Anda di halaman 1dari 28

KEPEDULIAAN MASYARAKAT TERHADAP

BANGUNAN BERSEJARAH PENINGGALAN


KESULTANAN YOGYAKARTA

Di susun oleh :
Kelompok Anilin

1 MUHAMAD IHSANUL FAADIL ( X-MIPA-2 )


2 MUHAMMAD IRFAN AL FATH ( X-MIPA-1 )
3 NUR ULUM RAHMANULLOH ( X-MIPA-2 )
4 NAJMUNDA ZIA AKMAL ( X-MIPA-1 )
5 RIZAL ATHALLAH SILMI ( X-MIPA-2 )
6 FADHEL AFIF RAMADHAN ( X-MIPA-3 )

MAN INSAN CENDEKIA PEKALONGAN


TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Jalan KH Ahmad Dahlan, Banyu Urip. Kecamatan Pekalongan Selatan,
Kota Pekalongan , Jawa Tengah
1 | MAN Insan Cendekia Pekalongan

Kata pengantar
Alhamdulillah , segala puji bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia dan rahmat Nya untuk kita, sehingga
kita dapat menjalankan aktivitas kita dengan semangat dan
baik. Sholawat serta salam, tak lupa kita sampaikan kehadirat
Nabi kita, Nabi Agung yaitu Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan, menuju zaman terang
benderang ini.
Pertama tama, kami selaku pembuat makalah ini ingin
mengucapkan banyak banyak terima kasih kepada guru
mata pelajaran yang bersangkutan, yakni Ustad Tafsiruddin
selaku guru mata pelajaran Sejarah wajib yang telah
memberikan tugas ini kepada kami selaku murid dari MAN IC
Pekalongan. Tugas ini adalah adalah salah satu tugas yang
bertujuan untuk mengembangkan potensi belajar untuk para
siswa dan siswi MAN IC Pekalongan dan juga untuk
mengembangkan daya fikir para murid MAN IC pekalongan,
khususnya kelompok kami.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak
bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua
dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan
dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari
sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa
memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah
yang lebih baik lagi.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan karya ilmiah yang telah kami buat
dimasa yang akan datang. Mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa adanya saran dan kritik dari para pembaca
Karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah sederhana ini dapat dipahami oleh
para pembaca. Sekiranya laporan yang telah yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun bagi para
2 | MAN Insan Cendekia Pekalongan

pembaca Makalah karya ilmiah sederhana ini. Sebelumnya


kami memohon maaf yang sebesar besarnya
apabila
terdapat kata kata yang kurang berkenan dan terdapat kata
kata yang kurang sopan bagi para pembaca.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat


bagi semua pembaca dan berguna bagi para pembaca.

Pekalongan,
2016

27

Penyusun

3 | MAN Insan Cendekia Pekalongan

Maret

DAFTAR ISI
Cover.................................................................
.................1
Kata
pengantar.............................................................
.......2
Daftar
isi .........................................................................
...4

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang ...


...5
B. Rumusan Masalah
.6
C. Tujuan Penulisan
......................................................................6
D. Manfaat
Penulisan.....................................................................
.....7

BAB II

pembahasan

4 | MAN Insan Cendekia Pekalongan

A. Pengertian Keraton dan sejarah berdirinya


Keraton Yogyakarta....8
B. Dampak dari ketidakpedulian Masyarakat
sekitar Keraton terhadap kondisi lingkungan
Keraton Yogyakarta .....................................10
C. Peran dan tindakan masyarakat sekitar keraton
dalam
mengembangkan
Keraton
Yogyakarta.........................................12
D.Pengetahuan masyarakat terhadap kondisi
Keraton
Yogyakarta
pada
saat
ini .......................................................................
..........14

BAB III

Penutup

A. Kesimpulan..............................................................
....................16
B. Saran....................................................................
....................17
Daftar

Pustaka

.............................................................................18
Lampiran ........................................................................
.............19

BAB I
Pendahuluan
A.

