jurusan Teknik Kimia

107

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
1. Dissolved Air Floatation (DAF), untuk memisahkan kandungan padatan dan
minyak dari air yang berasal dari air buangan (oily water) ex process area dan
tank area. Pada proses ini yang diolah umumnya mempunyai kandungan
minyak dan solid yang tinggi tetapi mempunyai kandungan COD dan BOD
yang rendah.
2. Activated Sludge Unit (ASU), untuk mengolah secara kimia, fisika dan biologi
air buangan dari unit proses terutama: Treated Water ex Unit SourWater
Stripper (Unit #24) dan desalter effluent waterex Unit CrudeDistillation (Unit
#11). Air yang diolah umumnya mempunyai kandungan amonia, COD, BOD
dan fenol sedangkan kandungan minyak dan solid berasal dari desalter effluent
water.
Unit pengolah air buangan terdiri dari :
1. Air Floatation Section
Air hujan yang bercampur minyak dari unit proses dipisahkan oleh CPI
separator sedangkan air ballast dipisahkan di API separator kemudian mengalir
ke seksi ini secara gravitasi. Campuran dari separator mengalir ke bak DAF Feed
Pump dan dipompakan ke bak floatation, sebagian campuran dipompakan ke
pressurize vessel. Dalam pressurize vessel udara dari plant air atau DAF
compressor udara dilarutkan dalam pressurize waste water. Bilamana pressurize
waste water dihembuskan ke pipa inlet bak floatation pada tekanan atmosfir,
udara yang terlarut disebarkan dalam bentuk gelembung dan minyak yang
tersuspensi dalam waste water terangkat ke permukaan air. Minyak yang
mengapung diambil dengan skimmer dan dialirkan ke bak floatation oil. Minyak
di dalam bak floatation oil dipompakan ke tangki recovery oil. Air bersih dari bak
floatation mengalir ke bak impounding basin.
2. Activated Oil Sludge
Aliran proses penjernihan air dengan CPI Separator dan aliran sanitary
dengan pompa dialirkan secara gravitasi ke seksi activated sludge. Air hasil
proses CPI dan filtrate dehydrator dicampurkan dalam bak proses effluent dan
campuran air ini dipompakan ke pit aeration pada operasi normal dan pada
emergency ke pit clarifier melalui rapid mixing pit dan Flocculation pit. Apabila
kualitas air off spec, maka air tersebut dikembalikan ke bak effluent sedikit demi

Politeknik Negeri Malang


Jurusan Teknik Kimia

108

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
sedikit untuk dibersihkan dengan normal proses. Ferri Chlorida (FeCl3) dan
Caustic Soda (NaOH) diinjeksikan ke bak flocculation. Air yang tersuspensi,
minyak, dan sulfida dalam air kotor dihilangkan dalam unit ini. Lumpur yang
mengendap dalam bak clarifier dipompakan ke bak thickener. Pemisahan
permukaan dari bak clarifier dilakukan secara over flow ke bak aeration. Air
kotor dari sanitary mengalir secara langsung ke bak aeration. Dalam bak aeration
ditambahkan nutrient. Selain itu, untuk menciptakan lingkungan aerobik bak ini
dilengkapi pula dengan aerator. Treatment dengan biological ini mengurangi dan
menghilangkan benda-benda organik (BOD dan COD). Setelah treatment dengan
biological, air kotor bersama lumpur dikirim ke bak aeration kembali, sebagian
lumpur dikirim ke bak thickener. Pemisahan permukaan air dari bak sedimentasi
mengalir dari atas ke Impounding Basin. Unit Sewage and Effluent Water
Treatment dirancang untuk sistem waste water treatment yang bertujuan
memproses buangan seluruh kegiatan dari unit proses dan area pertangkian dalam
batas-batas effluent yang ditetapkan air bersih. Kapasitas unit ini sebesar 600
m3/jam dimana kecepatan effluent didesain untuk penyesuaian

kapasitas 180

mm/hari curah hujan di area proses dan utilitas.


