Disusun
Oleh:
Nurlena
Azizah
01.209.597
2
Pembimbing:
dr. Saiful Mujab, Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Nama
: Nurlena Azizah
NIM
: 01.209.5972
Fakultas
: Kedokteran
Universitas
Tingkat
Bagian
Judul
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
Kejang demam merupakan jenis kejang yang paling sering ditemukan pada
anak, dengan insiden 2-5%. Sebagian besar kasus kejang demam merupakan
kompetensi dokter umum, dan tidak perlu dirujuk ke dokter anak, dokter saraf, atau
dokter saraf anak. Sebagian kecil kasus mempunyai masalah pada tatalaksana dan
prognosis yang kurang baik sehingga perlu dirujuk.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal lebih dari 38OC) akibat suatu proses ekstra kranial. Menurut
consensus Statement on Febrile Seizures, kejang demam adalah suatu kejadian pada
bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan
dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab
tertentu.
Secara
umum
atas kejang demam sederhana (simple febrile convulsion) dan kejang demam
kompleks (complicated/complex febrile seizure). Kejang demam sederhana
merupakan kejang yang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh > 38 (suhu
rektal), kejang terjadi secara umum dan tonik-klonik, berdurasi < 15 menit, frekuensi
kejang 1 kali dalam 24 jam, diiringi dengan mengantuk pada periode postiktal
singkat. Kejang demam kompleks merupakan kejang demam yang berdurasi > 15
menit, terjadi secara fokal maupun multipel. Kejang yang terjadi lebih dari 1 kali
pada satu episode demam juga diklasifikasikan sebagai kejang demam kompleks.
Tatalaksana kejang demam terbagi atas 3 hal, yaitu pengobatan fase akut, mencari
dan mengobati penyebab, dan pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang
demam.
BAB II
3
LAPORAN KASUS
A.
IDENTITAS
Nama
: An. ST
Umur
: 1 tahun 8 bulan
B.
Anak
: Kedua
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
: Dempet_Demak
Nama Ibu
: Ny. S
Umur
: 32 tahun
Pekerjaan
Pendidikan
: SMA
Nama Ayah
: Tn. P
Umur
: 38 tahun
Pekerjaan
: Karyawan
Pendidikan
: SMA
Bangsal
: Dahlia
No. CM
: 05-23XX
Masuk RS
ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu penderita di bangsal Dahlia RSUD Sunan Kalijaga
dilakukan pada hari minggu tanggal 11 oktober 2015 pukul 20.00 WIB.
1. Keluhan Utama : kejang
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum masuk RS
Dua hari sebelum masuk rumah sakit ibu pasien mengatakan anak
demam tinggi terus-menerus, tidak naik turun. Pasien batuk, namun tidak
terdapat dahak, disertai pilek dengan ingus berwarna jernih. BAK dalam
batas normal, anak tidak rewel. BAB dalam batas normal. Ibu pasien
menyangkal adanya keluhan mimisan, bintik merah pada kulit, dan
muntah.
Satu hari sebelum masuk rumah sakit, ibu pasien mengatakan anak
kejang 1 kali selama 10 menit dan tidak berulang dalam waktu 24 jam.
Saat kejang kedua tangan dan kaki kaku, diikuti kelojotan, dan mata
mendelik ke atas. Sebelum kejang anak sadar, saat kejang anak tidak
sadar, tidak respon ketika dipanggil. Setelah kejang anak menangis. Ibu
menyangkal pasien susah membuka mulut atau makan. Keluhan batuk
pilek masih ada, panas dirasakan masih tinggi dan belum diberi obat
penurun panas. Karena khawatir dengan kondisi anaknya, ke esokan
harinya ibu membawa anak ke IGD.
Saat di RS ibu mengeluhkan anak nya masih panas namun tidak terlalu
tinggi, dan tidak disertai kejang. Keluhan batuk pilek masih ada. BAK
dalam batas normal, anak tidak rewel. BAB dalam batas normal. Ibu
pasien menyangkal adanya keluhan mimisan, bintik merah pada kulit,
dan muntah.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami demam tinggi ataupun kejang.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat keluarga yang mengalami keluhan yang sama.
