Anda di halaman 1dari 54

TUGAS

SPESIALIT OBAT & ALAT KESEHATAN


(PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 51 TAHUN 2014)

SIRILIA MARIET NGOMPU


2448715244

PROGRAM STUDI APOTEKER


ANGKATAN 46
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2015

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 51 TAHUN 2014
TENTANG
PEMASUKAN ALAT KESEHATAN MELALUI MEKANISME JALUR KHUSUS
(SPECIAL ACCESS SCHEME)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a. Bahwa untuk memenuhi alat kesehatan pada keadaan tertentu perlu mengatur
pemasukan dengan menggunakan mekanisme jalur khusus tanpa mengurangi
jaminan atas keamanan, mutu dan kemanfaatan bagi pengguna;
b. Bahwa Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1379A/Menkes/SK/XI/2002
tentang Pengelolaan dan Penggunaan Obat, Alat dan Makanan Kesehatan Khusus
sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hukum;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pemasukan Alat
Kesehatan melalui Mekanisme Jalur Khusus (Special Access Scheme);
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995
Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3609);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998
Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3778);
6. Peraturan

Menteri

Kesehatan

Nomor

1144/Menkes/Per/lll/2010

tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik


Indonesia Tahun 2010 Nomor 585) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 741);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1190/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Izin
Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 400);
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 059/Menkes/SK/I/2011 tentang Pedoman
Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan pada Penanggulangan Bencana;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEMASUKAN
ALAT KESEHATAN MELALUI MEKANISME JALUR KHUSUS (SPECIAL ACCESS
SCHEME).
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Mekanisme Jalur Khusus (Special Access Scheme) yang selanjutnya disingkat
SAS adalah pemasukan alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar yang sangat
dibutuhkan ke dalam wilayah Indonesia melalui jalur khusus.
2. Izin SAS adalah izin pemasukan alat kesehatan yang sangat dibutuhkan ke dalam
wilayah Indonesia melalui jalur khusus.

3. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang


digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh, menghalangi pembuahan,
desinfeksi alat kesehatan, dan pengujian in vitro terhadap spesimen dari tubuh
manusia, dan dapat mengandung obat yang tidak mencapai kerja utama pada
tubuh manusia melalui proses farmakologi, imunologi, atau metabolisme untuk
dapat membantu fungsi/kinerja yang diinginkan.
4. SAS Donasi adalah pemasukan alat kesehatan yang sangat dibutuhkan ke dalam
wilayah Indonesia melalui jalur khusus yang diperoleh dari bantuan/sumbangan.
5. SAS Non Donasi adalah pemasukan alat kesehatan yang sangat dibutuhkan ke
dalam wilayah Indonesia melalui jalur khusus yang diperoleh bukan dari
bantuan/sumbangan.
6. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu.
7. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal pada Kementerian Kesehatan yang
tugas dan tanggung jawabnya di bidang pembinaan kefarmasian dan alat
kesehatan.
8. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.
Pasal 2
Ruang Lingkup pengaturan meliputi kriteria, persyaratan dan tata cara pemasukan,
pengawasan, dan pelaporan Alat Kesehatan yang dimasukkan melalui SAS Donasi dan
SAS Non Donasi.
BAB II
KRITERIA
Pasal 3
Alat Kesehatan yang dapat dimasukan melalui SAS harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat dan negara;
b. memperhatikan kebutuhan dan stok nasional;

c. memenuhi standar dan persyaratan keamanan, manfaat, dan mutu;


d. mendukung kebijakan pemerintah di bidang kesehatan;
e. berasal dari sumber resmi;
f. ketersediaannya langka;
g. belum tersedia produk sejenis;
h. bersifat insidentil dan bukan untuk keperluan reguler; dan/atau
i. bukan untuk kepentingan komersial.
Pasal 4
(1) Selain memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Alat Kesehatan
yang dapat dimasukkan melalui SAS harus memiliki masa kadaluwarsa paling
sedikit 2 (dua) tahun sejak permohonan Izin SAS disetujui.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk:
a. Alat Kesehatan tertentu berdasarkan standar dan persyaratan yang berlaku
memiliki masa kadaluwarsa kurang dari 2 (dua) tahun;
b. Alat Kesehatan yang diperuntukkan bagi kebutuhan penanggulangan KLB, wabah
dan bencana; dan
c. Alat Kesehatan yang diperuntukkan bagi penggunaan khusus atas persetujuan
dokter.
BAB III
Izin SAS
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
(1) Alat Kesehatan yang dimasukkan melalui SAS harus mendapat Izin SAS dari
Menteri Kesehatan.
(2) Menteri melimpahkan wewenang pemberian Izin SAS kepada Direktur Jenderal.

Pasal 6
Untuk dapat memasukkan Alat Kesehatan yang mengandung radiasi pengion, selain
harus memiliki Izin SAS juga harus mendapat izin pemasukan dari Kepala Badan
Pengawas Tenaga Nuklir sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 7
Izin SAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 berlaku untuk 1 (satu) kali pemasukan
dengan jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikeluarkan.
Pasal 8
(1) Direktur Jenderal dalam mengeluarkan Izin SAS harus membentuk Tim Penilai.
(2) Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas unsur:
a. unit utama terkait di Kementerian Kesehatan; dan
b. ahli Alat Kesehatan.
(3) Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Pasal 9
(1) Setiap Alat Kesehatan yang masuk ke wilayah Indonesia melalui SAS dilarang untuk
diperjualbelikan.
(2) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 10
Setiap pemberian Izin SAS dikenakan biaya sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua
SAS Donasi
Paragraf 1
Umum
Pasal 11
SAS Donasi hanya dapat diperuntukkan bagi kebutuhan:
a. pelayanan kesehatan;
b. program pemerintah bidang kesehatan;
c. penelitian dan pengembangan; dan/atau
d. penanggulangan KLB, wabah, atau bencana.
Pasal 12
Permohonan Izin SAS Donasi hanya dapat dilakukan oleh pimpinan institusi/lembaga
pemerintah atau non pemerintah yang bergerak di bidang kesehatan.
Pasal 13
SAS Donasi Alat Kesehatan bukan baru hanya diperuntukkan bagi produk Alat
Kesehatan elektromedik tertentu yang telah direkondisi atau remanufakturing sesuai
Good Remanufacturing Practice (GRP).
Paragraf 2
Persyaratan
Pasal 14
(1) Permohonan Izin SAS Donasi Alat Kesehatan diajukan dengan kelengkapan sebagai
berikut:
a. fotokopi perjanjian kerja sama antara pemberi dan penerima donasi, kecuali yang
diperuntukkan bagi kebutuhan penanggulangan KLB, wabah, dan bencana;
b. fotokopi akte pendirian institusi/lembaga non pemerintah penerima donasi yang
menunjukkan bahwa salah satu kegiatannya adalah bergerak di bidang kesehatan;
c. fotokopi Sertifikat Good Manufacturing Practice (GMP) dari negara produsen;
d. bukti bahwa Alat Kesehatan tersebut sudah terdaftar di negara asal;