Unit penjernihan buangan air ini memiliki beberapa proses yaitu :
a. Proses fisik
Pada proses ini diusahakan agar minyak maupun buangan padat
dipisahkan secara fisik. Setelah melalui proses fisik tersebut, kandungan
minyak dalam buangan air hanya diperbolehkan 25 ppm.
b. Proses kimia
Proses ini dilakukan dengan menggunakan bahan penolong seperti
koagulan, flokulan, penetrasi, pengoksidasi dan sebagainya yang dimaksudkan
untuk menetralkan zat kimia berbahaya di dalam air limbah. Senyawa yang
tidak diinginkan diikat menjadi padat dalam bentuk endapan lumpur yang
selanjutnya dikeringkan.
c. Proses mikrobiologi
Proses mikrobiologi merupakan proses akhir dan berlangsung lama, serta
hanya dapat mengolah senyawa yang sangat sedikit mengandung logam

Politeknik Negeri Malang


Jurusan Teknik Kimia

109

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
berbahaya. Pada dasarnya proses ini memanfaatkan makhluk hidup (mikroba)
untuk mengolah bahan organik.
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi.
Tujuannya untuk menggumpalkan dan memisahkan zat padat koloidal yang tidak
mengendap serta menstabilkan senyawa-senyawa organik. Sebagai pengolahan
sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling
murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode
pengolahan limbah secara biologi dengan segala modifikasinya.

Proses ini

dimaksudkan untuk mengolah buangan air proses yang mempunyai kadar BOD
810 mg/l dan COD 1150 mg/l menjadi treated water yang memiliki kadar BOD
100 mg/l dan COD 150 mg/l dengan menggunakan lumpur aktif (activated
sludge). Lumpur aktif ini merupakan campuran dari koloni mikroba aerobik.
Konsep yang digunakan dalam proses pengolahan limbah secara biologi adalah
eksploitasi kemampuan mikroba dalam mendegradasi senyawa-senyawa polutan
dalam air limbah. Pada proses degradasi, senyawa-senyawa tersebut akan berubah
menjadi senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak berbahaya bagi
lingkungan. Hasil perubahan tersebut sangat bergantung pada kondisi lingkungan
saat berlangsungnya proses pengolahan limbah. Oleh karena itu, eksploitasi
kemampuan mikroba untuk mengubah senyawa polutan biasanya dilakukan
dengan cara mengoptimalkan kondisi lingkungan untuk pertumbuhan mikroba
sehingga tercapai efisiensi yang maksimum.
3. Dehydrator dan Incinerator section
Padatan berupa lumpur yang terkumpul dari floatation section dan activated
sludge ditampung pada sebuah bak. Selanjutnya lumpur tersebut dipisahkan
airnya dengan bantuan bahan kimia dan alat mekanis berupa centrifuge (alat yang
bekerja memisahkan cairan-padatan dan dengan memutarnya pada kecepatan
tinggi).
Cairan hasil pemisahan centrifuge dialirkan melalui got terbuka menuju PEP
di seksi ASU, sedangkan padatannya disebut cake dan ditampung pada sebuah
tempat bernama Hopper (Cake Hopper). Proses selanjutnya adalah membakar
cake dalam sebuah alat pembakar atau incinerator menjadi gas dan abu pada

Politeknik Negeri Malang


Jurusan Teknik Kimia

110

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
temperatur tinggi (T = 800oC). Kapasitas desain dehydrator sebesar 5,5 m3/jam
dan kapasitas pembakaran incinerator adalah 417 kg solid/jam.

4.4.2 Pengolahan Limbah Gas


Limbah gas dari kilang ini diolah di sulfur recovery unit dan sisanya dibakar
di incinerator (untuk gas berupa H2S dan CO) maupun flare (gas hidrokarbon).

4.4.3 Pengolahan Limbah Padat


Sludge merupakan suatu limbah yang dihasilkan dalam industri minyak
yang tidak dapat dibuang begitu saja ke alam bebas, karena akan mencemari
lingkungan. Pada sludge selain mengandung lumpur, pasir, dan air juga masih
mengandung hidrokarbon fraksi berat yang tidak dapat di-recovery ke dalam
proses. Sludge ini juga tidak dapat di buang ke lingkungan sebab tidak terurai
secara alamiah dalam waktu singkat.
Pemusnahan hidrokarbon perlu dilakukan untuk menghindari pencemaran
lingkungan. Dalam upaya tersebut, PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan
melakukannya dengan membakar sludge dalam suatu ruang pembakar
(incinerator) pada temperatur tertentu. Lumpur/pasir yang tidak terbakar dapat
digunakan untuk landfill atau dibuang di suatu area, sehingga pencemaran
lingkungan dapat dihindari.
Tabel 4.3 Sumber, Jenis dan Pengolahan Limbah Kilang RU-VI
Unit
CDU

Unit
ARHDM
GO HTU
RCC/Unsat

LPG Tr.
Gasoline Tr.

