Ketentuan dalam UU KUP mewajibkan Wajib Pajak (WP) untuk menyelenggarakan pembukuan.
Apabila WP tidak menyelenggarakan pembukuan atau menyelenggarakan pembukuan tetapi
tidak dilakukan sebagaimana mestinya, maka akan dikenakan sanksi. Hal ini ditetapkan dalam:
Pasal 39 ayat (l) huruf f dan g: Setiap orang yang dengan sengaja:
f. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan
seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;
g. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak memperlihatkan
atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain; sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam)
bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar.
Pasal 39 ayat (2): Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambahkan 1 (satu)
kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di
bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana
penjara yang dijatuhkan.
Pembukuan merupakan kata umum yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari- hari.
Dalam praktiknya, pembukuan bukan hanya terkait dengan kegiatan ekonomi atau bisnis,
namun juga kegiatan lainnya yang tidak terkait dengan ekonomi atau bisnis, seperti sosial,
politik, atau kegiatan, dan lainnya yang berimplikasi adanya penerimaan atau pengeluaran uang.
Kegunaan Pembukuan
Pembukuan dibuat dan disusun dimaksudkan untuk suatu kegunaan tertentu. Dalam hal
perpajakan ada beberapa kegunaan dari pembukuan, yaitu:
Untuk keperluan komersial, untuk dapat mengetahui besarnya keuntungan dari kegiatan
yang dilakukan;
Untuk mengetahui apakah dari kegiatan yang dilakukan dapat tercukupi pembiayaannya,
atau terdapat selisih lebih (surplus), atau mungkin selisih kurang (defisit);
Untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak dan pajak terutang (dalam Pajak
Penghasilan, PPh);
Untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM). Untuk itu, pembukuan harus mencatat pula jumlah harga perolehan atau
nilai impor, jumlah harga jual atau nilai ekspor, jumlah harga jual dari barang yang dikenakan
PPnBM, jumlah pembayaran atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar
daerah pabean di dalam daerah pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar
daerah pabean di dalam daerah pabean, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dan
yang tidak dapat dikreditkan.
Pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di
Indonesia,misalnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan perundangundangan perpajakan menentukan lain.
Siapa yang Wajib Menyelenggarakan Pembukuan?
Untuk keperluan perpajakan, yang wajib menyelenggarakan pembukuan adalah:
WP orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas (sesuai profesinya, misalnya dokter,
pengacara, notaris, akuntan, konsultan, arsitek, artis, dan sebagainya); dan
WP badan.
Diselenggarakan di Indonesia
Menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam
bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
Diperkenankankah Pembukuan dalam Bahasa dan Mata Uang Asing?
WP yang dapat menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata
uang selain Rupiah, yaitu bahasa Inggris dan mata uang Dolar Amerika Serikat, meliputi:
1.
2.
WP dalam rangka Kontrak Karya, yaitu WP yang beroperasi berdasarkan kontrak dengan
Pemerintah Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundangundangan yang mengatur mengenai pertambangan;
3.
WP dalam rangka Kontrak Bagi Hasil, yaitu WP yang beroperasi berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang mengalur mengenai pertambangan minyak dan gas bumi;
4.
Bentuk Usaha Tetap, yaitu bentuk usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5)
Undang-Undang PPh atau menurut Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang
terkait;
5.
WP yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu perusahaan
anak (subsidiary company) yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh perusahaan induk (parent
company) di luar negeri dalam hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal18
ayat (4) huruf a dan b Undang-Undang PPh;
6.
Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan Reksa Dana dalam denominasi mata
uang Dolar Amerika Serikat, dan telah memperoleh Surat Pemberitahuan Efektif Pernyataan
Pendaftaran dari Badan Pengawas Pasar Modal- Lembaga Keuangan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan mata uang Dolar
Amerika Serikat oleh WP harus terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari Menteri Keuangan. lzin
tertulis dapat diperoleh WP dengan mengajukan surat permohonan kepada Direktur Ienderal
Pajak paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan mata uang Dolar Amerika Serikat tersebut dimulai atau 3
(tiga) bulan sejak tanggal pendirian bagi WP bam. Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri
Keuangan akan memberikan keputusan atas permohonan tersebut.
Sanksi apa yang dikenakan atas WP Wajib Pembukuan/Pencatatan yang tidak menyelenggarakan
Pembukuan/Pencatatan?
Sanksi Kenaikan 50 % atas WP Wajib Pembukuan/Pencatatan yang tidak Menyelenggarakan
Pembukuan/Pencatatan
Dasar Hukum :
- Pasal 14 ( 5) Undang-undang PPh No 7 Tahun 1983 s.t.d.t.d Undang-undang No 17 Tahun 2000
- Pasal 13 ( 3) Huruf a Undang-undang KUP No 6 tahun 1983 s.t.d.t.d Undang-undang No 16 Tahun 2000
- Kep DJP No. KEP - 536/PJ./2000
Terhadap :
1 Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan;
.
2 Wajib Pajak yang omsetnya dibawah 600 juta dan memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak untuk
.
3 Wajib Pajak yang omsetnya dibawah 600 juta yang tidak memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak
.
untuk menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto,
sehingga dianggap memilih menyelenggarakan Pembukuan.
Yang :
a Tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan kewajiban pencatatan atau pembukuan;
.
b Tidak bersedia memperlihatkan pembukuan atau pencatatan atau bukti-bukti pendukungnya pada waktu
.
dilakukan pemeriksaan;
sehingga karena itu mengakibatkan peredaran bruto yang sebenarnya tidak diketahui, maka penghasilan
netonya dihitung berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto atau cara lain yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan.
Wajib Pajak diatas dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari Pajak
Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam tahun pajak yang bersangkutan.