Latar Belakang

5 | MAN Insan Cendekia Pekalongan

Keraton berasal dari bahasa Jawa. Dalam pengertian


sehari - hari, keraton sering disebut sebagai istana yang
artinya suatu lambang kekuasaan dari seorang penguasa
daerah. Keraton juga mempunyai arti kediaman ratu/raja,
negara atau kerajaan. Dalam bahasa Jawa, kata keraton
berasal dari kata dasar ratu yang berarti penguasa.
Masyarakat Keraton pada umumnya memiliki gelar
Bangsawan.
Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan
Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian
Giyanti di tahun 1755. Setelah melalui perjuangan yang
panjang, pada hariKamis Kliwon tanggal 29 Rabiulakhir
1680 atau bertepatan dengan 13 Februari 1755,Akhirnya
Yogyakarta resmi menjadi suatau wilayah atau Provinsi di
Indonesia.
Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah
pesanggarahan yang bernama
Garjitawati Keraton
Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta
merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan
tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik
Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton
ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan
rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi
kesultanan hingga saat ini.
Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata
di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan
museum yang menyimpan berbagai koleksi milik
kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja
Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi
bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh
arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairungbalairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas.
Keraton Yogyakarta sebagai pusat kekuasaan pada saat
dahulu dan sekarang, keraton Yogyakarta dapat mengatur
6 | MAN Insan Cendekia Pekalongan

seluruh dimensi kehidupann dan dengan kekuasaan yang


ada
mampu
mampu
mengendalikan
jalannya
pemerintahan Kota Yogyakarta yang diwarnai oleh
kebebasan keraton sebagaimana tradisi yang di wariskan
oleh leluhur1. Keraton juga menjadi pelindung bagi
kemajuan agama serta adanya peran ulama sebagai
penghlu keraton yang ditugaskan oleh Sultan untuk
memimpin berbagai kegiatan agama .
Keraton juga sebagai pusat kebudayaan kejawen,
berbagai tradisi dan adat istiadat yang ada merupakan jasa
para
pendahulu
Dinasti
Mataram
sampai
Sultan
Hamengkubuwoyo IX yang dalam perkembangannya tidak
hanya statis tapi mengalami perubahan teknis tanpa
mengurangi makna dan isi dari keagungannya untuk
dilestarikan2.
B.Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Keraton ?


2. Apa saja kegiatan yang di lakukan oleh masyarakat
Yogyakarta pada setiap tahunnya ?
3. Bagaimana pengaruh masyarakat sekitar Keraton
Yogyakarta terhadap kondisi keraton Yogyakarta setiap
harinya ?
4. Bagaimana hubungan para pedagang sekitar Keraton
terhadap para wisatawan yang datang ke Keraton
Yogyakarta ?
5. Bagaimana kondisi
Yogyakarta ?

lingkungan

sekitar

Keraton

1 G.Moedjanto, Kesultanan Yogyakarta dan Pakualaman , ( Kanisius : Yogyakarta,


1994 ) halaman 110.
2 Adabi Darban, Biografi sultan HB IX, ( Depdikbut : Jakarta 1998, ) halaman 80
7 | MAN Insan Cendekia Pekalongan

6. Bagaimana kesan yang diperoleh oleh para wisatawan


yang berkunjung ke Keraton Yogyakarta ?

C.Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Keraton.


2. Untuk mengetahui kegiatan yang ada di Keraton
Yogyakarta
3. Untuk mengetahui pengaruh masyarakat sekitar
Keraton
Yogyakarta
terhadap
kondisi
Keraton
Yogyakarta pada setiap harinya.
4. Untuk mengetahui hubungan para pedagang sekitar
Keraton terhadap para wisatawan yang datang ke
Keraton Yogyakarta.
5. Untuk mengetahui kondisi lingkungan sekitar Keraton
Yogyakarta.
6. Untuk mengetahui kesan yang diperoleh oleh para
wisatawan yang berkunjung ke Keraton Yogyakarta.

D.

