Reumatoid Arthitis
Reumatoid Arthitis
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
Releasing
Hormone
yang
mensekresi
2.4 Klasifikasi
Keterlibatan Sendi
1 sendi besar
Lamanya Sakit
Kurang 6 minggu
Kriteria ini ditujukan untuk klasifikasi pasien yang baru. Di samping itu,
pasien dengan gambaran erosi sendi yang khas AR dengan riwayat penyakit yang
cocok untuk kriteria sebelumnya diklasifikasi sebagai AR. Pasien dengan penyakit
yang lama termasuk yang penyakit tidak aktif (dengan atau tanpa pengobatan)
yang berdasarkan data-data sebelumnya didiagnosis AR hendaknya tetap
diklasifikasikan sebagai AR.
Pada pasien dengan skor kurang dari 6 dan tidak diklasifikasikan AR,
kondisinya dapat dinilai kembali dan mungkin kriterianya dapat terpenuhi seiring
berjalannya waktu.
Terkenanya sendi adalah adanya pembengkakan atau nyeri sendi pada
pemeriksaan yang dapat didukung oleh adanya bukti sinovitas secara pencitraan.
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita rheumatoid
artitis. Gambaran klinis tidak harus timbul sekaligus, pada saat yang bersamaan
oleh karena itu penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala
konstitusional,
misalnya
lelah,anoreksia,berat
badan
4. Artritis erosi merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini
dapat dilihat pada radiogram.
5. Deformitas : kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan
perjalanan penyakit. Pergeseran ular atau deviasi jari, subluksasi sendi
metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah
beberapa deformitas tangan yang sering di Kum[pai pada penderita. Pada
kaki terdapat protrusi(tonjolan) kaut metatarsal. Sendi-sendi yang besar
juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak
terutama dalam melakukan gerakan ekstensi.
6. Modul-nodula rheumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada
sekitar sepertiga orang dewasa penderita artritis reumatoid. Lokasi yang
paling seringdari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di
sepanjang permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodulanodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempatlainnya. Adanya nodulanodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif
dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikuler: artritis reumatoid juga dapat menyerang
organ-organlain di luar sendi. Jantung(perikarditis), paru-paru(pleuritis),
mata, dan pembuluh darah dapat rusak. (Price dan Wilson, 2006).
2.6 Patofisiologi
dan
terjadi
proliferasi
sel-sel
endotel
kemudian
terjadi
neovaskularisasi. Pembuluh darah pada sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh
bekuan kecil atau sel-sel inflamasi. Terjadinya pertumbuhan iregular pada
jaringan sinovial yang mengalami inflamasi disebut pannus. Pannus kemudian
akan menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang Respon imunologi
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang sering muncul pada reumathoid artritis yaitu;
a. Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan
ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti
inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (
disease modifying antirhematoid drugs/ DMARD).
b. Nodulus reumathoid ekstrasional dapat terbentuk pada katup jantung atau
pada paru, mata, atau limpa. Fungsi pernafasan dan jantung juga dapat
terganggu. Glaukoma dapat terjadi apabila nodulus yang menyumbat
aliran keluar cairan okular terbentuk pada mata.
c. Vaskulitis (inflamasi sistem vaskuler) dapat menyebabkan trombosit dan
infark.
d. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari,
depresi, dan stress keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
artritis
neumatoid
didasarka
pada
pengertian
patofisiologi dari penyakit ini. Selain itu, perhatian juga ditujukan terhadap
manifestasi psikofisiologis dan kekacauan-kekacauan psikososial yang
menyertainya yang disebabkan oleh perjalanan penyakit yang iluktuatif dan
kronik. Untuk membuat diagnosa yang akurat dapat memakan waktu sampai
bertahun-tahun, tetapi pengobatan dapat dimulai secara lebih dini.
Tujuan utama dari program pengobatan adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan.
2. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari
penderita.
pertama
dari
program
penatalaksanaan
ini
adalah
sendi yang sakit dan bengkak, mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin
dengan suhu yang bisa diatur dan mandi dengan suhu panas dan dingin dapat
dilakukan dirumah. Latihan dan terapi panas ini paling baik diatur oleh pekerja
kesehatan yang sudah mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi fisik atau
terapi kerja.
penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit. (Price dan
Wilson, 2006)
DMARDS
Mekanisme
Dosis
Efektifitas Efek
Samping
Metotreksat
Menurunkan
kemotaksis
PMN dan
mempengaruhi
sintesis DNA
7,5 25
mg/minggu
+++
Sulfasalasin
Menghambat
angiogenesis
dan migrasi
PMN
2 X 500
mg/hari
ditingkatkan
sampai 3 x
1000 mg
++
Persiapan
penatalaksanaan
Fibrosis
Awal: foto thorax,
hati,
DPL, TFG,
pneumonia Selanjutnya DPL
interstinal
dan TFH tiap
dan
bulan
supresi
sumsum
tulang
Supresi
Awal pengobatan:
sumsum
G6PD, DPL tiap
tulang
4 minggu 3 bulan
selanjutnya tiap 3
bulan, TFH 1
11
Klorokuin
Basa
Menghambat
6,5 mg/kg
lisosom dan
bb/hari (150
pelepasan IL-1
mg)
Jarang,
kerusakan
makula
Leflunomid
e
Menghambat
enzim
dihidroorotat
dehidrogenase
sehingga
pemelahan sel
limfosit T auto
reaktif
menjadi
terhambat
20 mg/hari
+++
2,5 5
mg/kgbb
+++
Diare,
alopecia,
rash. Sakit
kepala,
secara
teoritis
beresiko
infeksi
karena
imunosupr
esi
Gagal
ginjal
Siklosporin
Memblok
sintesis IL-1
dan IL-2
bulan selanjutnya
tiap 3 bulan
Pemeriksaan mata
pada awal
pengobatan, lalu
setiap 3-6 bulan
DPL, TFG, TFH
Awal: krilen
kreatinin, DPL,
TFG, TFH, tiap 2
minggu, 3
minggu dan
selanjutnya tiap 4
minggu
Klorokuin
mempunyai
efektifitas
yang
setara
dengan
12
Obat
Mekanis
Dosis
me
Waktu
Efek
Timbulny
Samping
Monitoring
a Respon
Etanercept
Anti TNF-
25 mg sc
2-12
Infeksi, TB,
TB, jamur,
2x/mingg
minggu
demielinisas
infeksi lain:
i saraf
TT, DPL,
u atau 50
mg
TFH saat
sc/minggu
awal lalu
tiap 2-3
bulan
Infliximab
Anti TNF-
3 mg/kg
2-12
Infeksi, TB,
TB,
iv pada
minggu
demielinisas
demielinisas
i saraf
i saraf TB,
minggu
0,2 & 4,
jamur,
kemudian
infeksi lain:
tiap 8
TT, DPL,
minggu
TFH saat
awal lalu
tiap 2-3
bulan
Golimumab
Anti TNF-
50 mh im
2-12
Infeksi TB,
TB, jamur,
tiap 4
minggu
demieliisasi
infeksi lain:
saraf
TT,DPL,
minggu
TFH saat
awal lalu
tiap 2-3
bulan
Rituximab
12 minggu
Reaksi
TB, jamur,
infus,
infeksi lain:
13
hari 0,15
aritmia, HT,
TT,DPL,
infeksi,
TFH saat
reaktivasi
awal lalu
hepatitis B
tiap 2-3
bulan
Tocilizumab
Anti ll-6R
8 mg/kg
iv tiap 4
2 minggu
Infeksi
B, jamur,
TB,HT,
infeksi lain:
gangguan
TT,
fungsi hati
DPL,TFH,
profil lipid
saat awal
lalu tiap 2-3
bulan
Selain obat-obat yang tersebut diatas, ada beberapa agen biologik yang
dilaporkan memberikan respon pengobatan untuk AR tapi belum beredar di
Indonesia seperti CTLA-4 Ig (abatacept), anti TNF- (adalimumab,
certolizumab, anti il-1 (anakinra), dan tofacitinib.
4. Kortikosteroid
Kortikosteroid oral dosis rendah/sedang bisa menjadi bagian dari
pengobatan AR, tapi sebaiknya dihindari pemberian bersama OAINS sambil
menunggu efek terapi dari DMARDS. Berikan kortikosteroid dalam jangka
waktu sesingkat mungkin dan dosis serendah mungkin yang dapat mencapai
efek klinis. Dikatakan dosis rendah jika diberikan kortikosteroid setara
prednisone <7,5 mg sehari dan dosis sedang jika diberikan 7,5 mg-30 mg
sehari. Selama penggunaan kortikosteroid harus diperhatikan efek samping
yang dapat ditimbulkannya seperti hipertensif, retensi cairan, hiperglikemi,
osteoporosis, katarak, dan kemungkinan terjadinya aterosklerosis dini.
