Penyaji
Dr. Yandi Zulkarnaen
Pembimbing
Dr. Mgs. H. Usman Said, SpOG-KFER
Pemandu
Dr. SpOG
I.
PENDAHULUAN.. 1
II.
DEFINISI 2
III. FISIOLOGI 3
IV. GEJALA-GEJALA PERIMENOPAUSE 4
A. Perubahan pola haid.. 5
B. Ketidakstabilan vasomotor 6
C. Gangguan tidur.. 7
D. Gangguan seksual. 8
E. Sindroma urogenital.. 9
F. Gangguan psikologi/kognitif. 10
G. Gangguan somatik. 11
H. Fertilitas 12
I. Osteoporosis
13
J. Kelainan kardiovaskular 14
V.
EVALUASI PERIMENOPAUSE. 15
VI. DIAGNOSA..
16
VII. PENGOBATAN 17
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
18
IX. RUJUKAN
19
I. PENDAHULUAN
Sudah merupakan hukum alam bahwa setiap makhluk di dunia ini mengalami
proses penuaan. Pada manusia proses penuaan itu sebenarnya terjadi sejak
manusia dilahirkan dan berlangsung terus sampai mati. Berbeda dengan
kaum pria, proses penuaan pada wanita berlangsung lebih dramatis,
terutama karena adanya proses reproduksi dalam kehidupannya.
Setelah kurang lebih 30 tahun lamanya indung telur berfungsi
menghasilkan
telur
dan
hormon-hormonnya
terutama
estrogen
dan
progesteron, maka pada usia sekitar 40-49 tahun fungsinya akan menurun.
Berkurangnya fungsi indung telur tersebut berlangsung secara berangsurangsur antara 4-5 tahun. Pada masa ini, indung telur tidak peka lagi terhadap
rangsangan dari otak, sehingga telur tidak dapat berkembang lagi hingga
matang. Dengan demikian jarang terjadi ovulasi (pengeluaran telur) dan
akhirnya berhenti. Indung telur sendiri mengecil dan beratnya berkurang.
Produksi hormon wanita (estrogen) makin lama makin berkurang sehingga
haidpun menjadi tidak teratur dan akhirnya berhenti.
Setelah usia 40 tahun seorang wanita memasuki fase klimakterium,
yang berasal dari kata climacter yang berarti tahun-tahun peralihan.
Klimakterium atau usia mapan, berlangsung dari saat premenopause (kirakira umur 40 tahun) yaitu pada masa dimana ovarium berangsur-angsur
menurun fungsinya dan berakhir sekitar usia 55 tahun. Pada usia sekitar 49
tahun terjadi menopause (mati haid).1
Menopause merupakan salah satu fase dari kehidupan normal seorang
wanita. Pada masa menopause kapasitas reproduksi seorang wanita berhenti.
Ovarium tidak lagi berfungsi, produksi hormon steroid dan peptida
berangsur-angsur hilang dan terjadi sejumlah perubahan fisiologik. Sebagian
disebabkan oleh berhentinya fungsi ovarium dan sebagian lagi disebabkan
oleh proses penuaan. Banyak wanita yang mengalami gejala dan keluhan
akibat perubahan tersebut di atas. Gejala dan keluhan tersebut biasanya
berangsur-angsur menghilang. Walaupun tidak menyebabkan kematian,
Perimenopause
(klimakterium)
Masa
perubahan
antara
premenopause
dan
dan
disertai
pula
dengan
perubahan-
: Pengangkatan
kedua
ovarium
atau
kerusakan
Sindrom
Klimakterik
: Keluhan-keluhan
spesifik
yang
timbul
akibat
(gambar
2).
Penelitian
siklus
haid
selama
perimenopause
Kadar
FSH
dapat
berguna
dalam
menilai
fertilitias
wanita
perimenopause yang ingin hamil. Kadar FSH diukur pada hari ke-3 dari
siklus haid yang dapat memperkirakan fungsi dari ovarium dan cadangan
folikel. Jika kadar FSH <20 mIU/ml, kehamilan masih mungkin terjadi; jika
kadarnya antara 20-30 mIU/ml kecil kemungkinan terjadi kehamilan dan
kadar FSH 30 mIU/ml menunjukkan ovarium mengalami menopause dan
tidak mungkin terjadi hamil.
