BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengajaran yang banyak menggunakanverbalisme, tentu akan membosankan,
sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira dalam belajar atau
senang karena merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya. Dengan
demikian kegiatan belajar akan lebih efektif.
Belajar yang efektif harus dimulai dari pengalaman langsung atau pengalaman
kongkrit dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak. Belajar akan lebih
efektif jika dibantu dengan alat peraga dalam pengajaran dari pada tanpa dibantu
dengan alat pengajaran. Agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik,
siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berusaha
untuk menampilkan rangsangan (stimulus), yang dapat diproses dengan berbagai
indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah
informasi, maka semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan
dapat dipertahankan dalam ingatan.
Hamalik (1986) mengatakan bahwa pemakaian layanan informasi dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa.
Dengan demikian, siswa diharapkan akan dapat menerima dan menyerap
dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang disajikan. Untuk
memanfaatkan semua alat indera-indera dalam kegiatan belajar mengajar
diperlukan
rangsangan
(stimulus).
Sedangkan
rangsangan
tersebut
dapat
layanan informasi siswa belajar akan lebih kongkrit dan tidak verbalisme, (2) siswa
lebih memiliki motivasi dalam belajar, sebab dengan layanan informasi, kegiatan
belajar akan lebih menarik, (3) kegiatan belajar lebih bervariatif, (4) siswa dapat
melakukan kegiatan belajar sendiri dengan layanan informasi yang dihadapi, dan
(5) dengan layanan informasi kegiatan belajar siswa akan lebih membawa
pemikiran siswa kepada kehidupan sehari-hari.
Dengan penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti tersebut, maka
muncul beberapa permasalahan dalam kegiatan penelitian ini. Mengapa layanan
informasi sangat penting digunakan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar
siswa dalam rangkaian kegiatan belajar mengajar ?. Apakah dampak penggunaan
layanan informasi dalam kegiatan belajar mengajar? Hal ini perlu dibuktikan dalam
penelitian tindakan ini, khususnya pada upaya meningkatkan motivasi belajar siswa
kelas VIII A SMP Mataram Kasihan, Bantul.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
pada
latar
belakang
penelitian
tindakan
yang
berjudul
Meningkatkan Minat Belajar Bidang Bimbingan Pribadi dan Sosial Materi Pentingnya
mengatur waktu di Sekolah pada Siswa Kelas VIII A Mataram Kasihan, Bantul dengan
Menggunakan Layanan informasi tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1.
2.
C. Pembatasan Masalah
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan ini adalah mengetahui dan mendeskripsikan: (1)
Penggunaan
Layanan
informasi
dalam
kegiatan
belajar
mengajar
dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII A SMP Mataram, dan (2) Dampak
Penggunaan Layanan informasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar pada Siswa
Kelas VIII A SMP Mataram Kasihan, Bantul.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul
Meningkatkan Motivasi Belajar Bidang Bimbingan Pribadi dan Sosial Materi
Pentingnya mengatur waktu di Sekolah Pada Siswa Kelas VIII A SMP Mataram
Kasihan, Bantul yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan
sebagai berikut:
Jika Proses Belajar Mengajar Siswa Kelas VIII A SMP Mataram Kasihan,
Bantulmenggunakan layanan informasi dalam menyampaikan materi pembelajaran,
maka dimungkinkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP
Mataram Kasihan, Bantul akan lebih baik dibandingkan dengan proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru sebelumnya.
G. Penegasan Istilah
Agar dalam pembahasan penelitian tindakan ini mengarah pada uraian yang
lebih spesifik sesuai dengan ruang lingkup penelitian, maka akan ditegaskan
beberapa istilah dalam penelitian ini. Diantaranya:
1.
Layanan informasi
Layanan informasi yang dimaksud adalah peraga yang digunakan oleh guru
dalam proses belajar mengajar, dengan tujuan memperlancar kegiatan belajar
dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran.
