DOSEN PENGAMPU :
BENNI ANDIKA, M. Sn.
TEUKU AFIFUDDIN, S. Sn
OLEH :
SHAHIBULLAH RIZKI NADIA
NIM : 15113113
1|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
a. Dasar Pemikiran
Keberadaan teater kini sudah menjadi hiburan tersendiri bagi sebagian
kalangan. Sebagian kalangan menganggap bahwasanya teater merupakan hobi
namun ada sebagian kalangan yang lain beranggapan bahwa teater itu adalah
lahan pekerjaan. Teater juga sering dihubungkan dengan kata drama, sebenarnya
kata teater mempunyai makna yang lebih luas1. Ada orang mengartikan teater
sebagai gedung pertunjukan, ada yang mengartikannya sebagai panggung
(stage). Namun secara etimologis teater adalah gedung pertunjukan (auditorium)2.
Salah satu jenis drama yang berkembang adalah drama realisme. Drama
realisme pada umumnya adalah aliran seni yang berusaha untuk mencapai
kenyataan dengan ilusi, tentu saja pengambaran kenyataan dalam sebuah seni
belum pasti sama dengan yang nyata, kejadian yang sebenarnya terjadi bertahuntahun namun digambarkan beberapa jam saja, harus berfantasi dan memilih isi-isi
pokok-pokok yang penting.
Dalam naskah Pakaian Dan Kepalsuan karya Averchenko yang telah
disadur oleh Achdiat K. Mihardja sangat tergambar sekali sebuah peristiwa yang
nyata jika dilihat dari dialognya yang masih menggunakan bahasa sehari-hari,
dengan penuturannya yang mudah dimengerti.
Prof. Dr. Herman J. Waluyo, Drama: Teori Dan Pengajarannya, (Yogyakarta: Hanindita Graha
Widya, 2002), 3.
2
R.M.A. Harymawan, Dramaturgi, (Bandung: CV ROSDA, 1988), 2.
2|Page
C. Tujuan penyutradaraan
Untuk
memahami
mengaplikasikan naskah
persoalan
diatas,
penggarap
mencoba
untuk
3|Page
Suyatna Anirun, Menjadi Sutradara, (Bandung: STSI Press Bandung, 2002), 10 12 dan 83 99.
4|Page
E. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan konsep penyutradaraan realisme ini
berdasarkan yang diformat oleh Jurusan Teater ISBI Aceh sebagai berikut. Setelah
data data yang diperoleh telah dianalisis, disusun kembali menjadi sebuah
laporan dengan menggunakan rancangan penulisan sebagai berikut :
Bab I :
Rumusan
Penyutradaraan,
Ide
Penyutradaraan,
Biogarafi
Penulis
Kajian
Lakon,
Sumber
Tujuan
Bab III :
BAB IV :
mereka berdua pun berdebat dengan masalah-masalah politik sekarang ini. Ketika
itu pun Rusman menunjukkan sebuah pistol dan diperlihatkannya kepada Hamid.
Hamid pun melihat-lihat pistol itu. Ketika Hamid melihat-lihat pistolitu terdengar
dari luar suara-suara yang hendak masuk ke restoran,hamid pun cepat-cepat
menyembunyikan senjata itu. Tak lama kemudian masuk seorang wanita diikuti 3
orang laki-laki yang bernama Samsu, Mas Abu, Sumantri dan wanita itu bernama
Ratna.
Mereka dengan berpakaian rapi seperti pekerja kantoran. mereka pun
masuk masuk sambil riuh bercakap dan tertawa-tawa dan masing-masing ke-3
lelaki itu pun asyik menceritakan tentang kepahlawanannya masing-masing,
seakan-akan mereka menjadi seorang pahlawan yang perkasa. Ketika 3 orang
lelaki itu sedang berbincang-bincang dengan omong kosong mereka, Hamid dan
Rusman pun berbisik-bisik sambil mendengarkan cerita-cerita mereka itu.
Saat itu dengan wajah riang,ketiga lelaki itu berdiri mengenggam tangan
bersama-sama kecuali Ratna masih duduk tenang. Hamid dan Rusman berbisikbisik sebentar, kemudian hamid dengan langkah yang pasti menuju orang-orang
itu. Hamid pun berkata kepada mereka ketahuilah saudara-saudara menipu,
mendustai, apalagi menipu dan mendustai diri sendiri dalah sangat menjemukan.
