Anda di halaman 1dari 31

Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

1) Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Merdeka


Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa
Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang di
gunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai peninggalanpeninggalan misalnya:

Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380

Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.

Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.

Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.

Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.

Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:


1. Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan hidup dan sastra.
2. Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di indonesia
3. Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang yang
berasal dari luar indonesia.
4. Bahasa resmi kerajaan.
Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di
wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa
Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau,
antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di
wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa
persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam
perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia
menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
2) Perkembangan Bahasa Indonesia Sesudah Merdeka

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai
pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar:
1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air
Indonesia.
2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
3. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama Sumpah Pemuda. Unsur yang ketiga dari
Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa indonesia merupakan
bahasa persatuan bangsa indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan
kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya
sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu UndangUndang Dasar 1945 di sahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Di dalam UUD 1945 di sebutkan bahwa Bahasa Negara Adalah Bahasa
Indonesia,(pasal 36). Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara
konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa indonesia di pakai oleh berbagai
lapisan masyarakat indonesia.
Peresmian Nama Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahas persatuan bangsa
indonesia. Bahasa indonesia di resmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerekaan
Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi.
Di Timor Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagi bahasa kerja. Dari sudut pandang
Linguistik, bahasa indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar
yang dipakai adalah bahasa Melayu-Riau dari abad ke-19.
Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaannya sebagi bahasa
kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal
abad ke-20. Penamaan Bahasa Indonesia di awali sejak di canangkannya Sumpah
Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan Imperialisme bahasa apabila
nama bahasa Melayu tetap di gunakan.
Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu
yang di gunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, bahasa
indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik
melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun
di pahami dan di tuturkan oleh lebih dari 90% warga indonesia, bahasa indonesia
bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga indonesia
menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di indonesia sebagai bahasa Ibu.
Penutur Bahasa indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) atau

mencampur adukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa Ibunya.


Meskipun demikian , bahasa indonesia di gunakan di gunakan sangat luas di perguruanperguruan. Di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai
forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa indonesia di gunakan
oleh semua warga indonesia. Bahasa Melayu dipakai dimana-mana diwilayah nusantara
serta makin berkembang dengan dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu
yang dipakai didaerah-daerah diwilayah nusantara dalam pertumbuhan dipengaruhi oleh
corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosa kata dari berbagai bahasa, terutama
dari bahasa sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.
Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.
Perkembangan bahasa Melayu diwilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong
tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komikasi rasa
persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan yang
bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang
menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia dalam sumpah pemuda 28
Oktober 1928. Untuk memperoleh bahasa nasionalnya, Bangsa Indonesia harus berjuang
dalam waktu yang cukup panjang dan penuh dengan tantangan.
Perjuagan demikian harus dilakukan karena adanya kesadaran bahwa di samping
fungsinya sebagai alat komunikasi tunggal, bahasa nasional sebagai salah satu ciri
cultural, yang ke dalam menunjukkan sesatuan dan keluar menyatakan perbedaan dengan
bangsa lain.
Ada empat faktor yang menyebabkan Bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia,
yaitu:
1. Bahasa melayu adalah merupakan Lingua Franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan
bahasa perdagangan.
2. Sistem bahasa melayu sederhana, mudah di pelajari karena dalam bahasa melayu tidak di
kenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3. Suku Jawa, Suku Sunda, dan Suku2 yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa
melayu menjadi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional.
4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk di pakai sebagai bahasa kebudayaan
dalam arti yang luas.

Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional,Negara,Dan


Daerah
Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa
Nasional,Negara,Dan Daerah

1. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA


NASIONAL Kedudukan pertama bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa
persatuan. Hal ini tercantum dalam Sumpah pemuda (28-10-1928). Ini berarti
bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai Bahasa Nasional. Kedua adalah
sebagai bahasa negara.
Dalam kedudukannya sebagai Bahasa Nasional, Bahasa Indonesia memiliki
beberapa fungsi yaitu :
1. Lambang kebanggaan kebangsaan
Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai luhur yang mendasari perilaku bangsa
Indonesia.

2. Lambang Identitas Nasional


Bahasa Indonesia mewakili jatidiri bangsa Indonesia, selain Bahasa Indonesia
terdapat pula lambang identitas nasional yang lain yaitu bendera Merah-Putih dan
lambang negara Garuda Pancasila.
3. Alat perhubungan
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku dengan bahasa yang berbeda-beda,
maka kan sangat sulit berkomunikasi kecuali ada satu bahasa pokok yang
digunakan. Maka dari itu digunakanlah Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi
dan perhubungan nasional.
4. Alat pemersatu bangsa
Mengacu pada keragaman yang ada pada Indonesia dari suku, agama, ras, dan
budaya, bahasa Indonesia dijadikan sebagai media yang dapat membuat kesemua
elemen masyarakat yang beragam tersebut kedalam sebuah persatuan.
2. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA
NEGARA
Bahasa negara sama saja dengan bahasa nasional atau bahasa persatuan artinya
bahasa negara merupakan bahasa primer dam baku yang acapkali digunakan pada
kesempatan yang formal.
Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara yaitu :
1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan.
Kedudukan pertama dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara
dibuktikan dengan digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi
kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu dipakailah bahasa Indonesia dalam segala
upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis.

2. Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.


Kedudukan kedua dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara
dibuktikan dengan pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di
lembaga pendidikan dari taman kanak-kanak, maka materi pelajaran yang
berbentuk media cetak juga harus berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan
dengan menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing atau menyusunnya
sendiri. Cara ini akan sangat membantu dalam meningkatkan perkembangan
bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknolologi (iptek)
3. Bahasa Indonesia sebagai penghubung pada tingkat Nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta
pemerintah.
Kedudukan ketiga dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara
dibuktikan dengan digunakannya Bahasa Indonesia dalam hubungan antar badan
pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan
dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu
media komunikasi massa. Tujuan agar isi atau pesan yang disampaikan dapat
dengan cepat dan tepat diterima oleh masyarakat.

4. Bahasa Indonesia Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu


dan Teknologi.
Kedudukan keempat dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara
dibuktikan dengan penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi, baik melalui bukubuku pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media cetak
lainnya. Karena sangatlah tidak mungkin bila suatu buku yang menjelaskan tentang
suatu kebudayaan daerah, ditulis dengan menggunakan bahasa daerah itu sendiri,
dan menyebabkan orang lain belum tentu akan mengerti.
3. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA DAERAH
Bahasa yang berkembang di dalam wilayah Indonesia sangatlah banyak. Hampir
setiap daerah memiliki bahasa sendiri-sendiri seperti jawa, sunda, Madura, bali,
bugis, makasar, batak, papua, dll. Bagaimanakah atau dimanakah kedudukan
bahasa-bahasa tersebut? Setelah ditentukanya bahasa Indonesia yang dahulunya
adalah bahasa Melayu sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara bahasa daerah
yang lain seperti jawa, sunda, bali, batak, papua dan lain sebagainya ditempatkan
dalam kedudukan sebagai bahasa daerah. Dalam kaitanya dengan bahasa
Indonesia bahasa daerah memiliki fungsi yang sangat penting.
Fungsi nyata bahasa daerah dapat kita lihat dari banyaknya kata dalam bahasa
Indonesia yang diambil dari bahasa daerah. Itu menunjukan bahwa bahasa daerah
memiliki fungsi dan kedudukan yang sangat penting dalam perkembangan bahasa
Indonesia.

