Skenario.............2
Kata sulit............3
Pertanyaan.............4
Jawaban.............5
Hipotesa................6
Sasaran Belajar.............7
Daftar Pustaka..............48
SKENARIO
BATUK DARAH
Seorang laki-laki, umur 50 tahun dating ke Puskesmas dengan keluhan batuk berdahak yang
bercampur darah lebih kurang 3 sendok makan setiap batuk sejak 3 hari yang lalu. Keluhan
baru pertama kali dirasakan pasien. Dalam keluarga tidak ada yang menderita dengan keluhan
yang sama.
Pemeriksaan fisik: tanda vital dalam batas normal, bentuk habitus asthenikus, konjungtiva
palpebral pucat dan ada ronkhi basah halus nyaring pada apeks paru kanan.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia, laju endap darah tinggi.
Pemeriksaan sputum didapatkan bakteri tahan asam (BTA).
Pemeriksaan foto toraks: ada infiltrate di apeks paru kanan.
Dokter memberi terapi obat anti tuberculosis (OAT) kategori I dan menunjuk seorang
keluarganya sebagai pengawas minum obat (PMO). Dokter juga menganjurkan anggota
keluarga yang serumah untuk melakukan pemeriksaan dan mengajarkan etika batuk untuk
mencegah penularan penyakit.
KATA SULIT
Habitus Asthenikus
: Bentuk tubuh tinggi, kurus, dada rata/ cekung, otototot angulus costae yang tidak tumbuh dengan baik.
Ronkhi Basah
: Suara nafas tambahan berupa fibrasi terputus-putus
akibat getaran yang terjadi karena cairan dalam nafas dilalui oleh udara (inspirasi).
Infiltrat
: Gambaran radiologi (rontgen (foto toraks)) berupa
densitas paru abnormal yang umumnya terbentuk bercak-bercak kecil dengan densitas sedang
dan batas tidak tegas.
Pengawas Minum Obat (PMO)
secara teratur.
Palpebra
: Kelopak mata.
Sputum
melalui mulut
PERTANYAAN
1. Mengapa terjadinya batuk berdarah?
2. Mengapa ronkhi basah halus nyaringnya berada di apeks paru kanan?
3. Kapan pemeriksaan sputum terbaik?
4. Mengapa dokter menganjurkan keluarganya untuk melakukan pemeriksaan juga?
5. Obat-obat apa saja yang termasuk jenis OAT?
6. Bagaimana penularan penyakit tersebut?
7. Mengapa pada pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia?
8. Mengapa diperlukan PMO?
9. Bagaimana etika batuk?
10. Apa bakteri penyebab dari TB paru?
JAWABAN
1. Karena adanya iritasi bronkus dan pecahnya pembuluh darah.
2. Pada saluran pernafasan terdapat cairan, dan secara anatomisnya paru kanan lebih
curam dan pada orang dewasa lebih sering di apeks kanan.
3. S Sewaktu dating ke dokter
P Pada pagi hari
S Sewaktu menyerahkan sputum ke dokter
4. Karena TB penyakit menular maka keluarga harus diperiksa sebagai bentuk
pencegahan awal terhadap TB.
5. Rifampisin, Isoniazin, Pirazinamid, Streptomisin, Etambutol.
6. Terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis biasanya secara inhalasi langsung
(droplet).
7. Karena TB paru dextra termasuk penyakit kronik yang menyebabkan anemia penyakit
kronik yang termasuk anemia mikrositik hipokrom saat besi serum , TIBC ,
ferritin , dan juga karna hemoptasis.
8. Untuk mencegah gagalnya terapi dan resistensi
9. Promosi Kesehatan Rumah Sakit berbagi informasi tentang etika batuk, ada
beberapa cara batuk dan bersin yang dapat anda lakukan :
-
Tutup hidung dan mulut anda dengan menggunaka tissue/saputangan atau lengan
dalam baju anda.
Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau pencuci tangan
berbasis alkohol
Gunakan masker
HIPOTESA
Kuman Mycobacterium Tuberculosis masuk melalui inhalasi dan masuk ke alveolus
kemudian terjadi inflamasi. Yang didapatkan dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang berupa ronki basah halus, batuk, habitus asthenikus. Diagnosis dokter, pasien
dinyatakan menderita tuberculosis paru dan dilakukan penatalaksanaan berupa OAT dan
PMO.
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Pernafasan Bawah
1.1 Makroskopis
Saluran nafas bagian bawah (Lower Respiratory Tract) yaitu mulai dari bawah
cartilage cricoidea (trachea), bronchus dan cabang-cabangnya sampai alveoli
pulmonis.
Udara masuk saluran nafas bagian bawah mulai dari bawah cartilage cricoidea
terus ke trachea bercabang dua (bifurcatio trachealis) menjadi bronchus
principals/ bronchus primer dexter dan sinister masuk ke bronchus sekunder/
bronchus lobaris terus ke bronchus segmentalis/ tersier, kemudian ke
bronchiolus terminalis masuk ke organ paru melalui bronchioli respiratorii ke
ductus alveolares ke sacculi alveolares dan berakhir di alveoli pulmonis dimana
terjadi diffuse pertukaran O2 dan CO2. Peristiwa ini disebut Arbor Bronchialis.
Trachea (Batang Tenggorok)
Terdiri dari tulang rawan dan otot berbentuk pipa yang terletak di tengah-tengah
leher sampai incisura jugularis di belakang manubrium sterni masuk cavum thorax
melalui aperture thoracis superior tepatnya pada mediastinum superior. Dimulai
dari bagian bawah cartilage cricoid setinggi cervical V1 sampai bercabang
menjadi bronchus principals dextra dan sinistra setinggi vertebrae thoracal ke IV
V. percabangan dikenal dengan bifurcation trachealis.
Panjang trachea (10-12 cm), pria 12 cm dan wanita 10 cm yang terdiri dari 16-20
cincin yang berbentuk lingkaran, berhubungan dengan daerah larynx melalui
cartilage cricoidea oleh ligamentum cricotrachealis. Diantara tulang rawan
terdapat jaringan ikat ligamentum intertrachealis (lig. Annulare).