Jenis Limbah
Sour water
Oily water
Desalter eff
water
Mercury (Hg)
Jenis Limbah
Sour water
Oily water/ drain
Sour water
Oily water/drain
Sour water
Oily water/drain
Blowdown water
Spent caustic
Spent caustic

Politeknik Negeri Malang


Jurusan Teknik Kimia

Sistem Pengolahan
Diolah di unit SWS
Dipisahkan di buffer pit
Di olah di unit EWT 63
Sistem Pengolahan
Diolah di unit SWS train 1
Dipisahkan di buffer pit
Diolah di unit SWS train 1
Dipisahkan di buffer pit
Diolah di unit SWS train 1
Dipisahkan di buffer pit
Dibuang ke sewer
Diolah di unit SWS train III
Diolah di unit SWS train III

Note

1*)
2*)
Note

3*)

4*)
4*)

111

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
Unit
PRU

Jenis Limbah
Sour water
Spent caustic
Oily water/drain
Sour water
Spent caustic

CCU

LCO HTU
H2 Plant

SWS

Sulfur Plant
UTL 62

UTL-55
Demin Plant

Oily water/drain
Cleaning reaktor
Sour water
Oily water/drain
Blow-down
water
Oily water/drain
Treated sour
water
Spent caustic
Overflow SW
Blow-down
water
Oily water drain
tank Fuel 62-T201
Blowdown
Boiler, hasil
regen
kation/anion

Sistem Pengolahan
Diolah di unit SWS train II
Dinetralisir di unit SWS train
III
Dipisahkan di buffer pit
Diolah di unit SWS train I
Dinetralisir di unit SWS train
II
Dipisahkan di buffer pit
Di buang di sump pit
Diolah di unit SWS train I
Dibuang ke sewer pit
Dibuang ke sewer pit

Note

5*)

Dipisahkan di common buffer


pit
Diolah lanjut di unit EWT
Netralisasi, dibuang ke EWT
Dibuang ke buffer pit
Dibuang ke sewer pit
Dipisahkan di buffer pit, di
kirim ke CPI
Dinetralkan, di kirim ke
impounding basin

Note:
1*) Banyak mengandung padatan, sehingga menyebabkan buntuan pada cooler
2*) Ditemukan pada saat T/A 1996
3*) Pada saat start-up RCC sering menyebabkan gangguan di SWS train II.
4*) Limbahnya berwarna hijau, sehingga perlu dibleaching sebelum dibuang.
5*) pH rendah, sehingga perlu netralisasi dan aerasi sebelum di buang ke EWT.

4.5 LABORATORIUM
4.5.1 Program Kerja Laboratorium
Bagian Laboratorium memegang peranan penting di kilang, karena pada
bagian ini data-data tentang raw material dan produk akan diperoleh. Dengan
data-data yang telah diberikan, maka proses produksi akan selalu dapat dikontrol
dan dijaga standar mutunya sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. Bagian
Laboratorium berada di bawah bidang Unit Produksi. Bagian ini memiliki
beberapa tugas pokok, yaitu:

Politeknik Negeri Malang


Jurusan Teknik Kimia

112

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
1. Sebagai kontrol kualitas bahan baku, apakah memenuhi persyaratan sehingga
memberikan hasil yang diharapkan.
2. Sebagai pengontrol kualitas produk, apakah sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
3. Mengadakan penelitian dan pengembangan jenis crude minyak lain, selain
crude dari minyak Duri dan Minas yang memungkinkan dapat diolah di
PT.PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan.
4. Mengadakan analisa terhadap jenis limbah yang dihasilkan selama operasi
proses kilang pada PT.PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan.
Pemeriksaan di Laboratorium meliputi:
1. Crude oil, terutama crude Duri dan Minas.
2. Stream produk yang dihasilkan dari unit AHU, RCC, CDU, Hydrogen Plant
dan unit-unit lain.
3. Utilitas: air, fuel gas, chemical agent dan katalis yang digunakan.
4. Intermediate dan finishproduct.
Di dalam pelaksanaan tugas, Bagian Laboratorium dibagi menjadi tiga
seksi, yaitu:
1. Seksi Teknologi (TEKNO)
Seksi Tekno ini mempunyai tugas antara lain:
a. Mengadakan blending terhadap fuel oil yang dihasilkan, agar dapat
menghasilkan octan number yang besar dengan proses blending yang
singkat tanpa penambahan zat kimia lain lain, seperti TEL, MTBE, atau
ETBE.
b. Mengadakan penelitian terhadap lindungan lingkungan (pembersihan air
buangan).
c. Mengadakan evaluasi crude Minas dan crude Duri yang dipakai sebagai
raw material.
d. Mendukung kelancaran operasional semua unit proses, ITP, dan utilitas
termasuk percobaan katalis, analisa katalis yang digunakan dalam reaktor
dan material kimia yang digunakan di kilang RU-VI.
e. Melakukan analisa bahan baku, stream/finish produk serta chemical dengan
menggunakan metode test.