(JAMA) Klimakterik merupakan terminologi umum untuk masa transisi
dari usia reproduktif ke masa paskareproduktif dalam kehidupan seorang
wanita. Menurut WHO definisi natural menopause sebagai berhentinya haid
secara permanen sesudah 12 bulan amenorea tanpa penyebab fisiologi atau
patologi lain. Berhentinya haid sebagai akibat dari berkurangnya cadangan
folikel ovarium dan menurunnya fungsi dari ovarium itu sendiri yang
mengakibatkan produksi estrogen dan stimulasi lapisan endometrium
berkurang. Dari analisis data secara longitudinal menyatakan bahwa
kemungkinan untuk haid spontan pada semua wanita yang telah mengalami
amenorea selama 12 bulan kurang dari 2%.
(JAMA) Selama perimenopause ovulasi terjadi secara tidak teratur
karena fluktuasi hormon yang dipengaruhi aksis hipotalamus-pituitariovarium. Sebagai contoh, pada wanita yang mengalami perimenopause
dengan cepat, kadar inhibin B menurun sehingga kadar FSH meningkat tanpa
perubahan berarti pada kadar inhibin A atau estradiol. Kadar FSH dapat naik
selama beberapa siklus tetapi kembali pada kadar premenopause pada siklus
berikutnya. Sama halnya juga konsentrasi estradiol juga dapat menurun atau
kadang meningkat selama perimenopause. Bervariasinya nilai hormonal ini
menyulitkan interpretasi terhadap hasil dari satu uji laboratorium.
III. GEJALA-GEJALA PERIMENOPAUSE
Bentuk dari gejala-gejala merupakan dasar diagnosis perimenopause. Gejalagejala yang ada sangat bervariasi diantara wanita-wanita. Oleh karena itu
diperlukan pendekatan secara individual dalam penilaian dan pengobatan.
Hot flushes
Keringat malam
Gangguan tidur
C. Gangguan psikologis/kognitive
-
Depresi
Irritabilitas
Perubahan mood
D. Gangguan seksual
-
E. Gejala-gejala somatik
-
Sakit kepala
Palpitasi
Pusing
A.
Ketidakstabilan vasomotor
Gangguan vasomotor merupakan gejala kedua pada wanita perimenopause.
Lebih kurang 85% dari wanita perimenopause mengalami hot flushes,
keringat malam dan gangguan tidur yang merupakan gejala dari
ketidakstabilan vasomotor. Intensitas, lamanya serta frekuensi dari gejala
tersebut sangat bervariasi. Kadang kala seorang wanita mengalami 40 kali
hot flushes setiap hari dan badan basah kuyub oleh keringat malam,
beberapa yang lain mengalami 1-2 kali perhari dan merasa sangat susah dan
terganggu.
Hot flushes selama perimenopause, temperatur jari-jari mengalami
peningkatan kira-kira 3,1 0,30C dan peningkatan ini menetap untuk
selama lebih kurang 44 menit. Mekanisme terjadinya hot flushes ini belum
diketahui secara lengkap. Meskipun terjadi perubahan dalam termoregulasi,
imunoreaktif neurotensin, katekolamin dan LH semuanya ditemukan
selama hot flushes, penurunan estradiol merupakan faktor yang lebih
dipercaya.
(JAMA) Hot flashes merupakan sensasi mendadak terhadap rasa
panas, berkeringat dan kemerahan yang lebih sering terjadi pada muka,
leher dan dada. Chill, clammines dan ansietas juga sering menyertai hot
flashes. Lamanya hot flashes umumnya 1-5 menit dan hanya 6% yang
mengalami >6 menit. Gejala ini lebih banyak dialami oleh wanita di
Amerika Utara, Eropa dan Australia sekitar 50-85% dan terjadi secara
periodik selama 1-5 tahun. Hanya 10-20% wanita Indonesia dan 10-25%
wanita China yang mengalami hot flashes.
