Anda di halaman 1dari 8

1.

Perlunya Unifikasi dan Harmonisasi Hukum

Perdagangan Internasional melibatkan perdagangan antar dua negara yang berbeda,


sehingga mengakibatkan perbedaan sistem hukum yang akan dipakai serta digunakan
untuk menjembatani antara kedua negara apabila terdapat sengketa dalam proses
dagang. Tentunya sulit untuk menemukan titik temu diantara dua negara yang saling
memiliki hukum nasional yang berbeda, bisa jadi apabila menggunakan hukum
nasional salah satu pihak, akan merugikan pihak yang lainnya, dilihat dari kasus
nyatanya saja, apabila dua negara bersengketa lalu menggunakan badan peradilan suatu
pihak maka peradilan negara tersebut akan lebih mendukung pada pihak dari negara
tempat badan peradilan itu berada, tentu pihak yang lain akan merasa dirugikan, maka
dari itu, demi menyelaraskan dan menemukan keadilan dari hukum ini, diperlukan
adanya Unifikasi dan Harmonisasi Hukum. Kepentingan ini disadari oleh Majelis
Umum PBB No. 2012 (XX). Jalan keluar terhadap masalah ini adalah dengan:
negara-negara di dunia sepakat untuk tidak menerapkan hukum nasional
mereka, dan menggunakan hukum perdagangan internasional,

apabila aturan hukum perdagangan internasional tidak disepakati oleh kedua


belah pihak, maka hukum nasional salah satu negara boleh digunakan (Choice of Law),

melakukan unifikasi dan harmonisasi terhadap


perdagangan internasional

aturan

substantif

hukum

berikut kami jelaskan lebih lanjut mengenai Unifikasi dan Harmonisasi:

Sumber
Unifikasi dan harmonisasi pada dasarnya adalah suatu proses penyeragaman substansi
pengaturan sistem hukum yang ada, termasuk juga pengintegrasian sistem hukum yang
sebelumnya berbeda. Namun unifikasi dan harmonisasi itu berbeda apabila ditelusuri
lebih jauh.

1. Unifikasi
adalah penyeragaman yang mencakup penghapusan dan penggantian suatu sistem
dengan sistem hukum yang baru. Seluruh system hukum di dunia pada prinsipnya
dapat diklasifikasikan atas dua kelompok besar, yaitu:
Eropa Kontinental (civil law system) :
mengutamakan
sistem
hukum
tertulis
mengutamakan
prinsip
nasionalitas
- hukum yang berlaku adalah hokum Negara tempat jawaban atas penerimaan
penawaran itu diterima kembali oleh pihak yang melakukan penerimaan

Sumber

Anglo Saxon (common law system) :


mengutamakan
system
hokum
kebiasaan
menguatamakan
prinsip
domisili,
- hukum yang berlaku terhadap suatu kontrak adalah hokum post-box yaitu ,hokum
tempat
penerimaan
Dalam bidang penanaman modal menurut hukum Indonesia ( Pasal 3 UU No. 1 Tahun
1967 , tentang Penanaman Modal Asing ),perusahaan dibentuk dengan bentuk badan
hukum (PT) Indonesia adalah berstatus atau berkewarganegaraan Indonesia.
Fungsi unifikasi hukum perdagangan internasional antara lain :
1.
untuk menghilangkan keraguan terhadap jaminan kepastian dan perlindungan
hukum,
2.
untuk melancarkan jalannya hubungan internasional dalam bidang keperdataan,
termasuk bisnis internasional.

berikut contoh mengenai unifikasi;

diberlakukannya pemberlakuan perjanjian TRIPS dan WTO yang mencakup ketentuan


mengenai hak cipta, merek, dagang, indikasi geografis, desain industri, dll meletakkan
kewajiban kepada negara anggota untuk membuat aturan HAKI nasionalnya yang
sesuai dengan substansi perjanjian TRIPS dan WTO
2. Harmonisasi

Sumber

yaitu upaya untuk mencari keseragaman atau titik temu dari prinsip yang bersifat
fundamental dari berbagai sistem hukum yang ada, dan kemudian akan
diharmonisasikan.
Tanpa adanya harmonisasi sistem hukum, akan memunculkan keadaan tidak dapat
menjamin kepastian hukum yang dapat menimbulkan gangguan dalam kehidupan
bermasyarakat, ketidaktertiban dan rasa tidak dilindungi. Langkah untuk menuju
harmonisasi hukum dapat dilakukan dalam dua langkah perumusan, yaitu:
harmonisasi kebijakan formulasi (sistem pengaturan) yaitu perumusan
harmonisasi sistem hukumnya
harmonisasi materi (subtansi), yang merujuk pada langkah perumusan
harmonisasi norma-norma (materi hukum)
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa harmonisasi sistem hukum internasional
adalah pengharmonisasian pluralitas sistem hukum dalam sistem hukum Internasional,
untuk membentuk kesatuan sistem hukum yang dapat disetujui dan diterima oleh
semua negara dalam melaksanakan transaksi-transaksi perdagangan internasional.
Dirumuskan dalam dua langkah yaitu penyesuaian sistem hukum nasional menjadi
sistem hukum yang bersifat global dan dengan demikian yang harmonis dan seragam
adalah hukum positifnya (harmony of law) dan penyesuaian norma-norma hukum
tertentu menjadi satu kesatuan norma yang bersifat global yang kelak dapat digunakan
sebagai sarana penyelesaian sengketa, dengan demikian yang harmonis dan seragam
adalah keputusan-keputusan hakim (harmony of decision) secara global.

Menurut Schmithoff, terdapat tiga metode untuk pemberlakuan unifikasi dan


harmonisasi hukum ini, dikenal sebagai Metode Komparatif Schmithoff;
Perjanjian atau Konvensi Internasional (International Convention)

Hukum Seragam (Uniform Laws)

Aturan Seragam (Uniform Rules)

berikut adalah penjabaran lebih lanjut mengenai tiga metode diatas,


Perjanjian atau Konvensi Internasional (International Convention)

Metode ini paling banyak digunakan untuk memperkenalkan hukum perdagangan


internasional ke dalam hukum nasional, karena cara ini dipandang paling tepat dalam
memperkenalkan ketentuan hukum yang bersifat memaksa ke dalam hukum nasional.
Contohnya adalah CISG 1980 atau Konvensi mengenai kontrak jual beli barang
internasional. Para perancang mengupayakan untuk mengawinkan prinsip kontrak
yang dikenal dalam sistem hukum Civil Law dan sistem hukum Common Law
Hukum Seragam (Uniform Laws)

Pada model hukum ini memberi keleluasan pada negara yang hendak menerapkan ke
hukum nasionalnya, keleluasan mencakup apakah negara secara penuh menerapkan
aturan substantif model law atau menerapkan dengan melakukan beberapa revisi
(pengecualian di dalamnya), sehingga tingkat dalam pengadopsian hukum ini sangat
bergantung terhadap masing-masing negara. Sifat Hukum Seragam persuasif atau tidak
mengikat. Contohnya adalah UNCITRAL 1985 dengan keleluasaan negara yang
menerapkannya.
Aturam Seragam (Uniform Rules)
Aturan ini sifatnya lebih rendah daripada Hukum Seragam, yang tampak pada kontrak
baku atau kontrak standar. Contoh bentuk aturan seperti ini adalah the Uniform
Customs and Practice for Documentary Credits yang dikeluarkan oleh ICC. Aturan
hukum dalam penerapan unifikasi dan harmonikasi ini sebenarnya sulit untuk
didefinisikan secara jelas, sehingga muncul istilah standardization of law oleh Katarina
Pistor, yang mengacu pada pengkhususan dari suatu hukum, standar hanya mencakup
prinsip-prinsip hukum, bukan aturan hukumnya.
Upaya unifikasi dan harmonisasi ini telah dilakukan oleh beberapa lembaga
internasional seperti ICC, WTO, UNCTAD, UNCITRAL, dll.

Subtopik 2
2. Lembaga Unifikasi dan Harmonisasi Hukum

WTO (World Trade Organization)

Sumber

WTO dibentuk pada putaran hasil Uruguay pada tahun 1986-1994, WTO ini berbeda dari
lembaga lainnya karena WTO terlepas dari kekhususan PBB. WTO memiliki sekretariat
di Jenewa dan memiliki badan tertinggi bernama Ministrial Conference (MC) yang
harus melakukan sidang minimal satu kali dalam dua tahun. MC ini dibantu oleh
general councilyang berfungsi memberikan laporan kegiatan pada MC. Sedangkan,
general council sendiri memiliki dua fungsi yaitu sebagai badan penyelesaian sengketa
dan badan peninjau kebijakan perdagangan negara anggota, general council ini dalam
melakukan tugasnya dibantu oleh subsider yaitu council for trade, council for trade in
service dan council for TRIPS. WTO memiliki kebijakan unifikasi dan harmonisasi yaitu
dengan mewajibkan negara anggota menyesuaikan aturan hukum dagang dengan
aturan yang termuat di Annex perjanjian WTO.
UNIDROIT (International Institute for Unification of Private Law)

Sumber
Unidroit merupakan pelengkap dari LBB, dan ia bersifat independen. Berdiri pada
tahun 1926 di Roma. UNIDROIT memiliki tujuan untuk melakukan modernisasi,
harmonisasi, koordinasi hukum privat, khususnya hukum dagang di satu atau beberapa
negara. UNIDROIT memiliki kebijakan yaitu pemberlakuan konvensi yang
mensyaratkan penerimaan negara anggota yang bertujuan untuk menerapkan aturan
konvensi ke sistem hukum negara anggota yang menundukkan dirinya pada konvensi
tersebut.