2.
Motivasi Belajar
Motivasi belajar
adalah
kecenderungan
dimana
seseorang
mempunyai
yang
dimaksud
dalam
penelitian
tindakan
ini
adalah
motivasibelajar siswa kelas VIII A SMP Mataram Kasihan, Bantul dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar di sekolah.
B A B II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1.
Layanan Informasi
Menurut Sudjana & Rival (1992), beberapa manfaat dari layanan informasi
dalam proses belajar siswa. Diantaranya, (1) pengajaran akan lebih menarik
perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, (2) Bahan
pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa
dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran, (3) metode
akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan
kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran, dan (4) siswa dapat lebih
banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru,
tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan,
memerankan, dan sebagainya.
Pendapat tersebut senada disampaikan oleh Encyclopedia of Educational
Research yang dikutip oleh Hamalik (1994), yang merinci manfaat media
pendidikan. Diantaranya, (1) meletakkan dasar-dasar yang kongkrit untuk berpikir,
oleh karena itu mengurangi verbalisme, (2) memperbesar perhatian siswa, (3)
meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu
membuat pelajaran lebih mantap, (4) memberikan pengalaman nyata yang dapat
menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa, (5) menumbuhkan
pemikiran yang teratur dan terus-menerus terutama melalui layanan informasi
hidup, (6) membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan
kemampuan berbahasa, dan (7) memberikan pengalaman yang tidak mudah
diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaan yang lebih
banyak dalam belajar.
Menurut Kemp & Dayton (1985) layanan informasi dapat memenuhi tiga fungsi
utama bila media itu digunakan untuk perorangan, kelornpok, atau kelompok yang
besar jumlahnya, yaitu (a) memotivasi minat dan tindakan, (b) menyajikan
informasi, dan (c) memberi instruksi.
Untuk memenuhi fungsi motivasi, layanan informasi dapat direalisasikan
dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat
dan merangsang para siswa untuk bertindak. Pencapaian tujuan ini akan
mempengaruhi sikap, nilai, dan emosi.
Tujuan informasi, artinya layanan informasi dapat digunakan dalam rangka
menyajikan informasi dihadapan sekelompok siswa. Penyajian ini dapat pula
berbentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi. Partisipasi yang diharapkan dari
siswa hanya terbatas pada persetujuan atau ketidaksetujuan mereka secara
mental, dan sebaliknya.
Layanan informasi berfungsi sebagai media instruksi, dimana informasi yang
terdapat dalam layanan tersebut harus melibatkan siswa baik dari benak atau
mental maupun bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi.
Di samping menyenangkan, layanan informasi harus dapat memberikan pengalaman
yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorangan siswa. Hal ini
ditegaskan oleh Dale (1969) dengan kerucut pengalamannya.
c.
Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa
dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah dalam bentuk
layanan informasi. Jika mengamati bahan pelajaran dalam bentuk layanan
informasi, akan ditemukan gagasan untuk merancang bahan visual yang
menyangkut penataan elemen-elemen visual yang akan ditampilkan. Tatanan
elemen-elemen itu harus dapat menampilkan visual yang menarik dan dapat
dimengerti dengan jelas, dan menarik perhatian sehingga mampu menyampaikan
pesan yang diinginkan oleh penggunannya.
Ada beberpa hal yang harus diperhatikan dalam proses penataan visualisaisi
layanan informasi tersebut, diantaranya, (a) kesederhanaan, (b) keterpaduan, (c)
penekanan, dan (d) keseimbangan.
a.
Kesederhanaan
Penyampaian visual melalui layanan informasi, harus memudahkan siswa
untuk memahami maksud dan isi yang terkandung didalam visual tersebut. Bentuk
kalimat ringkas, tetapi padat dan jelas, serta mudah dimengerti.
b.
Keterpaduan
Keterpaduan mengacu pada hubungan antara elemen-elemen visual yang
diamati. Elemen tersebut harus saling terkait dan menyatu sebagai suatu
keseluruhan sehingga visual itu merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat
dikenal dan dapat membantu pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya.
c.
