Anda di halaman 1dari 8

PATOFISIOLOGI OSTEOPOROSIS

Menurut definisi, osteoporosis adalah penyakit yang dicirikan oleh rendahnya massa tulang
dan kemunduran struktural jaringan tulang, yang menyebabkan kerapuhan tulang. Bila tidak
dicegah atau bila tidak ditangani, proses pengeroposan akan terus berlanjut sampai tulang
menjadi patah dan penderitanya mengalami kesakitan dalam melakukan pergerakan anggota
tubuhnya. Patah tulang ini umumnya akan terjadi pada tulang belakang, tulang panggul, dan
pergelangan tangan.
Bila patah terjadi pada tulang panggul, hampir selalu penanganannya terpaksa melalui operasi
atau pembedahan. Bila tulang tidak bergeser, biasanya sambungan disangga dengan plat dan
batang logam. Namun bila sambungan tulang bergeser, penggantian dengan sendi tiruan
seringkali dilakukan. Semua ini memerlukan biaya pengobatan yang sangat besar. Patah
tulang panggul juga bisa membuat seseorang tidak mampu berjalan tanpa bantuan dan bisa
menyebabkan kecacatan permanen.
Sementara patah pada tulang belakang juga tidak ringan akibatnya, karena bisa menyebabkan
berkurangnya tinggi tubuh, rasa sakit pada tulang belakang yang parah, dan perubahan
bentuk tubuh.
Dalam keadaan normal, tulang kita senantiasa berada dalam keadaan seimbang antara proses
pembentukan dan penghancuran. Fungsi penghancuran (resorpsi) yang dilaksanakan oleh
osteoklas, dan fungsi pembentukan yang dijalankan oleh osteoblas senantiasa berpasangan
dengan serasi. Fase yang satu akan merangsang terjadinya fase yang lain. Dengan demikian
tulang senantiasa beregenerasi.
Keseimbangan kalsium, antara yang masuk dan keluar, juga memainkan peranan penting.
Bahkan faktor penentu utama untuk terjadinya osteoporosis adalah kadar kalsium yang tersisa
pada tulang. Orang-orang yang sebelumnya memiliki densitas tulang yang tinggi (tulang yang
padat), mungkin tidak akan sampai menderita osteoporosis. Kehilangan kalsium yang dialami
tidak mencapai tingkat dimana terjadi osteoporosis.
Lebih kurang 99% dari keseluruhan kalsium tubuh kita berada di dalam tulang dan gigi. Bila
kadar kalsium darah turun dibawah normal, tubuh akan mengambilnya dari tulang untuk
mengisinya lagi.
Seiring dengan bertambahnya usia, keseimbangan sistem mulai terganggu. Tulang kehilangan
kalsium lebih cepat dibanding kemampuannya untuk mengisi kembali. Alasan mengapa hal ini
terjadi belum jelas. Secara umum dapat kita katakan bahwa osteoporosis terjadi saat fungsi
penghancuran sel-sel tulang lebih dominan dibanding fungsi pembentukan sel-sel tulang.
Karena pola pembentukan dan resopsi tulang berbeda antar individu, para ahli memperkirakan
ada banyak faktor yang berperan mempengaruhi keseimbangan tersebut.
Faktor-faktor tersebut antara lain :
Usia
Genetik
Faktor hormonal
Obat-obat tertentu
Gaya hidup : kurang olahraga, merokok, minum minuman beralkohol, kafein.
Kadar hormon tiroid dan paratiroid yang berlebihan dapat mengakibatkan hilangnya kalsium
dalam jumlah yang lebih banyak. Obat-obat golongan steroid pun dapat mengakibatkan

hilangnya kalsium dari tulang.