Trachea adalah saluran nafas yang penting. Bila terjadi penyumbatan (obstruksi
larynx) saluran nafas terutama daerah larynx, maka harus dibuat saluran
pernafasan buatan (darurat) dengan jalan membuat lubang pada trachea yang
disebut tracheostomy. Lubang dibuat 1-2 cm di atas incisura jugularis sterni.
Beberapa otot pernafasan yang melekat pada dinding dada antara lain:
a. Otot-otot inspirasi
M. intercostalis externus
M. levator costae
M. serratus posterior superior
M. scalenus
Diafragma
b. Otot-otot expirasi
M. intercostalis internus
M. transversus thoracis
M. serratus posterior inferior
M. subcostalis
Persarafan trachea
Saraf-sarafnya adalah cabang-cabang nervus vagus, nervus laryngeus
recurrens, dan truncus symphaticus. Saraf-saraf ini mengurus otot trachea dan
membrana mucosa yang melapisi trachea.
Bronchus
Percabangan trachea setinggi batas vertebrae thoracalis IV-V yang dikenal
dengan bifurcation trachealis memberi cabang 2 buah yaitu Bronchus
Primarius/ branchi principals dextra dan sinistra.
Dinding bronchus terdiri dari cincin tulang rawan, tapi di bagian posterior
berbentuk membran disebut paries membranaceus tracheae. Bronchus
dextra lebih sering terkena infeksi bila dibandingkan dengan bronchus sinistra,
hal ini disebabkan oleh karena:
1) Lumen yang bronchus dextra lebih luas dibandingkan dengan lumen bronchus
sinistra.
2) Bronchus dextra lebih pendek dengan panjang 2,5 cm dan sebanyak 6-8 buah
cincin dan bronchus sinistra dengan panjang 5 cm dengan 9-12 buah cincin.
3) Bronchus dextra membentuk sudut 25 derajat dengan garis tengah, sedangkan
bronchus sinistra 45 derajat, sehingga posisi bronchus kanan lebih curam dari
yang kiri.
8
Dengan posisi anatomi tersebut maka benda asing dari trachea lebih mudah
masuk ke bronchus dextra sehingga mudah terjadi infeksi bronchus yang
disebut bronchitis.
BRONCHI
1) Bronchi Principales/ Primer/ I dexter, bercabang 3:
1. Bronchus Lobaris Superior Dexter, bercabang 3 segmen:
Bronchus segmentalis apicalis
Bronchus segmentalis posterior
Bronchus segmentalis anterior
2. Bronchus Lobaris Medius Dexter, bercabang 2 segmen:
Bronchus segmentalis lateralis
Bronchus segmentalis medialis
3. Bronchus Lobaris Inferior Dexter, bercabang 5 segmen:
Bronchus segmentalis superior
Bronchus segmentalis basalis medialis
Bronchus segmentalis basalis anterior
Bronchus segmentalis basalis lateralis
Bronchus segmentalis basalis posterior
2) Bronchi Principales/ Primer/ I sinister, bercabang 2:
1. Bronchus Lobaris Superior Sinister, bercabang menjadi 2 segmen:
a. Segmen atas:
Bronchus segmentalis apicoposterior
Bronchus segmentalis anterior
b. Segmen bawah:
Bronchus lingularis superior
Bronchus lingularis inferior
2. Bronchus Lobaris Inferior Sinister, bercabang menjadi 5 segmen:
Bronchus segmentalis superior
Bronchus segmentalis basalis medialis
Bronchus segmentalis basalis anterior
Bronchus segmentalis basalis lateralis
Bronchus segmentalis basalis posterior
10
Pulmo terbungkus oleh jaringan ikat kuat yaitu pleura, lapisan luar yang
melapisi dinding dada yang terletak di bawah fascia endothoracica dinamakan
pleura parietalis dan bagian yang melekat ke jaringan paru disebut
pleura visceralis diantara kedua lapisan tersebut terdapat ruangan yang
disebut cavum pleura (cavitas pleuralis). Cavum pleura mengandung sedikit
cairan pleura yang dihasilkan oleh lapisan pleura parietalis yang berfungsi
sebagai pelumas untuk mengurangi friksi antara kedua pleura.
a.
b.
c.
d.
Pulmo dalam cavum thorax diisi mediastinum ada 2 buah, pulmo dextra dan
pulmo sinistra:
1) Pulmo dextra terdiri dari 3 buah lobus: lobus superior, lobus media, dan lobus
inferior
2) Pulmo sinistra terdiri dari 2 buah lobus: lobus superior, dan lobus inferior
Antara lobus superior terdapat fisura horizontal dan antara lobus media
dengan inferior terdapat fisura oblique.
Perdarahan organ paru
Yang mendarahi organ paru adalah a. brochialis cabang aorta thoracalis dan
vena bronchialis mengalirkan darah ke v. azygos dan v. hemiazygos.
Persarafan paru
Serabut aferrent dan eferrent visceralis berasal dari truncus symphaticus (th
3,4,5) dan serabut parasymphaticus dari n. vagus.
1) Serabut symphaticus: truncus symphaticus kanan dan kiri memberikan
cabang-cabang pada paru membentuk plexus pulmonalis yang terletak di
depan dan di belakang bronchus primer. Fungsi saraf symphatis untuk
relaksasi tunica muscularis dan menghambat sekresi bronchus. Biasa diberikan
pada penderita asthma bronchiale karena menyempitkan lumen bronchus.
