Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hidrologi termasuk salah satu cabang ilmu geografi (ilmu
bumi) dan sudah mulai dikembangkan oleh para filsuf kuno,
antara lain dari Yunani, Romawi, Cina dan Mesir. Dimana air
dianggap sebagai bagian dari unsur utama bersama-sama
dengan bumi, udara dan api.
Secara harafiah hidrologi berasal dari bahasa Yunani,
yakni

hydro

dan

loge.Hydro

berarti

sesuatu

yang

berhubungan dengan air dan loge berarti pengetahuan.Jadi


hidrologi

adalah

ilmu

pengetahuan

yang

secara

khusus

mempelajari tentang kejadian, perputaran dan penyebaran air di


atmosfir dan permukaan bumi serta di bawah permukaan
bumi.Secara luas hidrologi meliputi pula berbagai bentuk air,
termasuk transformasi antara keadaan cair, padat, dan gas
dalam atmosfir, di atas dan di bawah permukaan tanah.Di
dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan
penyimpan air yang mengaktifkan kehidupan di planet bumi ini.
Ruang lingkup hidrologi mencakup :
1. pengukuran, mencatat, dan publikasi data dasar.
2. deskripsi propertis, fenomena, dan distribusi air di daratan.
3. analisa data untuk mengembangkan teori-teori pokok yang
ada pada hidrologi.
4. aplikasi teori-teori hidrologi untuk memecahkan masalah
praktis.
Hidrologi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, tetapi ada hubungan
dengan ilmu lain, seperti meteorologi, klimatologi, geologi,

agronomi kehutanan, ilmu tanah, dan hidrolika.


Menurut The International Association of Scientific Hydrology,
hidrologi dapat dibagi menjadi:
1. Potamologi (Potamology), khusus mempelajari aliran
permukaan (surface streams)
2. Limnologi (Limnology), khusus mempelajari air danau
3. Geohidrologi (Geohydrology), khusus mempelajari air yang
ada di bawah permukaan tanah (mempelajari air tanah =
groundwater)
4. Kriologi (Cryology), khusus mempelajari es dan salju
5. Hidrometeorologi (Hydrometeorology), khusus mempelajari
problema-problema yang ada diantara hidrologi dan
meteorologi.
Dalam pengerlian umum hidrometri diartikan sebagai
kegiatan untuk mengumpulkan data mengenai sungai, baik yang
menyangkut tentang ketinggian muka air maupun debit sungai
serla sedimentasi atau unsur aliran lain. Informasi yang terukur
mencakup perubahanlvariation waktu dan ruang. O/eh sebab itu,
data sungai yang panjang di beberapa tempat sangat diperlukan.
Disebabkan o/eh banyak hal yang bersifat teknis maupun non
teknis, maka pengukuran sungai di stasiun pengukuranlstasiun
hidrometri dilakukan secara terbatas,
tempat

yang

sebetulnya

dianggap

hal

ini

penting

sehingga harus dipilih

untuk diamati.

sangat merugikan

bila

Walaupun

dipandang dari

kebutuhan data di masa yang akan datang. Karena apabila suatu


daerah/tempat dikembangkan sedangkan di tempat itu sama
sekali tidak tersedia data, umumnya akan menimbulkan kesulitan
di kemudian hari.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelasakn Pengertian Hidrometri ?
2. Bagaimana cara menghitung data Hidrometri ?
3. Data apa saja yang dibutuhkan untuk Hidrometri ?
4. Apa saja persyaratan lokasi pengukuran debit air ?
C. TUJUAN
Hidrometri terkait dengan suatu keperluan perencanaan
atau perancangan bangunan air untuk berbagai keperluan
seperti pengamanan tebing sungai atau pantai, fasilitas
pelabuhan

dll.serta

studi

atau

evaluasi

keadaan

hidrodinamika atau hidro-oceanografi di kawasan pantai


atau sungai. Oleh karena itu tujuan suatu survei hidrometri
diturunkan

dari

keperluan

penyediaan

keperluan-keperluan tersebut di atas.

data

untuk

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HIDROMETRI
Hidrometri adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari
pengukuran air pada siklus hidrologi. Dalam pengukurannya
hidrometri ini meliputi semua variable pada siklus hidrologi,
seperti: curah hujan, penguapan, aliran sungai, air tanah,
angkutan sedimen dan kualitas air.
B. RUANG LINGKUP HIDROMETRI
B.1

Pemilihan

Lokasi

Pengukuran

Aliran,

Yaitu

Lokasi Untuk Pos Duga Air


Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan
factor-faktor, sebagai berikut:
a)

Berada tepat atau di sekitar lokasi pos duga air, dimana

tidak ada perubahan bentuk penampang atau debit yang


menyolok
b)

Alur sungai harus lurus sepanjang minimal 3 kali lebar

sungai pada saat banjir/muka air tertinggi


c)
d)

