Anda di halaman 1dari 20

OSTEOPOROSIS

Rakhmiana
Irma Pryuni Ainanda
Sri Hotnauli Panjaitan
Oky Sutarto Putra
Satrio Wahyu Sadewo

I11109004
I11109008
I11109021
I11109022
I11109039

Pembimbing : dr. Budi Enoch, Sp.PD

Pendahuluan
Tahun 2008 usia harapan hidup Indonesia meningkat
menjadi 70,7 tahun.
Peningkatan usia harapan hidup, menyebabkan
berbagai penyakit degeneratif dan metabolik
termasuk osteoporosis1
Menurut data International Osteoporosis Foundation,
lebih dari 30% wanita diseluruh dunia mengalami
risiko seumur hidup untuk patah tulang akibat
osteoporosis bahkan mendekati 40%, sedangkan
pada pria risikonya berada pada angka 13%.2

1. Setiyohadi, B, 2009, Osteoporosis. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III, Interna
Publishing, Jakarta, h: 2650-2675.
2. Tandra, Hans, 2009, Osteoporosis Mengenal, Mengatasi, dan Mencegah Tulang Keropos, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta

DEFINISI
Osteoporosis :
penyakit tulang sistemik
yang ditandai oleh
penurunan densitas masa
tulang dan perburukan
mikroarsitektur tulang
sehingga tulang menjadi
rapuh dan mudah patah.1

1. Setiyohadi, B, 2009, Osteoporosis. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III, Interna
Publishing, Jakarta, h: 2650-2675

FAKTOR RISIKO

Umur, setiap peningkatan umur 1 dekade peningkatan


risiko 1,4-1,8 kali.
Jenis kelamin.
Indeks massa tubuh yang rendah ( 19 kg/m 2).
Terjadi fraktur sebelumya
Riwayat patah tulang panggul dari orang tua.
Pengobatan glukokortikoid (dalam 3 bulan atau lebih).
Merokok.
Konsumsi alkohol berlebih.
Terdapat penyebab sekunder osteoporosis (Arthritis
rheumatoid, Hipogonadisme, Imobilitas jangka panjang,
transplantasi organ, diabetes tipe 1, hipertiroidisme)
Jatuh.
3. Compston, J; Cooper, A; Cooper, C; Francis, R; Kanis, JA; Marsh, D; et al., 2000, National
Osteoporosis Guideline Group, NOGG, UK, p: 4

KLASIFIKASI

1. Setiyohadi, B, 2009, Osteoporosis. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III, Interna
Publishing, Jakarta, h: 2650-2675
4. Junaidi, I, 2007, Osteoporosis, Jakarta, PT Buana Ilmu Populer.

PATOFISIOLOGI
Usia lanjut
Defisiensi vitamin D, aktivitas 1dehidroksilase, resistensi terhadap
vitamin D

absorbsi ca di
usus

reabsorbsi ca di
ginjal

seksresi GH dan
IGF-1

aktivitas fisik

sekresi estrogen

Gangguan fungsi osteoblas

Hiperparatiroidisme
sekunder

turnover tulang

osteoporosis

risiko terjatuh

fraktur
1. Setiyohadi, B, 2009, Osteoporosis. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III, Interna
Publishing, Jakarta, h: 2650-2675.

PENDEKATAN KLINIS OSTEOPOROSIS

Untuk
menegakkan
diagnosis
osteoporosis, sebagaimana penyakit lain,
perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik, laboratorium, dan radiologi. 1

1. Setiyohadi, B, 2009, Osteoporosis. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III, Interna
Publishing, Jakarta, h: 2650-2675.

Anamnesis
Keluhan utama biasanya dapat langsung mengarah kepada diagnosis
Faktor lain yang harus ditanyakan juga adalah fraktur pada trauma
minimal, imobilisasi lama, turunnya tinggi badan pada orang tua,
kurangnya paparan sinar matahari, asupan kalsium, fosfor, vitamin
D, latihan yang teratur yang bersifat weight-bearing.
Obat-obatan yang diminum dalam jangka panjang
riwayat konsumsi alkohol dan merokok
penyakit-penyakit lain seperti penyakit ginjal, saluran cerna, hati,
endokrin, dan insufiesiensi pankreas.
Riwayat haid, umur menarke dan menopause, penggunaan obat-obat
kontrasepsi, dan riwayat keluarga dengan osteoporosis juga perlu
diperhatikan. 1

1. Setiyohadi, B, 2009, Osteoporosis. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III, Interna
Publishing, Jakarta, h: 2650-2675.