Manfaat Penulisan

1. Menambah pengertahuan tentang sejarah berdirinya


Keraton Yogyakarta dan pengertian dari keraton itu
sendiri.
2. Menambah
Yogyakarta.

referensi

tentang

sejarah

Keraton

3. Mengetahui
Yogyakarta.

tentang

kondisi

sekitar

Keraton

4. Menambah wawasan tentang pengaruh masyarakat


sekitar terhadap Keraton Yogyakarta .
8 | MAN Insan Cendekia Pekalongan

BAB II
Pembahasan
A. Pengertian

Keraton dan sejarah berdirinya


Keraton Yogyakarta

Keraton berasal dari bahasa Jawa. Dalam pengertian sehari hari, keraton sering disebut sebagai istana yang artinya suatu
lambang kekuasaan dari seorang penguasa daerah . Keraton juga
mempunyai arti kediaman ratu/raja, negara atau kerajaan. Dalam
bahasa Jawa, kata keraton berasal dari kata dasar ratu yang
berarti penguasa. Masyarakat Keraton pada umumnya memiliki
gelar Bangsawan.
9 | MAN Insan Cendekia Pekalongan

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta


merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah
menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks
bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal
sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi
kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah
satu objek wisata di Kota Yogyakarta.
Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang
menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai
pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan
gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu
contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairungbalairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas.
Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku
Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti di tahun 1755.
Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang
bernama Garjitawati3. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat
iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta)
yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi
keraton
merupakan
sebuah
mata
air,
Umbul
Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum
menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I
berdiam
di
Pesanggrahan
Ambar
Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping
Kabupaten Sleman.
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh
kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara),
Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti,
Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan
Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu
Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang
berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di
sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat
lengkap dengan pemangku adatnya.
3 G.Moedjanto, Kesultanan Yogyakarta dan Pakualaman , ( Kanisius : Yogyakarta, 1994 )
halaman 100.

10 | M A N I n s a n C e n d e k i a P e k a l o n g a n

Pangeran Mangkubumi yang memperjuangkan kedaulatan


Kerajaan Mataram dari pengaruh Belanda, merupakan adik dari
Sunan Paku Buwana II. Setelah melalui perjuangan yang panjang,
pada hari Kamis Kliwon tanggal 29 Rabiulakhir 1680 atau
bertepatan dengan 13 Februari 1755, Pangeran Mangkubumi yang
telah bergelar Susuhunan Kabanaran menandatangani Perjanjian
Giyanti
atau
sering
disebut
dengan
Palihan Nagari . Palihan Nagari inilah yang menjadi titik awal
keberadaan Kasultanan Yogyakarta.
Pada saat itulah Susuhunan Kabanaran kemudian bergelar Sri
Sultan Hamengku Buwana Senopati4 Ing Ngalaga Abdurrahman
Sayidin Panatagama Kalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping I.
Setelah Perjanjian Giyanti ini, Sri Sultan Hamengku Buwana
mesanggrah di Ambarketawang sambil menunggui pembangunan
fisik kraton. Sebulan setelah ditandatanganinya Perjanjian Giyanti
tepatnya hari Kamis Pon tanggal 29 Jumadilawal 1680 atau 13
Maret 1755, Sultan Hamengku Buwana I memproklamirkan
berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan ibukota
Ngayogyakarta dan memiliki separuh dari wilayah Kerajaan
Mataram.
Proklamasi ini terjadi di Pesanggrahan Ambarketawang dan
dikenal dengan peristiwa Hadeging Nagari Dalem Kasultanan
Mataram Ngayogyakarta. Pada hari Kamis Pon tanggal 3 sura
1681 atau bertepatan dengan tanggal 9 Oktober 1755, Sri Sultan
Hamengku Buwana I memerintahkan untuk membangun Kraton
Ngayogyakarta di Desa Pacethokan dalam Hutan Beringan yang
pada awalnya bernama Garjitawati.
Pembangunan ibu kota Kasultanan Yogyakarta ini membutuhkan
waktu satu tahun 5. Pada hari Kamis pahing tanggal 13 Sura 1682
bertepatan dengan 7 Oktober 1756, Sri Sultan Hamengku Buwana I
beserta keluarganya pindah atau boyongan dari Pesanggrahan
Ambarketawan masuk ke dalam Kraton Ngayogyakarta.
Peristiwa perpindahan ini ditandai dengan candra sengkala
memet
Dwi
4 G.Moedjanto, Kesultanan Yogyakarta dan Pakualaman , ( Kanisius : Yogyakarta,
1994 ) halaman 119
5 G.Moedjanto, Kesultanan Yogyakarta dan Pakualaman , ( Kanisius : Yogyakarta,
1994 ) halaman 125.
11 | M A N I n s a n C e n d e k i a P e k a l o n g a n