C.
Gangguan tidur
Beratnya gangguan tidur bervariasi dan sering dikeluhkan oleh wanita pada
masa perimenopause. Gangguan tidur bervariasi secara luas dan dapat
menjadi kronik atau sementara. Beberapa pola umum gangguan tidur
diantaranya :
-
Bangun pagi lebih awal dan tidak mampu untuk tidur kembali.
Kesulitan tidur dapat mempengaruhi kualitas hidup secara serius,
mengakibatkan
kelelahan,
insomnia,
depresi,
iritabilitas
dan
Kebiasaan sehari-hari seperti tidur sebentar atau jadwal tidur yang tidak
teratur, sehingga menyebabkan gangguan tidur tengah malam.
Stimulan seperti kafein, alkohol, nikotin dan beberapa obat; hal lain
yang dapat mengakibatkan gangguan tidur seperti sakit, ansietas dan
gangguan emosional.
Gangguan seksual
(Obstet Gynecol) Selama masa transisi ke menopause, dimana kadar
estrogen menurun, frekuensi gangguan seksual dilaporkan meningkat.
Kejadian gangguan ini cenderung meningkat sesuai dengan bertambahnya
umur.
Gejala-gejala dari gangguan seksual ini antara lain : berkurangnya
lubrikasi vagina, menurunnya libido, dispareuni dan vaginismus. Perubahan
ini harus dijelaskan karena banyak dari para wanita tidak mengetahui
adanya pengaruh hormonal. Mereka harus diyakinkan dan belajar bahwa
perubahan-perubahan tersebut merupakan bagian normal pada masa transisi
perimenopause.
1. Kekeringan vagina (vaginal dryness)
Vaginal dryness kadang-kadang dialami akibat berkurangnya produksi
estrogen selama perimenopause. Keadaan ini dapat menyebabkan atropi
urogenital dan perubahan dalam kuantitas dan komposisi sekresi
vagina.
Perkiraan
prevalensi
vaginal
dryness
diantara
wanita
Sindroma urogenital
Secara embrional uretra dan vagina sama-sama berasal dari sinus urogenital
dan duktus Muller. Selain itu pula, di uretra dan vagina banyak dijumpai
reseptor estrogen, sehingga kedua organ tersebut mudah mengalami
gangguan begitu kadar estrogen serum mulai berkurang. Gangguan
gangguan tersebut dapat berupa berkurangnya aliran darah, turgor dan
jaringan kolagen. Kekurangan estrogen juga dapat menyebabkan mitosis sel
dan pemasukan asam amino ke dalam sel berkurang.
Pada vulva terjadi atropi sel, epitel vulva menipis. Dijumpai fluor dan
perdarahan subepitelial (kolpitis senilis), vagina menjadi kering, mudah
terjadi iritasi dan infeksi.
Pada uretra sel-selnya juga mengalami atropi. Pada uretra tampak otot
yang menonjol keluar seperti prolaps yang kadang-kadang disalahartikan
sebagai prolaps uretra. Stenosis uretra sering juga ditemukan. Stenosis
uretra, atropi sel-sel epitel kandung kemih dapat menimbulkan keluhan
Reizblase (iritabel vesika) atau sindroma uretra berupa polakisuria,
disuria bahkan dapat timbul gangguan berkemih.
Di negara-negara barat pengaruh inkontinensia urine pada wanita usia
pertengahan antara 26-55%. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan
mukosa uretra dan trigonum menjadi atropi sehingga kontrol berkemih
menjadi lemah.
F.
