Anda di halaman 1dari 7

REVIEW BUKU AJAR 1 MPKT A

Judul : Buku Ajar 1 : Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika, dan Etika.
Pengarang : Takwin, Bagus, Fristian Hadinata, dan Sarastwati Putri.
Data Publikasi : Depok: UI Press, 2015.

KEKUATAN DAN KEUTAMAAN KARAKTER

Kepribadian adalah organisasi dinamis dari keseluruhan sistem psiko-fisik dalam diri
individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya.
kepribadian dipahami sebagai perpaduan dari sifat-sifat (traits) mayor dan minor, sifat
kepribadian (personality trait) merupakan suatu mekanisme paduan antara faktor-faktor
biologis, psikologis, dan sosial dan proses penilaian terhadap dirinya sendiri (selfevaluation).
Karakter sebagai kepribadian yang dievaluasi. Artinya, karakter adalah segi-segi
kepribadian yang ditampilkan keluar dari, dan disesuaikan dengan nilai dan norma tertentu.
Identifikasi karakter yang merupakan pengenalan terhadap keutamaan tertentu pada diri
seseorang dapat dilakukan melalui pengenalan terhadap ciri-ciri keutamaaan yang tampil
dalam perilaku khusus dan respons secara umum dari orang itu.Penggalian, pengenalan,
dan pengukuran keutamaan dapat dilakukan melalui teknik inventori, skala sikap,
wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah (focus-group discussion) dan simulasi
oleh ahli.
Hubungan antara keutamaan, kekuatan dan tema situasional karakter bersifat hierarkis.
Keutamaan berada di level atas, lalu kekuatan di level tengah, dan tema situasional di level
bawah.
Para filsuf dan agamawan menjadikan keutamaan sebagai nilai moral oleh karena itu
keutamaan dianggap sebagai dasar dari tindakan yang baik. Berbagai perilaku dapat dinilai

berdasarkan keutamaan yang secara umum terdiri dari: kebijaksanaan, courage


(kesatriaan), kemanusiaan, keadilan, pengendalian atau pengelolaan diri, dan transendensi.
Kekuatan karakter merupakan unsur psikologi, merupakan proses atau mekanisme, yang
mendefinisikan keutamaan. Tema situasional dari karakter adalah kebiasaan khusus yang
mengarahkan orang untuk mewujudkan kekuatan karakter dalam situasi tertentu.
Pengenalan rinci terhadap tema situasional membutuhkan pengenalan terhadap situasi dari
satu tempat ke tempat lain.

Kriteria dari karakter yang kuat.


1. memberikan sumbangan terhadap pembentukan kehidupan yang baik
2. secara moral bernilai sebagai sesuatu yang baik
3. tidak mengganggu, membatasi atau menghambat orang-orang di sekitarnya
4. tampil mencakup pikiran, perasaan, tindakan, dapat dikenali, dievaluasi,
diperbandingkan derajat kuat-lemahnya
5. dapat dibedakan dari yang berlawanan dan sifat positif yang lain
6. diwadahi oleh kerangka pikir ideal
7. mengagumkan bagi orang-orang yang mempersepsinya
8. tidak semua ciri karakter kuat muncul pada seseorang, tetapi banyak ciri karakter kuat
tampil pada orang itu
9. memiliki akar psiko-sosial; potensinya ada dalam diri sendiri, dan aktualitanya
dipengaruhi oleh lingkungan sosial
24 kekuatan karakter yang tercakup dalam 6 kategori keutamaan :
Kebijaksanaan dan Pengetahuan
(1) kreativitas, orisinalitas dan kecerdasan praktis
(2) rasa ingin tahu atau minat terhadap dunia
(3) cinta akan pembelajaran
(4) pikiran yang kritis dan terbuka
(5) perspektif
Kemanusiaan dan Cinta
(1) baik dan murah hati
(2) memiliki waktu dan tenaga membantu orang lain, mencintai dan membolehkan dicintai
(3) kecerdasan sosial dan kecerdasan emosional

