PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Prolaps tali pusat adalah suatu keadaan emergensi dalam bidang
obstetrik yang mengancam jiwa janin.1 Kejadian prolapsus tali pusat dilaporkan 1
dalam 160 714 kelahiran. Penanganan yang lambat akan menyebabkan
kematian perinatal antara 36 sampai 162 per 1000 kelahiran yang diperburuk
oleh kondisi prematur, asfiksia lahir, dan kelainan kongenital.2
Beberapa faktor resiko menyebabkan terjadinya prolapsus tali pusat
seperti malpresentasi, kehamilan multiple, prematuritas, multiparitas, ketuban
pecah dini, polihidramnions dan janin yang kecil. Angka kejadian prolaps tali
pusat berkisar antara 0.1-0.6 % dari seluruh persalinan. Keadaan prolaps tali lebih
mungkin terjadi pada malpresentasi atau malposisi janin, antara lain presentasi
kepala (0.5 %), letak sungsang (5%), presentasi kaki (15%), dan letak lintang
(20%). Prolaps tali pusat juga sering terjadi jika tali pusat panjang atau plasenta
letak rendah. Mortalitas terjadinya tali pusat menumbung pada janin sekitar 11-17
%.3
Prolaps tali pusat secara langsung tidak mempegaruhi keadaan ibu,
sebaliknya sangat membahayakan janin. Tali pusat menumbung, dimana ketuban
sudah pecah dan tali pusat berada di bawah bagian terendah janin, keadaan
tersebut membuat tali pusat dapat tertekan antara bagian terendah janin dan
dinding panggul yang akhirnya menimbulkan asfiksia pada janin. Bahaya terbesar
adalah pada presentasi kepala, karena setiap saat tali pusat dapat terjept antara
bagian terendah janin sehingga mengakibatkan gangguan oksigenase janin.4
4.
5.
6.
7.
I.3. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
I.4. Manfaat
Dengan laporan kasus ini diharapkan dapat menjelaskan, menambah
wawasan, serta pengetahuan tentang bagaimana cara mendiagnosis kasus prolaps
tali pusat, dan mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi prolaps tali pusat
serta penatalaksanaan yang sebaik mungkin untuk prolaps tali pusat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prematuritas
Kehamilan ganda
Disproporsi janin-panggul
Soluso [plasenta
Amniotomi
pemeriksaan vagina.
Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli) secara langsung tidak
mempengaruhi keadaan ibu, sebaliknya sangat membahayakan janin karena
tali pusat dapat tertekan antara bagian depan janin dan dinding panggul yang
akhirnya menimbulkan asfiksia pada janin.
Bahaya terbesar pada presentasi kepala, karena setiap saat tali pusat
dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dapat
mengakibatkan gangguan oksigenasi janin. Pada tali pusat terdepan, sebelum
ketuban pecah, ancaman terhadap janin tidak seberapa besar, tetapi setelah
ketuban pecah, bahaya kematian janin sangat besar.
II.6 Diagnosis
Diagnosis prolaps tali pusat dapat melibatkan beberapa cara.
Angka kematian untuk bayi prematur untuk bayi prematur dengan prolaps tali
pusat hamper 4 kali lebih tinggi dari pada bayi aterm.
Bila gawat janin dibuktikan oleh detak jantung yang abnormal, adanya cairan
amnion yang terwarnai oleh mekonium, atau tali pusat pulsasinya lemah, maka
prognosis janin buruk.
Jarak antara terjadinya prolaps dan persalinan merupakan faktor yang paling kritis
untuk janin hidup.
Angka kematian janin pada prolaps tali pusat yang letaknya sungsang atau lintang
sama tingginya dengan presentasi kepala. Hal ini menghapuskan perkiraan bahwa
pada kedua letak janin yang abnormal tekanan pada tali pusatnya tidak kuat.
II.8. Penatalaksanaan
Ditemukanya prolaps tali pusat diperlukan tindakan yang cepat. Terapi
definitif adalah melahirkan janin dengan segera. Penilaian yang cepat sangat
penting untuk menentukan sikap terbaik yang akan diambil. Persalinan
pervaginam segera hanya mungkin bila pembukaan lengkap, bagian terendah
janin telah msu panggul, dan tidak ada CPD.
Bahaya terhadap ibu dan janin akan berkurang bila dilakukan seksio
sesarea dari pada persalinan pervaginam yang dipaksakan pada pembukaan yang
belum lengkap. Sambil menunggu persiapan seksio sesarea, tekanan pada tali
pusat oleh bagian terendah janin dapat diminimalisasi dengan posisi knee chest,
Trendelenbrurg, atau posisi sim.