Secara terperinci bahasa derah memiliki fungsi sebagai berikut:


a. Dalam kaitanya dengan bahasa Indonesia
1. Sebagai pendukung bahasa nasional
2. Bahasa pengantar di sekolah dasar di daerah tertentu pada tingkat permulaan
untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lainnya
3. Alat pengembang dan pendukung kebudayaan daerah.
b. Dalam kedudukannya sebagai bahasa derah sendiri
1. Sebagai lambang kebanggaan daerah
2. Lambang identitas daerah
3. Alat penghubung di dalam keluarga dan masyrakat daerah
Selain bahasa daerah, ada lagi bahasa yang saat ini berkembang pesat pemakainya
seperti bahasa Inggris, perancis, mandarin, belanda, jerman dan lain-lain. Adapun
kedudukan dari bahasa-bahasa tersebut adalah sebagai bahasa Asing.
Dalam kedudukanya sebagai bahasa asing, bahasa-bahasa tersebut di atas tidak
memiliki kemampuan atau bersaing dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional maupun bahasa Negara atau dengan kata lain bahasa asing tidak akan
pernah menjadi bahasa nasional ataupun bahasa Negara Indonesia. Begitupun
dalam kaitannya dengan bahasa daerah.

Bahasa aing ini memiliki fungsinya sendiri yaitu sebagai alat perhubungan
antarbangsa, alat pembantu pengembangan bahasa Indonesia menjadi bahasa
modern, dan alat pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk
pembangunan.
Melihat dari sisi fungsi ketiga bahasa yang berkembang di Indonesia, dapat kita
ketahui bahwa semua bahasa tersebut penting dan bermanfaat bagi bangsa kita.
Namun yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai ketika kita berusaha
menguasai bahasa Asing yang saat ini sedang sangat diminati kita menjadi lupa
akan bahasa Daerah atau bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia dengan berbagai ragamnya


Penting tidaknya bahasa Indonesia
Sebuah bahasa penting atau tidak penting dapat dilihat dari tiga kriteria yaitu jumlah penutur,
luas daerah penyebarannya dan terpakainya bahasa itu dalam sarana iimu susastra dan bahasa.
Dipandang dari Jumlah Penutur

Bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Bahasa Indonesia lahir sebagai bahasa kedua bagi sebagian
besar warga bangsa Indonesia. Yang pertama kali muncul atas diri seseorang adalah bahasa
daerah atau bahasa ibu.
Dipandang Luas Penyebarannya
Penutur bahasa Indonesia yang berjumlah 210 juta lebih yang tersebar dalam daerah yang luas
yaitu Sabang sampai Merauke.
Dipandang dari Dipakainya Sebagai Sarana llmu Budaya dan Sastra
Dengan jumlah penutur dan luas penyebarannya pemakaian suatu bahasa sebagai sarana ilmu,
budaya dan sastra dapat dijadikan pula ukuran penting atau tidak bahasa. Mencoba memandang
bahasa daerah seperti bahasa Kerinci, kita dapat menelusuri berapa jauh bahasa itu dapat dipakaj
sebagai sarana sastra, budaya, dan ilmu.
JENIS RAGAM BAHASA
a.
Ragam lisan dan ragam tulis
b.
Ragam baku dan ragam tidak baku
a
Ragam baku tulis dan ragam baku lisan
d.
Ragam sosial dan ragam fungsional
e.
Ragam Indonesia yang baik dan benar
Ragam Sosial dan Ragam Fungsional
Ragam Sosial yaitu ragam bahasa yang sebagai norma dan kaidahnya didasarkan atas
kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil masyarakatnya.
Ragam fungsional kadang-kadang disebut ragam profesional adalah ragam bahasa yang
dikaitkan dengan profesi lembaga lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya.
- ragam keilmuan/teknologi
- ragam kedokteran
- ragam keagamaan
Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Pengertian benar pada suatu kata atau kaiimat adalah pandangan yang diarahkan dari segi kaidah
bahasa. Sebuah kaiimat atau sebuah pembentukan kata dianggap benar apabila bentuk itu
rnematuhi kaidah yang berlaku.
- kuda makan rumput (SPOK)
- rumput makan kuda
Sebuah bentuk kata dikatakan benar kalau memperlihatkan proses
pembentukan yang benar menurut kaidah yang berlaku,
Kata aktifitas tidak benar penulisannya karena pemunculan kata itu
tidak mengikuti kaidah penyerapan. Misalnya: persuratkabaran,
pertanggungjawaban.

Pengertian Kalimat
Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan
pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya yang akan
dijelaskan pada bagian lain. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat
pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah contoh kalimat
secara umum : Joy Tobing adalah pemenang lomba Indonesian Idol yang pertama. Pergi!
Bang Napi dihadiahi timah panas oleh polisi yang mabok minuman keras itu. The Samsons
sedang konser tunggal di pinggir pantai ancol yang sejuk dan indah. Setiap kalimat memiliki
unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang
mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK : Subjek / Subyek (S) Predikat
(P) Objek / Obyek (O) Keterangan (K)
1. Predikat (P)
Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan merupakan
inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival,
nominal, numeral, dan preposisional.
Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a. Yasmina duduk-duduk di ruang tamu.
b. Anda dan saya tidak harus pergi sekarang.
c. Letusan Gunung Merapi keras sekali.
d. Makanan itu mahal.
e. Ayah saya guru bahasa Indonesia.
f. Anda guru?
g. Anak kami tiga .
h. Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
i. Dia dari Medan
j. Pak Nurdin ke Saudi.
Pada sepuluh kalimat di atas, terdapat bagian yang dicetak miring. Ada yang berbentuk kata
maupun frasa (lebih dari satu kata). Kata atau frasa yang dicetak miring tersebut berfungsi
sebagai predikat.
Kalimat a dan b adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori verbal, disebut kalimat
verbal. Kalimat c dan d adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori adjektival, disebut
kalimat adjektival. Kalimat e dan f adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori nominal,
disebut kalimat nominal. Kalimat g dan h adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori
numeral, disebut kalimat numeral. Kalimat i dan j adalah contoh kalimat dengan predikat
berkatagori preposisional, disebut kalimat preposisional.
2. Subjek (S)
Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek. Dalam
pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat

inversi. Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu, katagori lain
bisa juga mengisi kedudukan subjek.
Pada sepuluh contoh kalimat di atas, kata atau frasa Yasmina, Anda dan saya, letusan Gunung
Merapi, makanan itu, ayah saya, anak kami, peserta audisi itu, dia, dan Pak Nurdin berfungsi
sebagai subjek. Subjek yang tidak berupa nomina, bisa ditemukan pada contoh kalimat seperti
ini:
1. Merokok merupakan perbuatan mubazir.
2. Berwudlu atau bertayamum harus dilakukan sebelum sholat.
3. Tiga adalah sebuah angka.
4. Sakit bisa dialami semua orang.
3. Objek (O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang
berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika
kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika
kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.
Berikut contoh objek dalam kalimat:
a. Dr. Ammar memanggil suster Ane.
b. Adik dibelikan ayah sebuah buku.
c. Kami telah memicarakan hal itu
Suster ane, ayah, sebuah buku, dan hal itu pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek. Khusus
pada kalimat b. Terdapat dua objek yaitu ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek 2)
4. Pelengkap (PEL)
Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah
ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif.
Perhatikan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut
berfungsi sebagai pelengkap bukan objek.
Contoh:
a. Indonesia berdasarkan Pancasila
b. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
c. Kaki Cecep tersandung batu.
5. Keterangan (K)
Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predidkat, objek, maupun pelengkap dapat
diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan PEL. yang pada kalimat
selalu terletak dibelakang P, unsur yang berfungsi sebagai keterangan (K) bisa terletak di depan S
atau P.
Contoh:
a. Di perpustakaan kami membaca buku itu.
b. Kami membaca buku itu di perpustakaan.

c. Kami /di perpustakaan/ membaca buku itu.


d. Tono mencabut paku dengan tang.
e. Dengan tang Tono mencabut paku.
f. Tono /dengan tang/ mencabut paku.
Pada enam kalimat di atas, tampak bahwa frasa di perpustakaan dan dengan tang yang berfungsi
sebagai keterangan mampu ditempatkan di awal maupun di akhir. Khusus jika ditempatkan
antara S dan P, cara membacanya (intonasi) harus diubah sedemikian rupa (terutama jeda) agar
pemaknaan kalimat tidak keliru.
Dilihat dari bentuknya, keterangan pada sebuah kalimat bisa dikenali dari adanya penggunaan
preposisi dan konjungsi (di, ke, dari, kepada, sehingga, supaya, dan sejenisnya.). Akan tetapi,
tidak semua keterangan berciri demikian, ada pula keterangan yang berbentuk kata, seperti pada
contoh berikut:
a. Kami telah mengengoknya kemarin.
b. Tiga tahun kami telah bekerja sama dengannya.

Pengertian Paragraf (Alinea)


Pengertian Paragraf
Merupakan suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau
karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan
baris baru.
Paragraf di kenal juga dengan sebutan Alinea. Paragraf dibuat
dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam
beberapa ketukan atau spasi.
Kepaduan Paragraf (Koherensi)
Suatu paragraf bisa dikatakan koherensi apabila ada kekompakan
antara gagasan dan yang dikemukakan kalimat yang satu dengan
kalimat yang lainnya. Kalimat-kalimatnya memiliki hubungan timbal
balik serta secara bersama-sama membahas satu gagasan utama.
Contoh:
Buku merupakan investasi masa depan. Buku adalah jendela masa depan
ilmu pengetahuan yang bisa membuka cakrawala seseorang. Dibandingkan
dengan media pembelajaran audiovisual, buku lebih mampu
mengembangkan daya kreatifitas dan imajinasi anak-anak karena
membuat otak lebih aktif mengasosiasikan simbol dengan makna.
Radio adalah media alat elektronik yang banyak di dengar
masyarakat. Namun demikian, minat dan kemampuan membaca tidak

akan tumbuh secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan


pembiasaan.
Paragraf diatas dikatakan tidak koherensi karena terdapat satu
kalimat yang melenceng dari gagasan utamanya yaitu yang di cetak
tebal.
Kesatuan Paragraf
Tiap paragraf hanya mempunyai satu gagasan pokok yang diwujudkan
dalam satu kalimat. Kalimat utama yang di letakkan di awal
paragraf biasa kita sebut Deduktif, sedangkan kalimat utama yang
di akhir paragraf biasa kita sebut Induktif. Adapun ciri-ciri
dalam membuat kalimat utama, harus mengandung permasalahan yang
berpotensi untuk diperinci atau diuraikan lebih lanjut.
Contoh Paragraf Deduktif:
PBB menetapkan 12 Agustus sebagai hari Remaja Internasional.
Pencetus gagasan ini ialah para menteri sedunia yang menangani
masalah remaja di Portugal pada tahun 1998. Tujuannya guna memicu
kesadaran remaja untuk memahami masalah sosial budaya, lingkungan
hidup, dan pendidikan.
Contoh Paragraf Induktif:
Kalau ditanya soal masa depan, banyak remaja yang menjawab
asal-asalan. Tanpa motivasi, tanpa perencanaan yang jelas.
Mereka yang pesimis, harapan masa depannya pun rendah.
Kegunaan dari paragraf itu sendiri adalah :

untuk menandai pembukaan topik baru, atau mengembangkan


lebih lanjut dari topik sebelumnya

untuk menambah hal-hal yang penting atau untuk merinci apa


yang sudah diutarakan dalam paragraf yang sebelumnya

Macam-macam paragraf :
1. Berdasarkan letak kalimat
Paragraf Deduktif : paragraf
awal paragraf
Paragraf Induktif : paragraf
akhir kalimat paragraf
Paragraf Campuran : paragraf
awal dan akhir paragraf

utama :
yang kalimat utamanya terletak di
yang kalimat utamanya terletak di
yang kalimat utamanya terletak di

2. Berdasarkan tujuan :
Paragraf Narasi adalah paragraf yang bertujuan untuk
menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sehingga pembaca
seolah-olah mengalami kejadian tersebut.
Paragraf Deskripsi adalah paragraf yang bertujuan menggambarkan
sebuah objek nyata agar pembaca seolah-olah melihat sendiri objek

yang di gambarkan itu.


Paragraf Eksposisi adalah paragraf yang bertujuan memaparkan
sebuah sejumlah informasi atau pengetahuan agar pambaca dapat
menambah informasi atau pengetahuan.
Paragraf Argumentasi adalah paragraf yang bertujuan untuk
mengemukakan contoh, asalan, bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan
dengan tujuan meyakinkan pembaca sehingga pembaca membenarkan
sikap, pernyataan, dan keyakinan kita.

Pengertian Paragraf
Paragraf atau alinea merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang lain. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat, karena dalam
bentuk inilah penulis menuangkan ide atau pikirannya sehingga membentuk suatu topik atau
tema pembicaraan. Dalam 1 paragraf terdapat beberapa bentuk kalimat, kalimat-kalimat itu ialah
kalimat pengenal, kalimat utama (kalimat topik), kalimat penjelas, dan kalimat penutup.
Kalimat-kalimat ini terangkai menjadi satu kesatuan yang dapat membentuk suatu gagasan.
Panjang pendeknya suatu paragraf dapat menjadi penentu seberapa banyak ide pokok paragraf
yang dapat diungkapkan.

Jenis-jenis Paragraf
Paragraf Narasi

Paragraf Narasi ialah jenis paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa
berdasarkan urutan waktu. Paragraf narasi terdiri atas narasi kejadian dan narasi runtut cerita.
Paragraf narasi kejadian adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa,
sedangkan paragraf narasi runtut cerita adalah paragraf yang pola pengembangannya dimulai
dari urutan tindakan atau perbuatan yang menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Dalam
paragraf narasi terdapat alur cerita, tikoh, setting dan konflik, paragraf narasi juga tidak memiliki
kalimat utama.
Contoh paragraf narasi:
Kemudian mobil meluncur kembali, Nyonya Marta tampak bersandar lesu.
Tangannya dibalut dan terikat di leher. Mobil itu berhenti didepan rumah.
Lalu bawahan suaminya beserta istri-istri mereka pada keluar rumah untuk
menyongsong. Tuan Hasan memapah istrinya yang sakit. Sementara
bawahan tuan Hasan berlomba menyambut kedatangan nyonya Marta.

aragraf narasi juga dapat dibedakan menurut jenis ceritanya, yaitu:

Narasi Ekspositoris ialah jenis narasi yang berisikan rangkaian perbuatan


yang disampaikan secara informatif sehingga pembaca mengetahui peristiwa
itu secara tepat.
Contoh paragraf narasi ekspositoris:
Siang itu, sabtu pekan lalu, Ramin bermain sangat bagus. Mula-mula ia
menyodorkan sebuah kontramelodi yang hebat, lalu bergantian dengan
klarinet, meniupkan garis melodi utamanya. Ramin dan tujuh kawannya
berbaris seperti serdadu masuk ke tangsi, mengiringi Akhmad, memepelai
pria yang akan menyunting Mulyati, gadis yang rumahnya di Perumahan
Kampung Meruyung. Mereka membawakan "Mars Jalan" yang dirasa tepat
untuk mengantar Akhmad, sang pengantin ....

Narasi Sugestif ialah jenis narasi yang hanya mengisahkan suatu hasil
rekaan, khayalan, atau imajinasi pengarang. Jenis karangan ini dapat dilihat
pada roman, cerpen, hikayat, dongeng, dan novel. Narasi sugestif selalu
melibatkan daya khayal atau imajinasi karena sasaran yang ingin dicapai
yaitu kesan terhadap peristiwa.
Contoh paragraf narasi sugestif:
Patih Pranggulang menghunus pedangnya. Dengan cepat ia mengayunkan
pedang itu ke tubuh Tunjungsekar. tapi, aneh sebeleum menyentuh tubuh
Tunjungsekar, pedang itu jatuh ke tanah. Patih Pranggulang memungut
pedang itu dan membacokkan lagi ke tubuh Tunjungsekar. Tiga kali Patih
Pranggulang melakukan hal itu, Akan tetapi, semuanya gagal.

Paragraf Deskripsi

Paragraf Deskripsi ialah paragraf yang menggambarkan suatu objek dengan kata-kata yang
mampu merangsang indra pembaca. Artinya penulis ingin membuat pembaca melihat,
mendengar maupun merasakan apa yang sedang mereka baca dari paragraf tersebut.
Contoh Paragraf Deskriptif:
Masih melekat di mataku, pemandangan indah nan elok pantai Swarangan.
Gelombang ombak yang tidak terlalu besar datang bergulung silih berganti
menyambut siapapun yang datang seakan ingin mengajak bermain. Air yang
jernih dan pasir putih lembut yang terhampar luas tanpa ada karang yang
menghalangi membuatku ingin kembali lagi. Sejauh mata memandang yang
kulihat hanya laut yang terbentang luas dan biru. Kurasakan dingin
membasuh kakiku karena ombak yang terus-menerus menghempas kakiku
dan terasa asin ketika air laut itu menyentuh bibirku karena percikannya.
Disepanjang bibir pantai kulihat wisatawan beserta keluarga dan temanteman mereka berkumpul membentuk suatu kelompok kecil untuk

menikmati keindahan pantai Swarangan. Tidak jauh dari tempat itu aku juga
melihat beberapa wisatawan berkejar-kejaran di bibir pantai, bermain bola,
bermain dengan air, atau berfoto-foto dengan latar belakang pantai.
Meskipun tak seramai dengan pantai-pantai yang sudah terkenal di kancah
nasional maupun internasional pantai ini tak pernah surut oleh wisatawan
yang datang.

Ciri-ciri paragraf deskriptif ialah:


1. Menggambarkan atau melukiskan suatu benda, tempat, atau suasana
tertentu.
2. Penggambaran dilakukan dengan melibatkan panca indra (pendengaran,
penglihatan, penciuman, pengecapan, dan perabaan).
3. Bertujuan agar pembaca seolah-olah melihat atau merasakan sendiri objek
yang dideskripsikan.
4. Menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna, ukuran, bentuk, dan keadaan suatu
objek secara terperinci.

Didalam paragraf deskriptif terdapat pola pengembangan paragraf, yaitu:


1. Pola Spasial
2. Pola Sudut Pandang
Pola sudut pandang adalah pola pengembangan yang berdasarkan pada
posisi penulis saat menggambarkan suatu objek. Pola sudut pandang terbagi
lagi menjadi 2 pola yaitu:
1. Pola Subjektif ialah pola yang menggambarkan objek sesuai penafsiran
dengan disertai kesan atau opini dari penulis.
2. Pola Objektif ialah pola pengembangan paragraf deskripsi dengan cara
menggambarkan objek secara apa adanya tanpa disertai opini penulis.

Paragraf Eksposisi

Paragraf Eksposisi Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan untuk memaparkan,
menjelaskan, menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan suatu topik kepada
pembaca dengan tujuan untuk memberikan informasi sehingga memperluas pengetahuan

pembaca. Untuk memahaminya pun pembaca perlu melakukan proses berpikir dan melibatkan
pengetahuan.
Ciri-ciri paragraf eksposisi:
1. Memaparkan definisi dan memaparkan langkah-langkah, metode atau
melaksanakan suatu tindakan.
2. Gaya penulisannya bersifat imformatif.
3. Menginformasikan/menceritakan sesuatu yang tidak bisa dicapai oleh alat
indra.
4. Paragraf eksposisi umumnya menjawab pertanyaan apa, siapa, dimana,
kapan, mengapa dan bagaimana.

Contoh Paragraf Eksposisi:


Sejak zaman dahulu, nenek moyang kita telah mengenal tanaman lidah
buaya beserta manfaatnya bagi manusia. Manfaat lidah buaya tidak hanya
sebagai penyubur rambut, tapi juga bermanfaat bagi kesehatan. Tumbuhan
tanpa buah ini memilikii ciri fisik sebagai berikut: daun berbentuk panjang
dengan duri kedua sisi daunnya, tebal, dan berwarna hijau. Daunnya
mengandung serat bening sebagai daging. Meskipun lidah buaya sejak
dahulu dikenal memiliki banyak khasiat, belum banyak yang mengetahui
bahwa tanaman ini bisa menjadi komoditas yang menguntungkan.
Menariknya, komoditas ini tidak hanya bermanfaat sebagai ramuan penyubur
rambut, tapi juga sebagai minuman yang menyehatkan seperti teh lidah
buaya yang terbuat dari daun lidah buaya yang dikeringkan dan kuliner
sepert: kerupuk dan jelly lidah buaya.

Paragraf eksposisi terbagi dalam beberapa jenis yaitu:

Eksposisi Definisi, batasan pengertian topik dengan menfokuskan pada


karakteristik topik itu sendiri.
Contoh paragraf eksposisi definisi:
Ceplukan adalah tumbuhan semak liar yang biasanya tumbuh di tanah-tanah
kosong yang tidak terlalu becek dan hanya bisa ditemukan pada saat musim
penghujan. Tumbuhan ini memiliki tinggi antara 30-50 Cm, dengan ciri
fisiknya ialah memiliki batang yang berwarna hijau kekuningan, buahnya
berbentuk bulat dan berwarna kuning. Daging buah ceplukan yang tidak
hanya terasa manis, ternyata juga mengandung beberapa khasiat penting
untuk menyembuhkan penyakit seperti influenza, sakit paru-paru, kencing
manis, dan beberapa penyakit lain. Meski memiliki beberapa khasiat penting,

keberadaan tumbuhan ini sering disepelekan karena diangggap sebagai


tumbuhan liar yang sama tidak pentingnya dengan tumbuhan liar yang lain.

Eksposisi Klasifikasi ialak paragraf yang membagi sesuatu dan


mengelompokkannya ke dalam kategori-kategori.
Contoh paragraf eksposisi klasifikasi:
Sistem penamaan jenis-jenis kritik sastra bervariasi, tergantung pada
pendekatan yang digunakan. Pendekatan moral menekankan pada pertalian
karya sastra dengan wawasan moral dan agama. Pendekatan historis,
bekerja atas dasar lingkungan karya sastra yang berkaitan dengan faktafakta dari zaman dan hidup pengarang. Pendekatan impresionistik menjadi
ciri khas aliran sastra romantik, menekankan pada efek personil karya sastra
pada kritikusnya.