2) Serabut parasymphaticus: nervus vagus kanan dan kiri juga memberikan
cabang-cabang pada plexus pulmonalis ke depan dan ke belakang. Fungsi
11
12
1.2 Mikroskopis
Mikroskopis dari saluran pernafasan bagian bawah :
TRAKEA
13
Dilapisi oleh mukosa respirasi, epitel bertingkat silindris. Ligamen fibroelastis dan
berkas-berkas otot polos (M. trakealis) terikat pada periostium dan menjembatani
kedua ujung bebas tulang rawan berbentuk C ini. Ligamen mencegah overdistensi dari
lumen,sedangkan muskulus memungkinkan lumen menutup.Kontraksi otot dan
penyempitan lumen trakea akibat bekerjanya refleks batuk.
14
Bronkus
Memiliki lapisan sel epitel pseudostratified cilliated collumnar dengan sedikit sel
goblet. lamina propia dipisah dari submukosa oleh lapisan otot polos. sedikit kelenjar
seromukous dan kartilago lebih pipih
Bronkiolus
Diameter < 1 mm, tidak terdapat tulang rawan, epitel selapis torax bersilia dengan
beberapa sel goblet. Tanpa kelenjar di lamina propria, terdapat otot polos. Makin kecil
bronkiolusnya epitelnya selapis kubis bersilia tanpa sel goblet. Pada bronkiolus kecil
terdapat sel clara yang menghasilkan surfaktan.
Bronkiolus terminalis
Epitel kuboid atau kolumner selapis bersilia tanpa sel goblet. sel clara (tidak bersilia)
terdapat di antara epitel bersilia, tidak terdapat kelenjar mukosa dan lamina propia
tersusun atas sel otot polos dan serabut elastic.
Bronkiolus respiratoris
Memiliki mukosa sel kuboid, sedikit atau tidak bersilia, tanpa sel goblet, memiliki
sedikit sel clara dan memiliki lapisan otot polos
Ductus Alveolaris
Ductus alveolaris adalah saluran berdinding tipis, bebentuk kerucut.Epitel selapis
gepeng, diluar epitel, dindingnya dibentuk oleh jaringan fiboelastis. Alveoli
dipisahkan septum interalveolaris.
ALVEOLI
Dipisahkan oleh septum interalveolar/dinding alveolus.Terdiri atas 2 lapis epitel
gepeng, didalamnya terdapat kapiler, serat elastin, kolagen, retikulin, fibroblast.
Antara dinding alveoli yang berdekatan terdapat lubang kecil dengan diameter 10-15
mm,disebut stigma alveoli (porus alveolaris) untuk sirkulasi udara atau Septum
Intralveolaris.
Pada Septum Intralveolaris terdapat sel yang hanya dapat dibedakan dgn mikroskop
elektron :
1. Sel pneumosit tipe I/epitel alveoli/alveolar cell : inti gepeng, 95 % dinding
alveoli,sitoplasma tipis.
15
17
18
MEKANISME BATUK
Genus : Mycobacterium
Spesies : M. Tuberculosis
Spesies yang selalu dipertimbangkan sebagai pathogen
Spesies
M.tuberculosis
M.leprae
M.bovis
Reservoir
Manusia
Manusia
Manusia dan ternak
M.simiae
Reservoir
Tanah,air,unggas,burung,te
rnak,dan lingkungan
Air,ternak
Manusia,kera
Manusia,burung
Tidak diketahui
Ikan,air
Tanah,air,makanan yang
lemba
Kera,air
M.szulgai
M.ulcerans
M.xenopi
Tidak diketahui
Manusia,lingkungan
Air,burung
M.kansaii
M.africanum
M.genavense
M.malmoense
M.marinum
M.scrofulaceum
pada
sendiri maupun berkelompok. Kuman ini merupakan bakteri tahan asam (BTA) yang
bersifat tidak bergerak, tidak berspora, dan tidak bersimpai. Pada pewarnaannya M.
tuberculosis tampak seperti manik-manik atau tidak terwarnai secara merata.
a. Mycobacterium tidak tahan panas, akan mati pada 6C selama 15-20 menit.
b. Biakan dapat mati jika terkena sinar matahari lansung selama 2 jam.
c. Dalam dahak dapat bertahan 20-30 jam.
d. Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari.
e. Biakan basil ini dalam suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan
dalam lemari dengan suhu 20C selama 2 tahun.
f. Mycobakteri tahan terhadap berbagai chemikalia dan disinfektan antara lain
phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH 4%.
g. Basil ini dihancurkan oleh iodium tinctur dalam 5 minit, dengan alkohol 80 %
akan hancur dalam 2-10 menit.
h. Bersifat aerob obligat
Komponen Basil Tuberkel
A. Lipid
Mikobakterium kaya akan lipid, yang tediri dari asam mikolat ( asam lemak rantai
panjang C78-C90), lilin, dan, fosfat. Di dalam sel, lipid banyak terikat dengan protein
dan polisakarida. Lipid pada beberapa hal bertanggungjawab pada sifat tahan
asamnya. Penghilangan lipid dengan menggunakan asam yang panas menghancurkan
sifat tahan asam bakteri ini, yang tergantung dari integritas dinding sel dan adanya
lipid-lipid tertentu. Sifat tahan asam juga dapat dihilangkan setelah sonikasi sel
mikobakterium. Analisis lipid oleh kromatografi gas menunjukkan pola yang dapat
membantu klasifikasi spesies yang berbeda.