Proses pembentukan dan penimbunan sel-sel tulang sampai tercapai kepadatan maksimal
berjalan paling efisien sampai umur kita mencapai 30 tahun.
Semakin tua usia kita, semakin sedikit jaringan tulang yang dibuat. Padahal, di usia tersebut,
jaringan tulang yang hilang semakin banyak. Penelitian memperlihatkan bahwa sesudah usia
mencapai 40 tahun, kita semua akan kehilangan tulang sebesar setengah persen setiap
tahunnya. Pada wanita dalam masa pascamenopause, keseimbangan kalsium menjadi negatif
dengan tingkat 2 kali lipat dibanding sebelum menopause.
Faktor hormonal menjadi sebab mengapa wanita dalam masa pascamenopause mempunyai
resiko lebih besar untuk menderita osteoporosis. Pada masa menopause, terjadi penurunan
kadar hormon estrogen. Estrogen memang merupakan salah satu faktor terpenting dalam
mencegah hilangnya kalsium tulang. Selain itu, estrogen juga merangsang aktivitas osteoblas
serta menghambat kerja hormon paratiroid dalam merangsang osteoklas.

Gambar : Osteoporosis
Estrogen memperlambat atau bahkan menghambat hilangnya massa tulang dengan
meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran cerna. Dengan demikian, kadar kalsium darah
yang normal dapat dipertahankan. Semakin tinggi kadar kalsium di dalam darah, semakin
kecil kemungkinan hilangnya kalsium dari tulang (untuk menggantikan kalsium darah).
Penurunan kadar estrogen yang terjadi pada masa pascamenopause membawa dampak pada
percepatan hilangnya jaringan tulang. Resiko osteoporosis lebih meningkat lagi pada mereka
yang mengalami menopause dini (pada usia kurang dari 45 tahun).
Pada pria, hormon testosteron melakukan fungsi yang serupa dalam hal membantu
penyerapan kalsium. Bedanya, pria tidak pernah mencapai usia tertentu dimana testis
berhenti memproduksi testosteron.. Dengan demikian, pria tidak begitu mudah mengalami
osteoporosis.dibanding wanita.
Selain estrogen, berbagai faktor yang lain juga dapat mempengaruhi derajat kecepatan
hilangnya massa tulang. Salah satu hal yang utama adalah kandungan kalsium di dalam
makanan kita. Masalahnya, semakin usia kita bertambah, kemampuan tubuh untuk menyerap
kalsium dari makanan juga berkurang.
Berdasarkan densitas massa tulang (pemeriksaan massa tulang dengan menggunakan alat
densitometri), WHO membuat kriteria sebagai berikut :

Gambar : Proses Osteoporosis

Osteoporosis ( Pembagian, Patofisiologi, Gejala dan Tanda , dll.)


