Anda di halaman 1dari 25

TRAUMA KEPALA

dr sangidu

ANATOMI KEPALA
Kulit kepala
Vaskularisasi kepala sangat baik sehingga bila luka
kecil saja akan banyak mengeluarkan darah. Bila
luka dalam, maka kontraksiotot akan
menyebabkan luka tampak menganga, tetapi
pembuluh darah juga akankontraksi sehingga
perdarahan akan berkurang.

Tulang kepala (kranium)

Terdiri dari kalvaria (atap tengkorak) dan


basiskranium (dasar tengkorak)

Patah tulang kalvaria dapat berbentuk garis (lineair)


yang bisa non impressi (tidak masuk/menekan
kedalam) atau impressi (masuk kedalam). Bila
patah terbuka (ada hubungan dengan dunia luar),
maka diperlukan operasi segera.

Pada fraktur basis kranium, mungkin keluar darah


dari hidung atau/dan telinga.

Isi Tengkorak
1.Lapisan Pelindung Otak
Terdiri dari 3 lapisan, yakni duramater (menempel
ketat pada bagian dalam tengkorak), piamater
(menempel ketat pada jaringan otak) serta
arachnoid antara kedua lapisan tadi.

Perdarahan pada rongga tengkorak, mungkin dapat berupa


perdarahan epidural (antara dua meter dengan
tengkorak)atau subdural (dibawah dura mater).
Perdarahan juga dapat terjadi dalam jaringan otak sendiri
(intra-serebral). Rongga tengkorak tidakbesar, dan tertutup
oleh tengkorak yang keras. Perdarahan yang terjadi
didalam rongga tengkorak sebanyak 100 cc, mungkin
sudah dapat menimbulkan kematian.
Dengan demikian apabila mendapatkan penderita trauma
kepala yang dalam keadaan syok, maka syok tersebut
biasanya berasal dari tempat lain (rongga toraks, abdomen,
tulang pelvis atau tulangpanjang)

2.Otak
Otak terdapat di dalam liquor cerebro-spinalis.
Apabila terdapat hubungan langsung antaraotak
dengan dunia luar (fraktur kranium terbuka, fraktur
basis dengan cairan otak keluar dari hidung atau
telinga), maka ini merupakan keadaan yang
berbahaya karena akan dapat menimbulkan
peradangan pada otak.

Otak dapat mengalami pembengkakan (edema), baik


karena trauma langsung (primer) ataupun setelah
trauma (sekunder)

Tekanan intra-kranial terdapat dalam keadaan


konstans. Peninggian tekanan intra-kranial dapat
disebabkan misalnya oleh pembengkakan otak
(edema serebri) atau karenaterdapatnya perdarahan
dalam otak (intra-kranial bleeding)

Peninggian tekanan intra-kranial yang cukup tinggi


akan dapat menyebabkan turunnya batang otak
(herniasi batang otak) yang akan berakibat kematian

Tipe trauma kepala

Trauma kepala terbuka

Trauma kepala tertutup (Komusio


serebri/Gegar otak, Kontusio serebri
/Memar otak, Perdarahan sub dural,
Perdarahan Intraserebral )

Trauma kepala terbuka

Trauma kepala ini menyebabkan fraktur tulang


tengkorak dan laserasi duramater. Kerusakan otak
dapat terjadi bila tulang tengkorak menusuk otak

Setelah 2-3 hari akan tampak battle sign (warna


biru dibelakang telinga diatas os mastoid) dan
otorrhoe (liquor keluar dari telinga).

Perdarahan dari telinga dengan trauma kepala


hampir selalu disebabkan oleh retak tulang dasar
tengkorak.

Fraktur basis tengkorak tidak selalu dapat dideteksi oleh

foto rontgen, karena terjadi sangat dasar. Tanda-tanda


klinik yang dapat membantu mendiagnosa adalah :

Battle sign ( warna biru/ekhimosis dibelakang telinga di


atas os mastoid )

Hemotipanum ( perdarahan di daerah gendang telinga )

Periorbital ecchymosis ( mata warna hitam tanpa


trauma langsung )

Rhinorrhoe ( liquor keluar dari hidung )

Otorrhoe ( liquor keluar dari telinga)

Komplikasi

Komplikasi pada trauma kepala


terbuka adalah infeksi, meningitis
dan perdarahan

Trauma kepala tertutup


1. Komusio serebri ( Gegar otak )
Merupakan bentuk trauma kapitis ringan, dimana
terjadi pingsan (kurang dari 10 menit ). Gejala
lain mungkin termasuk pusing, noda-noda
didepan mata dan linglung

2. Kontusio serebri (Memar otak )

Merupakan perdarahan kecil / ptechie pada


jaringan otak akibat pecahnya pembuluh darah
kapiler.

