PENGUJIAN
B.
Pengujian Aspal
ASTM Softening
Point
ASTM High
Softening Point
15 C
15 F
16 C
16 F
Seluruh
Seluruh
Seluruh
Seluruh
Daerah Pengukuran
2o sampai
80o C
30o
sampai
180o F
30o
sampai
200o C
85o
sampai
392o F
Skala Terkecil
0,2o C
0,5o F
0,5o C
1o F
Skala Terbesar
1o C
1o F
5o C
10o F
0,4o F
0,3o C
0,5o F
es dan
tiap 40o F
setiap
setiap
20o F
70o F
karena 0,2o C
skala
Kesalahan
pembacaan
(maksimum)
Standarisasi
es dan
tiap 20o C
Panjang seluruhnya
397 mm
397 mm
Diameter batang
Diameter
ujung
bagian
Panjang
cairan
bagian
9,0 sampai 14 mm
9,0 sampai 14 mm
0o C
75 sampai 90 mm
80o C
32o F
175o F
30o C
86o F
75 smpai 90
200o C
392o F
cincin gelas
cincin gelas
C di atas titik
lembek.
b. Panaskan 2 buah cincin sampai mencapai suhu tuang contoh, dan letakan kedua
cincin tersebut di atas pelat kuningan yang telah diberi lapisan campuran talk
dan sabun.
c. Tuangkan contoh ke dalam 2 buah cincin, diamkan pada suhu sekurangkurangnya 8
menit.
d. Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau/ spatula
yang telah dipanaskan.
a. Pasang dan aturlah ke dua benda uji di atas dudukannya dan letakan pengarah
bola di atasnya. Kemudian masukan seluruh peralatan tersebut ke dalam bejana
gelas. Isilah bejana dengan air suling baru dengan suhu (5 1) o C, sehingga
tinggi permukaan air antara 101,6 mm sampai 108 mm. Letakan termometer
yang sesuai untuk pengujian ini diantara kedua benda uji (kurang lebih 12,7
mm) dari tiap cincin.
Aturlah jarak antara permukaan pelat dasar dengan dasar benda uji sehingga
menjadi 25,4 mm.
b. Letakan bola-bola baja yang bersuhu 5
1.6 Pelaporan
a. Laporkan suhu pada saat setiap bola baja menyentuh plat dasar.
b. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh.
Catatan:
a. Apabila kecepatan pemanasan melebihi ketentuan di atas, maka pekerjaan
diulangi.
b. Apabila dari suatu pekerjaan duplo perbedaan suhu untuk ke dua benda uji
melebihi 1 o C, maka pekerjaan diulangi.
1.7 Referensi
a. AASHTO T-53-74
b. ASTM D-36-70
c. PEDC. Bandung. Pengujian Bahan. Edisi 1983
HASIL PELAPORAN
Kelompok : 2
Tanggal
Jurusan
No
.
: Teknik Sipil
: ..................
Waktu (detik)
Titik Lembek
(oC)
(oC)
I
II
10
56
56
15
102
102
20
183
183
25
257
257
30
322
322
35
401
401
40
472
472
II
45
525
525
10
50
556
559
Catatan
47,5
48
= 47,5 C
Kesimpulan
Dari pengujian titik lembek aspal dan ter ini diperoleh titik lembek pada benda
uji I sebesar 47,5 C dan 48 C untuk benda uji II. Temperatur ruang adalah 25
C
2.1 Tujuan
dengan penetrometer.
Konsistensi dinyatakan dengan angka penetrasi, yaitu masuknya jarum
penetrasi dengan beban tertentu ke dalam benda uji aspal pada suhu 25 o C selama
5 detik. Penetrasi dinyatakan dengan angka dalam satuan 1/10 mm Bila jarum
penetrasi masuk sedalam 10 mm, dikatakan aspal tersebut mempunyai angka
penetrasi 100.
tersebut.
Penentuan konsistensi dengan cara ini efektif terhadap aspal dengan angka
penetrasi berkisar 50 - 200.
2.3 Peralatan.
a. Termometer, sesuai dengan ketentuan.