Osteoporosis adalah kondisi dimana terjadi peningkatan porositas dari tulang. Atau dengan kata
lain adalah sugresif dari masa tulang, sehingga memudahkan terjadinya patah tulang (Albright
JA, 1979). Bagian tulang yang umumnya diserang adalah (Djoko Roeshadi, 2001): Pada tulang
radius distal, Pada tulang vertebrae, Pada tulang kollum femur / pelvis Pembagian Osteoporosis
Chehab Rukmi Hylmi (1994) membagi osteoporosis sebagai berikut : 1. Osteoporosis Primer 2.
Osteoporosis Sekunder 3. Osteoporosis Idiopatic Osteoporosis Primer Osteoporosis primer
adalah suatu osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dengan jelas ini merupakan
kelompok terbesar. Osteoporosis primer dibagi menjadi : Type I Osteoporosis yang timbul pada
wanita post menoupouse Type II Osteoporosis yang terdapat pada kedua jenis kelamin dengan
usia yang semakin bertambah (senilis) Osteoporosis Sekunder Osteoporosis sekunder adalah
suatu osteoporosis yang diketahui penyebabnya jelas. Biasanya disebabkan oleh : 1.Endcrine
disease 2.Nutritional causes 3.Drugs Osteoporosis Idiopatic Yang dimaksud dengan osteoporosis
jenis ini adalah terjadinya pengurangan masa tulang pada : 1.Juvenile 2.Adolesence 3.Wanita
pra menoupouse 4.Laki-laki berusia muda /pertengahan 5.osteoporosis jenis ini lebih jarang
terjadi. Patofisiologi Osteoporosis Sel tulang terdiri atas osteoblas, osteossit dan osteoclas yang
dalam aktifitasnya mengatur homeostasis kalsium yang tidak berdiri sendiri melainkan saling
berinteraksi. Homeostasis kalsium pada tingkat seluler didahului penyerapan tulang oleh
osteoclas yang memerlukan waktu 40 hari disusul fase istirahat dan kemudian disusul fase
pembentukan tulang kembali oleh osteoblas yang memerlukan waktu 120 hari Dalam
penyerapannya osteoclas melepas transforming Growth Factor yang merangsang aktivitas awal
osteoblas dalam keadaan normal kwantitas dan kwalitas penyerapan tulang oleh osteoclas sama
dengan kwantitas dan kwalitas pembentukan tulang baru oleh osteoclas. Pada Osteoporasis
penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan baru (Djoko Roeshadi, 2001). Gejala
dan Tanda Osteoporosis Pada awalnya penyakit ini tidak menimbulkan gangguan apapun. Namun
dalam kondisi yang sudah parah gambaran klinik osteoporosis adalah sebagai berikut (Djoko R,
2001) 1.Nyeri 2.Tinggi badan berkurang /memendek Dalam mendiagnosis osteoporosis tidak
hanya berdasarkan pemeriksaan klinik serta radiologis saja. Dengan pemeriksaan penunjang
yaitu BMD (Bone Mineral Density) dan DEXA (Dual Energy X-Ray Absorpsiometry) diagnosis
osteoporosis menjadi lebih pasti. Faktor Resiko Osteoporosis Dikenal beberapa faktor resiko
untuk terjadinya osoteoporosis. Faktor resiko ini dibagi menjadi dua (R. Prayitno Prabowo,
2001). 1.Faktor resiko yang tidak bisa dirubah -Usia -Jenis kelamin -Ras -Riwayat Keluarga

/keturunan -Bentuk tubuh 2.Faktor resiko yang dapat dirubah -Merokok -Alcohol -Defisiensi
vitamin d -Kafein -Gaya hidup -Gangguan makan (anoreksia vervusa) -Defisiensi esterogen pada
menoupouse alami atau menoupouse karena operasi -Penggunaan obat-obatan tertentu
seperti : Diuretik Glukoortikoid Anti konvulsan Hormon tiroid berlebihan Sesuai dengan
tujuan penelitian, maka pembahasan mengenai faktor resiko akan dibatasi pada merokok,
alcohol, menoupouse, kafein, latihan, umur, jenis kelamin, keturunan. *Merokok Gaya hidup
modern, tang telah melegalkan wanita merokok di depan umum, semakin membuka banyaknya
kasus osteoporosis Nikotin dalam rokok menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap
kalsium dari darah ke tulang. Sehingga proses pembentukan tulang oleh osteoblast menjadi
melemah (Djoko R, 2001). *Alkohol Dampak dari konsumsi alcohol pada osteoporosis
berhubungan dengan jumlah alcohol yang dikonsumsi. Konsumsi yang berlebihan akan
menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang. (R. Prayitno,
2001). *Menopouse Di sini kadar esterogen menurun. Dengan menurunnya kadar esterogen
resorbsi tulang menjadi lebih cepat, sehingga akan terjadi penurunan masa tulang yang banyak.
Bila tidak segera diintervensi akan cepat terjadi osteoporosis (RP 2001). *Kafein Mengkonsumsi
atau minum kopi diatas 3 cangkir per hari, menyebabkan tubuh selalu ingin kencing. Keadaan
tersebut menyebabkan kalsium banyak terbuang bersama air kencing (Djoko R, 2001).
*Latihan /aktivitas Imobilisasi dengan penurunan penyangga berat badan merupakan stimulus
penting bagi resorppsi tulang. Beban fisik yang terintegrasi merupakan penentu dari puncak
masa tulang (Bayu Santoso, 2001). *Umur- jenis kelamin keturunan Dari segi usia pada lakilaki dan wanita usia diatas 40 tahun merupakan usia terkenaa osteoporosis. Sehingga sebelum
mencapai usia ini, kekuatan dan gizi tulang harus selalu diperhatikan, agar penurunan kekuatan
tulang tidak begitu curam. Dari perbedaan jenis kelamin dapat diketahui bahwa kerapuhan
tulang banyak diderita oleh wanita yang menoupouse. Hal ini dikarenakan hormon
esterogennya menurun drastis. Sejarah keluarga juga mempengaruhi penyakit ini, pada
keluarga yang mempunyai sejarah osteoporosis, anak-anak yang dilahirkannya enderung akan
mempunyai penyakit yang sama (Djoko R, 2001). Tata Laksana Tata laksana disini menurut
Djoko Roeshadi dianjurkan untuk prevensi maupun pengobatannya. Tujuan prevensi adalah
untuk mencegah terjadinya osteoporosis dengan menghindari atau mengurangi faktor resiko
osteoporosis. Prevensi ini bisa dilakukan dengan melakukan penyuluhan terhadap penduduk,
agar mereka dapat mengendalikan hal-hal yang dapat meningkatkan terjadinya ostreoporosis
seperti misalnya : 1.Mencegah dan menghentikan kebiasaan seperti merokok dan minum
alcohol 2.Mengatur diet yang baik / dengan benar seperti mengkonsumsi sayuran, susu tinggi
kalsium dll. 3.Olah raga teratur

