Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH JEPANG

Disusun oleh :
Dekivara Zakaauliaigani
Untuk diajukan Makalah tentang kebudayaan Jepang guna memenuhi nilai mata
pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup.

SMA NEGERI 1 CIREBON


Jalan dr. Wahidin Sudirohusodo 81 Cirebon
2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyusun makalah ini dengan
baik.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing yang
telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun karya tulis ilmiah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Budaya adalah sesuatu yang sangat menarik jika dicermati lebih dekat yang

setiap belahan dunia memiliki ragam budaya yang menarik dan bernilai tinggi.
Budaya juga merupakan salah satu hal yang dapat dipelajari dan diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karenanya, kami menyusun makalah ini dengan dasar ingin mengenal
lebih dalam kebudayaan Negara lain. Seperti hanya kebudayaan Negara Jepang
yang menjadi topic makalah kami. Sebetulnya, banyak manfaat yang dapat
diambil dari mempelajari adanya budaya. Diantaranya kita dapat menerapkan
bagaimana masyarakat jepang mempertahankan dan melestarikan kebudyaannya.
1.2

Maksud dan Tujuan

Adapun maksud and tujuan dari penysusunan makalah ini, adalah sebagai berikut:
1.

Mengetahui dan memepelajarai ragam kebudayaan Jepang.

2.

Mengetahui klasifikasi dan esensi kebudayaan Jepang.

3.

Mengaplikasikan

program

masyarakat

dalam

mempertahankan

kebudyaannya.
4.

Menambah wawasan mengenai keanekaragaman budaya didunia.

BAB II
PEMBAHASAN
Jepang adalah salah satu Negara yang berada di kawasan asia. Negara ini
juga dijuluki Negara matahari karena sebagian masyrakatnya mempunyai
kepercayaan kepada matahari. Namun Negara ini tidak hanya dikenal dengan itu
juga dikenal dengan budaya-budayanya. berikut beberapa contoh kebudayaan
jepang: Shodo- Samurai- Shogun-Baju tradisional jepang-Upacara minum teh
-Origami -Ekskul Olahraga Jepang yang banyak digemari,dll.
A.

Ikbana
Ikbana ( ?) adalah seni merangkai bunga yang memanfaatkan

berbagai jenis bunga, rumput-rumputan dan tanaman dengan tujuan untuk


dinikmati keindahannya. Ikebana berasal dari Jepang tapi telah meluas ke seluruh
dunia. Dalam bahasa Jepang, Ikebana juga dikenal dengan istilah kad (?, ka,
bunga; do, jalan kehidupan) yang lebih menekankan pada aspek seni untuk
mencapai kesempurnaan dalam merangkai bunga.
Di dalam Ikebana terdapat berbagai macam aliran yang masing-masing
mempunyai cara tersendiri dalam merangkai berbagai jenis bunga. Aliran tertentu
mengharuskan orang melihat rangkaian bunga tepat dari bagian depan, sedangkan
aliran lain mengharuskan orang melihat rangkaian bunga yang berbentuk tiga
dimensi sebagai benda dua dimensi saja.
Pada umumnya, bunga yang dirangkai dengan teknik merangkai dari Barat
(flower arrangement) terlihat sama indahnya dari berbagai sudut pandang secara
tiga dimensi dan tidak perlu harus dilihat dari bagian depan.
Berbeda dengan seni merangkai bunga dari Barat yang bersifat dekoratif,
Ikebana berusaha menciptakan harmoni dalam bentuk linier, ritme dan warna.
Ikebana tidak mementingkan keindahan bunga tapi pada aspek pengaturannya
menurut garis linier. Bentuk-bentuk dalam Ikebana didasarkan tiga titik yang
mewakili langit, bumi, dan manusia.

B.