Bila sebelumnya diberi oksitosin, obat ini harus dihentikan. Sebaiknya
jenis apa pun dari prolaps tali pusat, bila syarat-syarat untuk melakukan
persalinan pervaginam belum terpenuhi, sebaiknya dilakukan seksio sesarea
untuk menyelamatkan janin.
BAB III
TELAAH KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Ny. P
Umur
: 39 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: IRT
gama
: Islam
Alamat
: Blitar
Status Perkawinan
: Menikah
Suku
: Jawa
Tanggal Periksa/MRS : 03 Mei 2015, pkl :21.30
Anamnesa (Auto-Anamnesa)
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh keluar darah sedikit dari jalan lahir, darah yang
keluar bercampur dengan lendir sejak jam 18.00 WIB. Pasien juga
mengeluh perut terasa kencang-kencang sejak siang sebelum ke rumah
sakit, namun kencang-kencang dirasakan masih jarang.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Pengobatan/MRS
Riwayat Diabetes Melitus
Riwayat Penyakit Jantung
Riwayat Hipertensi
Riwayat Sakit Kejang
Riwayat Alergi Obat
Riwayat Alergi Makanan
Riwayat infeksi saluran kemih
4. Riwayat Penyakit Keluarga
:
Riwayat Hipertensi
Riwayat Diabetes Melitus
Riwayat Jantung
Riwayat Sakit Kejang
5. Riwayat Kebiasaan
:
10
Riwayat Merokok
: Tidak merokok
Riwayat Minum Alkohol
: Tidak pernah
Riwayat Olahraga
: Jarang olah raga
Riwayat Pengisisan Waktu Luang: Semenjak pasien hamil, badan
terasa lemas sehingga aktivitas
sehari-hari
luang hanya
berkurang,
waktu
digunakan untuk
Riwayat tidur
6. Riwayat Menstruasi
:
Menarche : 13 tahun
Siklus
: 28 hari, teratur
Lama
: 7 hari, banyak
Keluhan penyerta saat menstruasi : Nyeri perut selama haid
Tanda menopause : tidak ada
7. Riwayat KB
:Pasien tidak pernah menggunakan
KB apapun.
8. Riwayat perkawinan
:Pasien menikah saat usia 20 tahun,
9. Riwayat Sosial Ekonomi :
Ny. P dikenal sebagai warga yang cukup aktif dan banyak dikenal oleh
tetangga sekitar. Kesehariannya lebih sering dirumah, terkadang
berkumpul dengan tetangga sekitar rumah. Pasien termasuk keluarga
menengah ke bawah.
10. Riwayat gizi dan pola makan
Saat sebelum sakit, pasien mengaku makan dan minumnya banyak dan
teratur. Pasien makan rata-rata 3x sehari. Pasien juga tidak memilih-milih
makanan yang akan dimakannya. Pasien jarang makan buah-buahan.
Pasien minum 5-6 gelas perhari dengan air putih, teh manis, dan kadang
susu.
11. Riwayat Pengobatan
11
1. Kulit
2. Kepala
3. Mata
4. Hidung
5. Telinga
6. Mata
12
7. Hidung
8. Mulut
9. Telinga
10. Tenggorokan
11. Leher
12. Thoraks
Pulmo :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Cor
Inspeksi
Palpasi
13
Perkusi
Auskultasi
terjadi
pembesaran
kehamilan.
14. Sistem Collumna Vertebralis
pada
abdomen
sesuai
usia
Oedem
hangat
: composmentis
fungsi luhur
fungsi vegetatif
fungsi sensorik
N
14
fungsi motorik
Kekuatan
Tonus
Ref.Fisiologis
Ref.Patologis
Status Obstetrik
Keluhan Utama
Pasien mengeluh keluar darah sedikit dari jalan lahir, darah yang keluar
bercampur dengan lendir sejak jam 18.00 WIB. Pasien juga mengeluh
perut terasa kencang-kencang sejak siang sebelum ke rumah sakit, namun
kencang-kencang dirasakan masih jarang.