e. fotokopi Invoice/Airway Bill dan/atau Bill of Lading;


f. surat pernyataan di atas materai bahwa Alat Kesehatan tersebut tidak
diperjualbelikan;
g. rekomendasi pimpinan unit utama yang bertanggung jawab terhadap program
terkait, bagi SAS Donasi untuk kebutuhan program pemerintah bidang kesehatan;
h. rekomendasi dari Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir untuk Alat Kesehatan
yang mengandung radiasi pengion;
i. rekomendasi

Kepala

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota,

kecuali

yang

diperuntukkan bagi kebutuhan penanggulangan KLB, wabah, dan bencana serta


kebutuhan penelitian dan pengembangan;
j. protokol

penelitian/pengembangan

untuk

kebutuhan

penelitian

dan

pengembangan;
k. rekomendasi Komite Medik bagi Alat Kesehatan yang diperuntukkan di fasilitas
pelayanan kesehatan; dan
l. rekomendasi pimpinan lembaga penelitian untuk kebutuhan penelitian dan
pengembangan yang bukan dilakukan oleh lembaga penelitian.
(2) Permohonan Izin SAS Donasi untuk Alat Kesehatan bukan baru diajukan dengan
kelengkapan sebagai berikut:
a. fotokopi perjanjian kerja sama antara pemberi dan penerima donasi, kecuali yang
diperuntukkan bagi kebutuhan penanggulangan KLB, wabah, dan bencana;
b. fotokopi akte pendirian yang menunjukkan bahwa salah satu kegiatannya adalah
bergerak di bidang pelayanan kesehatan sesuai dengan permohonan SAS yang
diajukannya untuk institusi/lembaga non pemerintah;
c. fotokopi Sertifikat Good Manufacturing Practice (GMP) dan Sertifikat Good
Remanufacturing Practice (GRP) dari negara produsen;
d. bukti bahwa Alat Kesehatan tersebut sudah terdaftar di negara asal;
e. fotokopi Invoice/Airway Bill dan/atau Bill of Lading;
f. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak;
g. surat pernyataan di atas materai bahwa Alat Kesehatan tersebut tidak
diperjualbelikan;
h. rekomendasi pimpinan unit utama yang bertanggung jawab terhadap program
terkait, bagi SAS Donasi untuk kebutuhan program pemerintah bidang kesehatan;

i. rekomendasi kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kecuali yang diperuntukkan


bagi kebutuhan penanggulangan KLB, wabah, dan bencana serta kebutuhan
penelitian dan pengembangan;
j. surat rekomendasi persetujuan impor dari Kementerian Perdagangan;
k. surat rekomendasi persetujuan impor dari Kementerian Perindustrian;
l. surat keterangan dari institusi pengguna terakhir Alat Kesehatan bahwa Alat
Kesehatan tersebut tidak bermasalah selama penggunaan;
m. catatan/record perawatan Alat Kesehatan (minimal 2 tahun terakhir);
n. surat pernyataan bahwa Alat Kesehatan tersebut hanya digunakan setelah
dilakukan kalibrasi pada laboratorium kalibrasi yang terakreditasi/diakui;
o. rekomendasi Komite Medik bagi Alat Kesehatan yang diperuntukkan di fasilitas
pelayanan kesehatan; dan
p. rekomendasi dari Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir untuk Alat Kesehatan
yang mengandung radiasi pengion.
Paragraf 3
Tata Cara
Pasal 15
Tata cara memperoleh Izin SAS Donasi sebagai berikut:
a. Pemohon harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Direktur Jenderal
dengan melampirkan kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14.
b. Paling lama dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak menerima
permohonan dan berkas dinyatakan lengkap, Direktur Jenderal meminta Tim
Penilai untuk melakukan penilaian kelayakan atas permohonan tersebut.
c. Paling lama dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sejak menerima
permintaan penilaian, Tim Penilai memberikan rekomendasi kepada Direktur
Jenderal.
d. Paling lama dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak menerima
rekomendasi, Direktur Jenderal mengeluarkan atau menolak Izin SAS Donasi.