: 1 x (2 bulan)
DPT
: 3 x (2, 4, 6 bulan)
Polio
: 4 x (0, 2, 4, 6 bulan)
Campak
: 1x (9 bulan)
Hepatitis B
: 4 x (0, 2, 4, 6 bulan)
: 2 bulan
Tengkurap
: 3 bulan
Angkat kepala
: 4 bulan
Duduk
: 6 bulan
Berdiri
: 10 bulan
Berjalan
: 12 bulan
Berbicara 1 kata
: 12 bulan
Denver II :
Personal Sosial
Motorik Halus
Bahasa
Motorik Kasar
6 9 bulan : ASI, susu formula, bubur saring, nasi tim, pisang. anak makan
Pemeliharaan Perinatal
Periksa kandungan
Penyakit kehamilan
Jamu-jamuan
: (-)
2. Riwayat Kelahiran
Lahir di
: bidan
Ditolong oleh
: bidan
: spontan
BB waktu lahir
: 3100 gram
PB waktu lahir
: 49 cm
Periksa
: di Posyandu
Keadaan anak
: baik
Imunisasi
: di Bidan
PEMERIKSAAN FISIK
(hari senin Tgl. 11 pukul 20.30 WIB di bangsal Dahlia RSUD Sunan Kalijaga)
1.
Status umum
Umur
2.
: 1 tahun 8 bulan
BB
: 10 kg
PB
: 76 cm
Keadaan umum
baik
Tanda Vital
Nadi
HR
: 120 x/meniT
RR
: 32 x/menit
Keadaan tubuh
Anemik : (-)
Sianotik : (-)
Ikterik
: (-)
Turgor
: baik
Tonus
: petechie (-)
Oedema : (-)
10
UUB
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Bibir
Lidah
Gigi
: karies (-)
Leher
Dada
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
AuskultasI
suara dasar
Jantung
Inspeksi
Palpasi
11
Perkusi
Batas kiri
: SIC V 2 cm ke medial
Batas atas
Batas kanan
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Datar, supel,
Auskultasi
Perkusi
: timpani
Palpasi
Hepar
: tidak teraba
Lien
: Tidak Teraba
Inferior
Akral dingin
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
Oedem
-/-
-/-
Capp. Refill
< 2
Gerakan
+N / +N
Kekuatan
Reflek fisiologis
+N / +N
5/5
5/5
+N / + N
+N / +N
Reflek patologis
-/-
Tonus
+N/+N
Klonus
< 2
-/+N/+N
-/-
Pemeriksaan Neurologis
12
Rangsang Meningeal:
Kaku kuduk
: negatif
Brudzinsky I IV
D.
Neck sign
: negatif
Cheek sign
: negatif
Symphisis sign
: negatif
Leg sign
: negatif
Kernig sign
: negatif
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Lab darah
Jenis
Pemeriksaan
Hb (gr%)
Ht (%)
Leukosit (/mm3)
Trombosit(/mm3)
LED
Basofil
Eosinofil
N. batang
N. segmen
Limfosit
Monosit
Elektrolit
Kalsium (mg/dl)
Natrium (mEq/L)
Klorida (mEq/L)
Kalium (mEq/L)
Magnesium
(mEq/L)
11 oktober 2015
Nilai normal
12,8
33
8.600
271.000
10/25
0
0
0
28
25
4
Hasil Lab
10,5-13
33-42
6.000-17.500
250.000-600.000
L<14, P<20
0-1
1-3
2-6
50-70
20-40
2-8
(tanggal 11-10-
Nilai normal
2015 )
9,46
135,37
104,73
5,21
9 -11,5
135-145
98-120
3,5-5,5
1,8
1,5-2,5
13
1,2
3,1
0,8
Kesan :
Perawakan pendek
E. RINGKASAN
Ibu pasien mengatakan anak demam tinggi terus-menerus, tidak naik
turun. Pasien batuk, namun tidak terdapat dahak, disertai pilek dengan
ingus berwarna jernih. BAK dalam batas normal, anak tidak rewel. BAB
dalam batas normal. Ibu pasien menyangkal adanya keluhan mimisan,
bintik merah pada kulit, dan muntah.