Naga Rasa Tunggal berupa dua ekor naga yang kedua ekornya
saling melilit dan diukirkan di atas banon atau renteng kelir
baturana Kagungan Dalem Regol Kemagangan dan Regol Gadhung
Mlathi. Momentum kepindahan inilah yang dipakai sebagai dasar
penentuan Hari Jadi Kota Yogyakarta karena mulai saat itu berbagai
macam sarana dan bangunan pendukung untuk mewadahi aktivitas
pemerintahan baik kegiatan sosial, politik, ekonomi, budaya
maupun tempat tinggal mulai dibangun secara bertahap.
Berdasarkan itu semua maka Hari Jadi Kota Yogyakarta ditentukan
pada tanggal 7 Oktober 2009 dan dikuatkan dengan Peraturan
Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2004.

B. Dampak dari ketidakpedulian Masyarakat sekitar


Keraton terhadap kondisi lingkungan Keraton
Yogyakarta
Menurut
beberapa
narasumber
yang
telah
kami
wawancara, kami mendapatkan beberapa dampak di
antaranya :
a. Narasumber 1
Nama
: Bapak Sundkono
Umur
: 73 tahun
Alamat
: Kecamatan Medir, Kota Yogyakarta.
Profesi
: Pedagang susu
Dampak Positif : Tetap aman meski banyaknya
demonstrasi yang terjadi di sekitar
keraton.
Dampak negatif : Tidak ada, karena rakyat Yogya
mengikuti segala peraturan raja, dan
tetap terjalin keakuran antara rakyat
dengan raja.
b. Narasumber 2
Nama
: Ibu Mugiyati
Umur
: 52 tahun
Alamat
: Kampung Yudhanegara, RT 01 RW 01.
Profesi
: Penjual
Dampak Positif
: Ramai, banyaknya pembeli yang
datang.
Dampak negatif
: Setelah ada peraturan baru,
sepinya
pembeli
dan
banyaknya
warga yang sekarang tidak menetap
disana.
c. Narasumber 3
12 | M A N I n s a n C e n d e k i a P e k a l o n g a n

d.

e.

f.

g.

h.

Nama
: Ibu Maria
Umur
: 40 tahun
Alamat
: Jalan Trikosa No 1
Profesi
: Penjual.
Dampak Positif : Keraton menjadi lebih bersih.
Dampak negatif : Penjual menjadi kocar kacir,
bingung ingin dagang dimana.
Narasumber 4
Nama
: Bapak Prayudi
Umur
: 52 tahun
Alamat
: Kota Yogyakarta.
Profesi
: Marbot Masjid
Dampak Positif
: Senang, antusias, malam tidur di
Masjid.
Dampak negatif : Narasumber 5
Nama
: Bapak Harisantoso
Umur
: 50 tahun
Alamat
: Kota Yogyakarta.
Profesi
: Warga
Dampak Positif
: masyarakat mudah diatur,
ekonomi meningkat.
Dampak negatif
: masyarakat mulai menghilang
kebudayaannya.
Narasumber 6
Nama
: Ibu Sutrisa
Umur
: 34 tahun
Alamat
: Kota Yogyakarta
Profesi
: Ibu Rumah Tangga
Dampak Positif
:Dampak negatif
:Narasumber 7
Nama
: Bapak Joko
Umur
: 55 tahun
Alamat
: Kecamatan Medir, Kota Yogyakarta.
Profesi
: Tukang Becak
Dampak Positif
: Meningkatkan ekonomi
Dampak negatif
:Narasumber 8
Nama
: Ibu Ririn
Umur
: 37 tahun
Alamat
: Kota Yogyakarta.
Profesi
: Ibu Rumah Tangga
Dampak Positif
: Kebudayaan, pendidikan dan
ekonomi mengalami peningkatan.

13 | M A N I n s a n C e n d e k i a P e k a l o n g a n

Dampak negatif
: tergantung
banyaknya gelandangan.