Pemeriksaan Fisik

dapat berupa kelanjutan fraktur lama,


fraktur baru, atau abnormalitas karena
penyebab sekunder osteoporosis
Kehilangan tinggi badan 4 cm atau lebih
penurunan berat badan 5% atau lebih
berkaitan dengan peningkatan risiko fraktur
Kelainan cara berjalan, postur, keseimbangan,
kekuatan otot, atau adanya hipotensi
postural atau menurunnya kesadaran dapat
dikaitkan dengan risiko jatuh. 5
5. Lewiecki, EM, 2010, Osteoporosis: Clinical Evaluation, Endotext, Mexico, p: 2-14

Pemeriksaan Laboratorium

tes rutin yang dilakukan adalah


pengukuran kalsium serum dan kadar
kreatinin, fungsi hati, pengukuran kadar
tirotropin, dan hitung darah lengkap
Kadar serum 25-hidroksivitamin D juga
dapat diukur. Kadar dibawah 30 ng/ml (75
nmol/L) harus di berikan pengobatan. 6

6. Ebeling, PR, 2008, Osteoporosis in Men, In: New England Journal of Medicine. Massachussets Medical
Society, United Kingdom, p: 1476-79.

Pemeriksaan Radiologi

X-ray digunakan untuk mendiagnosis


semua tipe
fraktur
dan dapat
menentukan
penyebab
sekunder
osteoporosis.
Magnetic
Resonance
Imaging
(MRI),
Computed Tomography (CT) scan, atau
nuclear imaging dapat digunakan untuk
mendeteksi fraktur karena stress fisik yang
tidak dapat dilihat dengan X-ray. 5
5. Lewiecki, EM, 2010, Osteoporosis: Clinical Evaluation, Endotext, Mexico, p: 2-14

Pemeriksaan Densitas Tulang

Densitas mineral tulang atau Bone Mineral


Density (BMD) didefinisikan sebagai
konsentrasi rata-rata mineral per unit
area. 7

7. Cummings, SR; Bates, David; Black, DM; 2002, In JAMA Vol 288 No. 15, Clinical Use of Bone
Densitometry, American Medical Association, USA, p: 1890-2.

Klasifikasi Diagnosis Osteoporosis

Klasifikasi
diagnosis
osteoporosis
berdasarkan
densitas
massa
tulang
menurut WHO study group 1994 adalah
Klasifikasi

Skor T

Normal

-1 atau lebih besar

Osteopenia

Antara -1 dan -2,5

Osteoporosis

-2,5 atau kurang

Osteoporosis

-2,5 atau kurang dan fraktur fragilitas

berat
1. Setiyohadi, B, 2009, Osteoporosis. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III, Interna
Publishing, Jakarta, h: 2650-2675.

Indikasi pengukuran densitas mineral tulang menurut National


Osteoporosis Foundation:1
Wanita berumur 65 tahun atau lebih dan pria berumur 70
tahun atau lebih, tanpa melihat faktor risiko.
Wanita pascamenopause yang berusia lebih muda dan pria
berumur 50-69 tahun yang memiliki faktor risiko.
Wanita pada transisi menopause jika terdapat faktor risiko
spesifik yang berkaitan dengan peningkatan risiko fraktur
seperti berat badan rendah, fraktur akibat trauma atau
pengobatan risiko tinggi.
Orang dewasa yang mengalami fraktur setelah usia 50
tahun.
1. Setiyohadi, B, 2009, Osteoporosis. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III, Interna
Publishing, Jakarta, h: 2650-2675.

Orang
dewasa
dengan
kondisi
tertentu
(contoh:arthritis
rheumatoid),
atau
dalam
pengobatan (glukokortikoid lebih dari 3 bulan)
yang berkaitan dengan rendahnya massa tulang
Orang yang dipertimbangkan untuk melakukan
terapi farmakologi untuk osteoporosis.
Orang yang telah diterapi untuk osteoporosis,
untuk memantau hasil terapi.
Orang yang tidak menerima terapi osteoporosis
tetapi dibuktikan mengalami kehilangan massa
tulang sehingga harus diterapi.
Wanita
pascamenopause
yang
mengalami
kadar estrogen.
1. penurunan
Setiyohadi, B, 2009, Osteoporosis.
Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III, Interna
Publishing, Jakarta, h: 2650-2675.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
umum
termasuk
penilaian risiko jatuh dan pencegahannya.
Mempertahankan
mobilitas
dan
memberbaiki defisiensi nutrisi terutama
kalsium, vitamin D dan protein, dapat
disarankan.
Konsumsi paling tidak 1000 mg/hari
kalsium, 800 IU vitamin D dan 1 gr/kg
berat
badan
protein
dapat
direkomendasikan. 3
3. Compston, J; Cooper, A; Cooper, C; Francis, R; Kanis, JA; Marsh, D; et al., 2000, National Osteoporosis
Guideline Group, NOGG, UK, p: 4.

Bifosfat
Agen anabolik (teriparatid/PTH)
Hormone Replacement Therapy (HRT)

KESIMPULAN
Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik
yang ditandai oleh penurunan densitas masa
tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang
sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah
patah.
Penatalaksanaan umum termasuk penilaian
risiko
jatuh
dan
pencegahannya.
Mempertahankan mobilitas dan memberbaiki
defisiensi nutrisi terutama kalsium, vitamin D
dan protein, dapat disarankan.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai