sangat
enak
dan
besar-besar.
Kali
ini
musim
panas
berlangsung lama, sehingga banyak timun milik pak tani yang rusak.
Terpaksa si kancil kembali ke hutan untuk mencari makanan
yang lainnya. Ditengah perjalanan ia harus melintasi sungai yang
begitu besar dan sangat deras airnya.
Tiba-tiba muncul seekor buaya dari dalam air di hadapan si
kancil. "Ci luk baaa..! Hello cil..dari mana kamu? Sudah lama ga
jumpa, mau menyebrang ya?...pasti kamu ga bisa, ya kan?. Si buaya
meledek si kancil yang ingin menyebrang sungai itu.
"Sebenarnya aku ingin menyerahkan diriku untuk menjadi
santapan kalian, tetapi aku ragu apa tubuhku ini cukup untuk kalian
semua?" Kata si kancil kepada buaya dengan pasrah.
"Hahaha...ya cukup lah cil, kita semua adalah buaya yang akur
dan tidak ada yang serakah..hahahaha" jawab buaya kepada si kancil.
"Baiklah tapi ijinkan aku untuk menghitung kalian semua dulu,
sebab aku takut kalau tidak cukup" pinta si kancil yang cerdik kepada
para buaya yang sudah tidak sabar ingin memakan si kancil.
Akhirnya para buaya berjejer memenuhi sungai mulai dari
tempat si kancil sampai ujung sungai seberang sana.
"Baiklah cil, silahkan kau menghitung jumlah kami" pinta buaya
dengan sedikit nada memaksa.
"Oke deh, aku hitung ya...satu...duaa...tiga..empat..." Si kancil
mulai
menghitung
satu
persatu
para
kawanan
buaya
dengan