Hal ini bersama-sama dengan rusaknya jaringan


saraf atau otak yang akan menimbulkan edema
jaringan otak di daerah sekitarnya

Berdasarkan atas lokasi benturan, lesi


dibedakan atas koup kontusio dimana lesi
terjadi pada sisi benturan, dan tempat
benturan. Pada kepala yang relatif diam
biasanya terjadi lesi koup, sedang bila
kepala dalam keadaan bebas bergerak
akan terjadi kontra koup.

3. Perdarahan epidural
Gejala yang muncul pada perdarahan epidural
daerah temporal berupa, kesadaran yang makin
menurun disertai oleh anisokoria pada mata ke
sisi dan mungkin terjadi hemiparese kontralateral.
Sedangkan perdarahan epidural di daerah frontal
dan parietal atas tidak memberikan gejala khas
selain penurunan kesadaran (biasanya somnolen)
yang tidak membaik setelah beberapa hari.

4. Perdarahan sub dural

Merupakan perdarahan antara duramater


dan arakhnoid, yang biasanya meliputi
perdarahan vena. Perdarahan subdural
dibedakan atas akut, subakut, dan kronis

A. Perdarahan subdural akut sering


dihubungkan dengan cedera otak besar
dan cedera batang otak.

Tanda-tanda akan gejala klinis berupa sakit


kepala, perasaan kantuk, dan kebingungan,
respon yang lambat, dan gelisah. Keadaan
kritis terlihat dengan adanya perlambatan
reaksi ipsilateral pupil.

B. Perdarahan subdural subakut, biasanya


berkembang 7 sampai 10 hari setelah
cidera dan dihubungkan dengan kontusio
serebri yang agak berat. Tekanan serebral
yang terus-menerus menyebabkan
penurunan tingkat kesadaran yang dalam

C. Perdarahan subdural kronik, terjadi karena


luka ringan. Mulanya perdarahan kecil
memasuki ruang subdural. Beberapa minggu
kemudian menumpuk di sekitar membran
vaskuler dan pelan-pelan meluas. Gejala
mungkin tidak terjadi dalam beberapa minggu
atau bulan. Keadaan ini pada proses yang
lama akan terjadi penurunan reaksi pupil dan
motorik.

5. Perdarahan Intraserebral

Merupakan penumpukan darah pada jaringan


otak. Kebanyakan dihubungkan dengan kontusio
dan terjadi dalam area frontal dan temporal.

Akibat adanya substansi darah dalam jaringan


otak akan menimbulkan edema otak. Gejala
neurologik tergantung dari ukuran dan lokasi
perdarahan.

Pemeriksaan diagnostik

X-Ray tengkorak
CT-Scan
Angiografi

Penatalaksanaan medis
pada trauma kepala

Dexamethason/kalmethason sebagai
pengobatan anti edema serebral, dosis
sesuai dengan berat ringannya trauma.
Therapi hiperventilasi (trauma kepala
berat). Untuk mengurangi vasodilatasi.
Pemberian analgetika.
Pengobatan anti edema dengan larutan
hipertonis yaitu manitol 20% atau
glukosa 40% atau gliserol 10%.
Antibiotika yang mengandung barrier
darah otak (penisilin) atau untuk infeksi
anaerob diberikan metronidazole

Makanan atau cairan. Pada trauma


ringan bila muntah-muntah tidak
dapat diberikan apa-apa, hanya
cairan infus dextrosa 5%,
aminofusin, aminofel (18 jam
pertama dari terjadinya
kecelakaan), 2-3 hari kemudian
diberikan makanan lunak.
Pembedahan.

Pada trauma berat, hari-hari


pertama (2-3 hari), tidak terlalu
banyak cairan. Dekstrosa 5% 8 jam
pertama, ringer dekstrose 8 jam
kedua dan dekstrosa 5% 8 jam
ketiga. Pada hari selanjutnya bila
kesadaran rendah, makanan
diberikan melalui nasogastric tube
(2500-3000 TKTP). Pemberian
protein tergantung nilai urea N.

Anda mungkin juga menyukai