Mereka pun berpura-pura tidak tahu apa maksud dari perkataan Hamid. Hamid
mengetahui bahwa mereka adalah seorang penipu hanya mengaku-ngaku
mempunyai pekerjaan yang tinggi.
Kemudian Hamid membongkar satu persatu kebohongan mereka,hamid
pun sambil menondong pistol kearah salah satu dari 3 lelaki itu yang bernama
Samsu,Hamid pun membongkar bahwa samsu adalah seorang dukun tetapi Samsu
tidak mengakuinya, lalu ditodongkan pistol diatas kepala Samsu, Hamid
6|Page
7|Page
untuk melawan nya tetapi Hamid meminta maaf kepada Ratna dia merasa kagum,
ternyata masih ada perempuan yang mau menyelamatkan mahkotanya.
Hamid pun kemudian menyerahkan pistolnya pada Rusman kemudian
menuju meja semula dan menulis sesuatu diatas secarik kertas bon kertas itu
disimpan dimejanya dibebani dengan uang logam. Kemudian kembali menuju
orang-orang dan kembali mengambil pistolnya.
Hamid pun berkata Nah saudara-saudara kami sekarang hendak
pergi,karena tugas kami untuk menolong saudara-saudara sudah selesai. Hamid
menyuruh rusman untuk melepaskan orang-orang yang di kunci di sebuah
kakus.Sepergi
kedua
orang
itu
mereka
serempak
menarik
nafas
panjang,sedangkan ratna bergegas mengambil kertas dari meja hamid. Ratna pun
membaca keras-keras isi surat itu :saudara-saudara dengan hati yang puas saya
telah berhasil membuka topeng yang selama ini menutupi pribadi saudara-saudara
masing-masing.Sekarang silakan saudara-saudara melihat dimuka kaca cermin.
Cermin takkan member bayangan yang palsu lagi kepada saudara-saudara. Jelas
akan kelihatan, bahwa yang satu adalah seorang pandir,yang kedua seorang tolol,
yang ketiga seorang pengecut, dan yang keempat adalah seorang wanita yang
gagah berani,yang rela mati demi mempertahankan kehormatan dan harga dirinya
sebagai seorang wanita. Sedangkan saya sendiri adalah seorang badut yang suka
membuka topeng orang-orang dengan sebuah pistol yang kosong !
Ketiga lelaki itu pun terkejut ketika mendengar bahwa pistol itu
kosong,mereka serempak mengetuk-ngetuk,mengepal-mengepal tinjunya.riuh
samsu lari ke pintu,melihat keluar diikuti oleh sumantri dan mas abu.Kemudian
mereka
masuk
lagi,mengutuk-ngutuk
lagi,mengepal-mengepal
tinjunya
8|Page
geleng kepala. Kemudian mereka berkata :Silakan tuan-tuan,kerjalah orangorang itu,pintu sudah terbuka luas untuk tuan-tuan dan lampu-lampu di jalan
cukup terang ingin kulihat kekecutan dan kepalsuan mengejar kejujuran.
9|Page
BAB II
Analisis Struktur Dan Tekstur
A. Biografi Penulis Lakon
a. Biografi Pengarang
Kehidupan Averchenko sebelum revolusi Rusia,Averchenko lahir pada 27
maret 1881 di Sevastopol.Dia adalah anak dari pedagang miskin. Averchenko
mulai bekerja pada usia 15 tahun,diperkerjakan oleh sebuah perusahaan
transportasi swasta.Dia tetap ada untuk sedikit lebih dari setahun sebelum
mengejar pekerjaan lain.Pada tahun 1897 Averchenko berangkat ke Donbass
untuk bekerja sebagai pegawai di tambang Bryansk.Ia bekerja disana selama tiga
tahun
dan
kemudian
menulis
beberapa
cerita
tentang
kehidupan
di
lainnya,termasuk
11 | P a g e
b. Biografi Penyadur
Achdiat Karta Mihardja lahir di Cibatu, Garut, Jawa Barat, 6 Maret 1911
dan meninggal di Canberra, Australia, 8 Juli 2010 pada umur 99 tahun karena
serangan stroke, yang lebih dikenal dengan nama pena singkatnya Achdiat K.
