Kelompok 7
Disusun Oleh:
1.
2.
3.
4.
Vanis Vitria
Nisrina Fadhilatur Y.
Nikmatul Maulidah
Ika Wardani
(201210070311093)
(201210070311098)
(201210070311102)
(201210070311124)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayahn-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Struktur
Anatomi dan Fungsi Alat Ekskresi Pada Invertebrata.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang Karbohidrat. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak lain yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Kelompok 7
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
i
ii
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran.
DAFTAR PUSTAKA ..
BAB I
PENDAHULUAN
11
11
12
Sistem Ekskresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme yang sudah
terakumulasi dalam tubuh agar kesetimbangan tubuh tetap terjaga. Sistem ekskresi
merupakan hal yang pokok dalam homeostasis karena sistem ekskresi tersebut
membuang limbah metabolisme dan merespon terhadap ketidakseimbangan cairan
tubuh dengan cara mengekskresikan ion-ion tertentu sesuai kebutuhan. Sebagian
besar sistem ekskresi menghasilkan urin dengan cara menyaring filtrat yang
diperoleh dari cairan tubuh. Sistem ekskresi sangat beraneka ragam, tetapi
semuanya mempunyai kemiripan fungsional.
Secara umum, sistem ekskresi menghasilkan urin melalui dua proses utama
yaitu filtrasi cairan tubuh dan penyulingan larutan cair yang dihasilkan dari filtrasi
itu. Sistem ekskresi pada hewan invertebrata sangat berbeda dengan sistem
ekskresi pada hewan vertebrata. Tetapi walaupun berbeda secara fungsional tetap
mengeluarkan urin dari filtrat zat-zat terlarut didalam tubuh yang tidak terpakai
lagi, melalui anus ataupun kloaka dan rectum.
Sistem ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan tiga cara, yaitu
melakukan osmoregulasi, mengeluarkan sisa metabolisme, dan mengatur
konsentrasi sebagian besar penyusun cairan tubuh. Zat sisa metabolisme adalah
hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks.
Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain,
CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat. Karbon dioksida dan air
merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang berasal dari
karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila
kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih
dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah.
Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya
sebagai pelarut. Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein,
merupakan zat yang beracun bagi sel.
Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika
untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat
yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa
hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada
kantong empedu.
Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi
warna pada tinja dan urin. Asam urat merupakan sisa metabolisme yang
mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih
rendah dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah. Tugas
pokok alat ekskresi ialah membuang sisa metabolisme tersebut di atas walaupun
alat pengeluarannya berbeda-beda. (Romansah, 2012)
2.2 Sistem dan Struktur Ekskresi Pada Invertebrata
1.Sistem Ekskresi Protozoa
Pada protozoa, pengeluaran sisa-sisa metabolisme melalui membran sel
secara difusi. Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dari
bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah karena energi
kinetiknya sendiri sampai terjadi keseimbangan dinamis. Protozoa mempunyai
organel ekskresi berupa vakuola berdenyut ( vakuola kontraktif ) yang bekerja
secara periodik serta berperan mengatur kadar air dalam sel. Sewaktu
mengeluarkan air sisa-sisa air ikut dikeluarkan. Disebut vakuola kontraktil karena
vakuola ini bisa membesar dan mengecil. Selain untuk ekskresi, vakuola
kontraktil juga berfungsi sebagai pengatur tekanan osmosis. Itu sebabnya sering
disebut sebagai osmoregulator. Osmoregulasi adalah proses mengatur konsentrasi
cairan dan menyeimbangkan pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel
atau organisme hidup. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan
konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel
menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika
terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi
ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau
organisme hidup. Jika kadar air dalam sel lebih tinggi daripada disekitarnya, air
dari sel keluar dan zat sisa keluar bersama air. Karbon dioksida hasil respirasi
seluler dikeluarkan dengan cara difusi. Selain itu, ada cara lain, yaitu dengan
membentuk vakuola yang berisi sisa metabolisme. Sewaktu mengeluarkan air
sisa-sisa air ikut dikeluarkan.