http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/osteoporosis-pembagian-patofisiologi.html

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Penuaan sering di ikuti dngan penurunan kualitas hidup sehingga status lansia dalam kondisi

sehat atau sakit.


Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan.Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi, dan system tubuh ada umumnya
tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada
usia sekitar 60 tahun.
Menurut WHO, osteoporosis menduduki peringkat kedua, di bawah penyakit jantung sebagai
masalah kesehatan utama dunia. Menurut data internasional Osteoporosis Foundation, lebih
dari 30% wanita diseluruh dunia mengalami resiko seumur hidup untuk patah tulang akibat
osteoporosis, bahkan mendekati 40%. Sedangkan pada pria, resikonya berada pada angka 13%.
Menurut Departemen Kesehatan RI, dampak osteoporosis di Indonesia sudah dalam tingkat yang
patut diwaspadai, yaitu mencapai 19,7% dari populasi.
Penyebab osteoporosis dipengaruhi oleh berbagai faktor dan pada individu bersifat
multifaktoral seperti gaya hidup tidak sehat, kurang gerak/tidak berolah raga
sertapengetahuan mencegah osteoporosis yang kurang akibat kurangnya akibat akti vitas fisik
yang dilakukan sehari-hari mulai anak-anak sampai dewasa, serta kurangnya asupan kalsium,
maka kepadatan tulang menjadi rendah sampai terjadinya osteoporosis.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Penyakit Osteoporosis Pada Lansia di Kelurahan Delitua
Barat Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009.
1.2. Perumusan masalahtuk melelitian tentang akkan pn
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, peneliti ingin mengetahui bagaimana Faktor
Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Penyakit Osteoporosis Pada Lansia di Kelurahan Delitua
Barat Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009.
1.3. Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Faktor -Faktor Yang Menyebabkan Penyakit Osteoporosis Pada Lansia di
Kelurahan Delitua Barat Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009.
1.4. Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat bagi beberapa pihak :
1.4.1. Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan pengembangan ilmu pengetahuan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Deli
Husada Delitua Medan.
1.4.2. Bagi Lansia
Agar lansia di Kelurahan Delitua Barat Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang mengetahui
faktor faktor yang menyebabkan penyakit osteoporosis pada lansia.
1.4.3. Untuk peneliti selanjutnya
Merupakan bahan informasi dan perbandingan untuk penelitian kasus tersebut di masa yang
akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Osteoporosis
2.1.1. Definisi
Osteoporosis atau pengeroposan tulang merupakan penyakit yang disebabkan karena
penyusutan massa dan kemerosotan struktur tulang, sehingga tulang rapuh dan rawan patah.
(Suryadi, 2000)