Gangguan Psikologi/kognitif
Gejala-gejala psikologi dan kognitif seperti depresi, iritabilitas, perubahan
mood, kurangnya konsentrasi dan pelupa juga ditemukan pada banyak
wanita perimenopause. Banyak wanita menggambarkan gangguan ini
sebagai perimenopause berat. Seperti diketahui bahwa kejadian depresi
kira-kira 2 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria. Risiko depresi
mayor adalah 7-12% untuk pria dan 20-25% untuk wanita. Usia rata-rata
terjadinya depresi adalah 40 tahunan.
Data laboratorium menyatakan bahwa hormon ovarium sangat
berkhasiat, dimana sinyal kimiawi perifer secara umum mempengaruhi
Gejala-gejala somatik
Beberapa gejala somatik yang sering terjadi selama perimenopause antara
lain; sakit kepala, pusing, palpitasi serta payudara yang membesar dan
nyeri. Dari semua keluhan-keluhan di atas, harus diyakinkan bahwa gejalagejala tersebut umum terjadi dan bersifat fisiologis.
Pengobatan yang dilakukan bersamaan dengan pendidikan dan
suportif harus dilakukan pada awal timbulnya gejala. Sekarang ini terapi
farmakologi dan nonfarmakologi sudah tersedia. Tidak ada alasan untuk
mengatakan bahwa tidak ada pengobatan bagi wanita pada masa
perimenopause, sebab mereka masih menghasilkan estrogen. Dalam banyak
kasus, meyakinkan bahwa gejala-gejala tersebut adalah hal yang nyata dan
tidak mengancam kehidupan mungkin sudah cukup. Tetapi, jika dianggap
penting, pengobatan tidak harus ditunda.
H.
Fertilitas
Gambaran hormonal pada wanita perimenopause bervariasi dengan luasnya
secara individual dan waktu. Pilihan terapi hormonal pada perimenopause
tergantung pada keadaan hormonal pasien. Banyak penelitian mengatakan
perlunya terapi kombinasi dengan estrogen dan progestogen pada
perimenopause.
Wanita pada masa ini akan mengalami periode iregular dan interval
amenorea, tetapi ovarium mereka tetap menghasilkan estrogen. Sensitivitas
hipotalamus menurun terhadap umpan balik negatif estrogen ovarium
karena penurunan yang progresif sejumlah folikel dan menurunnya sekresi
inhibin yang merupakan kontrol selektif untuk FSH.
Masa ini juga ditandai oleh hormonal oscillation sehingga seorang
wanita mempunyai gejala-gejala menopause dalam 1 bulan dan bulan
berikutnya dengan siklus berovulasi dan menjadi risiko untuk terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan. Limapuluh persen wanita berumur 40-an
masih berpotensi untuk subur dan kehamilan pada kelompok umur ini
disertai dengan mortalitas ibu yang meningkat, abortus spontan, kelainan
fetus dan mortalitas perinatal. Risiko kehamilan kira-kira 10% pada umur
40-44 tahun, 2-3% untuk umur 45-49 tahun dan risiko tidak menjadi nol
untuk wanita lebih dari 50 tahun.
I.
rata menopause secara statistik tidak berbeda antara yang tidak pernah
merokok dengan eks-perokok. Sebagian besar penelitian terhadap
rokok dan menopause mengatakan adanya hubungan dosis-respon
antara jumlah rokok yang dihisap dan usia menopause.
3. Status histerektomi
Sering diasumsikan bahwa wanita yang menjalani histerektomi
dengan conservation pada ovarium tidak akan mengalami gejala
menopause lebih cepat atau lebih berat akibat histerektomi tersebut.
Nonetheless, bukti-bukti menunjukkan bahwa wanita dengan
conservation ovarium pada histerektomi mengeluh adanya gangguan
vasomotor yang lebih banyak, vaginal dryness dan keluhan-keluhan
lain dibandingkan dengan wanita yang tidak menjalani histerektomi.
Pada negara-negara maju, histerektomi merupakan operasi yang
sering dilakukan pada wanita dewasa; sepertiga wanita Amerika
menjalani histerektomi pada usia 65 tahun.