Kesatriaan (Courage)
(1) menyatakan kebenaran dan mengakui kesalahan
(2) ketabahan atau kegigihan, tegus dan keras hati
(3) integritas, kejujuran, dan penampilan diri dengan wajar
(4) vitalitas, bersemangat dan antusias
Keadilan
1) kemampuan mengemban tugas, dedikasi dan kesetiaan demi keberhasilan bersama
2) kesetaraan (equity dan fairness)
3) kepemimpinan
Pengelolaan Diri
(1) pemaaf dan pengampun
(2) pengendalian diri
(3) kerendahan hati
(4) kehati-hatian (prudence)
Transendensi
(1) penghargaan terhadap keindahan dan kesempurnaan
(2) kebersyukuran (gratitude) atas segala hal yang baik
(3) penuh harapan, optimis, dan berorientasi ke masa depan, semangat dan gairah besar
untuk menyongsong hari
(4) spiritualitas: memiliki tujuan yang menuntun kepada kebersatuan dengan alam semesta
(5) menikmati hidup dan selera humor yang memadai
Narayanasamy (dalam McSherry, 1998) menegaskan bahwa tidak ada satu pun definisi dari
spiritualitas yang otoritatif
Burnard (1988, dalam McSherry, 1998) melihat spiritualitas dapat merujuk kepada
pengertian yang berbeda pada orang yang berbeda. Menurutnya semua individu memiliki
spiritualitas yang khas dan khusus bagi diri mereka, terlepas dari orientasi religius dan
kepercayaan yang dianutnya.
Orang dengan watak atau karakter yang kuat adalah orang yang berbahagia, mandiri, dan
memberi sumbangan positif kepada masyarakatnya.
Seligman (2004) menyebutkan tiga kebahagiaan, yaitu memiliki makna dari semua
tindakan yang dilakukan, mengetahui kekuatan tertinggi, dan menggunakan kekuatan
tertinggi untuk melayani sesuatu yang dipercayai sebagai hal yang lebih besar dari diri
sendiri. Tidak ada jalan pintas untuk mempersingkat pencapaian kebahagiaan

DASAR-DASAR FILSAFAT

Ada tiga bidang kajian filsafat yang dibutuhkan ilmu pengetahuan sebagai dasar
1. Etika. Sejarah menunjukkan bahwa tanpa dasar etis, ilmu pengetahuan dapat menghasilkan
kerugian dan kerusakan di dunia.
2. Epistemologi. Epistemologi diperlukan untuk memberi dasar bagi perolehan pengetahuan.
3. Logika. Tanpa logika, filsafat dan ilmu pengetahuan tidak dapat memastikan langkahlangkah perolehan pengetahuan yang benar.

Pengertian Filsafat
Kata filosof atau filsuf berasal dari kata philosophos yang berati pencinta kebijaksanaan
yaitu philos (cinta) dan sophia (kebijaksanaan) artinya cinta akan kebenaran atau
kebijaksanaan (wisdom). Jika kita pelajari lebih lanjut pemikiran-pemikiran filosofis sejak
Yunani Kuno hingga abad ke-21, filsafat dapat didefinisikan sebagai usaha manusia untuk
memahami segala perwujudan kenyataan secara kritis, radikal dan sistematis.
Filsafat secara sistematis terbagi menjadi 3 bagian besar:
1. Ontologi yaitu bagian filsafat yang mengkaji tentang ada (being) atau tentang apa yang
nyata; dibagi dua menjadi dua yaitu ontologi (dalam arti khusus) dan metafisika. Dalam
ontologi kita berfilsafat tentang sesuatu yang keberadaannya dipersepsi secara fisik dan
tertangkap oleh indra. Sedangkan metafisika mengkaji ada yang masih disangsikan
kehadirannya. Kata metafisika berasal dari kata tameta dan taphysika. Tameta berarti di
balik atau dibelakang. Taphysika berarti sesuatu yang bersifat fisikal, dapat ditangkap
bentuknya oleh indra.
2. Epistemologi yaitu bagian filsafat yang mengkaji hakikat dan ruang lingkup
pengetahuan; empat cabang yang lebih kecil

(1) epistemologi dalam arti sempit; melalui 4 pokok, yaitu 1) sumber pengetahuan, 2)
struktur pengetahuan, 3) keabsahan pengetahuan, dan 4) batas-batas pengetahuan.
pengetahuan umum atau pengetahuan sehari-hari (knowledge) atau pengetahuan yang
berguna bagi manusia secara praktis (eksistensial pragmatis).
(2) filsafat ilmu; obyek adalah pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan (science).
Berbeda dengan pengetahuan sehari-hari (knowledge), pengetahuan ilmiah adalah
pengetahuan yang sistematis, diperoleh dengan menggunakan metode-metode tertentu,
logis dan teruji kebenarannya.
(3) metodologi; cara-cara dan metode-metode ilmu pengetahuan memperoleh pengetahuan
secara sistematis, logis, sahih (valid), dan teruji.
(4) logika; mempelajari teknik-teknik dan kaidah-kaidah penalaran yang tepat. Yang
menjadi satuan penalaran dalam logika adalah argumen yang merupakan ungkapan dari
putusan (judgment). Argumen: induktif dan deduktif
3. Axiologi yaitu bidang filsafat yang mengkaji nilai-nilai yang menentukan apa yang
seharusnya dilakukan manusia. Cabang filsafat yang termasuk dalam axiologi adalah etika
dan estetika. Etika adalah cabang filsafat yang mengkaji nilai apa yang berkaitan dengan
kebaikan dan apakah itu perilaku baik. estetika membahas soal-soal keindahan yang
dipersepsi oleh manusia.
Berikut adalah beberapa aliran yang cukup berpengaruh dalam sejarah perkembangan
filsafat:
a. Rasionalisme: bersumber dari akal (rasio), ditegaskan di sini bahwa akal yang mampu
mendapatkan pengetahuan secara jernih (clear) dan lugas/terpilah (distinct) tentang
realitas.
b. Empirisme: aliran dalam filsafat yang menekankan pengalaman sebagai sumber
pengetahuan.
c. Kritisisme: kritik terhadap rasionalisme dan empirisme yang dianggap terlalu ekstrem
dalam mengkaji pengetahuan manusia.
d. Idealisme: pengetahuan adalah proses-proses mental ataupun proses-proses psikologis
yang sifatnya subyektif.