14
Obat anti inflamasi non steroid dapat diberikan pada pasien AR.
OAINS harus diberikan dengan dosis efektif serendah mungkin dalam waktu
sesingkat mungkin. Perlu diingatkan bahwa OAINS tidak mempengauhi
perjalan penyakit ataupun mencegah kerusakan sendi. Pemilihan OAINS
yang
dipergunakan
tergantung
pada
biaya
dan
efek
sampingnya
15
BAB. 3 PATHWAY
Kekakuan sendi
MOBILITAS FISIK
antibody, factor
metabolic, infeksi dengan
HAMBATAN
Reaksi peradangan
NYERI
kecenderungan virus
Synovial menebal
Pannus
Kurangnya informasi
tentang proses penyakit
Nodul
Deformitas Sendi
PENGETAHUAN
Hambatan nutrisi pada
GANGGUAN CITRA
DEFISIENSI
,ANSIETAS
kartilago artikularis
Kartilago nekrosis
TUBUH
Kerusakan kartilago
dan tulang
Mudah luksasi dan
subluksasi
RESIKO CIDERA
Erosi kartilago
melemah
sendi
Kekakuan sendi
Ankilosis fibrosa
Ankilosis tulang
HAMBATAN
MOBILITAS FISIK
16
4.1. Pengkajian
4.1.1. Pengkajian Awal
a) Identitas pasien
Nama
: Ny. A
Umur
: 50 th
: petani
Pendidikan
: lulusan SMP
Agama
:-
Status
Alamat
17
= 24 kali/menit
BB = 62 Kg
TB = 162 cm
18
1.
: Simetris
Kulit kepala
b. Rambut
Rambut sudah beruban dan berbau keringat
2.
3.
4.
Mata
a. Bentuk
b. Ketajaman penglihatan
c. Konjungtiva
: tidak anemia
d. Seklera
: tidak ikterus
e. Pupil
: isokor
Hidung
a. Bentuk
: simetris
b. Fungsi penciuman
: baik
c. Pendaharan
Telinga
a. Bentuk telinga
: simetris
b. Lubang telinga
batas normal
c. Ketajaman pendengaran
karena usia
5.
: kering
19
c. Keadaan lidah
6.
: normal
Leher
a. Tyroid
: normal
b. Suara
yang jelas
7.
8.
: teraba
d. Vena jugularis
: teraba
Pemeriksaan Integumen
a. Kebersihan klien
b. Warna
: kulit putih
c. Turgor
: cukup baik
d. Kelembaban
: agak keriput
Pemeriksaan Tharax
a. Bentuk tharax
: simetris
b. Pernafasan
: frekuensi 24kali/menit
irama
teratur,
tidak
ada
suara tambahan
9.
10.
Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara
: irama teratur
b. Perkusi
: resonan
c. Auskultasi
: teratur
Pemeriksaan Abdomen
a. Bentuk abdomen
: simetris
20
11.
b. Benjolan
: tidak ada
: tidak ada
d. Hepar
Pemeriksaan Kelamin
Tidak terkaji karena pasien tidak bersedia untuk dilakukan
pemeriksaan.
12.
13.
Pemeriksaan Muskoloskeletal
a. Bentuk Otot
: simetris
b. Edema
: ada
c. Kekuatan oto
Pemeriksaan Neurologis
a. Tingkat kesadaran
GCS : 15
b. Status mental
-kondisi emosi stabil
-pasien dapat berorientasi dengan baik mengenai tempat,
waktu dan orang
-ingatan pasien agak menurun Karena usia
-pasien ingin cepat sembuh
c. Fungsi motorik
-cara berjalan pasien terlihat sangat susah untuk berjalan
-pasien mampu membolakbalikkan tangan
-pasien mampu berdiri dengan bantuan
d. Fungsi sensori
-test tajam tumpul : pasien dapat membedakan benda yang
tajam dan tumpul
-test pana dan dingin: pasien dapat mebedakan panas dan
dingin
21
-test reflek
alat
2.
Pola Eliminasi
BAB 1kali sehari namun kadang tersa nyeri ketika menjongkok
pada kedua kakikanya. BAK 6-7 kali/hari.
3.
4.
5.
2.
22
3.
4.
Pola eliminasi
Buang air besar
a. Sebelum sakit
b. Selama sakit
Buang air kecil
a. sebelum sakit
b. Selama sakit
diri
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi / rom
Keterangan :
0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
b. Selama sakit
Kemampuan perawatan
diri
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
23
V
V
V
Keterangan :
0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
5.