Mihardja, adalah seorang sastrawan dan penulis Indonesia.
Ia berpendidikan AMS-A Solo dan Fakultas Sastra dan Filsafat Universitas
Indonesia. Ia pernah bekerja sebagai guru di perguruan Taman Siswa, redaktur
Balai Pustaka, Kepala Jawatan Kebudayaan Perwakilan Jakarta Raya, dosen
Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1956-1961), dan sejak 1961 hingga
pensiun dosen kesusastraan Indonesia pada Australian National University,
Canberra, Australia. Achdiat juga pernah menjadi redaktur harian Bintang Timur
dan majalah Gelombang Zaman (Garut), Spektra, Pujangga Baru, Konfrontasi,
dan Indonesia. Di samping itu, ia pernah menjadi Ketua PEN Club Indonesia,
Wakil Ketua Organisasi Pengarang Indonesia, anggota BMKN, angggota Partai
Sosialis Indonesia, dan wakil Indonesia dalam Kongres Internasional PEN Club di
Lausanne, Swiss (1951).
Kumpulan cerpennya, Keretakan dan Ketegangan (1956) mendapat
Penghargaan Sastra BMKN tahun 1957 dan novelnya, Atheis (1949) memperoleh
Penghargaan Tahunan Pemerintah RI tahun 1969 (R.J. Maguire menerjemahkan
novel ini ke bahasa Inggris tahun 1972) dan Sjumandjaja mengangkatnya pula ke
layar lebar pada tahun 1974 dengan judul yang sama, yaitu Atheis.
Karya karyanya adalah Polemik Kebudayaan (editor, 1948), Atheis
(novel, 1949) - diangkat ke film layar lebar dengan judul yang sama tahun 1974,
Bentrokan Dalam Asrama (drama, 1952), Keretakan dan Ketegangan (kumpulan
cerpen, 1956), Kesan dan Kenangan (1960), Debu Cinta Berterbangan (novel,
12 | P a g e
https://id.wikipedia.org/wiki/Achdiat_K._Mihardja
13 | P a g e
14 | P a g e
sambil marah dia tidak terima atas perlakuan Hamid, Ratna pun merasa
terlecehkan. Hamid tetap menyuruh ratna membuka pakaian nya. Sumantri suami
nya pun terpaksa menyetujui perkataan hamid. Ratna sangat marah kepada suami
nya itu dan ratna pun berkata Seperti itukah pendirianmu sebagai suami? Baiklah
kalau begitu kubuka pakaian ku (kata Ratna sambil merasa kesal terhadap
suaminya.
Kemudian Ratna mengarahkan kehadapan Hamid,Ratna malah berbalik
menendang dan bersiaga bak seorang pesilat. hamid pun merasa terkejut dan
mengatakan kepada Ratna O.,Anda luar biasa nyonya,seorang perempuan yang
punya harga diri,tak semurah suami Anda! Ketika saat itu Rusman bergerak
datang dari belakang,Hamid pun menyuruh Rusman kembali kebelakang untuk
menjaga orang-orang yang dikunci disebuah kakus. Rusman dan Hamid pun
berbisik-bisik dulu. Hamid menentang Ratna dengan juru silatnya itu. Tangan
Ratna pun terkepal dengan tegap membentuk kuda-kuda,Hamid pun berkata
Sudah siap nyonya? Hamid membuat posisi gerakan yang sama seperti
Ratna,lalu merubah kembali posisi tubuhnya seperti biasa,kemudian Hamid
bergerak sangat sopan menghampiri ratna sambil menghanturkan salam hormat
dengan takzim nya, ratna pun terpengah keheranan ratna pun menyuruh hamid
untuk melawan nya tetapi Hamid meminta maaf kepada Ratna dia merasa kagum,
ternyata masih ada perempuan yang mau menyelamatkan mahkotanya.
Hamid pun kemudian menyerahkan pistolnya pada Rusman kemudian
menuju meja semula dan menulis sesuatu diatas secarik kertas bon kertas itu
disimpan dimejanya dibebani dengan uang logam. Kemudian kembali menuju
orang-orang dan kembali mengambil pistolnya.
