Anda di halaman 1dari 13

TUGAS K3

HUKUM KETENAGAKERJAAN

Disusun Oleh :
YOSHUA
NIM. 1441320125
KELAS 1 MRK1

JURUSAN TEKNIK SIPIL


D-IV MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI

POLITEKNIK NEGERI MALANG


2014

1. Definisi Umum Tentang Ketenagakerjaan


a. Pekerja/buruh adalah
setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain
b. Pengusaha adalah :
orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri;
orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
c. Perusahaan adalah :
setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta
maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar
upah atau imbalan dalam bentuk lain;
usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
d. Pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan
secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara
langsung di bawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh
yang lebih berpengalaman, dalam proses produksi barang dan/atau jasa di
perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu.
e. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,
meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin,
sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai
dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.
f. Perencanaan tenaga kerja adalah proses penyusunan rencana ketenagakerjaan
secara sistematis yang dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan,
strategi, dan pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang
berkesinambungan.
g. Informasi ketenagakerjaan adalah gabungan, rangkaian, dan analisis data yang
berbentuk angka yang telah diolah, naskah dan dokumen yang mempunyai arti,
nilai dan makna tertentu mengenai ketenagakerjaan
h. Pelayanan penempatan tenaga kerja adalah kegiatan untuk mempertemukan
tenaga kerja dengan pemberi kerja, sehingga tenaga kerja dapat memperoleh
pekerjaan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, dan pemberi
kerja dapat memperoleh tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhannya.
i. Tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud
bekerja di wilayah Indonesia.
j. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada
waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja
k. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan
badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
l. Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar
yang ditetapkan.

2. Pengupahan
TABEL UMK JATIM 2013 DAN 2014

PENGERTIAN UMK DAN YANG TERLIBAT PADA PEMBUATANNYA

Upah Minimum Regional adalah suatu standar minimum yang digunakan


oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada
pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan usaha atau kerjanya.
Pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum.
Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang.
Mula-mula Dewan Pengupahan Daerah (DPD) yang terdiri dari birokrat,
akademisi, buruh dan pengusaha mengadakan rapat, membentuk tim survei dan
turun ke lapangan mencari tahu harga sejumlah kebutuhan yang dibutuhkan oleh
pegawai, karyawan dan buruh. Setelah survei di sejumlah kota dalam provinsi
tersebut yang dianggap representatif, diperoleh angka Kebutuhan Hidup Layak
(KHL) - dulu disebut Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Berdasarkan KHL,
DPD mengusulkan upah minimum regional (UMR) kepada Gubernur untuk
disahkan. Komponen kebutuhan hidup layak digunakan sebagai dasar penentuan
upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup pekerja lajang (belum
menikah).
Saat ini UMR juga dienal dengan istilah Upah Minimum Provinsi (UMP)
karena ruang cakupnya biasanya hanya meliputi suatu provinsi. Selain itu setelah
otonomi daerah berlaku penuh, dikenal juga istilah Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK).

3. Perselisihan Perburuhan
Penyelesaian Melalui Konsiliasi
1. Konsiliasi adalah penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan PHK,
atau perselisihan antar serikat pekerja dalam suatu perusahaan melalui
musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator yang netral.
2. Konsiliator adalah seorang / lebih yang memenuhi syarat sebagai konsiliator
yang ditetapkan menteri, yang bertugas melakukan konsiliasi dan wajib
memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih untuk
menyelesaikan perselisihan kepentingan, perselisihan hak, perselisihan antar
serikat pekerja dalam suatu perusahaan.
Penyelesaian Melalui Arbitrase
1. Arbitrase adalah penyelesaian suatu perselisihan kepentingan dan
perselisihan antar serikat pekerja dalam suatu perusahaan, di luar pengadilan
perselisihan hubungan industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihak

yang berselsiih untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan kepada arbiter


yang putusannya mengikat para pihak dan bersifat final
2. Arbiter adalah seorang / lebih yang dipilih oleh para pihak yang berselisih dari
daftar arbiter yang ditetapkan oleh menteri untuk memberikan putusan mengenai
perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerja dalam suatu
perusahaan yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase yang
putusannya mengikat para pihak dan bersifat final

