Laporan Kasus
Laporan Kasus
KONJUNGTIVITIS VERNAL
Oleh
Fiqhiyatun Perdani
I1A004020
Pembimbing
Dr. Hj. Hamdanah, Sp.M
FEBRUARI, 2011
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI..
ii
BAB I. PENDAHULUAN
10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS
Nama
: Tn. R
Umur
: 16 tahun
: Islam
Alamat
Pekerjaan
II.
: Pelajar
ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis dengan penderita.
III.
KELUHAN UTAMA
Mata gatal dan perih
IV.
terasa gatal dan perih. Pasien juga kadang-kadang mengeluh matanya merah. Pasien
menyangkal adanya pandangan mata kabur. Pasien juga mengatakan sering ada
kotoran mata yang lengket, namun pasien menyangkal keluarnya airmata yang
iv
banyak, atau silau saat melihat cahaya. Pasien mengatakan keluhan ini kumatkumatan namun tidak sampai mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Pasien
mempunyai alergi terhadap udang, bila timbul alergi timbul keluhan gatal dan merahmerah dikulitnya. Pasien mengaku belum pernah berobat sebelumnya. Tidak ada
riwayat terjatuh ataupun terbentur.
V.
VI.
PEMERIKSAA
N FISIK
Keadaan umum
Tanda Vital
Kesadaran
- Nadi
: 76 x/mnt
- Respirasi
: 18 x/mnt
- Suhu
: 36,6C
: Kompos Mentis
Pemeriksaan Mata
: Status lokalis
Mata Kanan
Sentral, normal
5/5
Ke segala arah
Edema (-)
Hiperemi (+), sekret (+)
Injeksi Konjungtiva
Jernih
Cukup
Reguler(normal)
Jernih
Bulat
Letak di pusat mata
+ 3 mm
Reflek cahaya (+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Normal
Diagnosis Banding
Kedudukan
Visus
Pergerakan
Palpebrae
Konjungtiva
Sklera
Kornea
COA
Iris
Lensa
Pupil
Funduskopi
Tonometri
Tes Fluorescen
Palpasi
Mata Kiri
Sentral, normal
5/5
Ke segala arah
Edema (-)
Hiperemi (+), sekret (+)
Injeksi Konjungtiva
Jernih
cukup
Reguler(normal)
jernih
Bulat
Letak di pusat mata
+ 3 mm
Reflek cahaya (+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
normal
: 1. Konjungtivitis Vernal
2. Konjungtivitis oleh karena bakteri, virus, jamur
Diagnosis Kerja
Penatalaksanaan
Prognosis
: Dubia ad bonam
vi
BAB III
PEMBAHASAN
vii
viii
Alergen
spesifiknya
sulit
dilacak,
namun
pasien
kadang-kadang
Ptosis
Terjadi ptosis bilateral, kadang-kadang yang satu lebih ringan dibandingkan
yang lain. Ptosis terjadi karena infiltrasi cairan ke dalam sel-sel konjungtiva
palpebra dan infiltrasi sel-sel limfosit plasma, eosinofil, juga adanya
degenarasi hyalin pada stroma konjungtiva.
Getah mata
Keluhan gatal umumnya disertai dengan bertahi mata yang berserat-serat.
Konsistensi getah mata/tahi mata elastis ( bila ditarik molor).
ix
Kelainan di kornea
Dapat berupa pungtat epithelial keratopati. Keratitis epithelial difus khas ini
sering dijumpai. Kadang-kadang didapatkan ulkus kornea yang berbentuk
bulat lonjong vertikal pada superfisial sentral atau para sentral, yang dapat
diikuti dengan pembentukan jaringan sikatrik yang ringan. Kadang juga
didapatkan panus, yang tidak menutupi seluruh permukaan kornea, sering
berupa mikropanus, namun panus besar jarang dijumpai. Penyakit ini
mungkin
membutuhkan pengobatan khusus, karena tidak tidak satu pun lesi kornea ini
berespon baik terhadap terapi standar.
Pada kasus ini, seorang laki-laki berumur 16 tahun datang ke poliklinik mata
RSUD Ulin Banjarmasin dengan keluhan gatal, mata terasa perih dan merah. Keluhan
dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Pasien menyangkal adanya
pandangan mata kabur. Pasien juga mengatakan sering ada kotoran mata yang
lengket, namun pasien menyangkal keluarnya airmata yang banyak, atau silau saat
melihat cahaya. Pasien mengatakan keluhan ini kumat-kumatan namun tidak sampai
mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Pasien mempunyai alergi terhadap udang, bila
timbul alergi timbul keluhan gatal dan merah-merah dikulitnya.
Konjungtiva bulbi: warna merah kecoklatan dan kotor, terutama di area fisura
interpalpebralis.
Limbus
Pemeriksaan Laboratorium:
Pada pemeriksaan kerokan konjungtiva atau getah mata didapatkan sel-sel
eosinofil dan eosinofil granul.
Dignosis Banding (3)
xi
xii
keluhan penderita. Tidur (jika mungkin juga bekerja) di ruang sejuk ber AC sangat
menyamankan pasien. Bila terdapat tukak kornea, maka diberi antibiotik lokal untuk
mencegah infeksi sekunder disertai dengan sikloplegik. Pada kasus-kasus berat,
kortikosteroid dan antihistamin peroral dapat dianjurkan. Bila pengobatan tidak ada
hasil dapat diberikan radiasi, atau dilakukan pengangkatan giant papil. (1,2,3,4)
Pada kasus ini pasien diberi obat tetes mata Inmatrol 3x1 tetes pada mata
kanan dan kiri. Inmatrol ini mengandung dexametason 0,1% sebagai kortikostreoid
(untuk mengatasi gejala inflamasi mata bagian luar maupun pada segmen anterior
serta mengatasi masalah mata seperti alergi, bengkak ataupun gatal), neomisin sulfat
3,5 mg dan polimiksin bisulfat 6000 IU sebagai antibiotika untuk mencegah infeksi
sekunder.
Alergen yang telah diketahui sebaiknya dihindari, yaitu bulu bebek,
kelemumur binatang dan protein makanan tertentu (misalnya albumin, dll). Alergen
spesifik sangat sulit ditemukan pada penyakit vernal, walaupun diduga bahwa
sustansi seperti tepung sari rumput-rumputan sejenis gandum hitam (rye grass
pollens) mungkin berperan sebagai penyebabnya. Jika dari segi ekonomi
memungkinkan, sangat bermanfaat jika pasang AC di rumah atau pindah ke tempat
beriklim sejuk, dingin dan lembab. Pasien yang melakukan ini sangat tertolong
bahkan dapat sembuh total.(1,3,4,5)
Konjungtivitis vernal diderita sekitar 4-10 tahun, dengan remisi dan
eksaserbasi. Penyulit konjungtivitis vernal terutama disebabkan oleh pengobatan
xiii
DAFTAR PUSTAKA
1. Schwab IR, Dawson CR. 2000. Konjungtiva dalam: Oftalmologi Umum. Edisi
14. Jakarta: Widya Medika. Hal: 99-101, 115-116.
2. Ilyas, Sidarta. 1999. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal:
2-3, 124, 138-139.
3. Soewono W, Budiono S, Aminoe. 1994. Konjungtivitis Vernal dalam:
Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit Mata. Surabaya:
RSUD Dokter Soetomo. Hal: 92-94.
4. Wijana, Nana. 1983. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. Hal: 43-44.
5. Vaughan D, Asbury T. 1992. Oftalmologi Umum. Jilid 2. Edisi II. Yogyakarta:
Widya Medika. Hal: 81-82.
xiv