Eksposisi Proses, paragraf jenis ini sering ditemukan pada buku-buku


petunjuk pembuatan, penggunaan, atau cara-cara tertentu.

Contoh paragraf eksposisi proses:


Lemon dan jeruk nipis ternyata memiliki khasiat sebagai penghilang jerawat.
Kedua buah ini mengandung citric acid yang sangat kaya dan sangat baik
untuk memindahkan sel-sel kulit mati yang bisa menjadi penyebab jerawat.
Cara menggunakannya ialah dengan mencampurkan perasan lemon atau
jeruk nipis dengan air mawar, kemudian oleskan di wajah secara merata dan
biarkan selama 10-15 menit. Setelah itu bilas wajah dengan air hangat.
Penerapan yang dilakukan secara rutin dan konsisten selama 15 hari akan
memberikan hasil yang maksimal.

Eksposisi Ilustrasi (contoh), pengembangannya menggunakan gambaran


sederhana atau bentuk konkret dari suatu ide. Mengilustrasikan sesuatu
dengan sesuatu yang lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan sifat.
Biasanya menggunakan frase penghubung "seperti" dan "bagaikan."

Contoh paragraf eksposisi ilustrasi (contoh):


Sebenarnya, kondisi ekonomi kita sudah relatif membaik. Indikatornya dapat
dilihat dari berbagai aspek. Misalnya, dalam bidang otomotif. Setiap hari kita
temukan aneka kendaraan melintas di jalan raya. Sepeda motor baru, mobil
pun baru. Ini menandakan bahwa taraf hidup masyarakat mulai membaik.
Indikator lain seperti daya beli masyarakat akan kebutuhan sandang,
pangan, dan papan. Dalam bidang papan, misalnya, banyak warga
masyarakat yang membangun tempat tinggal yang permanen.

Eksposisi Pertentangan, berisi pertentangan antara sesuatu dengan sesuatu


yang lain. Frase penghubung yang digunakan adalah "akan tetapi",
"meskipun begitu", "sebaliknya".
Contoh paragraf eksposisi pertentangan:
Orang yang gemar bersepeda, pada umumnya ialah orang-orang yang suka
pada alam. Sebaliknya, orang yang tak pernah bersepeda kebanyakan orang
kota yang ke mana-mana terbiasa naik mobil nyaman. Mereka akan
menggerutu jika menemui jalan sempit di desa-desa.

Eksposisi Berita ialah paragraf yang berisi pemberitaan mengenai suatu


kejadian. Jenis ini banyak ditemukan pada surat kabar
Contoh paragraf eksposisi berita:
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak
pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir
mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan
terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.

Eksposisi Perbandingan, dalam hal ini penulis mencoba menerangkan ide


dalam kalimat utama dengan cara membandingkannya dengan hal lain.

Contoh paragraf eksposisi perbandingan:


Tinju bukanlah jenis olah raga yang banyak peminatnya, yang banyak adalah
penggemarnya. Berbeda dengan olah raga jalan kaki, peminatnya banyak,
penggemarnya sedikit. Karena, tidak ada orang yang menonton orang lain
berjalan kaki.

Eksposisi Analisis, proses memisah-misahkan suatu masalah dari suatu


gagasan utama menjadi beberapa subbagian, kemudian masing-masing
subbagian dikembangkan secara berurutan.
Contoh paragraf eksposisi analisis:
Beragam teori dikemukakan untuk menemukan latar belakang kematian
Merilyn Monroe. Ada yang berpendapat dia diancam oleh mafia. Seorang
detektif memperkirakan, Merilyn memiliki hubungan dengan J.F. Kennedy. Dia
dibunuh untuk menutupi kejadian yang dapat merusak nama baik tokoh
penting AS tersebut

Paragraf Argumentasi

Paragraf Agumentasi ialah jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat
penulis dengan disertai bukti dan fakta (benar-benar terjadi). Tujuannya adalah agar pembaca
yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti.

Ciri-ciri paragraf argumentasi, yaitu:


1. Menjelaskan suatu pendapat agar pembaca yakin.
2. Memerlukan fakta untuk membuktikan pendapatnya biasanya beruapa
gambar/grafik, dll.
3. Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman dan penelitian.
4. Penutup berisi kesimpulan.
Jenis-jenis paragraf argumentasi:
1. Pola Analogi adalah penalaran induktif dengan membandingkan dua hal
yang banyak persamaannya. Contoh Pola Analogi: Sifat manusia ibarat padi
yang terhampar di sawah yang luas. Ketika manusia itu meraih kepandaian,
kebesaran, dan kekayaan, sifatnya akan menjadi rendah hati dan dermawan.
Begitu pula dengan padi yang semakin berisi, ia akan semakin merunduk.
Apabila padi itu kosong, ia akan berdiri tegak.
2. Pola Generalisasi (pola umum) adalah penalaran induktif dengan cara
menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Contoh Pola
Generalisasi: Setelah karangan anak-anak kelas 8 diperiksa, ternyata Ali,
Toto, Alex, dan Burhan mendapat nilai 8. Anak-anak yang lainmendapat 7.
Hanya Maman yang 6, dan tidak seorang punmendapat nilai kurang. Boleh
dikatakan, anak kelas 8 cukup pandaimengarang.
3. Pola Hubungan Sebab Akibat adalah paragraf yang dimulai dengan
mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada
simpulan yang menjadi akibat. Contoh Pola Hubungan Sebab Akibat:
Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan
sebagai penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa
initidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal
dankurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan
pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu
gagal.
Paragraf Persuasi

Paragraf Persuasi ialah suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk pembaca agar mau
berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat tercapai, penulis
harus mampu mengemukakan pembuktian dengan data dan fakta.
Ciri-ciri paragraf persuasi, yaitu:
1. Persuasi berasal dari pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.
2. Harus menimbulkan kepercayaan para pembacanya.

3. Persuasi harus dapat menciptakan kesepakatan atau penyesuaian melalui


epercayaan antara penulis dengan pembaca.
4. Persuasi sedapat mungkin menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang
dan supaya kesepakatan pendapatnya tercapai.
5. Persuasi memerlukan fakta dan data.

Contoh paragraf persuasi:


Masyarakat Hindu di Bali memiliki upacara kematian yang sangat unik dan
memiliki daya tarik tersendiri untuk wisatawan asing maupun lokal. Ritual
unik ini disebut dengan ngaben. Ngaben adalah ritual atau upacara
pembakaran mayat sebagai simbol penyucian roh orang yang sudah
meninggal. Karena dalam pelaksanaannya membutuhkan berbagai
perlengkapan dengan biaya yang cukup besar, maka tidak semua orang telah
meninggal bisa langsung di aben. Jenazah yang belum di aben biasanya akan
dikubur terlebih dahulu sambil menunggu semua perlengkapan ngaben telah
siap dan lengkap. Jika ingin melihat ritual pembakaran mayat yang sangat
unik ini, tidak ada salahnya anda berkunjung ke Provinsi Bali karena Upacara
Ngaben dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat Hindu di Bali.