2.Porifera
Sistem Ekskresi Porifera
Pada porifera, pengeluaran sisa metabolisma berlangsung secara difusi, dari
sel tubuh ke epidermis lalu dari epidermis ke lingkungan hidupnya yang
berair.
Porifera mempunyai sistem saluran air yang berfungsi untuk memasukkan
dan mengeluarkan air yang mengandung zat makanan, oksigen, dan sisa
metabolisme.
Menurut Saluran airnya Porifera dibedakan menjadi 3 tipe:
a. Acson, Sicon dan Leucon ( Rhagon ) Ascon
b. Air masuk melalui ostium menuju ke spongocoel dan kemudian keluar
melalui oskulum Sicon
c. Air masuk melalui ostium menuju ke saluran radial, baru masuk ke
spongocoel dan keluar melalui oskulum Leucon (Rhagon).
d. Air masuk melalui ostium menuju rongga-rongga bulat yang saling
berhubungan,
kemudian
menuju
ke
spongocoel
dan
keluar.
Struktur tubuh
Keterangan.
oskulum
air.
spongosol : rongga di bagian dalam tubuh porifera
ameboid
: pembentuk/penyusun tubuh
: alat gerak koanosit
di
dalam
sel
gastrodermis
disebut
pencernaan
pipih
mempunyai
organ
nefridium
yang
disebut
Gerakan flagela juga berfungsi mengatur arus dan menggerakan air ke sel api
pada sepanjang saluran ekskresi.
Pada tempat tertentu, saluran bercabang menjadi pembuluh ekskresi yang terbuka
sebagai lubang di permukaan tubuh (nefridiofora). Air dikeluarkan lewat lubang
nefridiofora ini
5. Nemathelminthes (Cacing Gilig)
5.1 Sistem Ekskresi Nemathelmintes
Pada cacing ini dapat ditemukan
http://noviebio.blogs
pot.com/
Sebagai penggantinya adalah berupa sel kelenjar yang terletak dibagian ventral
pseodocoel yang disebut kelenjar Renette yang dilengkapi dengan 2 saluran yang
membentang ke arah anterior yang yang berakhir bermuara kedalam lubang
ekskretoris. Fungsi kelenjar Remette adalah memisahkan zat-zat sampah dari
cairan tubuh yang bermuara di dalam psedocoel yang selanjutnya di buang keluar
tubuh melalui lubang ekskretoris. (Setiawan, 2012)
5.2 Struktur dan Fungsi Tubuh Nemathelmintes
www.tutorvista.com
Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi kutikula untuk melindungi
diri. Kutikula ini lebih kuat pada cacing parasit yang hidup di inang daripada yang
hidup bebas.Kutikula berfungsi untuk melindungi dari dari enzim pencernaan
inang. Nemathelminthes memiliki sistem percenaan yang lengkap terdiri dari
mulut, faring, usus, dan anus.Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus
dalam kantong kemih. Zat sisa tersebut kemudian dikeluarkan melalui nefridiofor
(lubang nefridium). Contoh Annelida yang mudah kita temui yaitu cacing tanah.
Cacing tanah mengeluarkan urine per hari sebesar 60% dari berat tubuh.
(Hamzah, 2014)
7.Mollusca
7.1 Sistem Ekskresi pada Molluska
Molluska mempunyai organ nefridium yang disebut metanefridium. Pada
cacing tanah yang merupakan anggota anelida, setiap segmen dalam tubuhnya
mengandung sepasang metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan
terakhir.
Metanefridium memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa corong,
disebut nefrostom (di bagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain.
Nefrostom bersilia dan bermuara di rongga tubuh (pseudoselom). Rongga tubuh
ini berfungsi sebagai sistem pencernaan. Corong (nefrostom) akan berlanjut
padasaluran yang berliku-liku pada segmen berikutnya.
Bagian akhir dari saluran yang berliku-liku ini akan membesar seperti gelembung.