D. Tanda-tanda Fisik.
1. Indeks maturasi
Penilaian terhadap defisiensi estrogen vagina adalah evaluasi terhadap
indeks pematangan epitel vagina. Prosedur ini dilakukan dengan cara
pengambilan sel pada batas atas dan sepertiga tengah dinding
samping vagina menggunakan sikat. Dibuat slide dan dilakukan
pengecatan dengan tehnik Papanicolaou kemudian persentase dari sel
parabasal, intermediat dan superfisialis dihitung. Meskipun indeks
maturasi berubah secara bermakna setelah terapi pengganti estrogen,
diagnosis tidak dapat membandingkan indeks maturasi dengan
karakteristik siklus haid.
2. pH vagina
Beberapa peneliti mengatakan bahwa peningkatan pH vagina (6,07,5) dimana tidak ditemukan bakteri patogen menjadi alasan adanya
penurunan kadar estradiol serum. Uji ini dilakukan secara langsung
dengan kertas pH pada dinding lateral vagina. Perubahan pH dapat
ovarium
menghasilkan
estrogen
lebih
banyak.
estradiol. Estradiol dapat diukur dari plasma, urine dan saliva. Seperti
halnya FSH, kadar estradiol mempunyai variasi yang tinggi selama
perimenopause.
3. Inhibin
Estradiol <50pg/mL
Sitologi vagina
Densitometer
USG transdermal
V. PENGOBATAN
Periode menopause telah dikenal sebagai masa dimana terdapat p[erubahan
fisiologis yang dramatis. Pada periode ini faktor-faktor risiko penting dapat
berkembang dengan percepatan penyakit seperti osteoporesis. Gejala-gejala
pada menopause seperti perdarahan uterus harus didiagnosa dan ditangani
secara tepat.
Terdapat perbaikan kualitas hidup secara berarti dengan pengobatan
terhadap gejala-gejala perimenopause. Perbaikan pengobatan tersebut
meliputi hot flashes, gangguan tidur, kelelahan dan moodiness. Gejala dapat
diobati sebelum haid berhenti; menunggu sampai haid berhenti baru
kemudian diobati tidak mempunyai dasar fisiologi. Jika penderita masih
dalam siklus, estrogen dosis rendah dengan progesteron dapat digunakan
dan
berfluktuasinya
kadar
estrogen
terutama
pada
untuk
melakukan
pemeriksaan
dalam
program
kesehatan
Affandi B. Masalah kesehatan pada menopause. Panduan menopause. Edisi pertama. Pokja
endokrinologi reproduksi. POGI/PERMI. Jakarta, Balai Penerbit FK UI 1997:
2.
Baziad A, Anton H, Rachman IA. Pengobatan dan pencegahan osteoporosis dengan terapi
hormon pengganti pada wanita menopause. Panduan menopause. Edisi pertama. Pokja
endokrinologi reproduksi. POGI/PERMI. Jakarta, Balai Penerbit FK UI 1997:
3.
4.
Kaunitz AM. Oral contraceptive use in perimenopause. Am J Obstet Gynecol 2001; 185:
S32-7
5.
Klein NA, Soules MR. Endocrine changes of the perimenopause. Clin Obstet Gynecol
1998;41:912-20
6.
7.
8.
Bastian LA, Smith CM, Nanda K. Is this women perimenopausal? JAMA. 2003;289:895-98
9.
Hale GE, Hughes CL, Cline JM. Endometrial cancer : hormonal factors, the perimenopausal
window of risk, and isoflavones. J clin endocrinol metab. 2002;87(1):9-11
10. Symonds EM. Essential obstetrics and gynecology. 2nd ed. New York: Churcill
Livingstone,1992:214-17
11. Baziad A. Endokrinologi ginekologi. Edisi kedua. Jakarta: Media Aesculapius;2003:82-8
12. Sakala EP. Obstetrics and gynecology. Baltimore: Williams and Wilkins, 1997;287-92
13. Hurd WW. Menopause. In: Berek JS, Adashi EY, Hillard PA. Novaks gynecology. 12th ed.
Baltimore: Williams and Wilkins,1996;