Pengertian Penalaran dan Macam-Macam Penalaran


Beserta contohnya
PENALARAN
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan
indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk
proposisi proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang
diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru
yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam
penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan
premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi
(consequence).
Macam-macam Penalaran, Penalaran ada dua jenis yaitu :
INDUKTIF

induktif adalah hal khusus menuju hal umum. Ya itu kuncinya "dari yang khusus menuju
yang umum. Bila diuraikan, jangan terpatok pada gaya definisi seseorang, coba uraikan sendiri
definisi paragraf induktif dengan kata kunci "dari khusus ke umum" tadi. Atau kalau memang
malas menguraikan, mari lihat definisi berikut;
Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa yang
khusus, untuk menuju kepada kesimpulan umum, yang mencakup semua peristiwa khusus di
atas.
Masih kurang puas dengan definisi tersebut? Baiklah karena definisi yang baik disertai dengan
batasan dan ciri-cirinya. Kita uraikan ciri-cirinya. Ciri-ciri paragraf induktif dapat diketahui
dengan melihat atau membuat sebuah paragraf. Apabila dalam paragraf itu mula-mula
menyebutkan peristiwa khusus dan diakhiri dengan kesimpulan berdasar peristiwa khusus
tersebut, maka bisa dipastikan anda sedang membaca atau membuat paragraf induktif.
Ingin paragraf diatas dibuat terpisah dalam bentuk item ciri-ciri, agar lebih mudah difahami?
Oke, berikut ciri-ciri paragrad induktif dalam bentuk list:
Ciri-ciri Paragraf Induktif

Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus

Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus

Kesimpulan terdapat di akhir paragraf

Menemukan
Kalimat
Utama,
Gagasan
Utama,
Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf

Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama

Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwaperistiwa khusus

Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasa utama

Kalimat

Penjelas

CONTOH :
-Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
-Ikan Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
kesimpulan ---> Semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
DEDUKTIF
deduktif adalah contoh suatu paragraf yang dibentuk dari suatu masalah yang bersifat
umum, lebih luas. Setelah itu ditarik kesimpulan menjadi suatu masalah yang bersifat khusus
atau lebih spesifik. Atau juga dapat diartikan, suatu paragraf yang kalimat utamanya berada di
depan paragraf kemudian diikuti oleh kalimat penjelas.

Contoh :
Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional. Jangan pernah belajar dadakan.
Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau
belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku
kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di
buku.
Kalimat utama dari paragraph adalah kalimat yang di garis bawahi, dan kalimat itu berada
depan paragraf sesuai dengan ciri-ciri dari paragraph deduktif.

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH (Resume)

MENYUSUN KARYA ILMIAH


A. Konsep Karya Ilmiah
Karya ilmiah terbentuk dari kata karya dan ilmiah. Karya berarti kerja dan hasil kerja
dan ilmiah berari bersifat ilmu. Dengan demikian karya ilmiah berarti kerja atau hasil kerja
berdasarkan ilmu atau kerja yang bersifat ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh
berdasarkan metode-metode ilmiah. Metode ilmiah dilakukan untuk mendapatkan kebenaran
ilmiah. Oleh karena itu, karya ilmiah harus berisi kebenaran ilmiah. Jadi, karya ilmiah adalah
karya yang disusun dengan menggunakan metode ilmiah untuk mendapatkan kebenaran ilmiah.
Kebenaran ilmiah akan tercapai apabila diperoleh dari pemikiran yang rasional (logis)
dan dapat dibuktikan secara empiris. Pemikiran yang rasional merpakan pemikiran yang disertai
dengan penalaran yang logis (diterima akal sehat). Penalaran yang ilmiah harus di sertai dengan
informasi (pengetahuan) yang tepercaya. Sedangkan empiris maksudnya pemikiran yang disertai
dengan bukti-bukti dan fakta-fakta.
B. Karakteristik Karya Ilmiah
Sesuai dengan uraian di atas, karya ilmiah berkarakteristik:
a. objektif, artinya karya ilmiah harus relistis, apa adanya, sesuai objeknya, tidak ada rekayasa, dan
tidak pula memasukkan unsure-unsur subjektivitas penulis,
b. faktual, artinya karya ilmiah harus didasarkan pada fakta dan dapat pula dibuktikan,
c. rasional dan logis, artinya karya ilmiah harus dapat diterima secara akal dan berisi penalaranpenalaran ilmia,
d. ilmiah, artinya karya ilmiah harus didasarkan pada bidang keilmuan dan prosedur ilmiah,
e. sistematis, artinya karya ilmiah harus disusun dengan menggunakan sistematika yang baik, dan

f.

manfaat, artinya karya ilmiah harus mempunyai manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan
secara teoritis dan pihak-pihak yang memerlukan, bahkan bermanfaat secara universal, dan
bermanfaat praktis,

C. Pola Pikir dalam Penulisan Karya Ilmiah


Pola piker dalam karya ilmiah memunyai peranan yang sangat penting karena sebuah
karya ilmiah selalu didasarkan pada hasil berpikir ilmiah. Pola pikir dalam karya ilmiah dipilah
menjadi dua, yaitu pola pikir bersifat deduksi (cara berpikir deduktif) dan pola pikiri induksi
(cara berpikir deduktif). Pola pikir deduktif merupakan pola pikir ilmiah yang didahului dengan
pernyataan umum yang berupa kesimpulan terhadap suatu objek atau pernyataan teoritis dari
sebuah teori tertentu kemudian ditindajlanjuti dengan pernyataan khusus yang diperoleh dari
analisis objek, argument-argumen, bukti-bukti, dan hal lain yang aktual, realistis, dan logis.
Sedangkan pola pikir induktif merupakan pola pikir yang didahului dengan pernyataan
khusus yaitu hal yang bersifat aktual, realistis, dan objektif kemudian ditarik sebuah pernyataan
umum (simpulan).
D. Sumber-sumber Gagasan Penyusunan Karya Ilmiah
Sumber gagasan penysunan karya ilmiah yang dimaksudkan di sini adalah bahan penulisan.
Bahan penulisan adalah berbagai informasi baik teoritis maupun realistis-empiris yang
menimbulkan inspirasi untuk menyusun karya ilmiah. Sumber-sumber informasi dapat diperoleh
dari hal-hal seperti diuraikan di bawah ini.
a. Inferensi atau pengalaman
Profesi yang kita tekuni, aktivitas yang kita jalani, dan pekerjaan yang kita kerjakan pasti
memunculkan persoalan-persoalan. Kerap kali dalam benak kita mempunyai gagasan untuk
mengembangkan aktivitas tersebut menjadi lebih baik, maju, dan berkualitas. Sering pula, ketika
kita menjalani kegiatan, pekerjaan, dan profesi menemui masalah dan terlintas cara
memecahkannya. Gagasan, cara memecahkan masalah, dan hal-hal baru yang kita dapatkan dari
aktivitas itu dapat kita pakai sebagai bahan untuk menulis karya ilmiah. Sumber yang kita
peroleh seperti itu berarti bersumber dari pengalaman sehari-hari.
b. Observasi
Sumber penulisan karya ilmiah dapat diperoleh pula dari observasi. Observasi yang
dimaksud adalah pengamatan terhadap suatu objek, kejadian, atau fenomena tertentu. Kegiatan
observasi itu dilakukan dengan terjun langsung atau melibatkan diri ke dalam objek, peristiwa,
dan fenomena yang diamati. Proses observasi harus dilakukan dengan sadar (terencana) dan
terukur.

c.

Pustaka
Sumber pustaka maksudnya adalah sumber yang diperoleh dari buku dan media cetak
lainnya. Untuk mendapatkan bahan penuluisan karya ilmiah dari sumber ini harus melalui proses
membaca kritis.

d. Deduksi dari suatu teori


Yang dimaksudkan deduksi dari suatu teori adalah pernyataan-pernyataan umum dari
suatu kesimpulan suatu teori tertentu yang sudah umum dan diyakini kebenarannya. Penulis
karya ilmiah berkeinginan untuk membuktikan simpulan teori tersebut pada hal lain.
e.