14
Satu hari sebelum masuk rumah sakit, ibu pasien mengatakan anak
kejang 1 kali selama 10 menit dan tidak berulang dalam waktu 24 jam.
Saat kejang kedua tangan dan kaki kaku, diikuti kelojotan, dan mata
mendelik ke atas. Sebelum kejang anak sadar, saat kejang anak tidak
sadar, tidak respon ketika dipanggil. Setelah kejang anak menangis.
Daftar Masalah
No
1
Masalah aktif
kejang
Tanggal
11-10-2015
No
1
Masalah Pasif
Tanggal
Kesan sosial ekonomi 11 - 10-2015
kurang
2
3
4
Febris
Batuk
Pilek
11-10-2015
11-10-2015
11-10-2015
G.
DIAGNOSA BANDING :
H.
DIAGNOSIS KERJA
1. Diagnosis utama
2. Diagnosis komorbid
:-
3. Diagnosis komplikasi
4. Diagnosis gizi
:: gizi bai
15
6. Diagnosis Imunisasi
7. Diagnosis Pertumbuhan
8. Diagnosis Perkembangan
I.
: normal
INITIAL PLAN
IP Dx : Subyektif
Obyektif
IP Tx :
Inf.RL 12 tpm
Inj. PCT 3x100 mg iv
Po. Luminal 3x15 mg
IP Mx :
Keadaan Umum
Tanda Vital (Nadi, RR, suhu)
IP Ex :
Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis
yang baik
Menjelaskan pada orang tua tentang bagaimana tahapan penanganan
pertama kejang demam di rumah, yaitu:
Saat anak kejang, dibawa ke tempat yang aman
Tetap tenang dan tidak panik
Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher
Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring.
Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun
kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam
mulut
Kompres dengan air hangat seluruh badan untuk menurunkan
panas
Jika anak sadar, beri penurun panas
Ukur suhu, amati dan catat lama dan bentuk kejang
Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah
berhenti
16
Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali jika anak mengalami demam. Dan
efektif tetapi harus diingat efek samping seperti mengantuk, depresi pernapasan.
Menjelaskan kepada orang tua untuk tidak memberikan makanan yang merangsang
G.
PROGNOSA
Quo ad vitam
Quo ad sanam
Quo ad fungsionam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEJANG DEMAM
1.1. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal lebih dari 38OC) akibat suatu proses ekstra kranial. Menurut
consensus Statement on Febrile Seizures, kejang demam adalah suatu kejadian pada
bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan
17
dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab
tertentu.(1)
1.2. Klasifikasi
Menurut ILAE, Commision on Epidemiology and prognosis.
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Kejang fokal satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang
berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan anak tidak sadar. Kejang lama
terjadi pada 8% kejang demam. 4,5
Selain klasifikasi diatas, terdapat juga klasifikasi lain, yaitu klasifikasi
Livingston. Klasifikasi ini dibuat karena jika anak kejang maka akan timbul
pertanyaan, dapatkah diramalkan dari sifay dan gejala mana yang memiliki
kemungkinan lebih besar untuk menderita epilepsi. Livingston (1954) membagi
kejang demam atas 2 golongan:
-
18
peranan penting adalah gen pada kromosom 19p dan 8p13-21. Pola pewarisannya
adalah denga cara autosomal dominan. 3-5
1.5. Etiologi
Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebabnya kejang demam. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, radang telinga tengah, infeksi
saluran cerna dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang
tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang. 35
1.6. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu
energy yang didapat dari metabolism. Bahan buku untuk metabolism otak yang
terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan
dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan keotak melalui sistem
kardiovaskuler. Jadi sumber energy otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. 5
Sel dikelilingi oleh suatu membrane yang terdiri dari permukaan dalam adalah
lipoid dan permukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan normal membrane sel neuron
dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion
Natrium (Na+) dan elekrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi
K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron
terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran
ini dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan
energy dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel. 5
Keseimbangan potensial membrane ini dapat dirubah oleh adanya:
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi, atau
aliran listrik dari sekitarnya.