Penyelesaian Melalui Bipartit/Musyawarah


1. Perundingan bipartit adalah perundingan antara pekerja / serikat pekerja
dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial
2. Penyelesaian secara negosiasi ; penyelesaian sengketa oleh para pihak tanpa
melibatkan pihak lain dengan tujuan mencari kesepakatan bersama atas dasar
kerjasama yang harmonis dan kreatif
Penyelesaian Melalui Mediasi/Pengadilan Negeri
1. Mediasi adalah penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan,
perselisihan PHK, dan perselisihan antar serikat pekerja dalam suatu
perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih
mediator yang netral.
2. Mediator adalah pegawai instansi pemerintah yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan yang memenuhi syarat-syarat sebagai mediator yang
ditetapkan oleh menteri untuk bertugas melakukan mediasi dan mempunyai
kewajiban memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih untuk
menyelesaikan perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan PHK,
dan perselisihan antar serikat pekerja dalam suatu perusahaan.

4. PHK
MEKANISME PELAKSANAAN PHK
Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan harus dilakukan dengan
baik dan sesuai dengan regulasi pemerintah yang masih diberlakukan. Namun
karena terkadang pemberhentian terjadi akibat konflik yang tak terselesaikan
maka menurut Umar (2004) pemecatan secara terpaksa harus sesuai dengan
prosedur sebagai berikut:
1. Musyawarah karyawan dengan pemimpin perusahaan.
2. Musyawarah pimpinan serikat buruh dengan pimpinan perusahaan.
3. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan dan wakil dari
P4D.
4. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan dan wakil dari
P4P.

5. Pemutusan hubungan
(Rahardjo, 2013)

berdasarkan

Keputusan

Pengadilan

Negeri.

Berikut adalah prosedur PHK menurut UU No 13 Th 2003:


1.

Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah,


dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan
hubungan kerja (Pasal 151 Ayat 1)

2. Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja
tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib
dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau
dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak
menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh. (Pasal 151 Ayat 1)
3.

Jika perundingan berhasil, buat persetujuan bersama

4.

Jika tidak berhasil, pengusaha mengajukan permohonan penetapan secara


tertulis disertai dasar dan alasan- alasannya kepada pengadilan hubungan
industrial (Pasal 151 ayat 3 dan Pasal 152 Ayat 1)

5. Selama putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial


belum ditetapkan, baik pengusaha maupun pekerja/buruh harus tetap
melaksanakan segala kewajibannya (Pasal 155 ayat 2)
6. Pengusaha dapat melakukan penyimpangan terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa tindakan skorsingkepada
pekerja/buruh yang sedang dalam proses pemutusan hubungan kerja
dengan tetap wajib membayar upah beserta hak-hak lainnya yang biasa
diterima pekerja/buruh (Pasal 155 ayat 3). ( Zurnali, 2011)
Pasal 16 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : Kep-78
/Men/2001 tentang perubahan atas beberapa pasal Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor Kep-150/Men/2000 tentang penyelesaian pemutusan hubungan
kerja dan penetapan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan ganti
kerugian di perusahaan menetapkan beberapa prosedur tentang pemutusan
hubungan kerja dalam suatu perusahaan.
Adapun prosedur untuk Pemutusan hubungan kerja adalah sebagai berikut :
1. Sebelum ijin pemutusan hubungan kerja diberikan oleh Panitia Daerah
atau Panitia Pusat, pengusaha dapat melakukan skorsing kepada
pekerja/buruh dengan ketentuan skorsing telah diatur dalam perjanjian
kerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
2. Dalam hal pengusaha melakukan skorsing sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) pengusaha wajib membayar upah selama skorsing paling sedikit

sebesar 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari upah yang diterima
pekerja/buruh.
3. Skorsing sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilakukan secara
tertulis dan disampaikan kepada pekerja/buruh yang bersangkutan dengan
alasan yang jelas, dan kepada pekerja/buruh yang bersangkutan harus
diberikan kesempatan membela diri.
4.

Pemberian upah selama skorsing sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


paling lama 6 (enam) bulan.