Jarum penetrasi terbuat dari stainless steel mutu 440 C, atau HRC 54
sampai 60 dengan ukuran dan bentuk menurut gambar (2.1). Ujung jarum
harus berbentuk kerucut terpancung.
f. Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar
rata dengan ukuran sebagai berikut :
Penetrasi
Di bawah 200
Diameter (mm)
Dalam (mm)
55
35
70
45
g. Bak perendam (water bath). Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10
liter dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian kurang lebih 0,1
C.
C di atas titik
a. Letakan benda uji dalam nampan dan masukan ke dalam bak perendam yang
telah berada pada suhu yang ditentukan. Diamkan dalam bak tersebut selama 1
sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji
besar.
b. Periksalah pemegang jarum pada alat penetrometer agar jarum dapat dipasang
dengan baik dan bersihkan jarum penetrasi dengan pelarut/ minyak kemudian
keringkan jarum tersebut dengan lap/ kain bersih dan pasanglah jarum pada
pemegang jarum.
c. Pasanglah pemberat 50 gram di atas jarum untuk memperoleh beban sebesar
100 0,1 gram.
d. Pindahkan nampan air yang berisi benda uji dari bak perendam ke bawah alat
penetrasi.
e. Turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh permukaan
benda uji. Kemudian aturlah arloji (jarum penunjuk penetrasi) penetrometer
pada angka 0 (nol).
f. Lepaskan pemegang jarum dan secara bersamaan jalankan stop watch selama
jangka waktu (5 0,1) detik.
g. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang berimpit/
ditunjukan dengan jarum penunjuk
h. Lepaskan jarum dari pemegang jarum pada alat penetrometer, bersihkan dan
siapkan alat penetrasi untuk pembacaan berikutnya.
I. Lakukan pembacaan penetrasi di atas tidak kurang dari 5 kali pada benda uji
yang sama, dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak satu sama lain
dan dari tepi dinding cawan tidak kurang dari 10 mm..
2.6 Pelaporan
a. Laporkan angka penetrasi rata-rata dari sekurang-kurangnya 3 pembacaan
dalam bilangan bulat.
0 - 49
50 - 149
150 - 249
200
Toleransi
Kelompok : 2
Tanggal
Jurusan
: Teknik Sipil
: .....................
No. Bacaan
63
62
64
66
66
64
II
III
7
Rata-rata
Catatan
1
64,167
: - Temperatur ruang = 25 C
Kesimpulan
Dari percobaan atau pengujian penetrasi bahan-bahan bitumen (aspal) ini
diperoleh nilai penetrasi rata-rata dari keenam hasil yang diperoleh adalah sebesar
64,167 mm. Aspal yang kami uji termasuk jenis AC 60 70.
3. PENGUJIAN BERAT JENIS BITUMEN KERAS DAN TER
3.1 Tujuan
3.1.1 Tujuan Instruksional Umum
3.3 Peralatan.
a. Termometer, sesuai dengan ketentuan.
b. Bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian (25 0,1) o C.
c. Piknometer.
3.6 Perhitungan
Hitunglah berat jenis dengan rumus:
( C - A)
Berat Jenis Asp =
( B - A) - ( D - C )
dimana
3.7 Pelaporan
a. Laporkan nilai berat jenis rata-rata, minimal dari dua benda uji dengan 3
desimal
b. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh.
3.8 Referensi
a. AASHTO T-228-68
b. ASTM D-70-72
c. PEDC. Bandung. Pengujian Bahan. Edisi 1983
HASIL PELAPORAN
Kelompok : 2
Tanggal
Jurusan
: Teknik Sipil
: ......................
Pemeriksaan
Benda Uji
I
II
(A)
19,4
27,8
(B)
68,5
78,3
(C)
28,2
40,4
(D)
68,8
78,7
1,035
1,033
( C - A)
Berat jenis aspal =
( B - A) - ( D - C )
Berat jenis aspal rata-rata
Catatan
: - Temperatur ruang = 25 C
1,034
Contoh Perhitungan
(C A)
( B A) ( D A)
Berat jenis aspal
(C A)
( B A) ( D A)
Berat jenis benda uji I
28,2 19,4
(68,5 19,4) (68,8 28,2)
=
= 1,035
(C A)
( B A) ( D A)
1
(40,4 27,8)
(78,3 27,8) (78,7 40,4)
=
= 1,033
2
Kesimpulan
Dari percobaan berat jenis aspal, diperoleh nilai berat jenis aspal rata-rata
dari dua benda uji adalah sebesar 1,034.