14 | M A N I n s a n C e n d e k i a P e k a l o n g a n

orang

tersebut,

C.Peran dan tindakan masyarakat sekitar


keraton dalam mengembangkan Keraton
Yogyakarta
Menurut
beberapa
narasumber
yang
telah
kami
wawancara, kami mendapatkan beberapa peran masyarakat
di antaranya :
a. Narasumber 1
Nama
: Bapak Sundkono
Umur
: 73 tahun
Alamat
: Kecamatan Medir, Kota Yogyakarta.
Profesi
: Pedagang susu
Peran masyarakat : Sebagai rakyat jelata, hanya
mengikuti peraturan raja.
b. Narasumber 2
Nama
: Ibu Mugiyati
Umur
: 52 tahun
Alamat
: Kampung Yudhanegara, RT 01 RW 01.
Profesi
: Penjual
Peran Masyarakat : hanya bisa mematuhi aturan dari
raja saja.
c. Narasumber 3
Nama
: Ibu Maria
Umur
: 40 tahun
Alamat
: Jalan Trikosa No 1
Profesi
: Penjual.
Peran Masyarakat: Hanya bisa mematuhi dan
menaati segala peraturan raja.
d. Narasumber 4
Nama
: Bapak Prayudi
Umur
: 52 tahun
Alamat
: Kota Yogyakarta.
Profesi
: Marbot Masjid
Peran Masyarakat: mematuhi segala peraturan yang
telah ada.
e. Narasumber 5
Nama
: Bapak Harisantoso
Umur
: 50 tahun
Alamat
: Kota Yogyakarta.
Profesi
: Warga
Peran Masyarakat : Antusias mengikuti kegiatan,
puncak acara sehari semalam.
15 | M A N I n s a n C e n d e k i a P e k a l o n g a n

f. Narasumber 6
Nama
: Ibu Sutrisa
Umur
: 34 tahun
Alamat
: Kota Yogyakarta
Profesi
: Ibu Rumah Tangga
Peran Masyarakat : g. Narasumber 7
Nama
: Bapak Joko
Umur
: 55 tahun
Alamat
: Kecamatan Medir, Kota Yogyakarta.
Profesi
: Tukang Becak
Peran Masyarakat: kurang berperan, hanya ikut
melihat saja.
h. Narasumber 8
Nama
: Ibu Ririn
Umur
: 37 tahun
Alamat
: Kota Yogyakarta.
Profesi
: Ibu Rumah Tangga
Peran Masyarakat: -

16 | M A N I n s a n C e n d e k i a P e k a l o n g a n

D.
Pengetahuan
masyarakat
terhadap
kondisi Keraton Yogyakarta pada saat ini
Menurut
beberapa
narasumber
yang
telah
kami
wawancara, kami mendapatkan beberapa pengetahuan
masyarakat dan kegiatan di Keraton di antaranya :
a. Narasumber 1
Nama
: Bapak Sundkono
Umur
: 73 tahun
Alamat
: Kecamatan Medir, Kota Yogyakarta.
Profesi
: Pedagang susu
Pengetahuan warga : Adem Anyem ( tentram )
Kegiatan
: Pasar malam.
b. Narasumber 2
Nama
: Ibu Mugiyati
Umur
: 52 tahun
Alamat
: Kampung Yudhanegara, RT 01 RW
01.
Profesi
: Penjual
Pengetahuan warga : Kegiatan
: Pasar malam
c. Narasumber 3
Nama
: Ibu Maria
Umur
: 40 tahun
Alamat
: Jalan Trikosa No 1, Yogyakarta
Profesi
: Penjual.
Pengetahuan warga : Yogya memiliki raja, yang dulu
ketika raja ke-9, beliau sangatlah
ramah
dan
masih
mendengar
berbagai keluhan dari masyarakat,
dan ursan masyarakat sangatlah
dipermudah. Berbeda dengan raja ke10, yang mana beliau memberi
peraturan yang tidak menguntungkan
masyarakat, sehingga beliau dianggap
biasa saja.
Kegiatan
: Pasar malam
d. Narasumber 4
Nama
: Bapak Prayudi
Umur
: 52 tahun
Alamat
: Kota Yogyakarta.
Profesi
: Marbot Masjid
Pengetahuan warga : keraton itu symbol dari kerajaan
islam, memelihara sejarah dan tradisi
17 | M A N I n s a n C e n d e k i a P e k a l o n g a n

