Anda di halaman 1dari 2

Merujuk pada data-data yang ada, akan cukup jelas jika yang menjadi pemicu

utama bagi lahirnya ragam aliran dalam Syiah ini adalah imamah, semua sekte
Syiah sepakat bahwa Imam yang pertama adalah Sayyidina Ali ra. selanjutnya
adalah Hasan bin Ali, lalu Husain bin Ali ra. Namun, setelah itu muncul perselisihan
mengenai siapa pengganti Imam Husain. Dalam hal ini, muncul dua kelompok
dalam Syiah. Kelompok pertama menyatakan imamah (kepemimpinan) beralih kepada Ali,

putra Husein bin Ali, sedangkan kelompok kedua menyatakan imamah beralih kepada
Muhammad bin Hanafiyah, putra Ali bin Abi Thalib.
Menurut Imam al-Syahrastani (ulama Sunni) dalam al-Mihal wa an-Nihal (hal. 147) membagi
kelompok syiah menjadi 5, yaitu : Kaisaniyah, Zaidiyah, Imamiyyah, Ghulat dan Ismailiyyah.
Namun, para ahli pada umumnya membagi sekte Syiah dalam empat golongan
besar, yaitu Kaisaniyah, Zaidiyah, Imamiyah, dan kaum Ghulat, sebab firqah-firqah
Syiah yang mencapai jumlah ratusan itu sejatinya bermuara dari empat kelompok
besar tersebut.[1] Lihat, Ensiklopedi Islam (entri Syiah); http://swaramuslim.net.
Berikut merupakan penjelasan dari macam sekte syiah :

Syiah Ghulat
Ghulat adalah golongan ekstrem yang berlebihan dalam memberikan sifat kepada para imam.
Mereka menempatkan kedudukan imam sama dengan Tuhan, bahkan terkadang mereka
menganggap imam adalah Tuhan. Dan kadang-kadang mereka samakan Tuhan dengan makhluk.
Paham mereka diadopsi dari 4 kekufuran:

Madzhab Hululiyah, meyakini adanya makhluk yang memiliki titisan ilahiyah.

Madzhab Tanashukhiyah, reinkarnasi yang diambil dari paham majusi sekte AlMuzdakiyah, Brahmana Hindu, Filsafat dan Shabiah.

Madzhab Yahudi yang menyerupakan Al-Khalik dengan makhluk.

Madzhab Nashara yang menyerupakan makhluk dengan Al-Khalik.

Kaum Ghulat dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu golongan asSabaiyah dan golongan al-Ghurabiyah. Golongan as-Sabaiyah berasal dari nama
Abdullah bin Saba, adalah golongan yang menganggap Ali bin Abi Thalib ra. adalah
jelmaan dari Tuhan atau bahkan Tuhan itu sendiri. Menurut mereka, sesungguhnya
Sayyidina Ali ra. masih hidup. Sedangkan yang terbunuh di tangan Abdurrahman
bin Muljam di Kuffah itu sesungguhnya bukanlah Sayyidina Ali ra., melainkan
seseorang yang diserupakan tuhan dengan beliau menurut mereka, Sayyidina Ali ra.
telah naik ke langit dan di sanalah tempatnya. Petir adalah suara beliau dan kilat
adalah
senyum
beliau.
Kelompok lainnya adalah al Ghurabiyah. Prof. Dr. Ali Abdul Wahid Wafi
menyebutkan, meski tak seekstrim saba'iyah dalam memposisikan Ali bin Abi Thalib

hingga ke tingat Tuhan, akan tetapi kelompok ini telah menganggap Malaikat Jibril
salah alamat dalam memberikan risalah Allah kepada Muhammad. Seharusnya
yang menerima kerasulan itu adalah Ali bin Abi Thalib. Oleh sebab itulah Allah
terpaksa mengakui Muhammad sebagai utusan-Nya.[2] Muhammad Kamil al
Hasyimi, 'Aqidah As syi'ah f al Mizn, terj. H.M. Rasjidi, Jakarta: Bulan Bintang,
1989, hlm. 153
Syiah Zaidiyyah
Az Zaidiyyah adalah pera pengikut Zaid ibn Ali ibn Husain ibn Ali ibn Abi Thalib.
Dalam Syiah zaidiyah seseorang dapat diangkat sebagai imam apabila memenuhi
lima kriteria, yakni, keturunan Fathimah binti Muhammad SAW., berpengetahuan
luas tentang agama, hidup zuhud, berjihad di jalan Allah SWT. dengan mengangkat
senjata, dan berani. Disebutkan bahwa sekte zaidiyah mengakui keabsahan khilafah
atau imamah Abu Bakar ash-Shiddiq ra. (khalifah pertama) dan Umar bin Khattab
ra. (khalifah kedua).

Mansur, Ibnu. 2013. Risalah Ahlussunnah wal Jamaah. Jatim : Tim Aswaja NU Center.
Majalah Qudwah Edisi 23

Anda mungkin juga menyukai