15 | P a g e
kedua
orang
itu
mereka
serempak
menarik
nafas
panjang,sedangkan ratna bergegas mengambil kertas dari meja hamid. Ratna pun
membaca keras-keras isi surat itu :saudara-saudara dengan hati yang puas saya
telah berhasil membuka topeng yang selama ini menutupi pribadi saudara-saudara
masing-masing.Sekarang silakan saudara-saudara melihat dimuka kaca cermin.
Cermin takkan member bayangan yang palsu lagi kepada saudara-saudara. Jelas
akan kelihatan, bahwa yang satu adalah seorang pandir,yang kedua seorang tolol,
yang ketiga seorang pengecut, dan yang keempat adalah seorang wanita yang
gagah berani,yang rela mati demi mempertahankan kehormatan dan harga dirinya
sebagai seorang wanita. Sedangkan saya sendiri adalah seorang badut yang suka
membuka topeng orang-orang dengan sebuah pistol yang kosong !
Ketiga lelaki itu pun terkejut ketika mendengar bahwa pistol itu
kosong,mereka serempak mengetuk-ngetuk,mengepal-mengepal tinjunya.riuh
samsu lari ke pintu,melihat keluar diikuti oleh sumantri dan mas abu.Kemudian
mereka
masuk
lagi,mengutuk-ngutuk
lagi,mengepal-mengepal
tinjunya
lagi.Sementara ratna tenang-tenang saja,memandangi mereka sambil menggelenggeleng kepala. Kemudian mereka berkata Silakan tuan-tuan,kerjalah orang-orang
itu,pintu sudah terbuka luas untuk tuan-tuan dan lampu-lampu di jalan cukup
terang ingin kulihat kekecutan dan kepalsuan mengejar kejujuran.
16 | P a g e
Ibid, 8.
17 | P a g e
Penggambaran plot dalam naskah Pakaian dan Kepalsuan adalah alur linear atau
maju atau biasa juga disebut lurus yaitu eksposisi, konflik, klimaks, resolusi, dan
konklusi
a. Eksposisi
Adalah bagian awal atau pembukaan dari sebuah drama yang
memberikan penjelasan keterangan mengenai tokoh-tokoh cerita,
masalah-masalah yang sedang dilakoni, tempat dan waktu ketika
cerita ini berlangsung. Segmen ini dimulai dari Rusman dan Hamid
yang sedang duduk disebuah restoran.
Eksposisi tersebut terdapat pada awal dialog yaitu :
Hamid :
ternyata
meleset
semata-mata,
maka
Hamid :
18 | P a g e
(Rusman tertawa)
Hamid :
Dengarkan dulu!....
Rusman :
mendusta,
menipu,
menyogok,
Rusman :
19 | P a g e
b. Konflik
Dimana konflik-konflik kecil yang sudah bermunculan, disaat
ketiga lelaki itu sedang bercerita-cerita, hamid dan rusman sudah
mulai curiga dengan mereka. Dengan wajah riang ketiga lelaki itu
berdiri mengenggam tangan bersama-sama, kecuali ratna masih
duduk dengan tenang, hamid dan rusman berbisik-bisik sebentar,
kemudian hamid dengan langkah yang pasti berdiri menuju orangorang itu.
Sumantri :
Ibid, 10.
21 | P a g e
SAMSU :
HAMID :
SAMSU :
HAMID :
d. Resolusi
Dalam tahap ini konflik mereda atau menurun. Tokoh tokoh yang
memanaskan situasi atau meruncingkan konflik telah mati atau
menemukan jalan pemecahan8. Adalah bagian struktur dramatik
yang mempertemukan masalah-masalah yang diusung oleh para
tokoh, dengan tujuan untuk mendapat solusi.
Konfliknya berputar tentang keburukan, egois, dan menutupi
kebohongan pribadi masing-masing. Disini Hamid dan Rusman lah
yang telah membuka topeng mereka dan mengetahui siapa mereka
yang sebenarnya.
RATNA :
HAMID :
Ibid, 11.