Kemudian gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuhmelalui pori yang
merupakan lubang (corong) yang kedua, disebut nefridiofor. Cairan tubuh ditarik
ke corong nefrostom masuk ke nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat cairan
tubuh mengalir lewat celah panjang nefridium, bahan-bahan yang berguna seperti
air, molekul makanan, dan ion akan diambil oleh sel-sel tertentu dari tabung.
Bahan-bahan ini lalu menembus sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi. Sampah
nitrogen dan sedikit air tersisa di nefridium dan kadang diekskresikan keluar.
Metanefridium berlaku seperti penyaring yang menggerakkan sampah dan
mengembalikan substansi yang berguna ke
sistem sirkulasi.
Cairan dalam rongga tubuh cacing tanah
mengandung substansi dan zat sisa. Zat sisa
ada dua bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang
kurang toksik, yaitu ureum. Oleh karena cacing
tanah hidup di dalam tanah dalam lingkungan
http://noviebio.blogspot.com
/
yang lembab, anelida mendifusikan sisa amonianya di dalam tanah tetapi ureum
diekskresikan lewat sistem ekskresi.
8.Echinodermata
Sistem Ekskresi Echinodermata
Sistem saluran air dalam rongga tubuhnya disebut ambulakral, sering di sebut
sebagai pembuluh air karena pembuluh ini menjadi tempat mengalirnya air masuk
dan keluar.
Echinodermata bernafas menggunakan paru-paru kulit atau dermal branchiae
(paulae)yaitu penonjolan dinding rongga tubuh(selom)
Tonjolan ini dilindungi oleh silia dan pediselaria.
Pada bagian inilah terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida, ion dan gas
antara cairan selom (rongga tubuh) dengan air laut
Sisa-sisa metabolisme yang terjadi di dalam sel-sel tubuh akan diangkut oleh
amoebacyte (sel-sel ameboid)yang terdapat pada cairan selom ke dermal
branchiae untuk selanjutnya dilepas ke luar tubuh
9.Arthropoda
dan transpor aktif. Asam urat dan sisa air masuk ke usus halus, dan sisa air akan
diserap lagi. Kristal asam urat dapat diekskresikan lewat anus bersama dengan
feses.
http://noviebio.blogspot.com/
BAB III
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
Sistem ekskresi pada hewan invertebrata sangat berbeda dengan sistem
ekskresi pada hewan vertebrata, invertebrata belum memiliki ginjal yang
berstruktur sempurna seperti pada vertebrata. Tetapi walaupun berbeda
secara fungsional tetap mengeluarkan urin dari filtrat zat-zat terlarut
didalam tubuh yang tidak terpakai lagi, melalui anus ataupun kloaka dan
rectum.
Alat ekskresi pada invertebrata secara umum berupa saluran malpighi,
nefiridium, dan sel api. Nefridium adalah tipe yang umumnya dari struktur
ekskresi khusus pada invertebrata.
3.4 Saran
Bagi kita dan generasi akan datang sudah sepatutnya untuk memelihara
menjaga dan melestarikan kenanekaragaman hewan dengan baik terutama
pada hewan Invertebrata.
DAFTAR PUSTAKA
1.
http://aqshabiogger2010.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikumporifera.html Hala,Yusminah. Daras Biologi Umum II. Makassar: Alauddin Press.
2007.
2.
http://yhannetwork.blogspot.com/2013/10/acara-1-filum-coelenterata.html
3.
andre4088.blogspot.com/2012/05/pylum-nemathelminthes.html
4.
http://hamzahwds.blogspot.com/2014/01/sistem-ekskresi-pada-hewan.html
5.
http://ashariromansah.blogspot.com/2012/11/makalah-fisiologi-hewansistem-eksresi.html
6.
http://gurungeblog.com/2008/11/11/mengenal-phylum-nemathelminthes/
7.
http://journy.blogspot.com/2011/05/sistem-ekskresi-invertebrata.html