6.
7.
8.
9.
10.
24
inflamasi
d) Haemoglobin
e) Ig (Ig M dan Ig G)
25
Data
DS
Etiologi
Masalah
pasien
bahwa
metabolic, infeksi
mengatakan
sakit
apalagi
saat
berjalan
Nyeri
akut
berhubungan
dengan kecenderungan
virus
reaksi peradangan
DO : pasien memijatmijat kakikanya saat
pannus
dilakukan pengkajian,
wajahnya
tampak
Nyeri
keluarga
meringis
DS
mengatakan kesulitan
dalam
melakukan
aktivitas,
merasa
tidaknyaman,
terjadi
penurunan
Gangguan
mobilitas
fisik
berhubungan
pannus
dengan
kekakuan sendi
rentang
gerak
gangguan mobilitas fisik
DO :
pasien tampak
melangkahkan
mengatakan
pasien
sering
Lansia
26
sendirian
dan
melakukan
aktivitas
DO : DS
Resiko cidera
:
pasien
mengatakan
tidak
bahwa
percaya
dengan
Reaksi Peradangan
diri
citra
tubuh
berhubungan
Pannus
keadaannya
saat ini
Gangguan
dengan
Nodul
DO : pasien tampak
malu
deangan
keadaannya
DS
pasien
Reaksi peradangan
penyakit
Defisiensi
pengetahuan
berhubungan
Nyeri
dengan
kurangnya informasi
Kurangnya informasi
tentang proses penyakit
DO : pasien tidak
dapat menjawab saat
ditanya
Defisiensi pengetahuan
mengenai
penyakitnya
DS
pasien
Reaksi peradangan
mengatakan khawatir
Kuranganya informasi
tentang penyakit
sembuh
penyakit,
penurunan
ansietas
DO : pasien tampak
27
gelisah
saat
menjelaskan
4.2. Diagnosa
No
Diagnosa Keperawatan
4.3. Intervensi
No
1
Diagnosa
Nyeri akut
berhubungan
dengan perubahan
patologis oleh
Intervensi
NIC:
1) Lakukan
Paint level
Paint control
Comfort level
secara
pengkajian
nyeri
komprehensif
artritis
rheumatoid
324
factor predisposisi.
jam,
mengalami
pasien
nyeri
tidak
dengan
kriteria hasil :
a) Mampu mengontrol nyeri
2) Pemberian analgesik
3) Ajarkan kompres panas dan
dingin secara bergantian
28
dengan
menggunakan
skala
manajemen nyeri
latihan:
mobilitas
sendi
8) Manajemen
lingkungan:
kenyamanan
9) Monitor tanda-tanda vital
Gangguan
NOC:
NIC
mobilitas fisik
berhubungan
Mobility level
dengan kerusakan
Self-care: ADLs
2) Terapi aktivitas
integritas struktur
Transfer performance
3) Pemantauan neurologis
kemampuan
pasien
dalam mobilisasi
tulang, kekakuan
sendi
1) Kaji
4) Manajemen nyeri
Setelah dilakukan perawatan
324 jam
Gangguan
mobilitas
fisik
tujuan
dari
peningkatan mobilitas
c) bantu
bergerak
bantuan
dengan
seminimal
mungkin
3
Resiko cidera
NOC:
NIC
berhubungan
Risk control
dengan hilangnya
Immune status
kekuatan otot,
Safety behavior
rasa nyeri
1) Menejemen
lingkungan:
keselamatan
2) Peningkatan keamanan
3) Ajarkan
pendidikan
29
324 jam
jatuh
4) pengawasan
5) Anjurkan
a) Pasien
terbebas
dari
keluarga
untuk
menemani pasien
cidera
b) Pasien
menjelaskan
mampu
metode
mampu
Gangguan citra
NOC:
NIC
tubuh
Body image
berhubungan
Self esteem
dengan perubahan
tubuhnya
penampilan
tubuh, sendi,
bengkok,
deformitas
klien
mengungkapkan perasaannya
4) Diskusikan
arti
dari
pasien
atau
orang
terdekat
5) Bantu
pasien
mengidentifikasi
untuk
perilaku
30
Defisiensi
pengetahuan
NOC:
berhubungan
dengan
NIC:
Knowledge:
disease
kurangnya
penilaian
tentang
process
1) Berikan
Knowledge:
health
behavior
informasi
2) Jelaskan
patofisiologi
dari
ini
a) pasien
dan
menyatakan
keluarga
pemahaman
berhubungan
dengan
biasa
muncul
pada
tepat
4) Sediakan
pengobatan
b) pasien
dan
mampu
keluarga
melaksanakan
pasien
informasi
tentang
pada
kondisi,
dan
keluarga
menjelaskan
apa
yang
perawat/tim
kesehatan lainnya
7
Ansietas
NOC:
NIC:
berhubungan
Control kecemasan
dengan
Koping
kurangnya
1) Temani
meberikan
pasien
keamanan
mengurangi takut
31
untuk
dan
informasi tentang
penyakit,
penurunan
produktifitas
2) Dengarkan
mengontrol kecemasan
dengan
penuh perhatian
3) Dorong
(status keehatan
pasien
pasien
mengungkapkan
untuk
perasaan,
menunjukkan
berkurangnya kecemasan
4.4. Implementasi
Tanggal
Implementasi
Paraf
pengkajian
termasuk
frekuensi,
nyeri
lokasi,
kualitas
secara
karateristik,
dan
factor
predisposisi.