Fraksi lipid dari dinding sel mikobakterium tuberkulosis terdiri dari 3 komponen:
a. Asam Mikolat hidrofobik kuat yang membentuk lipid pada sekeliling
organisme tersebut dan mempengaruhi permeabilitas selnya. As. Mikolat
diperkirakan sebagai faktor penentu virulensi MTB. As mikolat dapat mencegah
serangan dari protein kation, lisozim dan oksigen radikal pada granula fagositik
b. Cord factor toxic bagi sel mamalia dan juga sebagai inhibitor dari migrasi sel
PMN.
c. Wax-D merupakan komponen utama dari Freunds Complete Adjuvant (FCA)
pada envelope sel
B. Protein
Setiap tipe mikobakterium mengandung beberapa protein yang membangkitkan reaksi
tuberculin. Protein berikatan dengan wax fractioncan, setelah injeksi, akan
menginduksi sensitivitas tuberculin. Protein ini juga dapat merangsang pembentukan
berbagai antibodi.
C. Polisakarida
Mikobakterium mengandung berbagai polisakarida. Peran polisakarida dalam
pathogenesis penyakit manusia tidak jelas. Polisakarida tersebut dapat menginduksi
21
hipersensitifitas tipe cepat dan dapat berperan sebagai antigen dalam reaksi dengan
serum pasien yang terinfeksi.
3.2 Siklus Hidup
Mikobacterium dalam droplet dengan diameter 1-5 m dihirup dan mencapai
alveoli. Penyakit dihasilkan dari pembentukan dan proliferasi organisme virulen
dengan inang. Basil virulen yang diinjeksikan (yaitu BBG) bertahan hanya dalam
beberapa bulan atau tahun dalam inang yang normal. Resistensi dan
hipersensitivitas inang sangat mempengaruhi perkembang penyakit. Kuman ini
tumbuh lambat, koloni tampak setelah lebih kurang 2 minggu bahkan kadangkadang setelah 6-8 minggu. Suhu optimum 37C, tidak tumbuh pada suhu 25C
atau lebih dari 40C.
Bakteri Mycobacterium memiliki sifat tidak tahan panas serta akan mati pada 6C
selama 15-20 menit. Biakan bakteri ini dapat mati jika terkena sinar matahari
lansung selama 2 jam. Dalam dahak, bakteri mycobacterium dapat bertahan
selama 20-30 jam. Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup
8-10 hari. Biakan basil ini apabila berada dalam suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan
dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20C selama 2 tahun.
Mycobacterim tahan terhadap berbagai khemikalia dan disinfektan antara lain
phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH 4%. Basil ini dihancurkan
oleh jodium tinctur dalam 5 minit, dengan alkohol 80 % akan hancur dalam 2-10
menit.
Mycobacterium tuberculosis dapat tahan hidup diudara kering maupun dalam
keadaan dingin atau dapat hidup bertahun-tahun dalam lemari es. Hal ini dapat
terjadi apabila kuman berada dalam sifat dormant (tidur). Pada sifat dormant ini
apabila suatu saat terdapat keadaan dimana memungkinkan untuk berkembang,
kuman tuberculosis ini dapat bangkit kembali.
IDENTIFIKASI
Identifikasi melalui pewarnaan Ziehl Neelsen
1) Siapkan sediaan yg sdh direkatkan oleh sputum
2) Fiksasi
3) Tuangi dengan Karbol fuchsin, diamkan selama 5 menit
4) Panaskan sampai keluar uap, tapi tidak sampai mendidih selama 5 menit
5) Cuci dengan air mengalir
6) Tuang dengan H2SO4 5% selama 3 detik sambil sediaan dimiringkan
7) Tuang kembali dengan alkohol 60% slm 30 detik
8) Cuci dengan air mengalir
9) Tuang dengan biru metilen, diamkan selama 1-2 menit
10) Cuci dengan air mengalir
11) Keringkan di atas kertas saring tanpa menggosoknya
12) Teteskan sedikit minyak emersi
13) Lihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x
Interpretasi Hasil
1) Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif.
22
2) Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan.
3) Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang, disebut +(1+).
4) Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++(2+).
5) Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++(3+).
4. Memahami dan Menjelaskan TB Paru
4.1 Definisi
Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat
lama dikenal pada manusia, dibuktikan dengan adanya penemuan kerusakan
tulang vertebra toraks yang khas TB dari kerangka yang digali di Heidelberg dari
kuburan zaman neolitikum.
Literatur Arab: Al- Razi (850-953 M) dan Ibnu Sina (980-1037 M) menyatakan
adanya kavitas pada paru-paru dan hubungannya dengan lesi di kulit.
Pencegahannya dengan makan makanan yang bergizi, menghirup udara yang
bersih dan kemungkinan (prognosis) dapat sembuh dari penyakit ini. TB sering
didapat pada usia muda (18-30 tahun) dengan tanda-tanda badan kurus dan dada
yang kecil.
Tahun 1882 Robert Koch menemukan kuman penyebabnya semacem bakteri
berbentuk batang. Pada tahun 1896 Rontgen menemukan sinar X sebagai alat
bantu menegakkan diagnosis yang lebih tepat. Penyakit ini kemudian dinamakan
tuberculosis, dan hampir seluruh tubuh manusia dapat terserang olehnya tetapi
yang paling banyak adalah organ paru.
4.2 Klasifikasi
Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus, ahli radiologi,
ahli patologi, mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang keseragaman
klasifikasi tuberculosis.
Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru yang
diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat.
Kategori 0 : tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat kontak
negative, tes tuberculin negatif.
Kategori I: terpajan tuberculosis, tapi tidak terbukti ada infeksi. Di sini
riwayat kontak positif, tes tuberculin negatif.
Kategori II: terinfeksi tuberculosis, tetapi tidak sakit. Tes tuberculin
positif, radiologis dan sputum negative.
Kategori III: terinfeksi tuberculosis dan sakit.
WHO 1991 berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori yakni:
Kategori I, ditujukan terhadap:
Kasus baru dengan sputum positif
Kasus baru dengan bentuk TB berat
Kategori II, ditujukan terhadap:
Kasus kambuh
Kasus gagal dengan sputum BTA positif
23
berkeringat di malam hari. Dikenal pula gejala sistemik, yaitu demam, menggigil,
kelemahan, hilangnya nafsu makan, dan penurunan berat badan.
