TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Medik
1. Defenisi
Menurut WHO dalam Muttaqin, (2008) stroke adalah adanya tandatanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal
(global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskular. Sedangkan menurut Smeltzer & Bare, (2002) stroke atau cedera
cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak.
Menurut Price (2005), stroke non hemoragik (SNH) merupakan
gangguan sirkulasi cerebri yang dapat timbul sekunder dari proses patologis
pada pembuluh misalnya trombus, embolus atau penyakit vaskuler dasar
seperti artero sklerosis dan arteritis yang mengganggu aliran darah cerebral
sehingga suplai nutrisi dan oksigen ke otal menurun yang menyebabkan
terjadinya infark.
Dari beberapa pengertian stroke diatas dapat disimpulkan stroke non
hemoragik adalah adalah gangguan cerebrovaskular yang disebabakan oleh
sumbatnya pembuluh darah akibat penyakit tertentu seperti aterosklerosis,
arteritis , trombus dan embolus.
Sistem persarafan terdiri dari otak, medulla spinalis, dan saraf perifer.
Struktur-struktur ini bertanggung jawab untuk kontrol dan koordinasi aktivitas
sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls tersebut
berlangsung melalui serat-serat saraf dan jaras-jaras, secara langsung dan
terus-menerus. Responsnya seketika sebagai basil dari perubahan potensial
elektrik, yang mentransmisikan sinyal-sinyal (Smeltzer, 2002).
a. Otak
Otak dibagi menjadi tiga bagian besar: serebrum, batang otak, dan
serebelum. Semua berada dalam satu bagian struktur tulang yang disebut
tengkorak, yang juga melindungi otak dari cedera. Empat tulang yang
berhubungan membentuk tulang tengkorak: tulang frontal, parietal,
temporal dan oksipital. Pada dasar tengkorak terdiri dari tiga bagian fossafossa. Bagian fossa anterior berisi lobus frontal serebral bagian hemisfer;
bagian tengah fossa berisi lobus parietal, temporal dan oksipital dan
bagian fossa posterior berisi batang otak dan medula (Smeltzer, 2002).
1) Serebrum
Serebrum merupakan bagian otak yang terbesar dan paling menonjol.
Disini terletak pusat-pusat saraf yang mengatur semua kegiatan
sensorik dan motorik, juga mengatur proses penalaran ingatan dan
intelegensia. Cerebrum dibagi menjadi hemisfer kanan dan kiri oleh
suatu lekuk atau celah dalam yang disebut fisura logitudinalis mayor
(Price & Wilson, 2005).
Serebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus. Substansia grisea
terdapat pada bagian luar dinding serebrum dan substansia alba
menutupi dinding serebrum bagian dalam. Pada prinsipnya komposisi
substansi grisea yang terbentuk dari badan-badan sel saraf memenuhi
korteks serebri, nukleus dan basal ganglia. Substansi alba terdiri dari sel-sel
saraf yang menghubungkan bagian - bagian otak dengan bagian yang
lain. Sebagian besar hemisfer serebri (telensefalon) berisi jaringan
sistem saraf pusat (SSP). Area inilah yang mengontrol fungsi motorik
tertinggi, yaitu terhadap fungsi individu dan intelegensi (Smetlzer, 2002).
Keempat lobus serebrum adalah sebagai berikut :
a) Frontal
Lobus terbesar; terletak pada fossa anterior. Area ini mengontrol
perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian dan menahan diri.
b) Parietal
Lobus sensori. Area ini menginterpretasikan sensasi. Sensasi rasa
yang tidak berpengaruh adalah bau. Lobus parietal mengatur individu
mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya. Kerusakan
pada daerah ini menyebabkan sindrom hemineglem
c) Temporal
Berfungsi mengintegrasikan sensasi kecap, bau, pendengaran, dan
ingatan jangka pendek sangat berhubungan dengan daerah ini
d) Oksipital
Terletak pada lobus posterior hemisfer serebri. Bagian
bertanggungjawab menginterpretasikan penglihatan.