Bagian Ketiga
SAS Non Donasi
Paragraf 1
Umum
Pasal 16
SAS Non Donasi hanya dapat diperuntukkan bagi kebutuhan:
a. penggunaan khusus atas permintaan dokter;
b. program pemerintah bidang kesehatan;
c. penelitian dan pengembangan;
d. pendidikan dan pelatihan; dan/atau
e. pameran kesehatan berskala nasional.
Pasal 17
Permohonan Izin SAS Non Donasi dilakukan oleh pimpinan institusi/lembaga
pemerintah atau non pemerintah yang bergerak di bidang kesehatan atau pasien/dokter
yang menangani.
Pasal 18
Alat Kesehatan yang dapat dimasukkan melalui SAS Non Donasi hanya untuk Alat
Kesehatan yang baru.
Paragraf 2
Persyaratan
Pasal 19
(1) Permohonan Izin SAS Non Donasi yang diajukan institusi/lembaga pemerintah atau
non pemerintah yang bergerak di bidang kesehatan, dengan kelengkapan sebagai
berikut:
a. fotokopi Sertifikat Good Manufacturing Practice (GMP) dari pabrik pembuat;
b. bukti bahwa Alat Kesehatan tersebut sudah terdaftar di negara asal;
c. fotokopi Invoice/Airway Bill dan/atau Bill of Lading;
d. fotokopi pemberitahuan impor barang;

e. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak;


f. fotokopi Sertifikat Analisa;
g. informasi data dan jumlah pasien kecuali untuk kebutuhan program pemerintah
bidang kesehatan;
h. surat pernyataan di atas materai bahwa Alat Kesehatan tersebut tidak
diperjualbelikan;
i. rekomendasi Komite Medik bagi Alat Kesehatan yang diperuntukkan di fasilitas
pelayanan kesehatan; dan
j. rekomendasi dari Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir untuk Alat Kesehatan
yang mengandung radiasi pengion;
(2) Permohonan Izin SAS Non Donasi untuk pendidikan dan pelatihan, selain harus
memenuhi kelengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga harus memenuhi
kelengkapan sebagai berikut:
a. surat pernyataan dokter yang bertanggung jawab; dan
b. surat pernyataan akan melakukan reekspor setelah pendidikan dan pelatihan
selesai.
(3) Permohonan Izin SAS Non Donasi untuk pameran kesehatan berskala nasional,
selain harus memenuhi kelengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga
harus memenuhi kelengkapan sebagai berikut:
a. rekomendasi dari panitia pameran; dan
b. surat pernyataan akan melakukan reekspor setelah pameran selesai.
Pasal 20
Permohonan Izin SAS Non Donasi yang diajukan oleh pasien/dokter yang menangani,
dengan kelengkapan sebagai berikut:
a. bukti bahwa Alat Kesehatan tersebut sudah terdaftar di negara asal;
b. fotokopi Invoice/airway Bill dan/atau Bill of Lading;
c. fotokopi pemberitahuan impor barang;
d. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak;
e. informasi data dan jumlah pasien;
f. surat keterangan dokter yang bertanggung jawab untuk permohonan yang
diajukan oleh pasien;
g. rekomendasi Komite Medik bagi permohonan yang dilakukan oleh dokter; dan

h. rekomendasi dari Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir untuk Alat Kesehatan
yang mengandung radiasi pengion.
Paragraf 3
Tata Cara
Pasal 21
Tata cara memperoleh Izin SAS Non Donasi sebagai berikut:
a. Pemohon harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Direktur Jenderal
dengan melampirkan kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 atau Pasal 20.
b. Paling lama dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak menerima
permohonan dan berkas dinyatakan lengkap, Direktur Jenderal meminta Tim
Penilai untuk melakukan penilaian kelayakan atas permohonan tersebut.
c. Paling lama dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sejak menerima
permintaan penilaian, Tim Penilai memberikan rekomendasi kepada Direktur
Jenderal.
d. Paling lama dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak menerima
rekomendasi, Direktur Jenderal mengeluarkan atau menolak Izin SAS Non
Donasi.
BAB IV
PELAPORAN
Pasal 22
(1) Setiap

bulan

pemohon

wajib

melaporkan

seluruh

penerimaan

dan/atau

pendistribusian Alat Kesehatan yang masuk melalui SAS kepada Direktur Jenderal
dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
(2) Dokter atau instansi terkait penanggung jawab harus melakukan pemantauan
terhadap penggunaan Alat Kesehatan yang masuk melalui SAS, dan melaporkan
setiap kejadian efek samping ataupun yang diduga sebagai efek samping kepada
Direktur Jenderal paling lambat 7 (tujuh) hari setelah kejadian.

(3) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus disertai dengan
penjelasan.
BAB V
PENGAWASAN
Pasal 23
Pengawasan terhadap keamanan, mutu, manfaat, distribusi, dan penggunaan Alat
Kesehatan yang masuk melalui SAS dilakukan oleh Direktur Jenderal, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi, dan/atau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 24
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1379A/Menkes/SK/XI/2002 tentang Pengelolaan dan Penggunaan Obat, Alat dan
Makanan Kesehatan Khusus, sepanjang yang mengatur mengenai Pemasukan Alat
Kesehatan melalui SAS dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 25
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 7 Agustus 2014
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
Ttd
NAFSIAH MBOI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 22 Agustus 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
Ttd
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1184

Untuk memenuhi alat kesehatan pada keadaan tertentu perlu mengatur pemasukan
dengan menggunakan mekanisme jalur khusus tanpa mengurangi jaminan atas
keamanan, mutu dan kemanfaatan bagi pengguna.
Mekanisme Jalur Khusus (Special Access Scheme) yang disingkat SAS adalah
pemasukan alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar dan sangat dibutuhkan ke dalam
wilayah Indonesia melalui jalur khusus.
SAS terdiri dari dua bagian yakni SAS donasi (diperoleh dari sumbangan) dan non
donasi (tidak diperleh dari sumbangan).
SAS Donasi hanya dapat berupa:

pelayanan kesehatan;

program pemerintah bidang kesehatan;

penelitian dan pengembangan; dan/atau

penanggulangan KLB, wabah, atau bencana.

SAS Non Donasi hanya dapat diperuntukkan bagi kebutuhan:

penggunaan khusus atas permintaan dokter;

program pemerintah bidang kesehatan;

penelitian dan pengembangan;

pendidikan dan pelatihan; dan/atau

pameran kesehatan berskala nasional.

Alat Kesehatan yang dapat dimasukan melalui SAS harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat dan negara;
b. memperhatikan kebutuhan dan stok nasional;
c. memenuhi standar dan persyaratan keamanan, manfaat, dan mutu;
d. mendukung kebijakan pemerintah di bidang kesehatan;
e. berasal dari sumber resmi;
f. ketersediaannya langka;
g. belum tersedia produk sejenis;

h. bersifat insidentil dan bukan untuk keperluan reguler;


i. bukan untuk kepentingan komersial;
j. memiliki masa kadaluarsa paling sedikit 2 tahun sejak permohonan ijin diketahui.
Contoh alat-alat kesehatan berupa instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur
dan memperbaiki fungsi tubuh, menghalangi pembuahan, desinfeksi alat kesehatan, dan
pengujian in vitro terhadap spesimen dari tubuh manusia, dan dapat mengandung obat
yang tidak mencapai kerja utama pada tubuh manusia melalui proses farmakologi,
imunologi, atau metabolisme untuk dapat membantu fungsi/kinerja yang diinginkan .

1. ANAESTHESIA VAPORIZER

Tujuan penggunaan : menguapkan cairan anestesi dan menghantarkan uap tersebut


kepada pasien dengan jumlah terkontrol.
Peringatan

: salah satu bahaya besar penggunaan anestesi adalah hypoksia


yang menyebabkan kerusakan otak dan kematian.

2. APNEA MONITOR

Tujuan penggunaan : memberikan peringatan jika terjadi penghentian nafas


(apnea)
ada bayi atau orang dewasa yang memiliki resiko gagal
respirasi.
Perhatian

: pastikan monitor berfungsi dengan baik dalam posisi on


dan terhubung dengan pasien. Alarm berfungsi dan dapat
terdengar. Jauhkan sinyal radio dari monitor karena
mengakibatkan interferensi.

3. ARGON SURGICAL LASER

Tujuan penggunaan : untuk merusak atau menghancurkan atau mengkoagulasikan


jaringan

dengan

menggunakan

energi

cahaya

yang

diemisikan oleh argon


Perhatian

: sinar laser argon sangat berbahaya bagi mata manusia seperti


UV goggles untuk berkas hambur, sarung tangan untuk
memproteksi potensi karsinogenik dari berkas UV

4. ASPIRATOR

Tujuan penggunaan : untuk menghilangkan material penginfeksi dari luka atau


cairan dari jalur pernafasan pasien atau sistem penunjang
respirasi, dgn menggunakan daya elektrik atau udara
5. AUDIOMETER

Tujuan penggunaan : Alat elektrokaustik yang menghasilkan bunyi uji dengan


level terkontrol dan signal yang dimaksudkan untuk
melakukan evaluasi pendengaran diagnostik dan membantu
mendiagnosa kemungkinan adanya gangguan otologi.
6. AUTOTRANSFUSION UNIT

Tujuan penggunaan : mengumpulkan dan memproses darah yang hilang dari


pasien

akibat

proses

bedah

ataupun

trauma

untuk

memperoleh sel darah merah dan kemudian diinfuskan


kembali (reinfus) ke pasien yang sama
7. AUTOMATIC SPHYGMOMANOMETER (NON INVASIVE)

Tujuan penggunaan : mengukur dan menampilkan tekanan darah arteri pasien.


8. BLOOD PRESSURE MONITOR, INVASIVE

Tujuan penggunaan : mengukur tekanan darah dengan menggunakan kateter IV


yang dimasukkan ke dalam arteri yang menghasilkan
pengukuran tekanan darah pasien yang lebih akurat
9. BLOOD/SOLUTION WARMER

Tujuan penggunaan : menghangatkan darah atau larutan lain sebelum di infuskan


ke tubuh pasien

10. CAPNOMETER (CO2 MONITOR)

Tujuan penggunaan : mengukur konsentrasi karbon dioksia dalam campuran gas


untuk membantu ventilator, sirkulasi dan status metabolik
pasien. Digunakan untuk pemantauan tekanan parsial ETCO2
(end-tidal karbon dioksida)
11. CARDIAC RESUSCITATOR

Tujuan penggunaan : pertolongan pertama bagi orang yang telah jatuh pingsan dan
tidak memiliki denyut nadi dan telah berhenti bernapas,
upaya untuk memulihkan sirkulasi darah dan mencegah
kematian atau kerusakan otak akibat kekurangan oksigen
12. CO2 SURGICAL LASER

Tujuan penggunaan : berbagai macam aplikasi medis seperti pada gigi, bedah
podiatri, dermatologi, estetika, ginekologi, dan aplikasi THT
seperti memotong atau menghancurkan jaringan yang tidak
normal tanpa merugikan jaringan normal, mengecilkan atau
menghancurkan tumor dan lesi menutup ujung saraf untuk
mengurangi

nyeri

pasca

operasi,

meminimalkan

pembengkakan dan mengurangi penyebaran sel tumor


menghilangkan tahi lalat, kutil, dan tato mengurangi
munculnya keriput kulit.
13. CRYOSURGICAL UNIT

Tujuan penggunaan : merusak atau menghancurkan jaringan dengan menggunakan


dingin yang ekstrim
14. DEFIBRILATOR

Tujuan penggunaan : penyelamatan yang memberikan kejut elektrik untuk


menormalkan ritme jantung pada pasien yang mengalami
fibrillasi ventrikular atau ritme abnormal. Defibrilator
menghantarkan impulse arus dengan amplitudo tinggi ke
jantung untuk memperbaiki ritme
15. DENTAL UNIT

Tujuan penggunaan : tempat duduk pasien yang selama pelaksanaan prosedur gigi
(dental procedure)
16. DIATHERMY/SHORTWAVE

Tujuan penggunaan : terapi fisik di mana pemanasan mendalam jaringan dilakukan


dengan menggunakan frekuensi tinggi arus listrik
17. ELECTROSURGICAL UNIT (ESU)

Tujuan penggunaan : pemotongan bedah dan untuk mengontrol pendarahan akibat


koagulasi (hemostasis) pada area pembedahan
Peringatan

: Resiko munculnya api saat operasi selama menggunakan


electrosurgical unit. Sebagian atau seluruh detasemen pada
bantal elektroda di tubuh pasien dapat menyebabkan
terbakar. Luka bakar dapat juga terjadi akibat lokasi
persiapan yang tidak adekuat. Bahan yang kurang baik atau
pada proses pembuatannya atau penempatan yang tidak tepat
pada pengembalian elektroda. Kedua jenis yang paling
umum dari electrosurgical, cedera terjadi ketika elektroda

yang masih aktif dengan tidak sengaja menghasilkan energi


sementara ujung masih terhubung dengan jaringan nontarget
18. ELEKTROKARDIOGRAF (EKG)

Tujuan penggunaan : mendiagnosa dan membantu dalam perawatan beberapa jenis


penyakit jantung dan aritmia, menentukan respon pasien
terhadap terapi obat dan sebagainya
Peringatan

: dikarenakan

Elektrokardiografi

mempunyai

standar

keamanan listrik yang dibangun dengan baik dan melekat di


semua penghasil utama, sedikit masalah yang dihubungkan
dengan penggunaan. Hal yang paling umum yaitu benda dan
suara (contohnya, kawat elektroda yang rusak, elektroda
yang jarang dibersihkan atau penggunaan yang tidak tepat,
persiapan yang kurang, pergerakan pasien, penyimpangan
dasar dan interferensi). Penempatan EKG yang tidak tepat
dapat

menyebabkan

kelainan

yang

menjadikan

mengabaikannya. Dinding dada yang tebal dapat juga


berpengaruh pada keakuratan diagnosa
19. HEART LUNG BYPASS UNIT

Tujuan penggunaan : mengoksigenasi dan mensirkulasi darah pada pasien yang


tidak memiliki fungsi jantung atau paru, khususnya
menggantikan kedua organ tersebut
20. HEMODIALYSIS UNIT

Tujuan penggunaan : sistem ginjal buatan atau artificial untuk perawatan pasien
yang mengalami gagal ginjal, kelebihan cairan, atau kondisi
toksemik

dengan

melakukan

terapi

hemodialysis,

hemofiltration, hemoconcentration, and hemodiafiltration


Peringatan

: Keadaan sakit dan kematian yang paling sering terjadi pada


pasien hemodialisa kronis dikarenakan infeksi. Contohnya,
HBsAg (indikator terdapatnya virus hepatitis B) yang
terdeteksi pada berbagai permukaan hemodialisa. Dengan
disiplinnya, harus diterapkan kebijakan spesifik dan prosedur
yang dirancang untuk mengurangi resiko infeksi. Kebijakan
ini sebaiknya dialamatkan kepada sterilisasi dan desinfektan,
rumah tangga, binatu, pemeliharaan, pembuangan barang

habis pakai, tindakan pencegahan pada barang yang terpisah


dan tindakan pencegahan pada seluruhnya
21. HOSPITAL BED

Tujuan penggunaan : tujuan medis yang terdiri atas tempat tidur yang
menggunakan daya elektrik dan menggunakan remote
control

yang

dapat

dioperasikan

oleh

pasien

untuk

menyesuaikan ketinggian dan contour permukaan dari tempat


tidur.
22. HYPO/HYPERTHERMIA UNITS

Tujuan penggunaan : mengkoreksi temperatur tubuh yang tidak normal dan


melampaui temperatur ekstrim

23. INFUSION PUMP

Tujuan penggunaan : memompa cairan ke dalam tubuh pasien secara terkontrol


24. BABY INCUBATOR

Tujuan penggunaan : Tempat meletakkan bayi pada lingkungan terkontrol dengan


tujuan untuk perawatan medis, untuk menghangatkan bayi
dan menjaga bayi dari kuman
Peringatan

: Kematian dan cedera pada bayi dikarenakan kegagalan


thermostat yang menyebabkan inkubator terlalu panas,
menyebabkan bayi hipertermia, dan kerusakan atau cacat
desain yang menghasilkan kebakaran dan sengatan listrik.
Kontrol yang tidak memadai atas jumlah oksigen yang
dihantarkan dalam inkubator dapat menyebabkan hyperoxia
atau hipoksia. Alat ini agar dioperasikan dengan sumber
listrik yang stabil

25. INTRA AORTIC BALLOON PUMP

Tujuan penggunaan : untuk pasien yang mengalami gagal jantung berat, termasuk
yang memiliki serangan jantung parah atau cardiomyopathy
(kelemahan otot jantung yang parah), dan yang baru sembuh
dari operasi jantung terbuka atau menunggu transplantasi
jantung
26. LAPAROSCOPY

Tujuan penggunaan : membantu mendiagnosa berbagai kondisi yang berkembang


di dalam perut atau panggul seperti penyakit radang panggul,
endometriosis dan kanker hati

27. MAMMOGRAPHY UNIT

Tujuan penggunaan : menggunakan x-ray untuk menghasilkan gambar dari


payudara, suatu mammogram, yang memberikan informasi
mengenai morfologi payudara, anatomi normal, dan patologi
kotor. Alat ini digunakan untuk mendeteksi dan mendiagnosa
kanker payudara, dan mengevalusi luka pada payudara baik
yang teraba maupun yang tidak teraba
Peringatan

: sebagian

besar

masalah

dalam

penggunaan

alat

ini

sebenarnya bukan pada alat itu sendiri, melainkan pada


resiko paparan radiasi pada pasien. Alat ini agar dioperasikan
dengan sumber listrik yang stabil
28. ANAESTHESIA MACHINE

Tujuan penggunaan : menghantarkan anestesi inhalasi umum kepada pasien secara


kontinyu atau intermiten dan untuk menjaga ventilasi pasien
Peringatan

: Salah satu bahaya terbesar dari anestesi adalah hipoksia,


yang dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian,
meskipun pemberian O2 terkonsentrasi (100%) dapat
beracun. Gas dengan konsentrasi CO2 yang berlebihan, agen

anestesi dengan jumlah yang tidak memadai, atau tekanan


tinggi yang berbahaya dapat menyebabkan hipoventilasi,
curah jantung terganggu, pneumotoraks, dan sesak napas.
Kontaminasi selang pernafasan anestesi dapat menyebabkan
infeksi nosokomial
29. MOBILE C-ARMS X-RAY

Tujuan penggunaan : menvisualisasikan struktur anatomik dengan mengubah pola


radiasi-x menjadi citra yang dapat terlihat melalui amplifikasi
elektronik
Perhatian

: sebagian besar kesalahan dlam terapi yang menggunakan


radioterapi
diakibatkan

dan

kecelakaan

kesalahan

yang

penggunaan.

dilaporkan
Hal

ini

adalah
dapat

mengakibatkan dosis-kurang atau dosis-berlebih yang cukup


signifikan dalam pemberian radiasi. Kesalahan juga terjadi
pada tahap perencanaan maupun saat kalibrasi alat. Kelalai
informasi klinis pada tahap perencaaan menyebabkan cidera
parah (bahkan fatal) akibat radiasi, dan kalibrasi yang buruk
dapat mengarah pada kesalahan medik yang serius. Bahkan
pada

beberapa

kasus

yang

dilaporkan,

interferensi

elektromedik dari linear accelerator dapat mengakibatkan


kegagalan pompa infus saat pompa sedang digunakan pada
pasien dimana terapi radiasi sedang berjalan

30. MOBILE X-RAY UNIT

Tujuan penggunaan : mendapatkan gambaran bagian internal tubuh yang dengan


menggunakan sinar X
Perhatian

: Sebagian besar kesalahan dlam terapi yang menggunakan


radioterapi
diakibatkan

dan

kecelakaan

kesalahan

yang

penggunaan.

dilaporkan
Hal

ini

adalah
dapat

mengakibatkan dosis-kurang atau dosis-berlebih yang cukup


signifikan dalam pemberian radiasi. Kesalahan juga terjadi
pada tahap perencanaan maupun saat kalibrasi alat. Kelalai
informasi klinis pada tahap perencanaan menyebabkan cidera
parah (bahkan fatal) akibat radiasi, dan kalibrasi yang buruk
dapat mengarah pada kesalahan medik yang serius. Bahkan
pada

beberapa

kasus

yang

dilaporkan.

Interferensi

elektromedik dari linear accelerator dapat mengakibatkan


kegagalan pompa infus saat pompa sedang digunakan pada
pasien dimana terapi radiasi sedang berjalan

31. OXYGEN ANALYZER

Tujuan penggunaan : mengukur konsentrasi oksigen dalam gas respirasi dengan


menggunakan teknik seperti spektrometri, polarography,
thermal conductivity atau gas kromatografi
Perhatian

: alat berikut tidak sesuai untuk digunakan pada gas anestesi


campuran yang mudah terbakar. Untuk menghindari ledakan,
jangan mengoperasikan oxygen analyzer disaat ada gas
anestesi yang mudah terbakar maupun di lingkungan ruangan
yang mempunyai gas mudah terbakar. Menggunakan oksigen
analyzer di lingkungan yang terdapat gas mudah terbakar
akan

mengakibatkan

ledakan

maupun

kebakaran.

Kalibrasikan alat pada saat digunakan maupun pada saat


terjadinya perubahan lingkungan yang signifikan seperti
(suhu, kelembapan, tekanan barometrik). Menggunakan
oksigen analyzer di dekat alat yang menghasilkan medan
listrik dapat penyebabkan pembacaan angka yang eratik (naik
turun acak). Alat jangan diotoklaf, direndam atau dipaparkan
pada suhu yang tinggi
32. PACEMAKER EXTERNAL, NON INVASIVE

Tujuan penggunaan : menstimulasi detak jantung pasien yang memiliki kondisi


misalnya ritme jantung lambat secara tidak normal
Perhatian

: Kegagalan alat dapat disebabkan oleh malfungsi alat


defibrillator, aplikasi elektrode yang buruk, pilihan sumber
energi yang tidak cocok, kondisi fisiologis kardiak yang tidak
kondusif untuk dilakukan defibrilasi, maupun permasalahan
baterai isi ulang. Luka bakar level 1 maupun level 2 biasanya
terjadi selama defibrilator digunakan (dimana membutuhkan

daya yang cukup tinggi) di papan pedal atau elektroda karena


arus

tinggi

yang

melewati

area

sempit

dan

atau

meningkatnya resistensi (dikarenakan gel yang mengering)


33. PHOTOTHERAPY UNIT

Tujuan penggunaan : Alat yang digunakan untuk mengobati penyakit kuning


neonatal jaundice yang disebabkan oleh kelebihan bilirubin
dalam darah, cahaya biru di foto terapi bersatu membantu
untuk

memecah

bilirubin

dengan

mengurangi

konsentrasinya.
Perhatian

: Dalam penggunaan phototerapi sangat disarankan untuk


melakukan segera langkah-langkah berikut:
1. Lapisi

lampu

fluorescent

dengan

material

filter

penyaring UV yang dibuat dengan plastik terpilih atau


kaca penyerap UV. Jika material filter tersebut tidak ada
pada saat terapi, maka alat tersebut harus segera diinstal
pada alat terkait.
2. Mata bayi yang baru lahir harus dilindungi dari cahaya
yang terpancar dari sumber cahaya alat. Dapat
menggunakan penutup mata berwarna opaque. Perban
sederhana dengan ketebalan yang tepat telah dilaporkan
cukup bermanfaat.