: 08 08 2014
: 15 05 2015
Usia Kehamilan
: 38 39 minggu
ANC
Usia
Kehamilan
9 bulan
Hamil ini
Palpasi
Cara
Lahir
spontan
BBL
3000
Jenis
Kelamin
perempuan
Keterangan
4 thn
o R/ abdominal :
Tinggi Fundus Uteri: 32 cm
o R/ genital
15
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Lengkap
o Hb
: 13,1 g/dL
o Leukosit
: 17.000/cmm
o Eritrosit
: 5.080.000 jt/cmm
o Trombosit : 265.000/cmm
o Ht
: 38 %
o LED
: 48 95
: Non reaktif
o HIV
: Non reaktif
Diagnosa :
GI P0000 Ab000 grav 15 16 minggu dengan Hiperemesis gravidarum + Abortus
Imminens + Primi Tua Primer
Terapi :
- Infus RL : D5% 2 : 1 drip neurobion 1 ampul / 24 jam
- Inj. Odancetron 2 x 1
- Inj. Ranitidine 2 x 1
- Diet Hiperemesis
-Utregeston 200 mg/vaginam
Follow-up
Tgl
S
17-04-2015
18-04-2015
16
- Turgor
kulit normal
-Palpasi abdomen:
Tinggi Fundus Uteri: belum teraba
A
17
BAB IV
PEMBAHASAN
18
23x /menit serta suhu 36,30C, serta didapatkan penurunan berat badan dari berat
badan awal pasien. Pada pemeriksaan abdomen TFU teraba tiga jari diatas symphysis.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pasien ini dapat didiagnosis GI P0000
Ab000 1516 minggu dengan hiperemesis gravidarum + abortus imminens. Pasien
mengeluhkan gejala mual, muntah sejak pasien hamil (sebelum hamil, tidak ada
keluhan) dan mual muntah sering dirasakan pada pagi hari. Mual dan muntah yang
dirasakan pasien sejak pasien hamil dan didapatkan kondisi pasien yang lemah, dan
bibir kering yang merupakan tanda dari dehidrasi ringan. Gejala mual dan muntah
pada pasien tersebut disebabkan karena pada trimester pertama kehamilan terjadi
peningkatan kadar hormon chorionic gonadotropin (HCG). Pada pasien ini diberikan
terapi cairan secara intravena karena pasien kehilangan banyak cairan dan mengalami
dehidrasi ringan. Dan pemberian obat-obatan antiemetik secara intravena ditujukan
untuk mengurangi gejala mual dan muntah.
19
BAB V
PENUTUP
V.I Kesimpulan
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah selama kehamilan
yang terjadi antara 4 dan 8 minggu kehamilan dan terus berlanjut hingga 14-16
minggu kehamilan. Mual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan.
Diagnosa hiperemesis gravidarum dapat diperoleh dari anamnesa berdasarkan
keluhan seperti mual, muntah, pusing dan badan terasa lemas, dan pada
pemeriksaan fisik seperti kulit pucat, turgor menurun, mata cowong, dan bibir
kering serta beberapa pemeriksaan penunjang. Hiperemesis gravidarum
menyebabkan tidak seimbangnya cairan, elektrolit, asam-basa, defisiensi nutrisi
dan kehilangan berat badan yang cukup berat. Pada hiperemesis gravidarum
dapat terjadi dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat hilangnya asam
hidroklorida
hipokalemia
20
Adanya peran serta aktif yang baik dan benar dari seluruh pihak yang
terkait mulai dari pasien, keluarga dan tenaga kesehatan sangat diperlukan dalam
upaya penanganan pada kasus hiperemesis gravidarum supaya tidak terjadi
komplikasi yang membahayakan pasien seprti asidosis, dehidrasi, hipokalemi dan
ketonuria. Dengan melakukan ante natal care (ANC) secara rutin, keluhan mual
dan muntah pada kehamilan dapat terdiagnosis secara dini sehingga dapat
dilakukan penanganan secara adekuat demi tercapainya kondisi ibu dan bayi yang
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Cochrane
Database
of
Systematic
Reviews
2003,
Issue
4.Art.
No.:CD000145. doi:10.1002/14651858.CD000145
21
November
2010.
Medscape;
2010.
Diunduh
dari:
http://
emedicine.medscape.com/article/254751-overview.
14. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2009: 828-814.
15. Quinlan JD, Hill DA. Nausea and vomiting of pregnancy. Am Fam Physician
(serial online) 2003 (dikutip 2010 Nov 6); 68(1): 121-8. Diunduh dar::
http://www.aafp.org/afp/2003/0701/p121.html.
16. Sonkusare S. Hyperemesis Gravidarum: A Review. Med J Malaysia. 2008;63:3
17. Sorenson HT, Nielsen GL,Christensen K et al. Birth outcome following maternal
use of metoclopramide. Br J Clin Pharmacol. 2000;49:264-8.
18. Vaisman N, Kaidar R, Levin I, et al: Nasojejunal feeding in hyperemesis
gravidaruma preliminary study. Clin Nutr 23:53, 2004.
22
23