23 | P a g e
memberi suatu kenang-kenangan kepada saudarasaudara sekalian. Dan kenang-kenangan itu saya
letakkan diatas meja itu. (Menunjukkan Dengan
Ujung Pistol. Pada Ratna) Harap nanti, apabila
kami sudah pergi dari sini nyonya sendiri yang
mengambilnya untuk kemudian diperlihatkan
kepada kawan-kawan yang lain. (Kepada Rusman)
Rus! Bebaskan dulu orang-orang itu dari kakus dan
katakanlah kepada mereka bahwa uang untuk
minuman kita ada diatas meja. (Rusman Bergegas
Ke Belakang, Tak Lama Kemudian Muncul
Kembali. Hamid Menodongkan Pistolnya Kepada
Orang-Orang Sambil Bergerak Mundur Menuju
Pintu)
Mari kita pergi!.
e. Konklusi
Adalah tahapan akhir dari jalinan struktur dramatik, dimana nasib
para tokoh menemukan kepastian. Dimana pada saat itu Hamid
meninggalkan selembar kertas surat yang isinya adalah tentang
ketololan ketiga lelaki itu dan dimana disana ada seorang wanita
yang rela mati demi mempertahankan kehormatannya dan harga
dirinya sebagai seorang wanita.
Ratna :
dijalan
cukup
terang.
Ingin
kulihat
Itulah pesan yang disampaikan oleh ratna untuk mereka orangorang yang bodoh itu.
24 | P a g e
3. Penokohan
Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Susunan tokoh (drama
personae) adalah daftar tokoh tokoh yang berperan dalam drama itu. Dalam
susunan tokoh itu, yang terlebih dulu dijelaskan adalah nama, umur, jenis
kelamin, tipe fisik, jabatan, dan keadaan jiwanya itu. Penulis lakon sudah
menggambarkan perwatakan tokoh tokohnya9. Tokoh dalam naskah dapat kita
lihat dan analisa dari sudut pendekatan kondisi fisik (fisologis), kejiwaan
(psikologis), dan status sosial.
a. Samsu
Psikologis : Dalam dialog tokoh samsu terlihat bahwasanya tokoh tersebut
memiliki sifat sombong dan angkuh seolah olah ia seperti yang paling hebat,
namun dia hanyalah seorang kiayi.
Fisiologis : Berusia kurang lebih 40 tahun, bertubuh kurus tinggi dan berkulit
putih, berpakaian jas rapi, celana kain, dan berdasi.
Sosiologis : dilihat dari dialognya, samsu memang seorang wakil direktur namun
dia hanyalah seorang kiayi. Tokoh ini bisa dikategorikan kelas menengah ke atas.
b. Mas Abu
Psikologis : dilihat dari dialognya, tokoh mas abu tidak jauh beda dengan tokoh
samsu, berperilaku sombong dan angkuh, merasa paling hebat.
Fisiologis : kurang lebih umurnya sekitar 40 an, bertubuh ideal, bugar,
berpakaian kemeja rapi, dan berdasi.
Sosiologis : secara segi sosiologis, tokoh mas abu hanyalah seorang rentenir kelas
tinggi namun mengaku sebagai seorang pegawai negeri kelas tinggi. Kelas
menengah ke atas.
Ibid, 14.
25 | P a g e
c. Sumantri
Psikologis : dari dialognya tokoh sumantri berperilaku sombong dan suka
mempermainkan wanita.
Fisiologis : berbadan kurus, berusia kurang lebih 40 tahun, berkulit sawo matang,
berpakaian rapi dan berdasi.
Sosiologis : Seorang pemimpin politik yang bekerja sebagai perebut kekuasaan.
Dikategorikan kelas menengah ke atas.
d. Ratna
Psikologis : ratna seorang wanita yang berpendirian, berani, perempuan yang
punya harga diri yang tinggi.
Fisiologis : ia berusia sekitar 35 tahun, berkulit putih, berwajah cantik dan tinggi.
Sosiologis : ratna adalah istri dari sumantri, yang rela mati mempertahankan
harga dirinya, tokoh ini dikategorikan sama dengan sumantri yaitu kelas
menengah ke atas.
e. Hamid
Psikologis : bergaya bicara tegas, ia hanya ingin mencari sebuah kebenaran pada
orang orang yang menipu dirinya sendiri, ia merupakan teman dari rusman
yang sama sama bekas pejuang dan suka membicarakan tentang politik yang
sering terjadi sekarang ini.
Fisiologis : hamid masih muda berusia kurang lebih 25 tahun, badan hamid besar,
tegap seperti atlit, pakaian kurang terurus, terdiri dari kemeja dan pantalon yang
sudah kumal.