islam, dan juga tetap menjaga dan


memelihara tradisi jawa.
: Pasar malam

Kegiatan
e. Narasumber 5
Nama
: Bapak Harisantoso
Umur
: 50 tahun
Alamat
: Kota Yogyakarta.
Profesi
: Warga
Pengetahuan warga : adanya pimpinan yang harus
dipatuhi dan bagi rakyat raja adalah
segala-galanya.
Kegiatan
: Pasar malam
f. Narasumber 6
Nama
: Ibu Sutrisa
Umur
: 34 tahun
Alamat
: Kota Yogyakarta
Profesi
: Ibu Rumah Tangga
Pengetahuan warga : Kegiatan
: Pasar malam

g. Narasumber 7
Nama
: Bapak Joko
Umur
: 55 tahun
Alamat
: Kecamatan Medir, Kota Yogyakarta.
Profesi
: Tukang Becak
Pengetahuan warga : Keraton penuh tradisi, budaya,
warisan, leluhur dab juga menjadi
objek wisata yang bermanfaat dan
memberikan pelajaran.
Kegiatan
: Pasar malam
h. Narasumber 8
Nama
: Ibu Ririn
Umur
: 37 tahun
Alamat
: Kota Yogyakarta.
Profesi
: Ibu Rumah Tangga
Pengetahuan warga : Keraton sudah memiliki warisan
mendalam untuk Daerah Istimewa
Yogyakarta sebagai tuntutan.
Kegiatan
: Pasar malam

BAB III
18 | M A N I n s a n C e n d e k i a P e k a l o n g a n

Penutup
A. Kesimpulan

1. Kesultanan Yogyakarta merupakan pusat Kebudayaan Jawa ,


dimana tradisi dan adat istiadat yang ada merupakan peninggalan
leluhur Dinasti Mataram Islam, sebagai kelanjutan dari Kerajaan
Islam di Demak.
2. Kegiatan pasar malam yang dilakukan setiap tahun sekali di
Keraton Yogyakarta ikut mewarnai kehidupan antar masyarakat
sekitar dan terjalin komunikas iantar masyarakat .
3. Para pedagang sekitar Keraton Yogyakarta gelisah dengan
tindakan Sri Sultan Hamengkubuwono X yang mentidakbolehkan
para pedagang untuk berdagang di sekitar Keraton Yogyakarta
dan memberikan pager di sekitar Keraton Yogyakarta.
4. Pelestarian kebudayaan dan tradisi Keraton itu bisa terpelihara
melalui perangkat , lembaga- lembaga yang ada di lingkungan
keraton terutama lembaga kepenguluan , yang diangkat oleh
Sultan.
5. Pada saat ini peran dan kepedulian masyarakat terhadap Keraton
Yogyakarta sangat kurang, bahkan ada masyarakat yang tidak
peduli sama sekali terhadap keraton dengan alasan tertentu.
6. Orang yang melakukan pelanggaran di Keraton Yogyakarta aka
mendapatkan sanksi yang tegas dari Kesultanan Yogyakarta.
7. Masyarakart sekitar Keraton Yogakarta menjadi gelisah dan
bingung karena profesi pekerjaan mereka menjadi kecil, terutama
profesi pedagang. Dagangan mereka menjadi tidak laku lagi
karena tidak adanya kepedulial Sultan terhadap masyarakat kecil
sekitar Keraton Yogyakarta.
8. Semenjak lingkungan Keraton diberi pager dan sedikit para
pedagang di sekitar Keraton Yogyakarta, kegiatan yang dilakukan
setiap tahunnya hanya 1 Event saja, yaitu pasar malam.
9. Cara kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono X sangat
berbeda dengan gaya kepemimpinan Sultan sebelumnya.
10. Banyak masyarakat yang gelisah terutama bagi masyarakat
yang berprofesi sebagai pedagang, karena jumlah pemasukan
mereka menjadi berkurang karena tidak adanya pembeli yang
19 | M A N I n s a n C e n d e k i a P e k a l o n g a n

tidak membeli dagangan mereka dan barang dagangan mereka


juga menjadi tidak laku.
11. Tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula
mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Keberadaan Kota
Yogyakarta tidak bisa lepas dari keberadaan Kasultanan
Yogyakarta.