Kebijakan-kebijakan
Kebijakan-kebijakan tertentu dapat manjadi bahan penuliusan karya ilmiah. Yang
dimaksudkan dangan kebijakan adalah ketentua-ketentuan tentang suatu hal yang diberikan atau
diberlakukan oleh pihak tertentu. Kebijakan-kebijakan tersebut menimbulkan dampak tertentu
pada pihak lain. Pihak lain ada yang setuju, ada yang menolak, ada pula yang tidak mendapatkan
pengaruh apa pun. Hal tersebut dapat dipakai sebagai bahan untuk menyusun karya ilmiah.

f.

Laporan penelitian
Sumber dari laporan penelitian adalah sumber yang merupakan laporan dari suatu
penelitian yang pernah dilakukan oleh orang lain. Penelitian itu telah dibukukan menjadi sebuah
karya ilmiah. Dengan membaca laporan penelitian tersebut diharapkan kita akan memperoleh
masalah lain yang dapat kita jadikan sebagai karya ilmiah.

E. Prosedur Penyusunan Karya Ilmiah


F. Sitematika Penyusunan Karya Ilmiah dan Teknik Penyusunannya
Bagian Awal
1. Hal-hal yang termasuk bagian awal adalah :
2. Halaman sampul
3.Halaman judul
4. Abstrak
5. Kata Pengantar
6. Daftar Isi
7. Daftar Gambar
8. Daftar Lampiran
Bagian Inti
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah

E. Kegunaan Penelitian
F. Definisi Operasional
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian pustaka setiap variabel
B. .Hipotesis (jika ada)
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Populasi dan Sampel Penelitian
D. Metode Penelitian
E. Instrumen Penelitian
F. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
B. Uji Prsayarat Analisis
C. Pengujian Hipotesis
D. Pembahasan hasil penelitian
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Saran
Bagian Akhir
Daftar Pustaka
Lampiran
Riwayat Hidup Penulis
Sistematika Laporan Penelitian Versi Pendek:
(Makalah , Artikel Jurnal Ilmiah)
1). Pendahuluan
2) Kajian teori
3). Metode
4). Temuan dan Pembahasan
5). Kesimpulan dan Rekomendasi
6). Daftar Pustaka
7) Lampiran
- Daftar Riwayat Hidup
G. Teknik Penulisan Komponen-komponen Karya Ilmiah

H. Makalah sebagai Sebuah Bentuk Karya Ilmiah


Makalahadalah karya tulis yang membahas suatu masalah berdasarkan hasil kajian pustaka
(teori) atau hasil pengamatan
Tahap-tahap Penyusunan Makalah
1. Persiapan
a. mengumpulkan dan membaca buku-buku untuk memilih dan menentukan topik
b. membaca buku-buku untuk memperluas pengetahuan yang
berhubungan dengan topik yang
telah terpilih
c. mengembangkan kerangka makalah
2. Penulisan
Kegiatan pengembangan kerangka makalah menjadi sebuah makalah
3. Pemeriksaan (Revisi)
Pemeriksaan terhadap isi dan penggunaan kata, kalimat, ejaan, dan
tanda baca.
Pertimbangan dalam memilih topik
(a) topik harus bermanfaat
(b) menarik dan sesuai dengan minat penulis
(c) topik harus dikuasai penulis
(d) tersedia sumber-sumber informasi dan bacaan
Kerangka Makalah
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Permasalahan
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.5 metode pengumpulan data
1.6 Definisi operasional
BAB II PEMBAHASAN
Berisi uraian yang menjawab rumusan masalah secara terperinci didasarkan atas datadata dan informasi dari berbagai sumber.
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada bagian ini diungkapkan hal-hal yangmelatarbelakangi pembuatan makalah atau karya
tulis.Bagian ini mengungkapkan landasan pemikiran pemilihan judul atau permasalahan yang
akan ditulis.

Tujuan
Bagian ini mengungkapkan tujuan yangingin dicapai melalui karya tulis tersebut
Manfaat
Bagian ini penulis menjelaskan manfaat penelitian. Manfaat tersebut diarahkan kepada pihakpihak tertentu. Perumusan manfaat adalah untuk siapa dan apa manfaatnya untuk pihak
tersebut.
Pembatasan Masalah
Bagian ini mengungkapkan cakupan masalah yang akan dibahas. Masalah yang terlalu luas harus
dibatasi supaya pembahasan lebih terfokus.Pembatasan juga dapat berisi
penjelasan tentang peristilahan yang digunakan dalam karya tulis.
Metode Pengumpulan Data
Bagian ini menjelaskan berbagai teknik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk
penyusunan karya tulis tersebut.Pengumpulan data dapat dilakukan melalui pengamatan, angket,
wawancara, dan membaca buku.
Definisi operasional
Pada bagian ini penulis dapat menjelaskan definisi dari fariabel yang dipakai dalam tulisan.
Definisi operasional bersifat teknis, artinya istilah tersebut yang dipakai dalam makalah tersebut.
Bab II Pembahasan,
Mengemukakan pembahasan masalah bersumber pada data yang diperoleh dibandingkan dengan
teori yang terdapat pada berbagai sumber.
Bab III Penutup,
memuat simpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka adalah daftar yang berisi buku, makalah, artikel, dan bahan bacaan lainnya yang
dikutip atau digunakan sebagai sumber informasi dalam penulisan makalah.
Hal-hal yang diinformasikan dari sebuah buku dalam penulisan daftar pustaka, meliputi: (a)
nama pengarang, (b) tahun penerbitan, (c) judul dan subjudul (jika ada), (d) tempat penerbitan,
(e) nama penerbit.
Cara menulis daftar pustaka
1. Jika nama pengarang terdiri atas dua kata, kata kedua harus didahulukan.
Misalnya,
Amin Santoso ditulis Santoso, Amin. Di belakang nama diberitande titik(.). Nama gelar tidak
perlu dicantumkan.
2. Tahun terbit buku diakhiri tanda titik (.)
3. Judul buku dan subjudul (kalau ada) ditulis miring atau diberi garis bawah
per kata
dan diakhiri tanda titik (.)
4. Kota penerbit diakhiri tanda titik (.)
5. Nama penerbit buku diakhiri tanda titik (.)

Contoh
Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Badudu, J.S.1981. Membina Bahasa Indonesia Baru. Seri 1, 2, 3. Bandung: Pustaka Prima.
. . 1981. Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia. Cetakan ke-9. Bandung: Pustaka Prima.
Moeliono, Anton M., dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Wijaya, Marlina dan Euis Honiatri. 1997. Intisari Tata Bahasa Indonesia untuk SLTP. Bandung:
Pustaka Setia.

Diksi adalah ketepatan pilihan kata untuk menyatakan sesuatu. Diksi atau pilihan kata pada
dasarnya adalah hasil upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau
wacana. Diksi atau pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam dunia
karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari.
Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita
ungkapkan. Diksi atau Plilihan kata mencakup pengertian kata kata mana yang harus dipakai
untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata kata yang tepat
atau menggunakan ungkapan ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam
suatu situasi.
Pemilihan kata mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih dan
digunakan oleh pengarang. Mengingat bahwa karya fiksi (sastra) adalah dunia dalam kata,
komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata. Pemilihan kata-kata tentunya melalui
pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan efek yang dikehendaki (Nurgiyantoro
1998:290).
Jika dilihat dari kemampuan pengguna bahasa, ada beberapa hal yang mempengaruhi pilihan
kata, diantaranya :

Tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang diamanatkan

kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan


gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai
dengan situasi dan nilai rasa pembacanya.

menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat


bahasanya, serta mampu menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi
jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif.