Sosiologis : segi sosialnya, hamid adalah seorang pengangguran dan bekas
pejuang, dikategorikan kelas menengah ke bawah.
26 | P a g e
f. Rusman
Psikologis : rusman berkarakter tidak bedanya dengan hamid, berbicara tegas dan
selalu bicara tentang masalah politik.
Fisiologis : rusman berusia sama dengan hamid, yaitu berusia sekitar 25 tahun,
namun berbadan kurus, tapi kelihatan sehat dan bugar, dan juga memakai kemeja
dan pantalon yang sudah kumal.
Sosiologis : sama dengan hamid, seorang pengangguran dan bekas pejuang.
Dikategorikan kelas menengah ke bawah.
4. Latar Cerita
Latar disebut juga sebagai setting, penentuan ini harus cermat sebab drama
naskah harus juga memberi kemungkinan untuk dipentaskan. Setting biasanya
meliputi tiga dimensi yaitu : tempat, ruang, dan waktu10. Latar tempat tidak berdiri
sendiri. Berhubungan dengan ruang dan waktu11,
a. Latar Tempat (Ruang)
latar tempat dalam naskah drama menjelaskan dimana tempat kejadian
peristiwa yang dihadirkan lakon dalam sebuah pertunjukan. Latar tempat juga
memberikan pemahaman terhadap gambaran sosial dari peristiwa yang di
hadirkan melalui dialog. Latar tempat dalam naskah Pakaian dan Kepalsuan ini
adalah sebuah pondok dalam restoran kecil.
b. Latar Waktu
Latar waktu memberikan pemahaman terhadap waktu kejadian peristiwa
atau gambaran kapan terjadi peristiwa itu. Dan pemahaman terhadap latar waktu
menjadi bahan pertimbangan untuk ditawarkan. Setting waktu juga berarti apakah
10
Prof. Dr. Herman J. Waluyo, Drama: Teori dan Pengajarannya, (Yogyakarta: HANINDITA GRAHA
WIJAYA, 2002), 23.
11
Ibid, 23.
27 | P a g e
lakon terjadi di pagi, siang, sore, ataupun malam hari dan juga berarti zaman
terjadinya lakon itu12. Latar waktu yang ada pada naskah Pakaian dan
Kepalsuan tersebut adalah pada malam hari kira kira pukul 22.00.
c. Latar Suasana
Latar suasana merupakan sebuah bentuk gambaran suasana yang terdapat
dalam peristiwa-peristiwa pada naskah. Penggambaran suasana diwujudkan
melalui alur atau plot dan juga dari bangunan konflik yang mempunyai dramatik.
Adapun susana dalam naskah Pakaian dan Kepalsuan tersebut didominasi
suasana tegang yang dihadirkan oleh tokoh hamid.
5.
Tekstur Lakon
Tekstur Lakon adalah bagian-bagian yang terdapat dalam lakon yang
12
Ibid, 23.
28 | P a g e
29 | P a g e
yang
berkembang
semenjak
dari
zaman
yunani,
telah
menggolongkan bentuk teater dalam dua jenis, yaitu: lakon tragedi dan lakon
komedi13. Jakob Sumardjo menggambarkan lakon tragedi sebagai lakon yang
dipenuhi dengan pembunuhan, dendam dan penyesalan yang sering terjadi pada
tokoh utamanya. Berbeda dengan lakon komedi yang selalu menggambarkan
kegembiraan atau yang membuat penonton tertawa dan gembira14. Perkembangan
selanjutnya muncul drama tragikomedi, yakni lakon yang menggambarkan tokoh
utamanya dalam konflik atau peristiwa yang lucu atau konyol. Lakon drama
tragikomedi, tokoh utamanya seringkali mengalami peristiwa menyedihkan,
menegangkan atau menimbulkan rasa iba, prihatin dan simpati15.
Merujuk batasan Willy F. Sambung tentang lakon tragikomedi di atas
maka digolongakan bahwa lakon pakaian dan kepalsuan adalah lakon
tragikomedi. Indikasi-indikasi yang dapat dijabarkan untuk menjawab kesimpulan
di atas antara lain, dapat di lihat dari dialog-dialog yang digunakan, yaitu
13
30 | P a g e
memperumit
31 | P a g e