2.1.2. Etiologi
1. Peningkatan usia
Di atas usia sekitar 35 tahun, kepadatan tulang menurun. Osteoporosis terutama di alami oleh
pria dan wanita di atas 50 tahun
2. Menopause
Saat kadar estrogen menurun setelah menopause, kepadatan tulang juga menurun. Wanita
pascamenopause mewakii kelompok terbesar orang dengan osteoporosis.
3. Kadar testosteron rendah
Pada pria, hormon testosteron memperlambat resorpsi tulang dengan cara yang sama seperti
estrogen pada wanita.
4. Kecenderungan genetik
Riwayat keluarga dan kelompok etnik dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis.
5. Penyakit lain
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi regenerasi tulang normal
6. Obat-obatan
Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati kondisi lain juga dapat mempengaruhi
regenerasi tulang
7. Berat badan rendah
8. Pola makan buruk
Kurang mengkonsumsimakanan yang kaya kalsium dan vitamin D dalam pola makan.
9. Merokok / mengkonsun\msi alkohol secara berlebihan
10. Kurang olahraga. ( R ebecca, 2007 )
2.1.3. Klasifikasi Osteoporosis
Klasifikasi osteoporosis di bagi atas tiga bagian, yaitu :
1. Osteoporosis primer yang dapat terjadi pada tiap kelompok umur.
Osteoporosis primer ini terdiri dari dua bagian :
a. Tipe I (Post-menopausal) : Terjadi 15-20 tahun setelah menopause (53-75 taun).
b. Tipe II : Terjadi pada pri dan wanita usia >70 tahun.
2. Osteoporosis sekunder
Osteoporosis jenis ini dapat terjadi pada tiap kelompok umur yang disebabkan oleh keadaan
medis lainnya atau obat-obatan.
3. Osteoporosis idiopatik
Merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui.Hal ini terjadi pada anak-anak
dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang
normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
2.4.4. Patofisiologi
Tulang mencapai puncak kepadatan dengan kehilangan massa tulang secara diam-diam dengan
pengurangan kepadatan mineral tulang sebagai akibat terjadinya ketidakseimbangan proses
penyerapan oleh sel osteoklas dengan pembentukan tulang oleh sel osteoblast.
Tulang, seperti jaringan tubuh lainnya merupakan jaringan ikat yang dinamik dalam arti
metabolisme pembentukan dan penyerapan tulang yang dinamakan bone remodeling yang
merupakan fungsi 2 sel tulang yaituosteoblast dan osteoklast.Pada umumnya pertumbuhan
tulang manusia lengkap pada usia 30 tahun, selain itu tulang diperbarui dengan lingkaran
remodelling dimana sel-sel yang terdapat digantikan oleh osteoklast sehingga setelah beberapa
hari terbentuk beberapa hari terbentuk beberapa rongga resorbsi kemudian osteoklast akan
digantikan oleh osteoblast disertai perubahan growth faktor beta yang merangsang
proliferasi osteoblast dan akhirnya osteoblast mengisi rongga resorbsi setelah beberapa minggu.
Densitas mineral tulang menurun bila osteoklast membentuk suatu rongga yang abnormal
sehingga tulang kehilangan trabekularnya. Ini terjadi pada periode pascamenopause. Selain itu
massa tulang hlang bila osteoblast gagal mengisi rongga resorbsi sehingga terlihat sebagai
penipisan trabekula yang tampak pada usia tua.
Osteoporosis terjadi oleh karena hasil abnormal dari proses remodelling tulang dimana resorbsi

tulang melampaui pembentukan tulang.