Adapun fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah
daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai.
Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara
penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan
agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar
terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung

jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu,
latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.
Beberapa fungsi diksi secara umum adalah sebagai berikut:
1. melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal,
2. membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak
menyenangkan pendengar atau pembaca,
3. menciptakan komunikasi yang baik dan benar,
4. menciptakan suasana yang tepat,
5. mencegah perbedaan penafsiran,
6. mencegah salah pemahaman, dan
7. mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

resmi) sehingga

Manfaat Pilihan Kata Yang Tepat


Dapat membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif; bersinonim dan hampir
bersinonim; kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri dan juga kata yang mengutip dari orang yang
terkenal yang belum diterima dimasyarakat. Sehingga dapat menyebabkan kontroversi dalam
masyarakat.
Pengertian diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan
sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang
maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk
menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan
kepada kita tentang pemakaian kat-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang
diperlukan
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin
disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai
dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.
Syarat- Syarat Memilih Kata Yang Tepat
Ketepatan kata adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama pada
imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau
pembicara.
Syarat-syarat kata yang tepat :
1. membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat,
2. membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim,
3. membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaannya,
4. tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika
pemahamannya belum dapat dipastikan, pemakai kata harus menemukan makna yang tepat
dalam kamus,
5. menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya secara tepat,
6. menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar,
7. menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat,
8. menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat,
9. menggunakan dengan cermat kata yang bersinonim, berhomofon, dan berhomografi,
10. menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat.

Hal yang utama mengenai diksi adalah


1.Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk
menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau
menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam
suatu situasi.
2.Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari
suatu gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai
(cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kekompok masyarakat pendengar.
3.Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa
kata atau pembendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau
kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.
KESESUAIAN DIKSI
Perbedaan ketepatan dan kecocokan pertama-tama mencakup soal kata mana yang akan
digunakan dalam kesempatan tertentu, walaupun kadang-kadang masih ada perbedaan tambahan
berupa perbedaan tata bahasa,pola kalimat, panjang atau kompleknya suatu alinea, dari beberapa
segi lain. Perbedaan antara ketepatan dan kesesuaian dipersoalkan adalah apakah kita dapat
mengungkapkan pikiran kita dengan cara yang sama dalam sebuah kesempatan dan lingkungan
yang kita masuki.
A.Syarat-Syarat Kesesuaian Diksi
Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah sebagai berikut:
1.Hindarilah sejauh mungkin bahasa aatau unsur substandard dalam situasi yang formal.
2.Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang umum
hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata popular.
3.Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
4.Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang
5.Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
6.Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).
7.Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfisial
Hal-hal tersebut akan diuraikan lebih lanjut dalam bagian-bagian di bawah ini
1. Bahasa Standar dan Sub Standar
Bahasa standar adalah semacam bahasa yang dapat dibatasi sebagai tutur dari mereka yang
mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial yang cukup dalam suatu
masyarakat. Kelas ini meliputi pejabat-pejabat pemerintah, ahli bahasa, ahli hukum, dokter,
pedagang, guru, penulis, penerbit, seniman, insinyur, dan lain sebagainya
Bahasa non stsndar adalah bahasa dari mereka yang tidak memperoleh pendidikan yang tinggi.
Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk pergaulan biasa, tidak di pakai dalam tulisan. Kadang
unsur ini digunakan juga oleh para kaum pelajar dalam bersenda gurau, dan berhumor. Bahasa
non stadar juga berlaku untuk suatu wilayah yang luas dalam wilayah bahasa standar.
Bahsa standar lebih efektif dari pada bahasa non standar. Bahasa non standar biasanya cukup
untuk digunakan dalam kebutuhan-kebutuhan umum.
2.Kata Ilmiah dan Kata Populer

Pilihan kata dalam hubungan dengan kesempatan yang dihadapi seseorang dapat dibagi atas
beberapa macam kategori salah satunya adalah kata-kata
ilmiah melawan kata-kata populer.
Bagian terbesar dari kosa kata sebuah bahasa terdiri dari kata-kata yang umum yang dipakai oleh
semua lapisan masyarakat, baik yang terpelajar maupun orang atau rakyat jelata. Maka kata ini
dinamakan kata-kata populer.
Kata-kata ini juga dipakai dalam pertemuan-pertemuan resmi, dalam diskusi-diskusi yang
khusus, dan dalam diskusi-diskusi ilmiah.
Contoh:
Kata populer kata ilmiah
Sesuai Harmonis
Pecahan Fraksi
Aneh Eksentrik
Bukti Argumen
Kesimpulan konklusi
3. Jargon
Kata jargon mengandung beberapa pengertian.
Jargon adalah suatu bahasa,dialek, atau struktur yang dianggap kurang sopan atau aneh tetapi
istilah itu dipakai juga untuk mengacu semacam bahasa atau dialek hybrid yang timbul dari
percampuran bahasa-bahasa, dan sekaligus dianggap sebagai bahasa perhubungan atau lingua
franca.
Jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam
bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya.
Oleh karena jargon merupakan bahasa yang khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya bila
dipakai untuk suatu sasaran yang umum. Sebab itu, hendaknya dihindari sejauh mungkin unsur
jargon dalam sebuah tulisan umum.
4.Kata Percakapan
Kata percakapan adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan atau pergaulan orangorang yang terdidik. Pengertian percakapan ini disini sama sekali tidak boleh disejajarkan
dengan bahasa yang tidak benar, tidak terpelehara atau tidak disenangi.
Bahasa percakapan yang dimaksud disini lebih luas dari pengertian kat-kat populer, kata-kata
percakapan mencakup pula sebagian kata-kata ilmiah yang biasa dipakai oleh golongan
terpelajar
5.Kata Slang
Kata slang adalah kata-kata non standar yang disusun secara khas; bertenaga dan jenaka yang
dipakai dalam percakapan. Kadang kala kata slang yang dihasilkan dari salah ucap yang
disengaja.
Kata-kata slang sebenarnya bukan hanya terdapat pada golongan terpelajar, tetapi juga pada
semua lapisan masyarakat.
6.Idiom
Idiom adalah pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya
berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis, dengan bertumpu pada
makna kata-kata yang membentuknya, misalnya: seorang asing yang sudah mengetahui makna
kata makan dan tangan, tidak akan memahami makna perasa makan tangan. Siapa yang berfikir
bahwa makan tangan sama artinya dengan kena tinju atau beruntung besar ? dan selanjutnya
idiom-idiom yang menggunakan kata makan seperti: makan garam, makan hati, dan senagainya.

7.Bahasa Artifisial
Yang dimaksud dengan artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni.
Fakta dan pernyataan-pernyataan yang sederhana dapat diungkapkan dengan sederhana dan
langsung tak perlu disembunyikan.
Artifisial : Ia mendengar kepak sayap kalelawar dan guyuran sisa hujan dari dedaunan, karena
angin kepada kemuning.
Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bima
sakti yang jauh.
Biasa :Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup angin di daun.
Ia mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang.

Anda mungkin juga menyukai