Keluhan yang dirasakan pasien tuberculosis dapat bermacam-macam atau malah
banyak pasien ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan
kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah:
Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang panas
badan dapat mencapai 40-41oC. serangan demam pertama dapat sembuh sebentar,
tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya
demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan
demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien
dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
Batuk/ batuk darah
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.
Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena
terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada
setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah bermingguminggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk
kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuj darah pada tuberculosis
terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas. Sesak
nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah
meliputi setengah bagian paru-paru.
Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritic. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik/ melepaskan nafasnya.
Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat
badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala
malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
4.6 Patogenesis
Paru merupakan port dentre lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya
yang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang terhirup,
dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi oleh
mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan menfagosit kuman
TB dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB. Akan tetapi,
pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan
kuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus
25
Tuberkulosis Primer
Individu yang terinfeksi basil TB untuk pertama kalinya hanya memberikan reaksi
seperti jika terdapat benda asing di saluran pernapasan. Selama tiga minggu, tubuh
hanya membatasi fokus infeksi primer melalui mekanisme peradangan, tetapi
kemudian tubuh juga mengupayakan pertahanan imunitas selular (delayed
hypersensitivity). Setelah 3 minggu terinfeksi basil TB, tubuh baru mengenal
seluk-beluk basil TB. Setelah 3-10 minggu, basil TB akan mendapat perlawanan
yang berarti dari mekanisme sistem pertahanan tubuh ditandai dengan timbulnya
reaktivitas dan peradangan spesifik. Proses pembentukan pertahanan imunitas
selular akan lengkap setelah 10 minggu. Kuman tuberkulosis yang masuk melalui
saluran napas akan bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu
sarang pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini
mungkin timbul di bagian mana saja di dalam paru, berbeda dengan sarang
reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening
menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran
kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis
lokal bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer
(Sudoyo, 2007)
Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi beberapa pilihan sebagai berikut:
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum).
Ini yang paling banyak terjadi.
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis garis fibrotik,
kalsifikasi di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya > 5
mm dan 10% di antaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang
dormant.
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya. Salah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus
medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada
saluran napas bersangkutan, dengan akibat atelektasis.
b. Penyebaran secara bronkogen, penyebaran pada paru yang bersangkutan
maupun ke paru di sebelahnya. Kuman dapat juga tertelan bersama dahak dan
ludah sehingaa menyebar ke usus.
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan
daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman Penyebaran ini dapat menimbulkan
tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia
dan sebagainya.
Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan :
- Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang pada
anak setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau
- Meninggal , Sebagian besar orang yang terkena infeksi basil tuberkulosis dapat
berhasil mengatasinya, hanya beberapa orang saja (3-4% dari yang terinfeksi)
yang tidak berhasil menanggulanginya keganasan basil TB (Djojodibroto, 2009).
Tuberkulosis Post-Primer (Tuberkulosis Sekunder)
TB post-primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen
setelah TB primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. TB post-primer
mempunyai nama yang bermacam-macam yaitu TB bentuk dewasa, localized
27
28
bunyi tambahan berupa ronki basah, kasar, nyaring. Dalam penampilan klinis, TB
paru sering asimtomatik.
PEMERIKSAAN LABORATURIUM
Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap
orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai
seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak
secara mikroskopis langsung pada pasien remaja dan dewasa, serta skoring pada
pasien anak.
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk
penegakan diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3
spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan
berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):
1. S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali.
Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
2. P(Pagi):
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun
tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
3. S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak
pagi.
Cara pemeriksaan bakteriologi dilakukan secara mikroskopis dan kultur.
Pemeriksaan mikroskopis dapat dengan pewarnaan Ziehl-Nielsen atau dengan
fluorosens pewarnaan auramin-rhodamin. Sedangkan, pemeriksaan kultur
dilakukan dengan metode konvensional, yaitu dengan menggunakan media
Lowenstein-jensen, ataupun media agar.
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah:
1. 3 positif atau 2 positif + 1 negatif: BTA positif
2. 1 positif + 2 negatif atau ulang BTA 3 kali. Apabila 1 positif +2 negatif atau
BTA positif. Namun, apabila 3 negatif: BTA negatif.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Gambaran yang dicurigai sebagai lesi
TB aktif adalah:
1. Bayangan berawan/nodular di segmen apical dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus bawah
2. Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular
3. Bayangan bercak milier
4. Efusi pleura unilateral atau bilateral
29
30
Katerogi
Pasien TB
Resimen Pengobatan*
Fase Awal
Fase Lanjutan
2 SHRZ (EHRZ)
6 HE
2 SHRZ (EHRZ)
4 HR
2 SHRZ (EHRZ)
4 H3R3
33
Relaps
Kegagalan pengobatan
Kembali ke default
2 SHZE/1 HRZE
2 SHZE/1 HRZE
5 H3R3E3
5 HRE
2 HRZ atau 2 6 HE
H3R3Z3
2 HR/4 H
2 HRZ atau 2 2 H3R3/4 H
H3R3Z3
2 HRZ atau 2
H3R3Z3
Kasus kronis (masih BTA- Tidak dapat diaplikasikan
positif setelah pengobatan (mempertimbangkan menggunakan
ulang yang disupervisi
obat-obatan barisan kedua)
34
Rifampisin
- Aktivitas antibakteri
Menghambat pertumbuhan berbagai kuman gram-positif dan gram-negatif.
- Mekanisme kerja
Terutama aktif terhadap sel yang sedang tumbuh. Kerjanya menghambat DNA
dependent RNA polymerase dari mikrobakteria dan mikroorganisme lain
dengan menekan mulai terbentuknya (bukan pemanjangan) rantai dalam
sintesis RNA.