Samurai
Istilah samurai ( ), pada awalnya mengacu kepada seseorang yang

mengabdi kepada bangsawan. Pada zaman Nara, (710 784), istilah ini
diucapkan saburau dan kemudian menjadi saburai. Selain itu terdapat pula istilah
lain yang mengacu kepada samurai yakni bushi. Istilah bushi ( ) yang berarti
orang yang dipersenjatai/kaum militer, pertama kali muncul di dalam Shoku
Nihongi ( ), pada bagian catatan itu tertulis secara umum, rakyat dan
pejuang (bushi) adalah harta negara. Kemudian berikutnya istilah samurai dan
bushi menjadi sinonim pada akhir abad ke-12 (zaman Kamakura).
Pada zaman Azuchi-Momoyama (1573 1600) dan awal zaman Edo
(1603), istilah saburai berubah menjadi samurai yang kemudian berubah
pengertian menjadi orang yang mengabdi.Namun selain itu dalam sejarah
militer Jepang, terdapat kelompok samurai yang tidak terikat/mengabdi kepada
seorang pemimpin/atasan yang dikenal dengan rnin (). Rnin ini sudah ada
sejak zaman Muromachi (1392). istilah rnin digunakan bagi samurai tak bertuan
pada zaman Edo (1603 1867). Dikarenakan adanya pertempuran yang
berkepanjangan sehingga banyak samurai yang kehilangan tuannya. kehidupan
seorang rnin bagaikan ombak dilaut tanpa arah tujuan yang jelas. Ada beberapa
alasan seorang samurai menjadi rnin. Seorang samurai dapat mengundurkan diri
dari tugasnya untuk menjalani hidup sebagai rnin. Adapula rnin yang berasal
dari garis keturunan, anak seorang rnin secara otomatis akan menjadi rnin.
Eksistensi rnin makin bertambah jumlahnya diawali berakhirnya perang
Sekigahara (1600), yang mengakibatkan jatuhnya kaum samurai/daimyo yang
mengakibatkan para samurai kehilangan majikannya. Dalam catatan sejarah
militer di Jepang, terdapat data-data yang menjelaskan bahwa pada zaman Nara
(710 784), pasukan militer Jepang mengikuti model yang ada di Cina dengan
memberlakukan wajib militer dan dibawah komando langsung Kaisar. Dalam
peraturan yang diberlakukan tersebut setiap laki-laki dewasa baik dari kalangan
petani maupun bangsawan, kecuali budak, diwajibkan untuk mengikuti dinas
militer. Secara materi peraturan ini amat berat, karena para wakil tersebut atau
kaum milter harus membekali diri secara materi sehingga banyak yang menyerah

dan tidak mematuhi peraturan tersebut. Selain itu pula pada waktu itu kaum petani
juga dibebani wajib pajak yang cukup berat sehingga mereka melarikan diri dari
kewajiban ini.
Pasukan yang kemudian terbentuk dari wajib militer tersebut dikenal
dengan sakimori ( ) yang secara harfiah berarti pembela, namun pasukan
ini