Penekanan
Meskipun penyajian visual dirancang sesederhana mungkin, sering kali konsep
yang ingin disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur yang akan
menjadi pusat perhatian siswa. Dengan menggunakan ukuran, hubungan,
perspektif, warna, atau ruang penekanan dapat diberikan kepada unsur terpenting.
d.
Keseimbangan
Bentuk dan pola yang dipilih sebaiknya menempati ruang penayangan yang
memberikan persepsi keseimbangan meskipun tidak seluruhnya simetris.
Berdasarkan penjelasan media visual tersebut, kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan oleh siswa kelas II SMP Mataram, sangat tepat bila guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran melalui media berlayanan informasi. Sebab
dengan media berlayanan informasi, siswa kelas 8 yang umumnya merasa bosan
atau jenuh dengan bimbingan dan koseling ini, maka dengan visual yang digunakan
guru, setidaknya dapat membantu menghilangkan verbalisme yang ada pada siswa
kelas VIII SMP Mataram Kasihan, Bantul. Khususnya adalah siswa kelasVIII A
3.
Motivasi Belajar
a.
b.
1.
Struktur Kompetitif
Struktur pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan formal-tradisional
adalah struktur kompetitif. Sistem penilaian yang digunakan dalam struktur ini
mendorong siswa untuk berkompetisi dengan kawan-kawannya. Kemampuan
mereka diukur dengan nilai dan rank. Orientasi siswa adalah menang atau kalah.
Belajar yang berhasil adalah kalau dapat mengalahkan kawannya sehingga terjadi
persaingan
dengan
segala
akibat
baik
dan
buruknya.
Struktur Individual
Pembelajaran dengan struktur individual banyak dijalankan dalam system
pendidikan nonformal atau dalam pendidikan formal-tradisional tetapi ada
penugasan-penugasan individual sesuai minat masing-masing. Dalam struktur
pembelajaran individual, siswa berorientasi kepada pencapaian kompetisi. Bila
masih terjadi kompetensi, yang terjadi adalah kompetisi dengan diri sendiri, bukan
dengan kawan-kawannya.
Suasana bebas dari rasa tertekan. Umumnya siswa percaya bahwa kerasnya
usahalah yang menentukan keberhasilan belajar, bukan semata-mata kemampuan.
Dalam struktur pembelajaran ini motivasi belajar siswa berorientasi ke penguasaan
sesuatu kompetensi. Sifat motivasinya intrinsik.
3.
Struktur Kooperatif
Struktur Pembelajarn ini dapat dilaksanakan di kelas-kelas tradisional dalam
bentuk kerja kelompok, atau di kelas-kelas pendidikan non-formal. Sikap
kompetitif masih ada pada setiap kelompok, tetapi orientasi belajar utamanya
adalah ke pencapaian suatu keompetensi atau pemecahan masalah..
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk menyenangkan proses
pengajaran, diantaranya: (1) hindari pengulangan hal-hal yang telah diketahui, (2)
suasana fisik kelas jangan membosankan, (3) hindarkan terjadi frustasi yang
dikarenakan situasi kelas, (4) hindarkan suasana kelas yang bersifat emosional
sebagai akibat adanya kontak personal, (5) siapkan tugas menantang, (6) berilah
pengetahuan tentang hasil yang dicapai siswa, dan (7) beri hadiah/pujian dari
usaha yang dilakukan oleh siswa.