34. PORTABLE VENTILATOR

Tujuan penggunaan :
Alat yang digunakan untuk mengontrol atau membantu secara mekanik pernafasan
pasien dengan menghantarkan oksigen dengan jumlah tertentu yg telah ditentukan
sebelumnya dalam gas pernafasan.
Perhatian :
Sebagian besar permasalahan yang dilaporkan terkait dengan ventilator mudah alih
adalah kesehatan penggunaan, buruknya pemasangkan selang ekhalasi, dan sirkuit
pernafasan yang berkualitas rendah. Masalah lainnya termasuk terputusnya sirkuit
pernafasan dari alat, kegagalan alat, tabung yang diskoneksi/bengkok/terlipat dan
kondisi lingkungan yang ekstrim. Juga terjadinya perubahan kondisi pasien yang
tidak terekam apabila alarm tidak di pasang secara tepat atau tidak dilihat secara
jelas oleh staf klinik
35. PRESSURE TRANSDUCERS

Tujuan Penggunaan:
Alat yang digunakan untuk mengukur dan mengontrol tekanan.

36. PULSE OXYMETER

Tujuan penggunaan:
Alat ini digunakan untuk mengukur saturasi oksigen darah.
37. RADIANT WARMER

Tujuan penggunaan
Alat yang berguna untuk menjaga temperatur tubuh bayi dengan panas radiant
Perhatian
Karena pemanasan dengan energi infra merah merupakan cara transfer energi yang
efisien, maka bisa terjadi hipertemia ekstrim, kulit terbakar, kerusakan otak
permanen, atau bahkan kematian.
38. RADIOGRAPHIC/FLUOROSCOPIC UNIT

Tujuan Penggunaan:

Untuk mendapatkan gambaran bagian internal tubuh yang dengan menggunakan


sinar X.
Perhatian :
Masalah umum yang mungkin muncul termasuk masalah mekanis; kegagalan tak
terduga dari fitur pengaman, paparan radiasi berlebihan atau tak diharapkan,
kerusakan atau melemahnya dukungan mekanik; panas berlebih pada motor drive;
meja yang tidak sejajar; perisai radiasi yang tidak memadai, dan ketidakpatuhan
terhadap peraturan.
39. SMOKE EVACUATOR

Tujuan penggunaan:
Alat yang digunakan untuk secara efektif menangkap dan menyaring asap pada saat
pembedahan untuk menghilangkan bau, partikulat, dan produk sampingan berpotensi
berbahaya lainnya dari prosedur elektrosurgikal.
40. TRACTION UNIT

Tujuan penggunaan
Alat yang digunakan untuk memperbaiki cacat dan meningkatkan penyembuhan
pada kondisi fraktur, dislokasi atau kejang otot.

41. TRANSCUTANEOUS CO2 MONITOR

Tujuan penggunaan:
Alat yang digunakan untuk memonitor tekanan parsial CO2 pada permukaan kulit
pasien yang memiliki resiko hipoksia atau ventilasi yang tidak adekuat.
Perhatian :
Berbagai tingkat luka bakar dapat dihasilkan dari sensor suhu yang ditinggikan. Bayi
berkulit tipis dan pasien dengan gangguan pembuluh darah perifer sangat beresiko.
Relokasi sensor yang sering dilakukan, seperti yang d irekomendasikan oleh
produsen, dapat membantu mencegah luka bakar, namun relokasi sensor
memerlukan kalibrasi ulang
42. TRANSCUTANEOUS OXYGEN (O2) MONITOR

Tujuan penggunaan:
Alat yang digunakan untuk mentransmisikan radiasi pada panjang gelombang yang
telah diketahui melalui darah dan mengukur saturasi oksigen berdasarkan jumlah
radiasi yang dipantulkan atau yang dihamburkan.

43. ULTRASOUND SCANNER (USG DIAGNOSTIK)

Tujuan penggunaan:
Alat yang digunakan untuk memberikan gambar dua dimensi (2-D) dari sebagian
besar jaringan lunak tanpa mengharuskan pasien terkena radiasi ionisasi.
Perhatian :
USG pencitraan diagnostik akan bebas risiko bila digunakan dengan benar. USG
transduser harus ditangani dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan. masalah
elektromekanis, seperti retak dalam elemen piezoelektrik, dapat mengubah lebar
sinar dan / atau panjang pulsa spasial, sehingga mempengaruhi resolusi lateral dan
aksial. Kesalahan dalam pengukuran jarak dapat menyebabkan perhitungan yang
salah.
44. X-RAY UNIT GENERAL PURPOSE

Tujuan penggunaan
Alat yang digunakan untuk menyoroti kelainan anatomi bawaan; mendiagnosis gagal
jantung kongestif, dan mengevaluasi nyeri dada.

45. ELECTROENCEPHALOGRAPH (EEG)

Tujuan penggunaan:
Alat yang digunakan untk mengukur dan merekam aktivitas listrik otak manusia
yang diperoleh dengan menempatkan dua atau lebih elektroda di kepala.
Perhatian
Meskipun prosedur yang dilakukan sangat aman, namun lampu berkedip atau napas
cepat (hiperventilasi) yang diperlukan selama pengujian dapat memicu kejang pada
mereka dengan gangguan kejang (seizure disorders). Penyedia layanan kesehatan
yang melakukan EEG harus dilatih untuk merawat pasien jika hal ini terjadi
46. LAMPU PERIKSA HALOGEN

Tujuan Penggunaan:
Sebagai lampu penerang pada saat pemeriksaan fisik pasien

47. STERILISATOR KERING

Tujuan Penggunaan:
Untuk mensterilkan alat-alat kesehatan
48. EKSTRAKTOR VAKUM MANUAL

Tujuan Penggunaan:
ntuk membantu proses kelahiran per vaginam
49. POCKET FETAL HEARTH RATE MONITOR (DOPPLER)

Tujuan Penggunaan:
Untuk mendeteksi detak jantung janin / fetus (FHR) paling cepat umur 12 minggu
kehamilan.