5. Setelah masa skorsing sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) berakhir,


maka pengusaha tidak berkewajiban membayar upah, kecuali ditetapkan
lain oleh Panitia Daerah atau Panitia Pusat.
Pasal 17A Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : Kep-78
/Men/2001 menyatakan :
1. Dalam hal pengusaha mengajukan permohonan ijin pemutusan hubungan
kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) tetapi tidak melakukan
skorsing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), maka selama ijin
pemutusan hubungan kerja belum diberikan oleh Panitia Daerah atau
Panitia Pusat, pekerja/buruh harus tetap melakukan pekerjaannya dan
pengusaha membayar upah pekerja/buruh selama proses 100% (seratus
perseratus).
2. Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja tetapi pengusaha tidak
mengajukan permohonan ijin, pemutusan hubungan kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan pemutusan hubungan kerja tersebut
menjadi perselisihan, maka sebelum ada putusan Panitia Daerah atau
Panitia Pusat, upah pekerja/buruh selama proses dibayar 100% (seratus
persen). (anonim, 2009)

PESANGON
Ketentuan pesangon dapat kita jumpai dalam Pasal 156 ayat (1) UndangUndang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU
Ketenagakerjaan) yang berbunyi:
Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK),
pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan atau uang
penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang
seharusnya diterima.
Berikut di bawah ini kami akan uraikan beberapa pasal yang mengatur
tentang uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak
satu persatu.

Untuk mengetahui rumus perhitungan uang pesangon, kita merujuk pada


ketentuan dalam Pasal 156 ayat (2) UU Ketenagakerjaan:
Ketentuan Uang Pesangon
Masa Kerja

Uang Pesangon

< 1 tahun

1 bulan upah

1 s.d < 2 tahun

2 bulan upah

2 s.d < 3 tahun

3 bulan upah

3 s.d < 4 tahun

4 bulan upah

4 s.d < 5 tahun

5 bulan upah

5 s.d < 6 tahun

6 bulan upah

6 s.d < 7 tahun

7 bulan upah

7 s.d < 8 tahun

8 bulan upah

8 s.d < 9 tahun

9 bulan upah

Ketentuan Uang Penghargaan Masa Kerja


Masa kerja
3 s.d < 6 tahun

Uanga PMK
2 bulan upah

6 s.d < 9 tahun

3 bulan upah

9 s.d < 12 tahun

4 bulan upah

12 s.d < 15 tahun

5 bulan upah

15 s.d < 18 tahun

6 bulan upah

18 s.d < 21 tahun

7 bulan upah

21 s.d < 24 tahun

8 bulan upah

24 s.d < 24 tahun

10 bulan upah

Ketentuan Uang Penggantian Hak


1. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
2. Biaya atau ongkos pulan guntuk pekerja dan keluarganya ke tempat di mana
pekerja diterima bekerja;

3. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15%


dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang
memenuhi syarat
4. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan
atau perjanjian kerja bersama.
Besarnya Hak Pekerja Akibat PHK
No

Alasan PHK

Hak Pekerja

Pekerja/buruh melakukan kesalahan berat

PH

Pekerja/buruh melakukan pelanggaran terhadap PK,


PP, PKB atau ketentuan perundang-undangan

Psg + PMK + PH

Ditahan pihak berwajib dan tidak dapat melakukan


pekerjaan atau dinyatakan salah oleh pengadilan

PMK + PH

Mengundurkan diri secara baik atas kemauan sendiri

PH

Perubahan status, penggabungan atau peleburan


perusahaan tetapi:
a. pekerja/buruh tidak bersediamelanjutkan hubungan
kerjanya
b. Pengusaha tidak bersedia menerima pekerja/burur di
perusahaannya

Psg + PMK+ PH
2 (Psg) + PMK + PH

Perusahaan tutup karena merugi 2 tahun terus


menerus atau keadaan memaksa

Psg + PMK + PH

Perusahaan tutup bukan karena merugi atau keadaan


memaksa melainkan karena efisiensi

2 (Psg) + PMK + PH

Perusahaan pailit

Psg + PMK + PH

Pekerja/buruh meninggal dunia

2 (Psg) + PMK + PH

10 Pekerja/buruh memasuki usia pensiun :


a. ada program pensiun, dan iuran/premi ditanggung
sepenuhnya oleh pengusaha
b. tidak ada program pensiun

2 (Psg) + PMK + PH

11

Pekerja/buruh mangkir 5 hari atau lebih berturut-turut

PH

12

Pelanggaran yang dilakukan oleh pengusaha

2 (Psg) + PMK + PH

13

Pekerja/buruh sakit berkepandangan, cacat tetap


akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan
pekerjaan melebihi 12 bulan.

(Psg) + 2 (PMK) + PH

5. Demonstrasi Buruh

PERSYARATAN/TATA CARA

Aturan dan tata cara dalam penyampaian pendapat melalui demokrasi Hak
untuk mnyampaikan pendapat di muka umum merupakan bagian dari Hak Asasi
Manusia yang dijamin dalam Konstitusi Indonesia Hak ini dapat dilaksanakan
dalam berbagai bentuk, yaitu :
1. unjuk rasa atau demonstrasi
2. pawai
3. rapat umum, atau
4. mimbar bebas Pelaksanaan bentuk-bentuk penyampaian pendapat di muka
umum tersebut dapat dilakukan di tempat-tempat terbuka untuk umum, namun
ada beberapa tempat yang di kecualikan dan waktu-waktu yang dilarang dalam
menyampaikan pendapat di muka umum pasal 9 (2) UU No. 9 tahun 1998.
Tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum, yaitu :
1. di lingkungan istana kepresidenan, tempat ibadah, instalasi militer, rumah sakit,
pelabuhan udara atau laut, stasiun kereta api, terminal angkutan darat, dan
obyek-obyek vital nasional.
2. pada hari besar Nasional Sebelum melaksanakan demokrasi/pawai/rapat umum,
maupun mimbar bebas terlebih dahulu wajib memberitahukan secara tertulis.
Pemberitahuan tersebut disampaikan kepada Polri. Di mana polri yang
dimaksud adalah satuan Polri terdepan dimana kegiatan penyampaian pendapat
akan dilakukan apabila kegiatan dilaksanakan pada :
a. kecamatan, pemberitahuan ditujukan kepada polsek setempat.
b. Kecamatan atau lebih dalam lingkukan kabupaten/kotamadya
c. Kabupaten/kotamadya atau lebih dalam 1 (satu) propinsi, pemberitahuan
ditujukan kepda polri setempat
d. Propinsi atau lebih, pemberitahuan ditujukan kepada Markas Besar Kepolisian
Negara Republik Indonesia Pemberitahuan secara tertulis disampaikan oleh
yang bersangkutan, pemimpin, atau pennggung jawaba kelompok selambatlambatnnya 3 24 jam sebelum kegiatan dimulai telah di terima oleh Polri
setempat.

Surat pemberitahuan sebagaimana di maksud di atas memuat :


a. maksud dan tujuan
b. tempat, lokasi dan rute
c. waktu dan lama
d. bentuk
e. penanggung jwab
f. nama dan alamat organisasi kelompok atau perorangan
g. alat peraga yang dipergunakan, dan atau
h. jumlah peserta Setiap sampai 100 orang pelaku atau peserta unjuk rasa atau
demonstrasi dan pawai harus ada seorang sampai 5 orang penanggung jawab.
Bnerdasarkan pasal 16 UU No. 9 tahun 1998 tentang kemerdekaan
menyampaikan pendapat di muka umum pelaku atau peserta pelaksanaan
penyampaian pendapat di muka umum yang melakukan perbuatan melanggar
hukum, dapat dikenakan sanksi hukum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dalam kemerdekaan terkandung dua makna yaitu kebebasan dan tanggung
jawab. Karena itu kita harus menyeimbangkan antara kebebasan dan tanggung
jawab. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengemukakan pendapat
secara bebas dan bertanggung jawab, yaitu :
a. pendapatnnya harus disertai argumentasi yang kuat dan masuk akal, sehingga
tidak sembarang pendapat
b. pendapat hendaknnya mewakili kepentingan orang banyak, sehingga memberi
manfaat bagi kehidupan bersama.
c. Pendapatnnya dikemukakan dalam kerangka peraturan yang berlaku, sehingga
tidak melanggar hukum.
d. Orang yang berpendapat septutnnya terbuka terhadap tanggapan, sehingga
tercipta komunikasi sosial yang baik
e. Penyampaian pendapat hendaknnya dilandasi oleh keinginan untuk
mengembangkan nilai-nilai keadilan, demokrasi dan kesejahteraan. Hak dan
kewajiban dalam menyampaikan pendapat di muka umum. Setiap pendapat