Guru
dapat
menggunakan
berbagai
cara
untuk
menggerakkan
atau
akhir tahun kepada para siswa yang mendapat atau menunjukkan hasil belajar yang
baik, memberikan hadiah bagi para pemenang sayembara atau pertandingan
olahraga, (d) Kerja kelompok. Dalam kerja kelompok di mana melakukan kerja
sama dalam belajar, setiap anggota kelompok turutnya, kadang-kadang perasaan
untuk mempertahankan nama baik kelompok menjadi pendorong yang kuat dalam
perbuatan belajar, dan (e) Persaingan. Baik kerja kelompok maupun persaingan
memberikan motif-motif sosial kepada murid. Hanya saja persaingan individual
akan menimbulkan pengaruh yang tidak baik, seperti: rusaknya hubungan
persahabatan, perkelahian, pertentangan, persaingan antar kelompok belajar.
4.
oleh sekolah dan kapan tujuan akan dicapai. Tujuan sekolah harus bertitik tolak
dari visi misi sekolah.
Memahami usaha sekolah guna tercapainya aspek kognitif
Berdasarkan pendekatan pengajaran kontekstual, aspek kognitif dapat
dikembangkan dengan belajar berbasis inquiry (Inquiry-Based Learning), belajar
berbasis masalah (Problem-Based Leraning), dan pengajaran autentik (Authentic
Instruction)
Memahami sekolah guna tercapainya aspek afektif
Sekolah sebagai wawasan wiyata mandala berusaha membekali siswnya,
antara lain pembekalan afektif. Siswa harus menghindari sikap, tutur kata yang
kotor, serta perbuatan asusial teramsuk melanggar peraturan tata tertib sekolah.
berhubugnan
langsung
dengan
benda
kerja
tetapi
unsur-unsur
Wawasan terhadap manfaat aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.
dilaksanakan berawal dari kurangnya motivasi belajar siswa VIII A SMP Mataram,
Kasihan, Bantul.
Melihat motivasi belajar siswa yang rendah tentunya seorang guru berusaha
utnuk meningkatkan motivasi belajar. Perbaikan proses pembelajaran yang akan
dilakukan oleh peneliti adalah pemberian layanan informasi menggunakan alat
peraga khususnya OHP+LCD. Dengan metode alat peraga siswa diharapkan tertarik
dan dengan mudah dapat memahami dan menyerap materi yang diberikan oleh
guru, sehingga motivasi belajar siswa dapat meningkat.
B A B III
METODE PENELITIAN
Tahap Perencanaan
Merupakan fase perencanaan yang dilakukan setelah melakukan fase pertama,
perlu mereview analisis awal yang harus dilakukan, tentang penggunaan layanan
informasi dalam kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas VIII A SMP Mataram
Kasihan, Bantul. Dalam tahap ini diharapkan (a) dapat menterjemahkan layanan
informasi yang jelas tentang penggunaan layanan informasi dalam proses belajar
mengajar, dan alasan pemilihan tema tersebut, (b) draft kerja tindakan tiap
individu dan kelompok, (c) layanan informasi tentang pihak yang terlibat, (d) garis
besar rencana program kerja (time achedirlle), (e) memonitor perubahan saat
penelitian berlangsung, dan (f) layanan informasi awal tentang etisiensi data yang
terkumpul. Tahap ini memastikan bahwa siswa kelas VIII A SMP Mataram Kasihan,
Bantul dijadikan sebagai obyek penelitian dengan pertimbangan karakteristik yang
dimiliki kelas ini sesuai dengan permasalahan yang akan di bahas.
2. Tahap Pelaksanaan
Merupakan tahap dimana seorang peneliti melaksanakan semua rancangan
yang telah disusun pada tahap perencanaan.
3. Tahap Observasi
Tahap ini merupakan tahap penjabaran rencana ke dalam tindakan dan
mengamati jalannya tindakan. Menurut Nasution (1988) yang dimaksud dengan
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan selama di lapangan, peneliti
berusaha berinteraksi dengan subjek secara aktif, sebab observasi adalah kegiatan
selektif dari suatu proses aktif. Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan obyek
penelitian sebelum peneliti melakukan penelitian sesuai dengan kenyataan yang
ada.
4.
Tahap Refleksi
Tahap ini terdiri dari: (a) menganalisis, (b) melakukan sintesis, (c)
memberikan makna, (d) eksplanasi, dan (e) membuat kesimpulan.