- Farmakokinetik
Pemberian per oral menghasilkan kadar puncak dalamplasma setelah 2-4 jam.
Setelah diserap dari saluran cerna, obat ini cepat diekskresi melalui empedu
dan kemudian mengalami sirkulasi enterohepatik. Penyerapannya dihambat
oleh makanan. Didistribusi keseluruh tubuh. Kadar efektif dicapai dalam
berbagai organ dan cairan tubuh, termasuk cairan otak, yang tercermin dengan
warna merah jingga pada urin, tinja, ludah, sputum, air mata, dan keringat.
- Efek samping
Jarang menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Yang palingsering ialah ruam
kulit, demam, mual, dan muntah.
- Sediaan dan posologi
Tersedia dalam bentuk kapsul 150 mg dan 300 mg. Terdapat pula tablet 450
mg dan 600 mg serta suspensi yang mengandung 100 mg/5mL rifampisin.
Beberapa sediaan telah dikombinasi dengan isoniazid. Biasanya diberikan
sehari sekali sebaiknya 1 jam sebelum makan atau dua jam setelah makan.
Dosis untuk orang dewasa dengan berat badan kurang dari 50 kg ialah 450
mg/hari dan untuk berat badan lebih dari 50 kg ialah 60 mg/hari. Untuk anakanak dosisnya 10-20mg/kgBB/hari dengan dosis maksimum 600 mg/hari.
Etambutol
- Aktivitas antibakteri
Menghambat sintesis metabolit sel sehingga metabolisme sel terhambat dan
sel mati. Hanya aktif terhadap sel yang tumbuh dengan khasiat tuberkulostatik.
35
Farmakokinetik
Pada pemberian oral sekitar 75-80% diserap dari saluran cerna. Tidak dapat
ditembus sawar darah otak, tetapi pada meningitis tuberkulosa dapat
ditemukan kadar terapi dalam cairan otak.
Efek samping
Jarang. Efek samping yang paling penting ialah gangguan penglihatan,
biasanya bilateral, yang merupakan neuritis retrobulbar yaitu berupa turunnya
ketajaman penglihatan, hilangnya kemampuan membedakan warna,
mengecilnya lapangan pandang, dan skotom sentral maupun lateral.
Menyebabkan peningkatan kadar asam urat darah pada50% pasien.
Sediaan dan posologi
Tablet 250 mg dan 500 mg. Ada pula sediaan yang telah dicampur dengan
isoniazid dalam bentuk kombinasi tetap. Dosis biasanya 15 mg/kgBB,
diberikan sekali sehari, ada pula yang menggunakan dosis 25 mg/kgBB
selama 60 hari pertama, kemudian turun menjadi 15 mg/kgBB.
Pirazinamid
- Aktivitas antibakteri
Mekanisme kerja belum diketahui.
- Farmakokinetik
Mudah diserap usus dan tersebar luas ke seluruh tubuh. Ekskresinya terutama
melalui filtrasi glomerulus.
- Efek samping
Yang paling umum dan serius adalah kelainan hati. Menghambat ekskresi
asam urat. Efek samping lainnya ialah artralgia, anoreksia, mual, dan muntah,
juga disuria, malaise, dan demam.
- Sediaan dan posologi
Bentuk tablet 250 mg dan 500 mg. Dosis oral 20-35mg/kgBB sehari
(maksimum 3 g), diberikan dalam satu atau beberapa kalisehari.
Streptomisin
- Aktivitas antibakteri
Bersifat bakteriostatik dan bakterisid terhadap kuman TB. Mudah masuk
kavitas, tetapi relatif sukar berdifusi ke cairan intrasel.
- Farmakokinetik
Setelah diserap dari tempat suntikan, hampir semua streptomisin berada dalam
plasma. Hanya sedikit sekali yang masuk kedalam eritrosit. Kemudian
menyebar ke seluruh cairan ekstrasel. Diekskresi melalui filtrasi glomerulus.
- Efek samping
Umumnya dapat diterima dengan baik. Kadang-kadang terjadi sakit kepala
sebentar atau malaise. Bersifat nefrotoksik.Ototoksisitas lebih sering terjadi
pada pasien yang fungsi ginjalnya terganggu.
- Sediaan dan posologi
Bubuk injeksi dalam vial 1 dan 5 gram. Dosisnya 20mg/kgBB secara IM,
maksimum 1 gr/hari selama 2 sampai 3 minggu.Kemudian frekuensi
berkurang menjadi 2-3 kali seminggu.
Etionamid
- Aktivitas antibakteri
In vitro, menghambat pertumbuhan M. tuberculosis jenis human pada kadar
0.9-2.5 g/mL.
36
Farmakokinetik
Pemberian per oral mudah diabsorpsi. Kadar puncak 3 jam dan kadar terapi
bertahan 12 jam. Distribusi cepat, luas, dan meratake cairan dan jaringan.
Ekskresi cepat dalam bentuk utama metabolit 1%aktif.
Efek samping
Paling sering anoreksia, mual da muntah. Sering terjadi hipotensi postural,
depresi mental, mengantuk dan asthenia
Sediaan dan posologi
Dalam bentuk tablet 250 mg. Dosis awaln 250 mgsehari, lalu dinaikan setiap 5
hari dengan dosis 125 mg 1 g/hr. Dikonsumsi waktu makan untuk
mengurangi iritasi lambung.
Paraaminosalisilat
- Aktivitas bakteri
In vitro, sebagian besar strain M. tuberculosis sensitif dengan kadar 1 g/mL.
- Farmakokinetik
Mudah diserap melalui saluran cerna. Masa paruh 1 jam. Diekskresi 80% di
ginjal dan 50% dalam bentuk asetilasi.