Sumber

UNCITRAL (United Nation Comission on International Trade Law)


UNCITRAL merupakan badan pelengkap PBB yang berdiri pada tahun 1966, dan
berdiri berdasarkan resolusi Majelis Umum PBB no 22 05. UNCITRAL bertujuan untuk
mengurangi perbedaan hukum antarnegara anggota yang bisa menjadi kendala di
perdagangan internasional. UNCITRAL memiliki kebijakan untuk membuat produk
hukum modern yang dapat memperlancar perdagangan internasional dan
perkembangan ekonomi dunia.
ICC (International Chamber of Commerce)

Sumber
ICC berdiri pada tahun 1919 di negara Paris. ICC bertujuan untuk melayani dunia usaha
dengan memajukan perdagangan, penanaman modal, membuka pasar barang dan jasa,
serta memajukan aliran modal. ICC dipandang sebagai corong dunia usaha untuk
perkembangan ekonomi, kemakmuran dll, sehingga ICC memiliki akses langsung
melalui national commite ICC. ICC juga memiliki peran lain yaitu sebagai;
- badan pembuat kebijakan yang dapat memfasilitasi perdagangan internasional
- forum penyelesai sengketa khususnya arbitrase
- menyebarkan informasi dan kebijakan hukum perdagangan internasional diantara
pengusaha di dunia
- memberikan pelatihan dan tekhnik merancang kontrak dan keahlian praktik lain

Selain itu ICC memiliki prinsip bahwa sebaiknya penguasa sebaiknya sesedikit mungkin
untuk campur tangan terhadap usaha.

Refleksi
Dari pertemuan sesi tiga ini yang dapat kami dapatkan adalah:
1.
Pengetahuan mengenai adanya unifikasi dan harmonisasi yang membuat kami
mengenal lebih jauh tentang keberagaman yang ada dalam hukum perdagangan
internasional yang melibatkan dua negara atau lebih, hal ini akan menimbulkan
bertemunya negara-negara yang saling berdagang, yang membawa hukum nasional
mereka masing-masing, hal ini menghambat kelancaran perdagangan internasional
apabila salah satu pihak tidak mau menggunakan hukum nasional pihak lain, dan
sebaliknya, maka dari itu timbul lah aturan penengah, yang menjembatani adanya
hukum nasional yang dibawa oleh masing-masing negara, yaitu unifikasi dan
harmonisasi, dengan adanya harmonisasi dan unifikasi ini, negara dapat memutuskan
untuk menggunakan aturan ini untuk menyelaraskan hukum yang mereka miliki.
Walaupun unifikasi dan harmonisasi dianggap sebagai penengah antara dua hukum
nasional yang baik, namun berlakunya unifikasi dan harmonisasi ini masih sangat
bergantung pada kesadaran masing-masing negara untuk memilih menerapkan atau
tidaknya aturan ini kedalam sistem hukum nasional mereka.
2.
Lembaga-lembaga internasional yang bertugas untuk menjaga kelancaran
hubungan dagang internasional antara satu atau lebih negara memiliki peran dan
fungsinya masing-masing. Namun terkadang kebijakan politis masing-masing negara
masih sangat mempengaruhi fungsi dari lembaga perdagangan internasional ini,
mereka masih menggunakan kekuatan kedaulatan negara mereka untuk menentukan
apa hal yang terbaik yang akan menguntungkan negara mereka, bukan kesejahteraan
secara bersama, hal-hal seperti ini masih sering terlihat dalam beberapa kasus
perdagangan internasional dewasa ini. Contohnya adalah Negara China yang terlalu
mendominasi tingkat ekspor dan impor di seluruh dunia, bahkan China telah
melampaui nilai Amerika Serikat. Tentunya hal ini akan memberi pengaruh yang sangat
besar terhadap perdagangan internasional. China akan menjadi mitra komersial paling
penting bagi sejumlah negara termasuk Jerman dan Perancis yang ingin meningkatkan
ekspor dua kali lipat, banyak orang yang meramalkan bahwa Eropa akan melakukan
perdagangan secara lebih individual dengan China dibanding kerjasama kemitraan
bilateral lain di Eropa. Hal ini terjadi karena China sebagai pengekspor bahan rakitan
dari produk mentah hasil impor. Jika hal ini terus dibiarkan terjadi, maka
keseimbangan dalam perdagangan internasional akan semakin rusak, mengakibatkan

akan adanya kesenjangan ekonomi yang sangat bertolak belakang dengan tujuan
penciptaan lembaga-lembaga internasional ini.
Dilihat dari penjabaran diatas, seharusnya negara mengurangi kekuatan politik dan
kedaulatan negaranya agar terjadi keseimbangan dan kesejahteraan antarnegara pelaku
perdagangan internasional, karena pada prinsipnya, perdagangan internasional
dilakukan dengan tujuan untuk mensejahterakan ekonomi secara bersama antarnegara
yang melakukan perdagangan internasional, bukan salah satu negara saja yang
mendapat keuntungan.

Anda mungkin juga menyukai