2.1.5. Pencegahan
Tindakan yang dilakukan untuk mencegah osteoporosis yaitu :
1. Asupan kalsium cukup
Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang yang dapat dilakukan dengan
mengkonsumsi kalsium yang cukup.
2. Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore)
Sinar matahari UV B membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan tubuh dalam
pembentukan massa tulang.
3. Melakukan olah raga dengan beban
4. Selain olah raga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi sebagai
beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang.
5. Gaya hidup sehat
Menghindari rokok dan alkohol memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan resiko
asteoporosis.
6. Hindari obat-obatan golongan kortikostiroid.
Umumnya steroid ini diberikan untuk penyakit asma, lupus, keganasan.
7. Mengkonsumsi obat. (Ferdinand, 2008)
2.1.6. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis osteoporosis, yaitu :
1. Terjadi gangguan proses pengerasan tulang pada tulang panggul dan taji-taji ruas tulang
belakang.
2. Sakit di daerah punggung. Rasa nyeri biasanya hanya setempat dan tak menyebar, dan
bertambah berat bila mendapat tekanan atau beban.
3. Massa tulang yang rendah.
4. Pemadatan ruas tulang yang luas bisa memperlihatkan gejala yang membengkak, sering
terjadi perlahan-lahan/menahun pada ruas tulang belakang.
5. Kulit mengerut bisa timbul pertama-tama pada kulit dada bagian bawah dan bagian atas
perut.
2.1.7. Pendekatan diagnosis
1. Anamnese
Keluhan yang dapat dijumpai pada pasien osteoporosis adalah nyeri, dengan atau tanpa adanya
fraktur yang nyata pada pasien osteoporosis seringkali terjadi, baik secara spontan ataupun
oleh karena adanya trauma minimal.
2. Pemeriksaan jasmani
Pemeriksaan jasmani pada pasien osteoporosis tidak menunjukkan kelainan yang khas. Kelainan
yang sering dijumpai adalah adanya deformitas vertebra torakalis yang mengakibatkan keluhan
penurunan tinggi badan. Jadi pasien merasa bertambah pendek.
2.1.8. Pengaruhnya Bagi Lansia
Persoalan osteopoross pada lansia erat sekali hubungannya dengan kemunduran produksi
beberapa hormone pengendali remodeling tulang, seperti Kalsitonim dan hormone seks. Dengan
bertambahnya usia, produksi beberapa hormone tersebut akan merosot, hanya saja penurunan
produksi beberapa osteoblast, sehingga memungkinkan terjadinya pembentukan tulang, akan
mengendur aktivitasnya setelah seseorang menginjak usia ke 50 disusul tahun terakhir adalah
testosterone pada kurun waktu usia 48 52.
Persoalan besar akan muncul juga jika terjadi gangguan dalam keseimbangan kedua proses itu,
seperti yang terjadi pada osteoporosis.Dalam osteoporosis proses demineralisasi lebih cepat
dasn lebih tinggi dibandingkan dengan proses meneralisasi. Resikonya terjadilahpengeroposan
tulang. Tulang akan kehilangan masa dalam jumlah besar sehingga kekuatannyapun merosot
drastis. Kondisi ini tentu tidak bisa diabaikan begitu saja penurunan sepersepuluh kepadatan
tulang saja menimbulkan resiko patah tulang 2 - 3 kali lebih sering, kalau kondisi ini dibiarkan
resiko terjadi patah tulang sulit dihindari. Proses tidak seimbang ini bisa muncul secara alamiah

seperti akibat pengaruh usia lanjut, menopause, gangguan hormonal, dan ketidak aktifan
tubuh.
2.2. Lanjut usia
Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. (Nugroho, 2000)
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus
diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh
mati sedikit demi sedikit.
2.3.1. Tujuan Geriatri
2.3.1.1 Mempertahankan derajat kesehatan pada lanjut usia pada taraf yang setinggi
tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
2.3.1.2 Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas- aktivitas fisik dan mental.
2.3.1.3 Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa
yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu.
2.3.1.4 Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para lanjut usia yang menderita suatu
penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu
suatu pertolongan
2.3.1.5 Bila para lanjut usia sudah tidak dapat tersembuhkan dan bila mereka sudah sampai
pada stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk tetap memberikan bantuan yang simpatik
dan perawatan dengan penuh pengertian.

http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/04/faktor-faktor-yang-menyebabkanpenyakit.html

Anda mungkin juga menyukai