4.1 Tujuan
4.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui serta
memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi aspal sebagai bahan
perkerasan jalan dengan benar.
4.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan karakteristik aspal dirinjau dari kestabilan dan kelelehannya
bila dicampur dengan agregat.
b. Merencanakan bahan perkerasan jalan aspal
c. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian campuran aspal dengan alat
Marshall dengan benar.
d. Menggunakan peralatan dengan terampil.
adalah suatu konstruksi perkerasan jalan yang terdiri dari komponen agregat atau
batuan (kasar, sedang, halus dan filler), bahan pengikat (aspal) dengan
perbandingan yang teliti dan seimbang dicampur dalam keadaan panas.
Pemakaian aspal sebagai bahan pengikat dalam campuran disamping karena
sifatnya yang elastis dapat membuat perkerasan menjadi lentur atau fleksibel, juga
dapat menambah kekuatan perkerasan.
Campuran aspal beton sebagai bahan perkerasan jalan, harus memenuhi
karakteristik sebagai berikut:
1. Internal Structure meliputi Density, Porositas, penyerapan dan kadar air.
2. Kekakuan dan kekuatan yang dinyatakan dengan Stability.
Kekakuan
4.3 Peralatan.
a. Tiga buah cetakan benda uji yang berdiameter 10 cm dan tinggi 7,5 cm, lengkap
dengan pelat alas dan leher sambung.
b. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis) berukuran
kira-kira 20 x 20 x 45 cm yang dilapisi dengan pelat baja berukuran 30 x 30 x
2,5 cm dan diikat pada lantai beton dengan 4 bagian siku.
c. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata berbentuk silinder, dengan
berat 4,536 kg (10 pound), dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm.
d. Alat pengeluar benda uji/ Ekstruder
e. Bak perendam (water bath), lengkap dengan pengatur suhu.
f. Mesin penekan lengkap dengan kepala penekan berbentuk lengkung.
g. Cincin penguji (profing ring) berkapasitas 2500 kg dengan ketelitian 12,5 kg,
dilengkapi dengan arloji tekan (dial) dengan ketelitian 0,0025 cm.
h. Arloji kelelehan dengan ketelitian 0,25 mm dengan perlengkapannya.
I. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai 200 o C.
j. Termometer, berkapasitas 250
logam.
k. Timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1 gram, dilengkapi
penggantung benda uji.
l. Pemanas atau hotplate.
m. Sarung tangan terbuat dari bahan karet dan asbes.
n. Nampan.
C. Pisah-
Kinemat
ik
Saybolt
Furol
C.St
Det.SF
Aspal
Panas
170 20
85 20
Aspal
Dingin
170 20
85 20
Pemadatan
Engler
Kinemat
ik
Saybolt
Furol
Engler
C.St
Det.SF
280 30
140
15
280 30
140
15
Ter
25 3
40 5
leher
cetakan
dan
ratakanlah
permukaan
campuran
dengan
kepala penekan direndam bersama-sama benda uji pada suhu antara 21 sampai
38 o C.
i. Keluarkan benda uji dari bak perendam atau dari oven atau dari pemanas udara
dan letakkan ke dalam segmen bawah kepala penekan. Pasang segmen atas di
atas benda uji dan letakan keseluruhannya ke dalam mesin penguji. Pasang
arloji kelelehan (flow meter) pada kedudukannya di atas salah satu batang
penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol.
j. Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda ujinya dinaikkan
hingga menyentuh atas cincin penguji. Atur kedudukan jarum arloji tekan pada
angka nol. Berikan pembebanan kepada benda uji dengan kecepatan tetap
sebesar 50 mm per menit sampai pembebanan maksimum tercapai, atau
pembebanan menurun seperti yang ditunjukan jarum arloji tekan, dan catatlah
pembebanan maksimum yang dicapai dan nilai kelelehan yang ditunjukan oleh
jarum kelelehan. Waktu yang diperlukan dan saat diangkatnya benda uji dari
rendaman air sampai tercapainya beban maksimum tidak boleh melebihi 30
detik.
4.6 Perhitungan
Lihat pada contoh pengisian formulir percobaan marshall.