Rancangan penelitian tindakan ini, dilakukan secara kolaboratif antara
peneliti dengan guru-guru kelas VIII A SMP Mataram Kasihan, Bantul.
C. Instrumen Penelitian
Menurut Zuriah (2003), ada 5 jenis instrumen yang digunakan dalam
penelitian tindakan. Diantaranya observasi, wawancara, catatan lapangan, angket,
dan dokumentasi. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan meliputi: (1)
observasi, (2) wawancara, dan (3) dokumentasi
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003).
Ada dua jenis observasi yang dilakukan, diantaranya: (a) Observasi langsung,
yaitu observasi yang dilakukan dimana observer berada bersama objek yang
diselidiki, dan (b) Observasi tidak langsung, yaitu observasi atau pengamatan yang
dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diteliti.
Dengan menggunakan teknik ini, melakukan catatan terhadap hasil observasi
dengan menggunakan daftar cek (chek list).
Dalam penelitian ini metode observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah
pengamatan berperan serta. Menurut Bogdan & Biklen (1982) ketiga teknik
tersebut merupakan teknik-teknik dasar yang digunakan dalam penelitian
kualitatif.
Menurut Bogdan (1973) dalam Moleong (2001) mendifinisikan bahwa secara
tepat pengamatan berperan serta sebagai penelitian yang bercirikan interaksi
sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam
lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan
dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan.
Spradley (1980) membagi tiga tahap pengamatan berperan serta dalam
penelitian kualitaif, diantaranya; a) dimulai dari pengamatan-pengamatan yang
bersifat memeriksa (descriptive observations) secara luas, dengan melukiskan
situasi social secara umum yang ada di lokasi penelitian, b) kemudian dilanjutkan
dengan pengamatan-pengamatan yang lebih terfokus (focused observations) untuk
menemukan kategori-kategori utama tentang fokus penelitian, dan c) setelah itu
diadakan pengamatan-pengamatan yang bersifat selektif (selective observations)
untuk menemukan kategori-kategori yang lebih rinci tentang sub-sub fokus
penelitian.
Selanjutnya Spradley (1980) menjabarkan lima tipe keterlibatan peneliti
dalam partisipasi observasi sebagai berikut, diantaranya: (a) tidak berpartisipasi
(non participation). Pada tipe ini peneliti dalam melakukan penelitian tidak
berpartisipasi. Artinya peneliti hanya melakukan pengamatan (melihat) secara
pasif dan menjauhi agar tidak terlibat dalam aktivitas obyek penelitian, (b)
partisipasi pasif (passive participation). Tahap ini peneliti ikut atau berada dalam
obyek penelitian, tetapi tidak berpartisipasi atau interaksi dengan obyek
penelitian. Peneliti hanya mondar-mandir sebagai penonton saja, (c) partisipasi
moderat (moderat participation). Peneliti sudah pada konteks untuk menjaga
keseimbangan antara seseorang yang berada di dalam (insider) dan menjadi
seseorang yang berada di luar (outsider) ataupun terlibat dan mengamati, (d)
partisipasi aktif (active participation). Pada tahap ini peneliti secara aktif
melakukan apa yang dilakukan oleh personal-personal sekolah, dan (e) Partisipasi
secara total (complete or ordinary participation). Tipe ini merupakan tahap
tertinggi dalam keterlibatan peneliti sebagai observer partisipant. Peneliti total
melakukan seperti apa yang dikerjakan oleh personal-personal sekolah dalam
memperoleh data penelitian.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu prosedur terpenting untuk mengumpulkan
data dalam penelitian kualitatif, sebab banyak informasi yang diperoleh peneliti
melalui wawancara.