e. Vitalisme: hidup tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara mekanis karena pada
hakikatnya manusia berbeda dengan benda mati.
f. Fenomenologi: penampakan (gejala-gejala) dan memandang gejala dan kesadaran
selalu saling terkait.

ETIKA DAN MORAL

Secara etimologis, istilah etika berasal dari kata Yunani "thikos" yang bearti "adat",
"kebiasaan", atau "watak" (Pritchard, 2012, 1). Etika adalah cabang ilmu filsafat yang
menyelidiki suatu sistem prinsip moral
Moralitas berasal dari kata Latin "moralis" yang berarti "tata cara", "karakter", atau
"perilaku yang tepat" (Pritchard, 2012, 1). Moralitas lebih dipahami sebagai suatu
keyakinan untuk menjalani hidup yang baik.
Etika adalah suatu abstraksi dalam memahami atau mendefinisikan moral dengan
melakukan refleksi atasnya. Moralitas tergantung pada pilihan individu, keyakinan atau
agama dalam menentukan hal yang benar atau salah, baik atau buruk.
Etika normatif
Cabang etika yang penyelidikannya terkait dengan pertimbangan-pertimbangan tentang
bagaimana seharusnya seseorang bertindak secara etis (sebuah studi tindakan atau
keputusan etis).
Etika terapan
Sebuah penerapan teori-teori etika secara lebih spesifik kepada topik-topik kontroversial
baik pada domain privat atau publik seperti perang, hak-hak binatang, hukuman mati dan
lain-lain. Etika terapan ini bisa dibagi menjadi etika profesi, etika bisnis dan etika
lingkungan. Permasalahan harus kontroversial dan memiliki dimensi dilema etis.
Etika deskriptif

Sebuah studi tentang apa yang dianggap 'etis' oleh individu atau masyarakat. Merupakan
sebuah bentuk studi empiris terkait dengan perilaku-perilaku individual atau kelompok.
Dikenal juga sebagai etika komparatif yang membandingkan antara apa yang dianggap etis
oleh satu individu atau masyarakat dengan individu atau masyarakat yang lain serta
perbandingan antara etika di masa lalu dengan masa sekarang. Melibatkan stud-studi
empris seperti psikologi, sosiologi dan antropologi
Metaetika
Berhubungan dengan sifat penilaian moral. Fokus dari metaetika adala arti atau makna dari
pernyataan-pernyataan yang ada di dalam etika. Merupakan kajian tingkat kedua dari etika.
"naturalistic fallacy", yaitu dianggap akan melakukan kesalahan jika kita menarik suatu
pernyataan tentang apa yang seharusnya dari pernyataan tentang apa yang ada.
Realisme etis
Mengajarkan bahwa kualitas etis atau tidak ada secara independen dari manusia dan
pernyataan etis memberikan pengetahuan tentang dunia objektif. Dengan kata lain, properti
etis terlepas dari apa yang orang pikirkan atau rasakan.
Nonrealisme etis
Keberatan terhadap realisme etis dalam cara melihat persoalan etis. Gagasan utama dari
nonrealisme etis adalah manusia yang menciptakan kebenaran etis (Callcut, 2009, 46).
Nonrealisme etis ini sangat terkait dengan relativisme etis. Relativisme etis yang
mengatakan bahwa jika Anda melihat budaya yang berbeda atau melihat periode yang
berbeda dalam sejarah, Anda akan menemukan bahwa hal itu memiliki aturan etis yang
berbeda pula.
Kegunaan Etika
Etika dapat menyediakan sebuah gambaran utuh dan lebih mengedepankan rasionalitas
ketika berhadapan dengan isu-isu moral.
Memang harus dimengerti bahwa etika tidak selalu memberi jawaban yang tepat untuk
masalah moral. Hal ini karenakan masalah-masalah moral, seringkali tidak ada jawaban
yang tunggal. masalah etika adalah hal itu sering digunakan sebagai senjata.

Anda mungkin juga menyukai