tidak

ada

hubungannya

dengan

samurai

yang

ada

pada

zaman

berikutnya.Setelah tahun 794, ketika ibu kota dipindahkan dari Nara ke Heian
(Kyoto), kaum bangsawan menikmati masa kemakmurannya selama 150 tahun
dibawah pemerintahan kaisar. Tetapi, pemerintahan daerah yang dibentuk oleh
pemerintah pusat justru menekan para penduduk yang mayoritas adalah petani.
Pajak yang sangat berat menimbulkan pemberontakan di daerah-daerah, dan
mengharuskan petani kecil untuk bergabung dengan tuan tanah yang memiliki
pengaruh agar mendapatkan pemasukan yang lebih besar.
Dikarenakan keadaan negara yang tidak aman, penjarahan terhadap tuan
tanah pun terjadi baik di daerah dan di ibu kota yang memaksa para pemilik shoen
(tanah milik pribadi) mempersenjatai keluarga dan para petaninya. Kondisi ini
yang kemudian melahirkan kelas militer yang dikenal dengan samurai.Kelompok
toryo (panglima perang) dibawah pimpinan keluarga Taira dan Minamoto muncul
sebagai pemenang di Jepang bagian Barat dan Timur, tetapi mereka saling
memperebutkan kekuasaan. Pemerintah pusat, dalam hal ini keluarga Fujiwara,
tidak mampu mengatasi polarisasi ini, yang mengakibatkan berakhirnya
kekuasaan kaum bangsawan. Kaisar Gonjo yang dikenal anti-Fujiwara,
mengadakan perebutan kekuasaan dan memusatkan kekuasaan politiknya dari
dalam o-tera yang dikenal dengan insei seiji. Kaisar Shirakawa,menggantikan
kaisar Gonjo akhirnya menjadikan o-tera sebagai markas politiknya. Secara lihai,
ia memanfaatkan o-tera sebagai fungsi keagamaan dan fungsi politik.Tentara
pengawal o-tera, souhei ( ) pun ia bentuk, termasuk memberi sumbangan
tanah (shoen) pada o-tera. Lengkaplah sudah o-tera memenuhi syarat sebagai
negara di dalam negara. Akibatnya, kelompok kaisar yang anti pemerintahan otera mengadakan perlawanan dengan memanfaatkan kelompok Taira dan
Minamoto yang sedang bertikai.Keterlibatan Taira dan Minamoto dalam

pertikaian ini berlatar belakang pada kericuhan yang terjadi di istana menyangkut
perebutan tahta, antara Fujiwara dan kaisar yang pro maupun kotra terhadap otera. Perang antara Minamoto, yang memihak o-tera melawan Taira, yang
memihak istana, muncul dalam dua pertempuran besar yakni Perang Hogen
(1156) dan Perang Heiji (1159). Peperangan akhirnya dimenangkan oleh Taira
yang menandai perubahan besar dalam struktur kekuasaan politik. Untuk pertama
kalinya, kaum samurai muncul sebagai kekuatan politik di istana.Taira pun
mengangkat dirinya sebagai kuge ( - bangsawan kerajaan), sekaligus
memperkokoh posisi samurai-nya. Sebagian besar keluarganya diberi jabatan
penting dan dinobatkan sebagai bangsawan Keangkuhan keluarga Taira akhirnya
melahirkan konspirasi politik tingkat tinggi antara keluarga Minamoto (yang
mendapat dukungan dari kaum bangsawan) dengan kaisar Shirakawa, yang pada
akhirnya mengantarkan keluarga Minamoto mendirikan pemerintahan militer
pertama di Kamakura (Kamakura Bakufu; 1192 1333).
Ketika Minamoto Yoritomo wafat pada tahun 1199, kekuasaan diambil alih
oleh keluarga Hojo yang merupakan pengikut Taira. Pada masa kepemimpinan
keluarga Hojo (1199 -1336), ajaran Zen masuk dan berkembang di kalangan
samurai. Para samurai mengekspresikan Zen sebagai falsafah dan tuntunan hidup
mereka.Pada tahun 1274, bangsa Mongol datang menyerang Jepang. Para samurai
yang tidak terbiasa berperang secara berkelompok dengan susah payah dapat
mengantisipasi serangan bangsa Mongol tersebut. Untuk mengantisipasi serangan
bangsa Mongol yang kedua (tahun 1281), para samurai mendirikan tembok
pertahanan di teluk Hakata (pantai pendaratan bangsa mongol) dan mengadopsi
taktik serangan malam. Secara menyeluruh, taktik berperang para samurai tidak
mampu memberikan kehancuran yang berarti bagi tentara Mongol, yang
menggunakan taktik pengepungan besar-besaran, gerak cepat, dan penggunaan
senjata baru (dengan menggunakan mesiu). Pada akhirnya, angin topanlah yang
menghancurkan armada Mongol, dan mencegah bangsa Mongol untuk menduduki
Jepang. Orang Jepang menyebut angin ini kamikaze (dewa angin).Dua hal yang
diperoleh dari penyerbuan bangsa Mongol adalah pentingnya mobilisasi pasukan
infantri secara besar-besaran, dan kelemahan dari kavaleri busur panah dalam