2)
Diensafalon
ini
Diensefalon adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan strukturstruktur disekitar ventrikel ketiga yang membentuk inti bagian dalam
cerebrum (Price dan Wilson, 2005).
Diesefalon dibagi menjadi empat wilayah, yaitu:
a) Thalamus
Merupakan stasiun penghubung yang penting dalam otak dan juga
merupakan pengintegrasi subkortika yang penting. Semua jaras
sensorik utama (kecuali system olfaktorius) membentuk sinaps dengan
nukleus thalamus dalam perjalanannya menuju korteks serebri. Buktibukti menunjukan bahwa thalamus bertindak sebagai pusat sensasi
primitive yang tidak kritis, dan individu secara samar dapat merasakan
nyeri, tekanan, raba, getar, dan suhu yang ekstrim. Selain fungsinya
sebagai pusat sensori primitive, thalamus juga berperan penting dalam
integrasi, ekspresi, motorik.
b) Hipotalamus
Hipotalamus terletak dibawah thalamus. Hipotalamus berkaitan
dengan pengaturan rangsangan system susunan saraf autonom perifer
yang menyertai ekspresi tingkah laku dan emosi. Dengan demikian
hipotalamus juga berperan penting dalam pengaturan hormon-hormon.
Fungsi-fungsi hipotalamus diantaranya adalah pengaturan cairan
tubuh dan komposisi elektrolit, suhu tubuh, fungsi endokrin dari tingkah
laku seksual dan reproduksi normal, ekspresi ketenangan atau
kemarahan serta lapar dan haus.
c) Subtalamus
Subtalamus merupakan nukleus motorik ekstra piramidal yang penting.
Subtalamus mempunyai hubungan dengan nukleus rubra, substansia
nigra dan globus palidus dari ganglia basalis. Lesi pada subthalamus
dapat menimbulkan dyskinesia dramatis yang disebut hemibalismus.
Hemibalismus ditandai dengan gerakan kaki atau tangan yang
terhempas kuat pada satu sisi tubuh.
d) Epitalamus
Epitalamus adalah pita sempit jaringan saraf yang membentuk atap
diensefalon. Struktur utama daerah ini adalah nukleus habenulare dan
komisura, komisura posterior, striamedularis, dan badan pinealis.
3) Versa
Aliran vena untuk otak tidak menyertai sirkulasi arteri sebagaimana pada
struktur organ lain. Vena-vena pada otak menjangkau daerah otak dan
bergabung
menjadi
vena-vena
yang
besar.
Penyilangan
pada
3. Etiologi
Menurut Smeltzer, 2002 penyebab stroke non hemoragik yaitu:
a. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)
Stroke terjadi saat trombus menutup pembuluh darah, menghentikan
aliran darah ke jaringan otak yang disediakan oleh pembuluh dan
menyebabkan kongesti dan radang. Trombosis ini terjadi pada pembuluh
darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemia jaringan
otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.
Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun
tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemia serebral.
Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah
trombosis.
b. Embolisme cerebral
Emboli serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain) merupakan penyumbatan pembuluh darah otak
oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik
c. Iskemia
Suplai darah ke jaringan tubuh berkurang karena penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah.
Menurut Smeltzer, 2002 faktor resiko yang dapat menyebabkan stroke non
hemoragik yaitu:
a.
Faktor presipitasi
1. Hipertensi : Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang potensial.
Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya
pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak pecah maka
timbullah perdarahan otak dan apabila pembuluh darah otak menyempit
maka aliran darah ke otak akan terganggu dan sel sel otak akan
mengalami kematian.
2. Penyakit kardiovaskuler, embolisme serebral yang berasal dari jantung,
penyakit arteri koronaria, gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri,
abnormalitas irama (khususnya fibrasi atrium), penyakit jantung
kongestif.