Menurut Arifin (1999) yang dimaksud dengan wawancara adalah suatu
percakapan yang bertujuan memperoleh konstruksi yang terjadi sekarang tentang
orang, kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, pembakuan, kerisauan
dan sebagainya.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan peneliti untuk memperoleh data
sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti melakukan wawancara. Wawancara
dalam penelitian ini ditujukan kepada guru dan siswa kelas VIII A Wawancara dalam
penelitian ini menggunakan jenis wawancara mendalam yang tidak terstruktur.
Sebab dalam wawacara tidak terstruktur akan diperoleh informasi sebanyakbanyaknya yang rahasia, dan sensitif sifatnya sekalipun serta memungkinkan sekali
dicatat semua respons afektif informan yang tampak selama wawancara
berlangsung.
3. Dokumentasi
Munurut Zuriah (2003) teknik ini adalah cara mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian.
Guba & Lincoln (1981) mengatakan bahwa dokumen dan record dapat
digunakan untuk keperluan penelitian karena: (1) merupakan sumber yang stabil,
kaya dan mendorong, (2) berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, (3) sifatnya
alamiah sesuai dengan konteks, (4) hasil pengkajian akan membuka kesempatan
untuk lebih memperluas pengetahuan yang diselidiki.
Reduksi data, pada teknik ini peneliti melakukan proses pemilahan, pemusatan
perhatian untuk penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data mentah
atau data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan,
(2)
Penyajian data, teknik ini memaparkan hasil temuan secara narasi, dan
(3)
Penarikan kesimpulan atau verifikasi, teknik ini peneliti berusaha agar dapat
menglayanan informasikan Kerepresentatifan suatu peristiwa, kejadian atau suatu
subjek.
Teknis analisis data dalam penelitian ini, adalah analisis data kualitatif yang
bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Adapun teknik analisis data
yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1)
(2)
(3)
Dalam kegiatan analisis data tersebut, akan didapatkan dua jenis data yaitu,
data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil obeservasi
yangdilakukan pada setiap tahap kegiatan, dan data kuantitatif berupa hasil
belajar atauprestasi belajar yang didapatkan oleh siswa dalam melakukan proses
pembelajarandengan penggunaan layanan informasi.
E. Penyiapan Partisipan
Penelitian ini dilandasi prinsip kolaboratif, partisipatoris, dan kooperatif,
maka kegiatan penyiapan partisipan dipandang perlu dilakukan. Kegiatan pelatihan
diawali dengan kegiatan diskusi tentang penggunaan media layanan informasi
dalam proses belajar mengajar siswa kelas VIII A SMP Mataram, Kasihan Bantul.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Mataram Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Adapun kelas yang dijadikan obyek penelitian
adalah :
Kelas : VIII (8.A)
Tahun Pelajaran : 2011/2012
Jumlah Siswa : 40 siswa
Adapun waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan
jadwal sebagai berikut :
Jadwal dan uraian encana kegitan penelitian :
No.
Juni
Minggu ke-
Uraian Kegiatan
II
III
1.
2.
Pengumpulan data
3.
Pelaksanaan tindakan
4.
Pengamatan
5.
Refleksi
6.
Pengolahan data
7.
Penarikan kesimpulan
8.
B. Deskripsi Persiklus
Penelitin tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus
dilakukan satu tindakan yang diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran selama
2x35 menit.
Pelaksanaan tindakan dalam meningkatkan motivasi belajar didasarkan atas
rendahnya motivasi belajar siswa kelas VIII.A yang disebabkan kurang menariknya
metode atau cara yang digunakan oleh guru kelas VIII.A dalam menyampaiakan
informasi kepada siswa.
Secara garis besar langkah-langkah penelitian yang ditempuh sebagai berikut :
1.