Politeknik Negeri Malang


Jurusan Teknik Kimia

113

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
2. Seksi Analitika dan Gas (ADG)
Seksi ini mengadakan pemeriksaan terhadap sifat-sifat kimia dari bahan baku,
intermediate produk dan finish produk serta bahan kimia yang digunakan, juga
analisis gas stream maupun dari tanki. Tugas yang dilakukan antara lain:
a. Mengadakan analisa sampling dan analisa contoh air serta chemical secara
instrument dan kimiawi, agar didapatkan hasil akurat.
b. Mengadakan analisa sampling dan analisa secara instrument dan kimiawi
terhadap contoh minyak sesuai dengan metode test.
c. Mengadakan analisa gas masuk dan gas buang dari masing-masing alat (jika
diperlukan).
d. Mengadakan analisa sampel gas dari kilang dan utilitas serta produk gas
yang berupa LPG, propylene.
e. Mengadakan analisa sampling non rutin shift sample stream gas, LPG,
propylene, fuel gas, serta hidrogen.
f. Melaksanakan sampling dan analisa secara chromatography sampel non
rutin dari kilang dan offsite.
3. Seksi Pengamatan
Seksi ini mengadakan pemeriksaan terhadap sifat-sifat fisis bahan baku,
intermediate produk dan finish produk. Sifat-sifat yang diamati adalah:
a. Distilasi
b. Spesific Gravity
c. Reid Vapour Pressure (RVP)
d. Flash and Smoke Point
e. Conradson Carbon Residue (CCR)
f. KinematicViscosity
g. Cooper Strip and Silver Strip
h. Kandungan Air

4.5.2 Alat-Alat Laboratorium


1. Analitika
a. Spektofotometer
b. Polychromator

Politeknik Negeri Malang


Jurusan Teknik Kimia

114

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
c. Infra Red Spectrofotometer
d. Spectro Fluoro Photometer
2. Gas Chromatography

4.5.3 Prosedur Analisa


1. Analitika
Dalam bidang analitika mengadakan pemeriksaan sifat-sifat kimia bahan
baku, intermediate, dan finish produk. Bahan yang dianalisa setiap hari (sample
shift rutin) adalah analisa air dan minyak. Adapun prosedur analisa yang
digunakan antara lain :
a. Atomic Absorbtion Spectrophotometric (AAS) yang digunakan untuk
menganalisa logam-logam yang mungkin ada dalam air.
b. Alat yang digunakan adalah Spectrophotometer yang dilengkapi dengan
detektor dan analisa hasil yang akan terlihat dalam layar monitor komputer.
Prinsip kerja alat ini berdasarkan pada besarnya daya serap gelombang
elektromagnetik dari sampel yang dihasilkan yaitu gelombang sampai 860.
c. Polychromator untuk menganalisa semua metal yang ada dalam sampel air
maupun zat organik.
d. Infra Red Spectrophotometer (IRS) untuk menganalisa kandungan minyak
dalam sampel air, juga analisa aromatik minyak berat.
e. Spectro Fluoro Photometer, untuk menganalisa kandungan minyak dalam
water slop yang dihasilkan.
2. Gas Chromatography (GC)
Salah satu prosedur analisa gas adalah dengan menggunakan GC. GC
digunakan untuk menganalisa gas CO dan CO2 dengan range 0,01-0,05 ppm,
menggunakan sistem multikolom yang dilengkapi dengan beberapa valve dan
selenoid valve yang digerakkan secara otomatis oleh program relay. Detektor
yang dipakai adalah flame ionisasi detector.
Prosedur analisa lain yang digunakan pada Laboratorium adalah :
a. Titrasi
b. Distilasi
c. UOP Standard

Politeknik Negeri Malang


Jurusan Teknik Kimia

115

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
d. ASTM Standard
e. Volumetri
f. Viscosimeter
g. Potensiometer
h. Flash Point Tester
i. Micro Colorimeter
j. Gravimetri

Politeknik Negeri Malang


Jurusan Teknik Kimia

116

Anda mungkin juga menyukai