menghadapi penyerang. Sebagai akibatnya, lambat laun samurai menggantikan


busur-panah dengan pedang sebagai senjata utama samurai. Pada awal abad ke14, pedang dan tombak menjadi senjata utama di kalangan panglima perang. Pada
zaman Muromachi (1392 1573), diwarnai dengan terpecahnya istana Kyoto
menjadi dua, yakni Istana Utara di Kyoto dan Istana Selatan di Nara.
Selama 60 tahun terjadi perselisihan sengit antara Istana Utara melawan
Istana Selatan (nambokuch tairitsu).Pertentangan ini memberikan dampak
terhadap semakin kuatnya posisi kaum petani dan tuan tanah daerah (shugo
daimy) dan semakin lemahnya shogun Ashikaga di pemerintahan pusat. Pada
masa ini, Ashikaga tidak dapat mengontrol para daimy daerah. Mereka saling
memperkuat posisi dan kekuasaannya di wilayah masing-masing. Setiap Han13
seolah terikat dalam sebuah negara-negara kecil yang saling mengancam. Kondisi
ini melahirkan krisis panjang dalam bentuk perang antar tuan tanah daerah atau
sengoku jidai (1568 1600). Tetapi krisis panjang ini sesungguhnya merupakan
penyaringan atau kristalisasi tokoh pemersatu nasional, yakni tokoh yang mampu
menundukkan tuan-tuan tanah daerah, sekaligus menyatukan Jepang sebagai
negara nasional di bawah satu pemerintahan pusat yang kuat. Tokoh tersebut
adalah Jenderal Oda Nobunaga dan Toyotomi Hideyoshi.Oda Nobunaga, seorang
keturunan daimyo dari wilayah Owari dan seorang ahli strategi militer, mulai
menghancurkan musuh-musuhnya dengan cara menguasai wilayah Kinai, yaitu
Osaka sebagai pusat perniagaan, Kobe sebagai pintu gerbang perdagangan dengan
negara luar, Nara yang merupakan lumbung padi, dan Kyoto yang merupakan
pusat pemerintahan Bakufu Muromachi dan istana kaisar.Strategi terpenting yang
dijalankannya adalah Oda Nobunaga dengan melibatkan agama untuk mencapai
ambisinya. Pedagang portugis yang membawa agama Kristen, diberi keleluasaan
untuk menyebarkan agama itu di seluruh Jepang. Tujuan strategis Oda dalam hal
ini adalah agar ia secara leluasa dapat memperoleh senjata api yang
diperjualbelikan dalam kapal-kapal dagang Portugis, sekaligus memonopoli
perdagangan dengan pihak asing.
Dengan memiliki senjata api (yang paling canggih pada masa itu), Oda
akan dapat menundukkan musuh-musuhnya lebih cepat dan mempertahankan