Siklus I
Materi Pembelajaran : pentingnya mengatur waktu belajar dan tips-tipsnya.
a. Perencanaan tindakan I
Disusun
rumusan
masalah
disertai
cara
pemecahannya
dan
peangkat
Pelaksanaan Tindakan I
Kegiatan pembelajaran diawali dengan mempersiapkan siswa mengikuti
pembelajaran. Langkah selanjutnya menyiapkan LCD, proyektor, dan komputer
yang didalamnya telah diisi materi pentingnya mengatur waktu belajar. Setelah
semuanya siap kemudian menayangkan materi tersebut didepan kelas kemudian
sambil dijelaskan. Dalam proses menjelaskan tidak lupa mengajak para siswa untuk
saling komunikatif. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan beberapa pertannyaan
yang berhubungan dengan materi yang baru saja dijelaskan, tujuannya untuk
melakukan evaluasi terhadap motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar.
c.
Observasi Tindakan I
Selama proses pembelajaran, guru selain berperan sebagai fasilitator juga
berperan sebagai pengamat kegiatan pembelajaran. Guru kelas dan guru
pembimbing sebagai fasilitator belajar dan siswa sebagai subyek didik. Untuk
mengukur kemampuan kognitif siswa maka, pada akhir sesi pembelajaran diajukan
beberapa pertannyaan kepada siswa.
Data observasi tindakan I :
Partisipasi siswa
: 50 %
Aktivitas guru
: 62 %
d.
: 60 %
: 65 %
Refleksi Tindakan I
Dari semua data dan temuan yang terkumpul, menunjukkan bahwa tindakkan I
belum berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa secara signifikan. Dari data
yang terkumpul diketahui bahwa nilai rata-rata pos tes siswa 50 % dan nilai tingkat
pemahaman siswa 55 % masih jauh dari harapan.
Belum berhasilnya tindak I dan nilai tingkat pemahaman siswa 55 % masih jauh
dari harapan.
Belum berhasilnya tindak I untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
dikarenakan oleh beberapa faktor :
a.1 Partisipasi siswa dalam mengikuti layanan informasi masih rendah.
Siklus II
Metode Pembelajaran : Alat peraga (LCD, Proyektor, dan laptop)
Menyiapkan video motivasi belajar
a.
Perencanaan Tindakan II
Pembelajaran pada siklus II merupakan hasil refleksi tindakan I. Pada siklus
inidisusun perangkat pembelajaran sebagai berikut :
a.1 Rencana perbaikan pembelajaran
a.2 Menyiapkan alat peraga dan menyiapkan video
a.3 Melakukan diskusi
a.4 menyiapkan pos tes
b.
Pelaksanaan Tindakan II
Pada awal pembelajaran siswa disiapkan untuk mengikuti pembelajaran.
Kemudian memutar video motivasi belajar, setelah video tersebut berakir
selanjutnya guru menyampaikan inti dari video motivasi belajar tersebut, langkah
selanjutnya mendiskusikan tentang video motivasi belajar, dan langkah yang
terakir mengerjakan pos tes.
c.
Observasi Tindakan II
Selama pembelajaran berlangsung teman sejawat dan supervaiser mengamati
dan mencatat peran guru sebagai fasilitator belajar dan peran siswa sebagai subjek
didik. Untuk mengukur hasil belajar siswa (aspek koknitif) diadakan pos tes.
Data observasi tindakan II
Partisipasi siswa
: 81 %
Aktivitas Guru
: 75 %
: 85 %
: 83 %
Refleksi tindakan II
Dari hasil observasi tindakan kedua menunjukan kemajuan dilihat dari adanya
peningkatan partisipasi siswa dari 50 % menjadi 81 %, aktivitas guru 62 % menjadi
75 %, nilai rata-rata pos tes 60 % menjadi 85 %, dan tingkat pemahaman siswa 65 %
menjadi 83 %.
Hasil
ini
pembelajaran
membuktikan
adanya
korelasi
antara
LCD
dan
penggunaan
Proyektor
metode
) dalam
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
2.
Siswa dengan mudah dapat memahami dan mengerti apa yang diajarkan oleh
guru-gurunya.
3.
4.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Sukmadinata Syaodih Nana. 2011. Metode Penelitan Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya Offset.