- Efek samping
Gejala yang menonjol mual dan gangguan saluran cerna. Dan kelainan darah
antara lain leukopenia, agranulositopenia, eosinofilia, limfositosis, sindrom
mononukleosis atipik, trombositopenia.
- Sediaan dan posologi
Dalam bentuk tablet 500 mg dengan dosis oral 8-12g sehari.
Sikloserin
- Aktifitas bakteri
In vitro, menghambat M.TB pada kadar 5-20 g/mL dengan menghambat
sintesis dinding sel.
- Farmakokinetik
Baik dalam pemberian oral. Kadar puncak setelahpemberian obat 4-8 jam.
Ditribusi dan difusi ke seluruh cairan dan jaringan baik. Ekskresi maksimal
dalam 2-6 jam, 50% melalui urin dalam bentuk utuh.
- Efek samping
SSP biasanya dalam 2 minggu pertama, dengan gejala somnolen, sakit kepala,
tremor, vertigo, konvulsi, dll.
- Sediaan dan posologi
Bentuk kapsul 250 mg, diberikan 2 kali sehari. Hasil terapi paling baik dalam
plasma 25-30 g/mL. Kanamisin dan Amikasin Menghambat sintesis protein
bakteri. Efek pada M. tb hanya bersifat supresif.
- Farmakokinetik
Melalui suntikan intramuskular dosis 500 mg/12 jam (15mg/kgBB/hr, atau
dengan intravena selama 5 hr/mgg selama 2bulan,dan dilanjutkan dengan 11.5 mg 2 atau 3 kali/mgg selama 4 bulan.
Kapreomisin
- Efek samping:
37
Efek Samping
Neuropati perifer yang dapat dicegah dengan
pemberian vitamin B6, hepatotoksik
Sindrom flu, hepatotoksik
Nefrotoksik, gangguan nervus VIII kranial
Neuritis optika, nefrotoksik, skin rash/dermatitis
Hepatotoksik, gangguan pencernaan
Hepatotoksik, gangguan pencernaan
Seizure/kejang, depresi, psikosis
Streptomisin
harus
memperhatikan
Prinsip-prinsip
Universal
Precaution(Kewaspadaan Keamanan Universal) Pengobatan pasien TB-HIV
sebaiknya diberikan secara terintegrasi dalam satu UPK untuk menjaga kepatuhan
pengobatan secara teratur.Pasien TB yang berisiko tinggi terhadap infeksi HIV perlu
dirujuk kepelayanan VCT (Voluntary Counceling and Testing = Konsul
sukareladengan test HIV).
e. Pasien TB dengan hepatitis akut
Pemberian OAT pada pasien TB dengan hepatitis akut dan atau klinisikterik, ditunda
sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada keadaan dimana pengobatan
Tb sangat diperlukan dapat diberikan streptomisin (S) dan Etambutol (E) maksimal 3
bulan sampai hepatitisnya menyembuh dan dilanjutkan dengan Rifampisin (R) dan
Isoniasid (H)selama 6 bulan.
f. Pasien TB dengan kelainan hati kronik
Bila ada kecurigaan gangguan faal hati, dianjurkan pemeriksaan faal hati sebelum
pengobatan Tb. Kalau SGOT dan SGPT meningkat lebih dari 3kali OAT tidak
diberikan dan bila telah dalam pengobatan, harus dihentikan. Kalau peningkatannya
kurang dari 3 kali, pengobatan dapat dilaksanakan atau diteruskan dengan
pengawasan ketat.
Pasien dengan kelainan hati, Pirasinamid (Z) tidak boleh digunakan. Paduan OAT
yang dapat dianjurkan adalah 2RHES/6RH atau 2HES/10HE.
g. Pasien TB dengan gagal ginjal
Isoniasid (H), Rifampisin (R) dan Pirasinamid (Z) dapat di ekskresi melalui empedu
dan dapat dicerna menjadi senyawa-senyawa yang tidak toksik. OAT jenis ini dapat
diberikan dengan dosis standar pada pasien-pasien dengan gangguan ginjal.
Streptomisin dan Etambutol diekskresi melalui ginjal, oleh karena itu hindari
penggunaannya pada pasien dengan gangguan ginjal. Apabila fasilitas pemantauan
faal ginjal tersedia, Etambutol dan Streptomisin tetap dapat diberikan dengan dosis
yang sesuai faal ginjal. Paduan OAT yang paling aman untuk pasien dengan gagal
ginjal adalah 2HRZ/4HR.
h. Pasien TB dengan Diabetes Melitus
Diabetes harus dikontrol. Penggunaan Rifampisin dapat mengurangi efektifitas obat
oral anti diabetes (sulfonil urea) sehingga dosis obat antidiabetes perlu ditingkatkan.
Insulin dapat digunakan untuk mengontrol gula darah, setelah selesai pengobatan TB,
dilanjutkan dengan antidiabetes oral. Pada pasien Diabetes Mellitus sering terjadi
komplikasi retinopathy diabetika, oleh karena itu hati-hati dengan pemberian
etambutol, karena dapat memperberat kelainan tersebut.
i. Pasien TB yang perlu mendapat tambahan kortikosteroid
Kortikosteroid hanya digunakan pada keadaan khusus yangmembahayakan jiwa
pasien seperti:
Meningitis TB
39
diawasi langsung oleh seorang pengawas yang dikenal sebagai PMO (pengawas
menelan obat). Pengobatan TBC dengan strategi DOTS ini merupakan satusatunya pengobatan TBC yang saat ini direkomendasikan oleh oraganisasi
kesehatan sedunia (WHO) karena terbukti paling efektif. Obat TBC harus
diminum secara teratur sampai penderita dinyatakan sembuh. Lama pengobatan
berkisar 6sampai dengan 8 bulan. Jika tidak teratur minum obat akan
menimbulkan: >( Penyakitnya akan lebih sukar diobati ) > ( Kuman TBC dalam
tubuh akan berkembang semakin banyak dan menyerang organ tubuh lain)
>( Akan membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat sembuh ) > ( Biaya
pengobatan akan sangat besar .