4.7 Pelaporan
Untuk benda uji yang diperiksa, laporan harus meliputi keterangan sebagai
berikut:
a. Tinggi benda uji percobaan.
b. Beban maksimum, bila perlu dikoreksi.
c. Nilai kelelehan.
d. Suhu pencampuran
e. Suhu pemadatan.
f. Suhu percobaan.
g. Analisa hubungan antara ketahanan (stabilitas), flow (kelelehan), persen rongga
dalam campuran, persen rongga terisi aspal dan berat jenis benda uji dengan
kadar aspal dalam bentuk grafik
h. Kesimpulan dari hasil pengujian yang saudara peroleh..
4.8 Referensi
a. AASHTO T-245-74
b. ASTM D-1559-62 T
c. PEDC. Bandung. Pengujian Bahan. Edisi 1983
1
3/8
#4
#8
40-60
40-50
40-48
#30
20-45
#100
#200
PAN
Agust-24
0-8
% Lolos
% Lolos
Kebutuhan Material
Ideal
Antar Ayakan
(untuk 1 buah)
100
0
0
5%x1100
= 55
95
100-95
=5 %
7,5%x1100
= 82,5
82,5
95-87,5
=7,5 %
37,5%x1100
=
50
87,5-50
=37,5%
412,5
5%x1100
= 55
45
50-45
=5 %
1%x1100
= 11
44
45-44
=1 %
11,5%x1100
=
32,5
44-32,5
=11,5%
126,5
16,5%x1100
=
16
32,5-16
=16,5%
181,5
12%x1100
= 132
4
16-4
=12 %
4%x1100
= 44
0
4-0
=4 %
total 1100
total = 100 %
;
1
KADAR ASPAL 4 %
100
=
% Agregat
% Aspal
+
Bj
100
36,923+3.883
Bj
2,451
3,85 x 2,019
i
1,030
7,812 %
2,60
= 74,664 %
= 60,6 mm
1. Suhu Pencampuran
= 160 o C
2. Suhu Pemadatan
= 140 o C
3. Suhu Percobaan
= 160 o C
( kg )
kg
KADAR ASPAL 5 %
100
=
% Agregat
% Aspal
+
Bj
100
21,154 +4,854
=
=
Bj
3,845
4,76 x 2,106
1,030
9,733 %
2,60
= 76,595 %
= 60,1 mm
1. Suhu Pencampuran
= 160 o C
2. Suhu Pemadatan
= 140 o C
3. Suhu Percobaan
= 160 o C
( kg )
kg
KADAR ASPAL 6 %
100
=
% Agregat
% Aspal
+
Bj
100
36,154 +5,825
Bj
2,382
5,66 x 2,382
1,030
=
13,089 %
2,60
= 86,43 %
= 60,1 mm
1. Suhu Pencampuran
= 160 o C
2. Suhu Pemadatan
= 140 o C
3. Suhu Percobaan
= 160 o C
( kg )
kg
4. KADAR ASPAL 7 %
a
100
=
% Agregat
+
Bj
Bj
100
35,769+ 6,796
% Aspal
2,349
6,54 x 1,975
1,030
12,54 %
2,60
= 70,994 %
= 60,9 mm
1. Suhu Pencampuran
= 160 o C
2. Suhu Pemadatan
= 140 o C
3. Suhu Percobaan
= 160 o C
( kg )
kg
5. KADAR ASPAL 8 %
a
100
=
% Agregat
+
Bj
Bj
100
35,385+7,767
% Aspal
2,317
7,41 x 2,228
1,030
=
16,029 %
2,60
= 79,343 %
= 58,60 mm
1. Suhu Pencampuran
= 160 o C
2. Suhu Pemadatan
= 140 o C
3. Suhu Percobaan
= 160 o C
( kg )
kg
6. KADAR ASPAL 9 %
a
100
=
% Agregat
+
Bj
Bj
100
35+ 8,738
% Aspal
2,286
8,26 x 2,213
1,030
=
17,747 %
2,60
= 78,085 %
= 59,3 mm
1. Suhu Pencampuran
2. Suhu Pemadatan
= 160 o C
= 140 o C
( kg )
kg
3. Suhu Percobaan
= 160 o C
Angka Korelasi /
inci
mm
Koreksi
200 - 213
25.4
5.56
214 - 225
1 1/16
27.0
5.00
226 - 237
1 1/8
28.6
4.55
238 - 250
1 3/16
30.2
4.17
251 - 264
1 1/4
31.8
3.85
265 - 276
1 5/16
33.3
3.57
277 - 289
1 3/8
34.9
3.33
290 - 301
1 7/16
36.5
3.03
302 - 316
1 1/2
38.1
2.78
317 - 328
1 9/16
39.7
2.50
329 - 340
1 5/8
41.3
2.27
341 - 353
1 11/16
42.9
2.07
354 - 367
1 3/4