50. BLOOD BAG

Tujuan Penggunaan:
Penampung darah dan produk darah pasien
51. BLOOD TRANSFUSION SET

Tujuan Penggunaan:
Untuk transfusi darah
52. CAT GUT (BENANG BEDAH)

Tujuan Penggunaan:
Menjahit jaringan lunak tubuh

53. DENTAL CEMENT

Tujuan Penggunaan:
Pengisi gigi sementara, juga digunakan sebagai basis pada amalgam untuk
melindungi pulpa dari konduksi ternal amalgam yang cukup besar.
54. DISPOSABLE SYRINGE

Tujuan Penggunaan:
Untuk menyuntikkan ke dan/atau mengambil cairan dari tubuh
55.AUTO DISABLE DISPOSABLE SYRINGE

Tujuan Penggunaan:
Untuk menyuntikkan ke dan/atau mengambil cairan dari tubuh
56. HYPODERMIC SYRINGE WITH REUSE PREVENTION FEATURE

Tujuan Penggunaan:
Untuk menyuntikkan ke dan/atau mengambil cairan dari tubuh

57. FOLEY CATHETER

Tujuan Penggunaan:
Melewatkan cairan ke atau dari saluran kemih.
58. GLASS IONOMER CEMENT

Tujuan Penggunaan:
untuk restorasi kecil pada permukaan proksimal gigi anterior dan untuk pemulihan
daerah yang ter-erosi pada margin gingival.
59. GUTTA PERCHA

Tujuan Penggunaan:
untuk menutup sementara (dressing) di rongga gigi
60. IMPRESSION MATERIAL

Tujuan Penggunaan:
Membuat cetakan gigi
61. INFUSION SET

Tujuan Penggunaan:
Untuk memasukkan cairan ke tubuh
62. INSTRUMEN BEDAH

Tujuan Penggunaan:
Instrumen untuk mendukung tindakan bedah

63. IV CATHETER

Tujuan Penggunaan:
Untuk memasukkan cairan ke tubuh
64. KAPAS BERLEMAK

Tujuan Penggunaan:
Digunakan pada bagian tubuh yang memerlukan penunjang.
65. KAPAS PEMBALUT/ABSORBEN

Tujuan Penggunaan:
Mengaplikasikan obat ke atau menyerap cairan dari tubuh.

66. KASA HIDROFIL

Tujuan Penggunaan:
menyerap cairan atau eksudat yang keluar dari luka pasien
67. KASA HIDROFIL TERDETEKSI SINAR-X

Tujuan Penggunaan:
menyerap cairan atau eksudat yang keluar dari luka pasien
68. KASA PEMBALUT

Tujuan Penggunaan:
menyerap cairan atau eksudat yang keluar dari luka pasien

69. KASA PEMBALUT ELASTIS

Tujuan Penggunaan:
Digunakan pada bagian tubuh yang memerlukan penunjang.
70. KONDOM

Tujuan Penggunaan:
Kontrasepsi dan pencegahan penyakit menular seksual.
71.MANUAL HOSPITAL BED

Tujuan Penggunaan:
Digunakan untuk pasien berbaring yang dirawat di sarana kesehatan

72. MASKER BEDAH

Tujuan Penggunaan:
Mencegah kontaminasi.
73. MASKER OKSIGEN

Tujuan Penggunaan:
Pengantar oksigen atau aerosol ke pasien.
74. PEMBALUT GIPS

Tujuan Penggunaan:
Digunakan pada bagian tubuh yang memerlukan penunjang.

75. PLESTER

Tujuan Penggunaan:
Menutup dan melindungi luka
76. PULMONARY RESUSCITATOR

Tujuan Penggunaan:
untuk memberikan pernapasan darurat didukung dengan masker wajah atau tabung
dimasukkan ke dalam saluran pernafasan pasien.
77. SARUNG TANGAN BEDAH

Tujuan Penggunaan:
Mencegah kontaminasi

78. SILK SUTURE (BENANG BEDAH SUTERA)

Tujuan Penggunaan:
Menjahit jaringan lunak tubuh.
79. STETHOSCOPE MANUAL

Tujuan Penggunaan:
Memproyeksikan detak jantung dan suara organ internal lain.
80. TENSIMETER MANUAL DENGAN AIR RAKSA

Tujuan Penggunaan:
Mengukur tekanan darah

81.TENSIMETER MANUAL DENGAN JARUM

Tujuan Penggunaan:
Mengukur tekanan darah.
82. URINE BAG

Tujuan Penggunaan:
Penampung urin pasien.
83. WING NEEDLE

Tujuan Penggunaan:
Untuk menyuntikkan ke dan/atau mengambil cairan dari tubuh.

84. TERMOMETER RAKSA

Tujuan Penggunaan:
Untuk mengukur suhu tubuh.
85. TIMBANGAN BAYI

Tujuan Penggunaan:
Untuk mengukur berat badan bayi
86. TIMBANGAN INJAK DEWASA

Tujuan Penggunaan:
Untuk mengukur berat badan dewasa.

87. STAND INFUS

Tujuan Penggunaan:
Untuk menempatkan botol infus unutuk pasien.
88. TABUNG OKSIGEN + REGULATOR

Tujuan Penggunaan:
untuk pasien kekurangan oksigen yang sedang menjalankan operasi atau pernafasan
yang tidak stabil.

89. TEMPAT TIDUR PERIKSA

Tujuan Penggunaan:
Tempat tidur yang digunakan untuk pemeriksaan fisik pasien.

90. TEMPAT TIDUR PERSALINAN

Tujuan Penggunaan:
Tempat tidur yang digunakan untuk ibu melakukan persalinan (melahirkan).

Anda mungkin juga menyukai