wilayah yang telah dikuasainya serta membentuk pemerintahan pusat yang kokoh.
Oda Nobubunaga membangun benteng Azuchi Momoyama pada tahun 1573
setelah berhasil menjatuhkan Bakufu Muromachi. Strategi Oda dengan
melindungi agama Kristen mendatangkan sakit hati bagi pemeluk agama Budha.
Pada akhirnya, ia dibunuh oleh pengikutnya sendiri, Akechi Mitsuhide, seorang
penganut agama Budha yang fanatik, pada tahun 1582 di Honnoji, sebelum ia
berhasil menyatukan seluruh Jepang.Toyotomi Hideyoshi, yang merupakan
pengikut setia Oda, melanjutkan penyatuan Jepang, dan tugasnya ini dituntaskan
pada tahun 1590 dengan menaklukkan keluarga Hojo di Odawara dan keluarga
Shimaru di Kyushu tiga tahun sebelumnya. Terdapat dua peraturan penting yang
dikeluarkan Toyotomi : taiko kenchi (peraturan kepemilikan tanah) dan katana
garirei (peraturan perlucutan pedang) bagi para petani. Kedua peraturan ini secara
strategis bermaksud mengontrol kekayaan para tuan tanah dan mengontrol para
petani agar tidak melakukan perlawanan atau pemberontakan bersenjata.
Keberhasilan Toyotomi menaklukkan seluruh tuan tanah mendatangkan masalah
tersendiri. Semangat menang perang dengan energi pasukan yang tidak
tersalurkan mendatangkan ancaman internal yang menjurus kepada disintegrasi
bagi keluarga militer yang tidak puas atas kemenangan Toyotomi. Dalam hal
inilah Toyotomi menyalurkan kekuatan dahsyat tersebut untuk menyerang Korea
pada tahun 1592 dan 1597. Sayang serangan ini gagal dan Toyotomi wafat pada
tahun 1598, menandakan awal kehancuran bakufu Muromachi.Kecenderungan
terdapat perilaku bawahan terhadap atasan yang dikenal dengan istilah gekokuj
ini telah muncul tatkala Toyotomi menyerang Korea. Ketika itu, Tokugawa Ieyasu
mulai memperkuat posisinya di Jepang bagian timur, khususnya di Edo (Tokyo).
Kemelut ini menyulut perang besar antara kelompok-kelompok daimyo yang
memihak Toyotomi melawan daimyo yang memihak Tokugawa di medan perang
Sekigahara pada tahun 1600. Kemenangan berada di pihak Tokugawa di susul
dengan didirikannya bakufu Edo pada tahun 1603.
C.

Shogun

Shogun ( /Shgun) adalah istilah bahasa Jepang yang berarti jenderal.


Dalam konteks sejarah Jepang, bila disebut pejabat shogun maka yang
dimaksudkan adalah Sei-i Taishgu ( ) yang berarti Panglima
Tertinggi Pasukan Ekspedisi melawan Orang Biadab (istilah "Taishgun" berarti
panglima angkatan bersenjata). Sei-i Taishgun merupakan salah satu jabatan
jenderal yang dibuat di luar sistem Taih Ritsury. Jabatan Sei-i Taishgun
dihapus sejak Restorasi Meiji. Walaupun demikian, dalam bahasa Jepang, istilah
shgun yang berarti jenderal dalam kemiliteran tetap digunakan hingga
sekarang.Sejak zaman Nara hingga zaman Heian, jenderal yang dikirim untuk
menaklukkan wilayah bagian timur Jepang disebut Sei-i Taishgun, disingkat
shogun. Jabatan yang lebih rendah dari Sei-i Taishgun disebut Seiteki Taishgun
( panglima penaklukan orang barbar?) dan Seisei Taishgun (
panglima penaklukan wilayah barat?). Gelar Sei-i Taishgun diberikan
kepada panglima keshogunan (bakufu) sejak zamanKamakura hingga zaman Edo.
Shogun adalah juga pejabat Try(kepala klan samurai) yang didapatkannya
berdasarkan garis keturunan.Pejabat shogun diangkat dengan perintah kaisar, dan
dalam praktiknya berperan sebagai kepala pemerintahan/penguasa Jepang. Negara
asing mengganggap shogun sebagai "raja Jepang", namun secara resmi shogun
diperintah dari istana kaisar, dan bukan penguasa yang sesungguhnya. Kekuasaan
tertinggi tetap berada di tangan Kaisar Jepang.
D. Upacara Minum Teh Jepang
Upacara minum teh ( sad, chad?, jalan teh) adalah ritual tradisional
Jepangdalam menyajikan teh untuk tamu. Pada zaman dulu disebut chat (
?) ataucha no yu. Upacara minum teh yang diadakan di luar ruangan disebut
nodate. Teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara
minum teh dan dinikmati sekelompok tamu di ruangan khusus untuk minum teh
yang

disebutchashitsu.

Tuan

rumah

juga

bertanggung

jawab

dalam

mempersiapkan situasi yang menyenangkan untuk tamu seperti memilih lukisan


dinding (kakejiku), bunga(chabana), dan mangkuk keramik yang sesuai dengan
musim dan status tamu yang diundang.