44.4
1.97
368 - 379
1 13/16
46.0
1.79
380 - 392
1 7/8
47.6
1.67
393 - 405
1 15/16
49.2
1.56
406 - 420
50.8
1.47
421 - 432
2 1/6
52.4
1.39
433 - 443
2 1/8
54.0
1.32
444 - 456
1 3/16
55.6
1.25
457 - 470
2 1/4
57.2
1.19
471 - 482
1 5/16
58.7
1.14
483 - 495
2 3/8
60.3
1.09
496 - 508
2 1/16
61.9
1.04
509 - 522
2 1/2
63.5
1.00
523 - 535
2 9/16
64.0
0.96
536 - 546
2 5/8
65.1
0.93
547 - 559
2 11/16
66.7
0.89
560 - 573
2 3/4
68.3
0.86
574 - 585
2 13/16
71.4
0.83
586 - 598
2 7/8
73.0
0.81
599 - 610
2 15/16
74.6
0.78
611 - 625
76.2
0.76
Catatan : a. Stabilitas yang diukur, dikalikan angka korelasi/ koreksi isi atau
tebal benda uji, sama dengan stabilitas setelah dikoreksi untuk benda uji
tebal 63,5 mm.
Gauge
Load
Gauge
Load
Gauge
( kN )
Reading
( kgf )
Reading
( lbf )
Reading
zero 0
zero 0
zero 0
115.0
300
112.8
600
102.2
153.4
400
150.4
1200
203.8
229.0
600
224.6
1800
306.3
306.2
800
300.3
2400
409.9
10
383.8
1000
376.4
3000
512.3
12
462.0
1200
453.1
3600
616.9
16
616.2
1600
604.3
4200
720.6
20
772.8
2000
757.9
4800
825.2
24
930.1
2400
912.1
5400
935.2
28
1088.6
2800
1067.6
6000
1035.6
5.1 Tujuan
5.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui serta
memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi aspal sebagai bahan perkerasan
jalan dengan benar.
5.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan kuantitatif bitumen dari campuran perkerasan bitumen.
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian baku untuk ekstraksi kuantitatif
bitumen dari campuran perkerasan bitumen dengan benar.
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.
5.3 Peralatan.
a. Oven, yang mampu bertahan sampai suhu 105 5 o C.
b. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
c. Hot plate listrik, 700 Watt, dengan setelan pemanasan rendah, tinggi dan
menengah.
d. Tabung kaca dengan kapasitas 1000 - 2000 ml.
e. Kerangka ekstraktor, berbentuk kerucut dari bahan kawat.
f. Kertas filter.
g. Kondensor atau pendingin.
h. Nampan
benda uji dari hasil pengeboran maka perlu dilakukan pemisahan dari kondisi
padat, akan tetapi agregat yang ada dalam campuran tidak boleh hancur.
5.6 Perhitungan
Hitunglah kadar bitumen dalam campuran perkerasan bitumen dalam
persen dengan rumus sebagai berikut:
(C-E)
Kadar Bitumen =
x 100 %
C
dimana
5.7 Pelaporan
a. Laporkan nilai kadar bitumen dalam bilangan 2 desimal.
b. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh.
5.8 Referensi
a. AASHTO T-164-76
b. ASTM D-2172-67
Kelompok : ....................
Tanggal
: ..................
Jurusan
Pengajar/ Asisten
:Sugeng Riyanto, ST
: Teknik Sipil
Jenis Pemeriksaan
Benda Uji
I
II
( A)
5,7
5,8
(B)
505,7
505,8
( C = B A)
500,00
500,00
(D)
475,70
472,80
( E = D A)
470,00
467,00
6,00
6,60
x 100 %
C
Catatan
: - Temperatur ruang = 25 C
(% )
6,30