2) Memberikan dorongan ke pasien agar sering
mengubah posisi.
3) Memberikan massase yang lembut
4) Memberikan kompres panas dan dingin secara
bergantian
5) Mengajarkan pasien tentang teknik kompres
dingin dan panas
6) Memberikan analgesic sesuai tipe dan berat
nyeri
32
7) Meningkatkan istirahat
8) Memonitor penerimaan pasien tentang nyeri
9) Memonitor vital sign sebelum dan sesudah
Diagnosa : Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan
kerusakan
integritas
struktur
tulang,
kekakuan sendi
1) Meonitoring vital sign sebelum dan sesudah
latihan serta lihat respon pasien saat latihan
2) Mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
3) Melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
4) Mengaajarkan
pasien
bagaimana
merubah
keluarga
untuk
menemani
pasien
perubahan
penampilan
tubuh,
sendi,
bengkok, deformitas
1) Mengkaji secara verbal dan non verbal respon
klien terhadap tubuhnya
2) Memonitor frekuensi mengkritik tubuhnya
33
arti
dari
kehilangan
atau
pasien
untuk
mengidentifikasi
penilaian
tentang
tingkat
pasien
untuk
mengungkapkan
34
4.5. Evaluasi
Tanggal
No. Dx
Evaluasi
Paraf
35
36
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Reumathoid artritis (RA) merupakan penyakit autoimun yang terjadi pada
individu rentan setelah respon imun terhadap agen pemicu, seperti bakteri,
mikoplasma, atau virus yang menginfeksi sendi atau mirip sendi secara antigenik.
Penyakit ini dapat mengakibatkan inflamasi kronis yang menyebabkan degenerasi
jaringan penyambung, yang biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah
membran sinovial yang melapisi sendi. Penderita reumathoid artritis biasanya
datang dengan keluhan nyeri dan kaku pada sendi dibagian tangan, pergelangan
tangan, lutut, siku, pergelangan kaki, bahu, dan panggul yang biasanya bersifat
simetris.
5.2 Saran
Mengingat bahwa reumathoid artritis merupakan penyakit yang banyak
menyerang wanita khususnya lansia, namun tidak menutup kemungkinan juga
dapat menyerang pada usia muda maka penanganan pada penyakit ini harus
diupayakan secara maksimal dengan pencegahan sejak dini dan peningkatan mutu
pelayanan kesehatan. Dalam hal ini keluarga pasien di harapkan mampu memberi
membantu dan memotivasi klien dalam proses penyembuhan.
Sebagai mahasiswa kita diharapkan mampu menguasai konsep reumathoid
artritis dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dan memberikan
penyuluhan pada keluarga klien maupun pada klien sendiri untuk melakukan
pencegahan dan penanganan sehingga proses penyembuhan dapat terjadi secara
cepat tanpa ada komplikasi yang menyertai. Mahasiswa juga harus menjalin kerja
sama dengan keluarga dan perawat agar dapat melakukan asuhan keperawatan
secara optimal.
37
DAFTAR PUSTAKA
dan
Bulechek.
2004.
NURSING
INTERVENTIONS
Untuk
Perencanaan
dan
Pendokumentasian
diakses
Irman.
2007.
Keperawatan
Keperawatan
Pada
Pasien
Medikal
Dengan
Bedah:
Asuhan
Gangguan
Sistem
38