Teh bukan cuma dituang dengan air panas dan diminum, tapi sebagai seni
dalam arti luas. Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan
tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara berpikir, agama,
apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara meletakkan benda seni di dalam
ruangan upacara minum teh (chashitsu) dan berbagai pengetahuan seni secara
umum yang bergantung pada aliran upacara minum teh yang dianut.
Seni upacara minum teh memerlukan pendalaman selama bertahun-tahun
dengan penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Tamu yang diundang
secara formal untuk upacara minum teh juga harus mempelajari tata krama,
kebiasaan, basa-basi, etiket meminum teh dan menikmati makanan kecil yang
dihidangkan.
Pada umumnya, upacara minum teh menggunakan teh bubuk matcha yang
dibuat dari teh hijau yang digiling halus. Upacara minum teh menggunakan
matcha disebut matchad, sedangkan bila menggunakan teh hijau jenis sencha
disebut senchad. Dalam percakapan sehari-hari di Jepang, upacara minum teh
cukup disebut sebagai ocha (teh). Istilah ocha no keiko bisa berarti belajar
mempraktekkan tata krama penyajian teh atau belajar etiket sebagai tamu dalam
upacara minum teh.
E. Origami
Origami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang
digunakan adalah kertasatau kain yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil
origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada
pandangan. Origami merupakan satu kesenian melipat kertas yang dipercayai
bermula sejak kertas diperkenalkan pada abad pertama di zaman Tiongkok kuno
pada tahun 105 Masehi oleh Ts'ai Lun.
Pembuatan kertas dari potongan kecil tumbuhan dan kain berkualitas
rendah meningkatkan produksi kertas. Contoh-contoh awal origami yang berasal
dari Tiongkok adalah tongkang (jung) dan kotak. Pada abad ke-6, cara pembuatan
kertas kemudian dibawa ke Spanyol oleh orang-orang Arab. Pada tahun 610 di
masa pemerintahan kaisar wanita Suiko (zaman Asuka), seorang biksu
Buddhabernama Donch (Dokyo) yang berasal dari Goguryeo (semenanjung

Korea) datang ke Jepang memperkenalkan cara pembuatan kertas dantinta.


Origami pun menjadi populer di kalangan orang Jepang sampai sekarang terutama
dengan kertas lokal Jepang yang disebut Washi.
F. Etika Budaya Masyarakat Jepang
Masyarakat Jepang: masyarakat yang tidak peduli pada agama
Dimulai dari ciri-ciri khusus masyarakat Jepang dibandingkan dengan
masyarakat Indonesia. Perbedaan yang paling besar antara masyarakat Jepang
dengan Indonesia adalah masyarakat Jepang tidak peduli pada agama. Dalam
undang-undang dasar Jepang, pemerintah tidak boleh ikut campur dalam urusan
agama. Dilarang keras memakai anggaran negara untuk hal-hal agama.
Dalam pasal 20 tertulis bahwa semua lembaga agama tidak boleh diberi
hak istimewa dari negara dan tidak boleh melaksanakan kekuatan politik, negara
dan instansinya tidak boleh melakukan kegiatan agama dan pendidikan agama
tertentu. Dan dalam pasal 89 tertulis bahwa uang negara tidak boleh dipakai untuk
lembaga agama.
Maka di Jepang tidak ada ruangan untuk sembahyang seperti mushala di
instansi negara (termasuk sekolah), tidak ada Departmen Agama, tidak ada
sekolah agama negara (seperti IAIN di Indonesia). Menurut beberapa penelitian,
sekitar 70% orang Jepang menjawab tidak memeluk agama. Terutama, pemuda
Jepang sangat tidak peduli agama. (Pada tahun 1996, mahasiswa yang
mempercayai agama tertentu hanya 7.6%).
Orang Jepang tidak peduli orang lain agamanya apa, dan kalau dia
mempercayai agama tertentu, biasanya dia tidak suka memamerkan agamanya
sendiri. Orang Jepang tidak ikut campur urusan pribadi orang lain, dan masalah
agama dianggap sebagai urusan pribadi.
Di Jepang pernah orang Kristen menjadi Perdana Menteri, namanya
OHIRA Masayoshi, Masa jabatannya dari tahun 1978 sampai 1980. Memang
jumlah orang Kristen cuma 1% dari penduduk Jepang, tapi sama sekali tidak
menjadi masalah dan sama sekali tidak mempengaruhi kebijakannya. Hal itu tidak
dikatakan karena toleransi pada agama, lebih tepat disebut karena ketidakpedulian
orang Jepang pada agama. (Tetapi beberapa sekte tidak disukai banyak orang.)