20
kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari
tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu
tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada
suhu 38C sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru
terjadi pada suhu 40C atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa
terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang demam yang
rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu
berapa penderita kejang. 5,6
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umunya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15
menit) biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhann oksigen dan
energi untuk kontraksi oto skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
asidosis laktat disebabkan metabolism anaerobik, hipotensi aterial disertai denyut
jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan
meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolism otak
meningkat. Rangkaian terjadi di atas adalah faktor peyebab hingga terjadinya
kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah
gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan
21
permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel
neuron otak. 5,6
Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga terjadi
serangan epilepsy yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsy.
1.7. Manifestasi klinis
Tejadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan
kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar
susunan saraf pusat, misalnya tonsillitis, otitis media akuta, bronchitis, flurunkulosis
dan lain-lain. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu
demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik,
tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang
berhenti anak tidak member reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberpa detik
atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. 5,6
Gambaran klinis yang dapat dijumpai pada pasien kejang demam adalah:
Kepala anak seperti terlempar ke atas, mata mendelik, tungkai dan lengan
mulai kaku, bagian tubuh anak menjadi berguncang. Gejala kejang bergantung
pada jenis kejang
1.8.
Penatalaksanaan
1. Saat Kejang
Dalam keadaan kejang obat yang paling cepat dalam menghentikan
kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosisnya
22
23
Pasien dengan semua 4 faktor risiko yang lebih besar dari 70% kemungkinan
kekambuhan. Pasien dengan tidak ada faktor risiko memiliki kurang dari 20%
kemungkinan kekambuhan. 8
Epilepsi
Ada beberapa faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari:
Kejang demam kompleks
24
Prognosis
Pada anak berumur <13 tahun, terulangnya kejang demam pada wanita 50% danpria
33%
Pada anak berumur 14 bulan-3 tahun dengan riwayat keluarga adanya
kejang,terulangnya kejang adalah 50%, sedang pada tanpa riwayat kejang
25%
1.11.
Pencegahan
25
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Neurologi. Jakarta : Badan Penerbit
IDAI, 2008.
2. Kimia A, Ben-Joseph EP, Rudloe T, Capraro A, Sarco D, Hummel D, Johnston
P, Harper MB. Yield of Lumbar Puncture Among Children Who Present With
Their First Complex Febrile Seizure. Pediatrics 2010;126;62-69.
3. Lumbantobing. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta:Balai
Penerbit FKUI; 2010. h. 7-146
4. Rudolph AM, editors. Buku ajar pediatri Rudolph. Edisi ke-20. Jakarta: EGC;
2007.h.2160-91.
5. Wahab S, editors. Ilmu kesehatan anak Nelson. Edisi ke-15. Jakarta : EGC;
2059-64.
6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku ajar ilmu kesehatan anak.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2007.h.847-54.
7. Yusna D dan Hartanto H, editors. Dasar-dasar pediatrika. Edisi ke-3. Jakarta:
EGC; 2008.h.282-3.
8. Meadow R dan Newell SJ. Pediatrika. Edisi ke-7. Jakarta: Erlangga Medical
Series; 2005. h.112-19.
9. Hassan Rusepno, Ilmi Kesehatan Anak, Jilid II, Staf Pengajar Ilmu Kesehatan
Anak FK UI, Infomedika, Jakarta, 1985, hal 637-640.
26
10. Nelson E Waldo, MD, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15 Volume 2, EGC,
Jakarta, 1999, hal 216 -219.
27