B. Saran

1. Bagi masyarakat sekitar Keraton Yogyakarta seharusnya


membantu meningkatkan kesejahteraan dan peran aktif dalam
kepeduliaannya di Keraton Yogyakarta
2. Untuk penyempunaan Makalah ini, penulis berharap ada masukan
dan kritik dari para pembaca demi menyempurnakan makalah ini
dengan sebaik baiknya
3. Seharusnya masyarakat itu lebih peduli lagi terhadap Keraton
Yogyakarta yang semakain lama semakain tua umurnya dan
peduli terhadap kondisi lingkungan sekitar keraton
4. Seharusnya masyarakat sekitar selalu mengingatan kepada para
wisatawan yang berkunjung ke Keraton Yogyakarta untuk selalu
menaati peraturan yang terdapat di Keraton Yogyakarta dan selalu
mematuhi peraturan peraturannya.
5. Seharusnya pemerintah DIY harus selalu memerhatikan warganya,
khususnya warga yang kurang mampu.

20 | M A N I n s a n C e n d e k i a P e k a l o n g a n

Daftar Pustaka

1. http://fitrianisondari.blogspot.co.id/p/tugas-laporanyogyakarta.html
2. https://www.google.com/search?
client=opera&q=latar+belakang+adanya+karton&sou
rceid=opera&ie=UTF-8&oe=UTF8#q=latar+belakang+adanya+keraton
3. http://cemong-gaul.blogspot.co.id/2012/12/latarbelakang-sejarah-berdirinya-keraton-ngayogyakartahadiningrat.html
4. http://www.sejarahnusantara.com/daerahistimewa/sejarah-kesultanan-ngayogyakartahadiningrat-tahun-1755-1950-dan-pembentukandaerah-otonomi-khusus-yogyakarta-tahun-195010043.htm
5. https://anegara2013.files.wordpress.com/2013/11/131
312178-firman-pribadi-keraton-yogyakarta.pdf

21 | M A N I n s a n C e n d e k i a P e k a l o n g a n

6. http://www.goodreads.com/book/show/17607884kasultanan-yogyakarta-dan-kadipaten-pakualaman

Lampiran ( FOTO )

22 | M A N I n s a n C e n d e k i a P e k a l o n g a n

Gambar 1.1 Keraton yogyakarta

Gambar 1.2 Keraton Yogyakarta dari Depan

23 | M A N I n s a n C e n d e k i a P e k a l o n g a n

Gambar 1.3 Rama, Ihsan dan Al Fath sedang mewawancarai ibu Ririn
terkait Keraton Yogakarta

gambar 1.4 Rama, Fadhel dan Rizal sedang mewawancarai terkait


Sejarah Keraton Yogyakarta

gambar 1.5 Ihsan, Rama, Al Fath, Akmal dan Fadhel sedang berfoto
bareng dengan salah satu narasumber, yaitu Ibu Mariya.

24 | M A N I n s a n C e n d e k i a P e k a l o n g a n

gambar 1.6 Rama sedang berkomunikasi dengan Bapak Prayudi terkait dengan
Keraton Yogyakarta.

25 | M A N I n s a n C e n d e k i a P e k a l o n g a n

gambar 1.7 kelompok Anilin ( Akmal, Al Fath , Fadhel, Ihsan, Rizal dan Rama )
sedang berfoto di perempatan Malioboro setelah melakukan wawancara bersama
masyarakat sekitar Keraton.

Gambar 1.8 para siswa MAN IC Pekalongan melekukan foto bareng sebelum
semuanya berpencar sesuai dengan kelompoknya untuk melakukan wawancara
dengan para narasumber sekitar Keraton

26 | M A N I n s a n C e n d e k i a P e k a l o n g a n

Gambar 1.9 Ihsan, Al Fath dan Akmal sedang melakukan wawancara dengan
Tukang Becak terkait perkembangan Keraton Yogyakarta

Gambar 2.1 Fadhel dan Rizal sedang mewawancara seorang pedagang di sekitar
jalan Keraton Yogyakarta

27 | M A N I n s a n C e n d e k i a P e k a l o n g a n

Gambar 2.2 Fadhel , Rizal dan Rama sedang mewawancarai seorang Bapak yang
terdapat di sekitar trotoar Keraton Yogyakarta

28 | M A N I n s a n C e n d e k i a P e k a l o n g a n

Anda mungkin juga menyukai