Etika orang Jepang tidak berdasar atas agama


Robert N Bellah, menerbitkan buku berjudul Tokugawa Religion: The
Cultural Roots of Modern Japan (1957) menganalisis kemajuan Jepang berdasar
teori Max Weber yaitu Die Protestantische Ethik und der Geist des Kapitalismus
(1905), menjelaskan peranan nilai agama pramodern itu dalam proses
modernisasi. Tetapi menurut saya teori Bellah ini sangat diragukan. Bellah
mengatakan ajaran Sekimon shingaku (Ilmu moral oleh ISHIDA Baigan) itu
memerankan sebagai etos untuk modernisasi ekonomi. Selain itu, ada yang
menilai ajaran salah satu sekte Buddha Jepang Jodo Shinshu sebagai etos seperti
Protestan. Tentu saja ajaran-ajaran itu mementingkan kerja keras, mirip dengan
ajaran Puritanisme (memang Islam juga). Di Jepang modernisasi di dalam bidang
ekonomi dilakukan oleh pemerintah Meiji. Ideologi pemerintah Jepang adalah
Shinto versi negara. Jadi, teori Max Weber tidak bisa diterapkan kepada Jepang.
Di Jepang tidak ada agama yang mendorong proses kapitalisme. Jepang dipenuhi
dengan porno, dilimpah dengan tempat judi, orang Jepang suka sekali minum
minuman keras. Tetapi pada umumnya orang Jepang masih berdisiplin, bekerja
keras, masyarakat Jepang sedikit korupsi, lebih makmur, tertib, efisien, bersih dan
aman (setidak-tidaknya tidak terjadi konflik antar agama) daripada Indonesia.
Bagi orang Jepang, porno, judi, minuman keras, semua hanya sarana hiburan saja
untuk

menghilangkan

stres.

Kebanyakan

adiksi/kecanduan.

BAB III
PENUTUP

orang

Jepang

tidak

sampai

3.1 Solusi
Demikian makalah ini kami sususun, mohon maaf bila banyak kekurangan.
Namun ada beberapa point yang dapat kami simpulkan yang berupa penilaian atau
argumentasi terhadap budaya jepang.
1.

Keanekaragaman buadaya jepang memiliki nilai esensi yang tinggi


dengan karakteristik yang berbeda-beda.

2.

Indonesia perlu memaplikasikan program-program masyarakat jepang


dalam mempertahankan budyanya.

3.

Kebudayaan jepang memiliki nilai budaya yang tinggi, yang sampai


sekarang masih mengkombinasikan budaya tradisionalnya ditengah
zaman modern saat ini.

4.

Kebudayaan Jepang sangat tertata, rapih dan lebih tradisionalis

Semoga makalah ini dapat memberikan inspirasi bagi kita semua untuk selalau
menjaga dan melestarikan budaya agar dapat menjadi buah tangan bagi cucu kita
nanti. Terimakasih atas semua pihak yang telah mendukung tersusunya makalah
ini.

DAFTAR PUSTAKA

Tomio Takahashi. Sei-i Taishgun m hitotsu no kokkashuken. Chkshinso,


1987.
www.wikipedia.com
www.google.com
Dalby, Liza (2001). Kimono: Fashioning Culture. Washington, USA: University

Anda mungkin juga menyukai