Pencegahan terhadap kemungkinan terjangkitnya penyakit ini merupakan langkah
yang paling efektif dan efisien. Adapun yang dapat kita lakukan sebagai upaya
pencegahan adalah sebagai berikut:
* Konsumsi makanan bergizi
Dengan asupan makanan bergizi, daya tahan tubuh akan meningkat. Produksi
leukosit pun tidak akan mengalami gangguan, hingga siap melawan bakteri TBC
yang kemungkinan terhirup. Selain itu, konsumsi makanan bergizi juga
menghindarkan terjadinya komplikasi berat akibat TBC (Anonim e, 2010).
* Vaksinasi
Dengan vaksinasi BCG yang benar dan di usia yang tepat, sel-sel darah putih
menjadi cukup matang dan memiliki kemampuan melawan bakteri TBC. Meski
begitu, vaksinasi ini tidak menjamin penderita bebas sama sekali dari penyakit
TBC, khususnya TBC paru. Hanya saja kuman TBC yang masuk ke paru-paru
tidak akan berkembang dan menimbulkan komplikasi. Bakteri juga tidak bisa
menembus aliran darah dan komplikasi pun bisa dihindarkan. Dengan kata lain,
karena sudah divaksin BCG, anak hanya menderita TBC ringan (Anonim e, 2010).
* Lingkungan
Lingkungan yang kumuh dan padat akan membuat penularan TBC berlangsung
cepat. Untuk itulah mengapa lingkungan yang sehat dan kebersihan makanan dan
minuman sangat perlu untuk dijaga.
- Jangan meludah di sembarang tempat .
- Gunakan tempat yang tertutup untuk menampung dahak.
- dahak jangan dibuang di sembarang tempat.
- Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat (tidak merokok, jemur kasur dan tikar
secara teratur, ventilasi udara serta sinar matahari.
Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan peranan Agent, Host dan Environment
dari TBC, maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
42
a.
Pencegahan Primer
Dengan promisi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif,
walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan
standar kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi.
b. Pencegahan Sekunder
Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus
TBC yang timbul dengan 3 komponen utama : Agent, Host dan Environment.
Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern
kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun tenaga.
Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi
TBC sebagai pusat, sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu,
pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala infeksi juga penting untuk seleksi
dari petunjuk yang paling efektif.
Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC,
dengan imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol
lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat
mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa
kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap epidemic TBC. Melalui
usaha pembatasan ketidakmampuan untuk membatasi kasus baru harus
dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan psikis.
c. Pencegahan Tersier
Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan
diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara
psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien,
kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya,
pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan untuk
mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi.
Selain itu, tindakan pencegahan sebaiknya juga dilakukan untuk mengurangi
perbedaan pengetahuan tentang TBC, yaitu dengan jalan sebagai berikut :
1. Perkembangan media.
2. Metode solusi problem keresistenan obat.
3. Perkembangan obat Bakterisidal baru.
4. Kesempurnaan perlindungan dan efektifitas vaksin.
5. Pembuatan aturan kesehatan primer dan pengobatan TBC yang fleksibel.
6. Studi lain yang intensif.
7. Perencanaan yang baik dan investigasi epidemiologi TBC yang terkontrol
43
44
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko pada Tuberkulosis dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Infeksi Tuberkulosis
a. Orang-orang yang lahir di negara asing dari negara-negara yang berinsiden
tinggi.
b. Orang-orang miskin dan sangat miskin, terutama di kota-kota besar.
c. Penghuni penjara sekarang atau sebelumnya.
d. Orang tunawisma.
e. Pengguna obat injeksi.
f. Pekerja perawat kesehatan yang merawat penderita berisiko tinggi.
g. Anak yang terpajan pada orang dewasa berisiko tinggi.
2. Penyakit Tuberkulosis bila Terinfeksi
a. Koinfeksi dengan virus imunodefisiensi manusia (HIV).
b. Penyakit gangguan imun lain, terutama keganasan.
c. Pengobatan imunosupresif.
d. Bayi dan anak < 3 tahun.
4.11 Prognosis
Ad vitam: ad bonam
Prognosis ad bonam karena keadaan yang ditemukan pada pasien ini bukan
kondisi yang berat yang dapat menyebabkan kematian. Perlu pemeriksaan lebih
lanjut apakah pada pasien terdapat infeksi HIV atau tidak.
46
4.
Mendoakan atas orang yang bersin jika ia memuji Allah SWT. Hendaklah orang yang
bersama dengan orang yang bersin mengucapkan Yarhamukallah, orang yang bersin
pun menjawab Yahdikumullah wa yushlihu baalakum. Ini merupakan hak muslin
terhadap muslim lainnya
47
6. Tidak Perlu Mendoakan Orang Yang Sudah Bersin Tiga Kali Berturut-Turut
48
Daftar Pustaka
Raden, Inmar. 2014. Anatomi Kedokteran Sistem Respirasi. Jakarta: Bagian Anatomi FKUY
Sudoyo,Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta: Interna Publishing
Gunawan, Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi. Ed 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia: dari sel ke system. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Ganong, William F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 22. Jakarta : EGC.
Brooks GF, et. Al. 2007. Jawetz, Melnick, & Adelberg Mikrobiologi Kedokteran edisi 23.
Jakarta: EGC
Kumar V, et al. 2008. Patologi Anatomi : Robbins edisi 7 vol 2. Jakarta
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Ed. 8. Jakarta : EGC
Suharti, C. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 5. Jilid 2. Jakarta : Interna Publishing.
49