harus disampaikan sesuai dengan aturan yang berlaku, yaitu : melalui saluran
yang resmi atau konstitusional.
Dalam pasal 1 Undang No. 9 tahun 1998 tentang kemerdekaan
menyampaikan pendapat di muka umum di jelaskan bahwa kemerdekaan
menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan
pikirin dengan lisan dan tulisan dan sebagainnya. Secara bebas dan bertanggung
jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk menjamin kebebasan menyampaikan pendapat, agar dilaksanakan dengan
bertanggunmg jawab.
Maka dalam undang-undang No. 9 tahun 1998 tentang kemerdekaan
menyampaikan pendapat diatur mengenai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi
bagi setiap masyarakat yang ingim menyampaikan pendapatnnya dan bagi
pemerintah agar dapa memberikan perlindungan hukum kepada setiap
masyarakat, agar terjaminnya hak menyampaikan pendapat.
Pasal 5 UU No. 9 tahun 1998 tentang kemrdekann menyampaikan
pendapat di muka umum dinyatakan bahwa setiap Warga negara yang
menyampaikan pendapat di muka umum berhak untuk :
a. mengeluarkan pikiran secara bebas
b. memperoleh perlindungan hukum Yang dimaksud dengan mengeluarkan
pikiran secara bebas adalah mengeluarkan pendapat, pandangan, kehendak
atau perasaan yang bebas dari tekanan fisik, psikis, atau pembatasan yang
bertentangan dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 Undangundang No. 9 Tahun 1998 dimana tujuan pengaturan tentang kemerdekaan
menyampaikan pendapat di muka umum adalah :
1. mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab sebagai salah satu
pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan pancasila dan Undang-undanmg
dasar 1945
2. mewujudkan perlindungan hukum yang konsisten dan berkesinambungan
dalam menjamin kemerdekaan menyampaikan pendapat
3. mewujudkan iklim yang kondusif bagi berkembangnnya partisipasi dan
kreativitas setip warga negara sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab
dalam kehidupan berdemokrasi
4. menempatkan
tanggung
jawab
social
dalam
kehidupan
bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara, tanpa mengabaikan kepentingan

perorangan atau kelompok. Yang dimaksud dengan memperoleh perlindungan


hokum termasuk di dalamnnya jaminan keamanan.
Polri bertanggung jawab memberikan perlindungan keamanan terhadap
pelaku atau peserta penyampaian pendapat di muka umum termasuk pengamanan
tempat, lokasi, dan rute. Kewajiban yang harus diperhatikan bagi setiap Warga
Negara Indonesia dalam menyampaikan pendapatnnya telah di atur dalam pasal 6
UU No. 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapatnnya di
Muka Umum bahwa Warga Negara yang menyampaikan pendapat di muka
umum berkewajiban dan bertanggung jawab untuk :
a. menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain
b. menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum
c. menaati hokum dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d. menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum, dan e. menjaga
keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa menghormati hak-hak dan kebebasan
orang lain yang dimaksud adalah ikut memelihara dan menjaga hak dan
kebebasan orang lain untuk hidup aman, tertib, dan damai.
Yang dimaksud dengan menghormati aturan-aturan moral yang diakui
umu adalah mengindahkan norma agama, kesusilaan, dan kesopanan dalam
kehidupan masyarakat. Menjaga dan menghormati keamanaan dan ketertiban
umum yang dimaksud adalah perbuatan yang dapat mencegah timbulnnya bahaya
bagi ketentraman dan keselamatan umum., baik yang menyangkut orang, barang
maupun kesehatan.
Sedangkan yang dimaksud dengan menjaga keutuhan persatuan dan
kesatuan bangsa adalah perbuatan yang dapat mencegah timbulnnya
permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap suku, agama, ras, dan antar
golongan dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai