Anda di halaman 1dari 6
Menimbang Mengingat PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 261-1 .KIDIR/2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENUNDAAN TRANSAKS! BISNIS YANG TERINDIKASI PENYIMPANGAN DAN/ATAU KECURANGAN "1 12, 13, DI LINGKUNGAN PT PLN (PERSERO) DIREKSI PT PLN (PERSERO) bahwa sebagai tindak lanjut dari Pasal 3 Peraturan Menteri Badan Usaha Mikik Negara Nomor : PER-19/MBU/2012 tanggal 27 Desember 2012 tentang Penundaan Transaksi Bisnis Yang Terindikasi Penyimpangan dan/atau Kecurangan, maka perlu menyusun Pedoman Tata Cara Penundaan ‘Transaksi Bisnis Yang Terindikasi Penyimpangan dan/atau Kecurangan di Lingkungan PT PLN (Persero); bahwa Pedoman Tata Cara Penundaan Transaksi Bisnis Yang Terindikasi Penyimpangan dan/atau Kecurangan di Lingkungan PT PLN (Persero) sebagaimana dimaksud dalam huruf a di atas, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direksi PT PLN Persero). Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara; Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas; Undang-Undang RI Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan; Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara menjadi perusahaan Perseroan (Persero); Peraturan Pemerintah RI Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara, Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik; Peraturan Menteri Badan Usaha Milk Negara Nomor : PER-01/MBU/2011, tentang Penerapan Tata kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milk Negara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER- 09/MBUI2012 ; Peraturan Menteri Badan Usaha Milk Negara Nomor : PER-19/MBU/2012 2012 tentang Penundaan Transaksi Bisnis Yang Terindikasi Penyimpangan dan/atau Kecurangan; ‘Anggaran Dasar PT PLN (Persero); Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milk Negara Nomor KEP- ‘58/MBU/2008 jis Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP- 252/MBU/2009 dan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-224/MBU/2011 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota- ‘Anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara: Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 001.K/030/DIR/1994 tentang Pemberlakuan Peraturan Sehubungan Dengan Pengalihan Bentuk Hukum Perusahaan; Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 304.K/DIR/2009 tentang Batasan Kewenangan Pengambilan Keputusan di Lingkungan PT PLN (Persero) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 1387.K/DIRI2011; Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 023.K/DIR/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PT PLN (Persero); 14, Edaran Direksi PT PLN (Persero) Nomor 021.£/DIR/2012 tentang Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistle Blowing System). ‘Memperhatikan : Buku Pedoman Memahami Gratifkasi. MEMUTUSKAN, Menetapkan KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENUNDAAN TRANSAKS! BISNIS YANG TERINDIKAS| PENYIMPANGAN DAN/ATAU KECURANGAN DI LINGKUNGAN PT PLN (PERSERO). Pasal 1 Ketentuan Umum Dalam Keputusan Direks! ini, yang dimaksud dengan 1. PLN, adalah PT (Persero) Perusahaan Listrik Negara yang didirikan berdasarkan Akte Notaris Sutjipto, SH, Nomor 169 Tahun 1994, beserta perubahannya, 2. Direksi adalah Direksi PLN. 3. Dewan Komisaris adalah Dewan Komisaris PLN. 4, RUPS adalah RUPS PLN. 6. _ BPKP adalah Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. 6. _Pejabat yang ditunjuk oleh Direktur Utama adalah pejabat yang diberi Kuasa. 7. Transaksi Bisnis adalah seluruh kegiatan yang menimbulkan hak dan/atau kewajiban atau menyebabkan timbuinya hubungan hukum antara dua pihak atau lebih, termasuk kegiatan dalam proses pengadaan Barang/jasa, 8. __Indikasi adalah petunjuk yang mengarah adanya penyimpangan dan/atau Kecurangan. Pasal2 Maksud dan Tujuan (1) Maksud Pedoman ini adalah sebagai acuan dalam melakukan Penundaan Transaksi Bisnis di lingkungan PLN Yang Terindikasi Penyimpangan dan/atau Kecurangan. (2) Tujuan Pedoman ini adalah untuk melindungi PLN dari kerugian yang lebih besar akibat dari Transaksi Bisnis Yang Terindikasi Penyimpangan dan/atau Kecurangan melalui mekanisme korporasi dengan berdasar pada hukum perjanjian. Pasal3 Prinsip Das: (1) PLN dalam melaksanakan kegiatan usahanya dilakukan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab, wajib menerapkan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) dan prinsip kehati-hatian serta berlandaskan pada ketentuan dan peraturan Perundang- undangan dan Anggaran Dasar PLN. (2) PLN dalam melaksanakan kegiatan usahanya agar menghindari tindakan-tindakan penyimpangan danvatau kecurangan. Pasal 4 Ruang Lingkup Ruang lingkup Keputusan ini meliputi 4. Penundaan Transaksi Bisnis Yang Terindikasi Penyimpangan dan/atau Kecurangan. 2, Tata Cara Penundaan Transaksi Bisnis Yang Terindikasi Penyimpangan dan/atau Kecurangan. Pasal 5 Penundaan Transaksi Bisnis (1) Dalam perjanjian Transaksi Bisnis yang dibuat antara PLN dan Mitra harus mencantumkan ketentuan ‘mengenai penundaan dan/atau pembatalan sebagaimana diatur dalam Keputusan ii. (2) Klausul penundaan dan/atau pembatalan transaksi bisnis yang tercantum dalam Perjanjian ‘sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut “Apabila dalam pelaksanaan Perjanjian ini terjadi tindakan penyimpangan dan/atau kecurangan, maka PLN dapat melakukan penundaan dan/atau pembatalan Perjanjian ini.” (3) Penundaan Transaksi Bisnis dapat dilakukan apabila terdapat potensi kerugian akibat adanya penyimpangan dan/atau kecurangan dalam Transaksi Bisnis tersebut (4) _Tindakan penyimpangan danvatau kecurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa a. _adanya indikasi manipulasi harga baik penggelembungan (mark up) maupun mengurangi (mark down); adanya indikasi proyek fiktif adanya indikasi pemalsuan identitas mitra bisnis; adanya indikasi barangijasa di bawah spesifikasi/kualitas yang disepakati, adanya indikasi pemberian gratifikasi dalam proses pengadaan barang/jasa atau pelaksanaan transaksi bisnis, gaeg (8) Wewenang untuk melakukan penundaan Transaksi Bisnis dilakukan olen ‘a. Direktur Utama atau Anggota Direksi atau Pejabat yang ditunjuk oleh Direktur Utama apabila indikasi penyimpangan dan/atau kecurangan dilakukan oleh anggota Direksi dan/atau Pejabat di bawah Direksi; b, Anggota Direksi yang tidak terlibat atas perintah Dewan Komisaris apabila indikasi enyimpangan dan/atau kecurangan dilakukan oleh Direktur Utama dan/atau bersama-sama anggota Direksi lain; c. Dewan Korisaris apabila indikasi penyimpangan dan/atau kecurangan dilakukan oleh seluruh anggota Dreksi; atau d. UPS atau kuasanya apabila indikasi penyimpangan dan/atau kecurangan dilakukan oleh seluruh anggota Direksi dan seluruh anggota Dewan Komisaris. fe. Bagan alur wewenang untuk melakukan penundaan Transaksi Bisnis adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran | Keputusan ini. Pasal 6 ‘Tata Cara Penundaan Transaksi Bisnis (1) Penundaan Transaksi Bisnis dapat dilakukan apabila terdapat indikasi penyimpangan dan/atau kecurangan berdasarkan : Temuan Direksi, Dewan Korisaris atau unsur Pemegang Saham; Laporan dari auditor eksternal, auditor Intemal atau Komite Audit Permintaan dari Penyidik, Penuntut Umum atau Majelis Hakim; atau Pelaporan pelanggaran (Whistle Blowing) yang telah ditindaklanjuti oleh Direksi melalui investigasi aege (2) Berdasarkan temuan, laporan, permintaan atau pelaporan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direksi, Dewan Komisaris atau RUPS dapat meminta BPKP atau pihak independen yang kompeten untuk melakukan evaluasi terlebih dahulu terhadap Transaksi Bisnis yang terindikasi penyimpangan dan/atau kecurangan, (3) Dalam proses evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dalam waktu yang bersamaan Direksi melakukan a. langkah-langkah untuk mengatasi potensi kerugian yang ditimbulkan akibat indikasi penyimpangan dan/atau kecurangan tersebut; dan/atau . kajian untuk memastikan dampak penundaan Transaksi Bisnis terhadap PLN atau program Pemerintah, (4) Apabila berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyatakan terdapat ‘a. _indikasi penyimpangan dan/atau kecurangan; dan/atau b. _potensi kerugian yang tidak dapat diatasi, maka Direksi, Dewan Komisaris atau RUPS menunda Transaksi Bisnis tersebut dengan memberitahukan secara tertulis kepada Mitra disertai dengan alasannya (6) Dengan adanya penundaan Transaksi Bisnis sebagaimana dimaksud pada ayat (4), maka selanjutnya Direksi mengambil langkah strategis agar tidak menyebabkan kerugian yang lebih besar tethadap PLN dan/atau tidak menghambat program Pemerintah. (6) _Langkah strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat berupa namun tidak terbatas pada melaksanakan sendiri proyek yang bersangkutan dan/atau sinergi dengan BUMN untuk menyelesaikan proyek dimaksud (7) Setelah dilakukan penundaan, Direksi meminta BPKP untuk melakukan pemeriksaan/audit dengan tujuan tertentu tethadap indikasi penyimpangan dan/atau kecurangan serta kerugian yang ditimbulkan. (8) Berdasarkan rekomendasi BPKP atas hasil pemeriksaan/audit sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Direksi Dewan Komisaris atau RUPS memutuskan untuk melanjutkan atau membatalkan Transaksi Bisnis tersebut, (9) Bagan alur Tata Cara Penundaan Transaksi Bisnis adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Il Keputusan ini. Pasal7 Ketentuan Peralihan Transeksi Bisnis yang sudah disetujui namun perjanjiannya belum ditandatangani dan Transaksi Bisnis, yang sedang dalam proses, agar perjanjiannya disesuaikan dengan Keputusan ini Pasal 8 Ketentuan Penutup Pada saat Keputusan ini mulai berlaku, maka ketentuan-ketentuan Iain yang bertentangan dengan Keputusan ini, dinyatakan tidak berlaku, Keputusan ini mulai beriaku terhitung sejak tanggal ditetapkan, Ditetapkan di Jakarta pada tanggel 15 Maret 2013 Lampiran | Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor Tanggal 261-1.K/DIR/2013 15 Maret 2013 Wewenang untuk melakukan penundaan Transaksi Bisnis No. Pejabat Penundaan Transaksi Pelaku indikasi Keterangan Bisnis penyimpangan dan/atau kecurangan ja Direktur Utama atau Anggota Direksi | anggota Direksidan/atau | Pejabat yang ditunjuk oleh atau Pejabat yang ditunjuk oleh Pejabat di bawah Direksi | Direktur Utama adalah Direktur Utama pejabat yang diberi kuasa b. ‘Anggota Direksi yang tidak terlibat | Direktur Utama dan/atau_ atas perintah Dewan Komisaris bersama-sama anggota Direksi lain © Dewan Komisaris ‘seluruh anggota Dreksi cs RUPS atau kuasanya seluruh anggota Direksi = dan seluruh —anggota Dewan Komisaris Lampiran tt Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 261-1.K/DIR/2013 ‘Tanggal 15 Maret, 2013, TATA CARA PENUNDAAN TRANSAKSI BISNIS PENYIDIK, | auoiron. | Penuntur weremwaty|"uwum | MST | pups |pexom| meri | yA ereremwal | Da rea eR wna ADANYA TEMUAN PELANGGARAN TRANSAKSI BISNIS. EVALUASI va A max | | TRANSAKST ri LANIUTKAN | t REKOMENDASI ft | DALANIUTICAN. cpap

Anda mungkin juga menyukai