3. Kolesterol tinggi
Lipid plasma yaitu kolesterol trigliserida, fospolipid, dan asam lemak
bebas. Kolesterol dan trigliserida adalah jenis lipid yang relative
mempunyai makna klinis penting sehubungan dengan aterogenesis.
Hyperlipidemia menyatakan peningkatan kolesterol dan atau trigliserida
serum diatas batas normal, kondisi ini secara langsung atau tidak
langsung meningkatkan resiko stroke karena dapat merusak dinding
pembuluh darah dan juga menyebabkan penyakit jantung coroner.
4. Infeksi : Penyakit infeksi yang mampu berperan sebagai faktor risiko
stroke adalah tuberkulosis, malaria, leptospirosis.
5. Obesitas : Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung
Faktor predisposisi
1. Faktor herediter : riwayat keluarga CAD (Coronary Artery Disease)
2. Ras
3. Riwayat TIA atau stroke, PJK, Fibriasi atrium dan heterozigot atau
homozigot untuk homosistinuria.
9. Patofisiologi
Mekanisme iskemik (non-hemoragik) terjadi karena adanya oklusi atau
sumbatan di Pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak
sebagian atau keseluruhan terhenti. Keadaan tersebut menyebabkan
terjadinya stroke, yang disebut stroke iskemik (Price dan Wilson, 2005).
Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak
akan menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama
dapat menyebabkan iskemik otak. Iskemik otak yang terjadi dalam waktu
yang singkat kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan deficit sementara
dan bukan deficit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi dalam waktu
lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan infark pada
otak. Setiap deficit lokal yang permanen akan berlangsung sesuai dengan
pembuluh darah otak mana yang terkena. Pembuluh darah yang paling
sering mengalami iskemik adalah arteri serebral tengah dan arteri karotis
interna. Defisit lokal permanen dapat tidak diketahui jika mengalami iskemik
otak total yang dapat teratasi (Batticaca, 2008).
menyebabkan
kematian
di
bandingkan
keseluruhan
penyakit
edema dapat
Completed stroke adalah defisit neurologi fokal akut karena oklusi atau
gangguan peredaran darah otak yang secara cepat menjadi stabil tanpa
memburuk lagi.
Sedangkan secara patogenitas menurut Tarwoto, dkk (2007) stroke iskemik
(Stroke Non Hemoragik) dapat dibagi menjadi :
a. Stroke trombotik, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena
trombosis di arteri karotis interna secara langsung masuk ke arteri serebri
media. Permulaan gejala sering terjadi pada waktu tidur,atau sedang
istrirahat kemudian berkembang dengan cepat,lambat laun atau secara
bertahap sampai mencapai gejala maksimal dalam beberapa jam,
kadang-kadang dalam beberapa hari (2-3 hari), kesadaran biasanya tidak
terganggu dan ada kecendrungan untuk membaik dalam beberapa
hari,minggu atau bulan.
b. Stroke embolik, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena emboli
yang pada umunya berasal dari jantung. Permulaan gejala terlihat sangat
mendadak
berkembang
sangat
cepat,
kesadaran
biasanya
tidak
aphasia,
apraksia,
daya
ingat
menurun,
hemineglect, kebingungan.
12. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Batticaca, (2008), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
ialah sebagai berikut :
a.
Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya
b.
e.
f.
EEG(Electroencephalogram)
Mengidentifikasi masalah pada gelombang otak dan memperlihatkan
daerah lesi yang spesifik.
Sinar tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang
berlawanan dari masa yang meluas, klasifikasu karotis interna terdapat
pada thrombosis serebral; klasifikasi parsial dinding aneurisma pada
perdarahan subarachnoid.
g.
Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragik pada subarachnoid atau perdarahan
pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya
proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai
pada perdarahan yang massif, sedangkan perdarahan yang kecil
biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari
pertama.
h.
Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah rutin
2) Gula darah
3) Urine rutin
4) Cairan serebrospinal
5) Analisa gas darah (AGD)
6) Biokimia darah
7) Elektrolit
13. Penatalaksanaan Medik
Waktu merupakan hal terpenting dalam penatalaksanaan stroke non
hemoragik yang di perlukan pengobatan sedini mungkin, karena jeda terapi
dari stroke hanya 3-6 jam. Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan cermat
memegang peranan besar dalam menentukan hasil akhir pengobatan.
a. Prinsip penatalaksanaan stroke non hemoragik
1) Memulihkan iskemik akut yang sedang berlangsung (3-6 jam pertama)
menggunakan
trombolisis
dengan
rt-PA
(recombinan
tissue-
<3 jam dan hasil CT scan normal, tetapi obat ini sangat mahal dan
hanya dapat di lakukan di rumah sakit yang fasilitasnya lengkap.
2) Mencegah perburukan neurologis dengan jeda waktu sampai 72 jam
yang diantaranya yaitu :
(a) Edema yang progresif dan pembengkakan akibat infark. Terapi
dengan manitol dan hindari cairan hipotonik.
(b) Ekstensi teritori infark, terapinya dengan heparin yang dapat
mencegah trombosis yang progresif dan optimalisasi volume dan
tekanan darah yang dapat menyerupai kegagalan perfusi.
(c) Konversi hemoragis, msalah ini dapat di lihat dari CT scan, tiga
faktor utama adalah usia lanjut, ukuran infark yang besar, dan
hipertensi akut, ini tak boleh di beri antikoagulan selama 43-72 jam
pertama, bila ada hipertensi beri obat antihipertensi.
3) Mencegah stroke berulang dini dalam 30 hari sejak onset gejala stroke
terapi dengan heparin.
infrak
dan
perburukan
neurologis.
Pedoman
menelan dengan aman dan jaga pasien agar tetap mendapat hidrasi
dan nutrisi. Menelan harus di nilai (perhatikan saat pasien mencoba
untuk minum), dan jika terdapat kesulitan cairan harus di berikan
melalui selang lambung atau intravena. Beberapa obat telah terbukti
bermanfaat untuk pengobatan penyakit serebrovaskular, obat-obatan ini
dapat dikelompokkan atas tiga kelompok yaitu obat antikoagulansia,
penghambat trombosit dan trombolitika.
a) Antikoagulansia adalah zat yang dapat mencegah pembekuan
darah
dan
di
gunakan
pada
keadaan
dimana
terdapat
trombosit
sehingga
menyebabkan
terhambatnya
f)
Defisit
sensorik,
kognitif,
memori,
bahasa,
emosi
serta
DO
DS
Klien
mengalami
gangguan
penglihatan
atau
kekaburan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
b.d
hipoglosus.
Nyeri akut b.d agen cedera biologis
Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler
Defisit perawatan diri b.d gejala sisa stroke
Kerusakan integritas kulit b.d hemiparisis/hemiplegia, penurunan mobilitas
Hambatan komunikasi verbal b.d penurunan fungsi otot facial/oral
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
b.d
dibutuhkan
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin c
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
(tau
penyebab
nyeri,
mampu
Pergerakan
sendi
dan
otot,
berjalan,
bergerakdenganmudah
NIC :
-
dilepas
Membantu pasien ke toilet
Menyediakan makanan dan minuman yang disukai
Memfasilitasi mandi pasien
Memberikan bantuan sampai pasien sepenuhnya
dapat
NOC :
Klien memperlihatkan faktor resiko terkendali yang dibuktikan oleh
: manajemen mandiri diabetes yang diterapkan secara konsisten,
pengetahuan: manajemen diabetes yang mendalam, dan tidak
ada penyimpangan kadar glukosa darah.
NIC :
- Kaji faktor yang dapat meningkatkan resiko ketidak seimbangan
-
glukosa.
Pantau kadar glukosa darah
Beri informasi mengenai penerapan diet dan latihan fisik untuk