Distribusi aliran merata dan tidak ada aliran yang memutar


Aliran tidak terganggu sampah maupun tanaman air dan

tidak terganggu oleh adanya bangunan air lainnya (misalkan


pilar jembatan), tidak terpengaruh peninggian muka air, pasang
surut dan aliran lahar

e)

Penampang melintang pengukuran diupayakan tegak lurus

terhadap alur sungai


f)

Kedalaman pengukuran minimal 3 sampai dengan 5 kali

diameter baling baling alat ukur arus yang digunakan


g)

Apabila dilakukan di lokasi bending, harus dilakukan di

sebelah hilir atau hulu bending pada lokasi yang tidak ada
pengaruh pengempangan (arus balik)
Berikut adalah gambar penempatan stasiun pengamat pada
berbagai macam aliran sungai:

Penempatan Stasiun Pengamat

B.2

Pengukuran Tinggi Muka Air

Tinggi muka air (stage height, gauge height) sungai adalah


elevasi permukaan air (water level) pada suatu penampang
melintang sungai terhadap suatu titik tetap yang elevasinya
telah diketahui. Tinggi muka air biasanya dinyatakan dalam

satuan meter (m) atau centimeter (cm). Fluktuasi permukaan air


sungai menunjukkan adanya perubahan kecepatan aliran dan
debitnya. Pengukuran tinggi muka air merupakan langkah awal
dalam pengumpulan data aliran sungai sebagai data dasar
hidrologi.
Data tinggi muka air dapat digunakan secara langsung untuk
berbagai

keperluan

pembangunan,

misalnya

saja

untuk

perhitungan pengisian air pada waduk, menentukan perubahan


kedalaman aliran dari waktu ke waktu untuk keperluan transportasi air, perencanaan pembangunan fisik di daerah dataran banjir
dan untuk keperluan lainnya.
Untuk keperluan analisa hidrologi, data tinggi muka air
digunakan sebagai dasar perhitungan debit setelah dibuat
hubungan antara tinggi muka air dan debit hasil pengukuran
debit

yang

dilakukan

secara

berkala,

yang

mencakup

pengukuran debit pada muka air rendah sampai tinggi. Dengan


demikian

ketelitian

dalam

perhitungan

data

debit

juga

tergantung daripada ketelitian pengukuran tinggi muka air.


Pengukuran tinggi muka air dapat dilaksanakan dengan cara
manual menggunakan alat duga air biasa (non recording gauges)
dan atau cara otomatis menggunakan alat duga air otomatik
(recording gauges) yang dipasang pada suatu pos duga air
sungai.

Untuk

keperluan

pendataan

aliran

sungai

yang

memerlukan waktu dengan periode panjang, maka pengukuran


tinggi muka air dari suatu pos duga air harus menggunakan alat
duga air otomatik.

Gambar Sketsa Pengukuran Datum Tinggi Muka Air


Prinsip : Sebuah pelampung diikat pada kabel alat perekam,
dibagian ujung lainnya diikat pemberat. Pelampung diletakkan
pada sebuah sumur dan pelampung akan mengikuti perubahan
tinggi muka air. Pergerakan vertikal ini kemudian ditransfer
menjadi pergerakan horisontal pena tulis alat tersebut. Pena tulis
kemudian merekam pergerakan ini pada kertas perekam berupa
kurva pasang surut.

B.2.1 Pengukuran Tinggi Muka Air Cara Otomatis

Gambar Alat ukur Tinggi Muka Air Otomatis

Keuntungan :

Dapat diperoleh sebuah Gambar yang akurat, karena skala


vertikal dan horizontal dapat diatur.

Dapat

diperoleh

rekaman

yang

tak

terputus

sampai

maksimum 4 bulan.

Dapat merekam tinggi muka air maksimum tertinggi dan


terendah kedalam kertas.

Kerugian:

Diperlukan

bangunan

yang

cukup

mahal

untuk

alat

perekam dan sumur pelampung.

Kedalaman sumur pelampung harus cukup dalam sehingga


dapat mencakup tinggi muka air yang terendah.

Aplikasi:

Jika dipasang permanen pada daerah pasang surut maupun


daerah tanpa pengaruh pasang surut, Alat ukur dapat digunakan
untuk

mengukur

pergerakan

vertikal

pasang

surut

untuk

keperluan analisa pasang surut dan perhitungan MSL.

B.2.2 Pengukuran Tinggi Muka Air Cara Manual


Pengukuran tinggi muka air cara manual dilaksanakan dengan
membaca elevasi permukaan air yang tertera pada alat duga air
biasa yaitu alat duga air yang tidak dengan sendirinya dapat
bekerja secara otomatis dalam mencatat fluktuasi muka air
berdasarkan

fungsi

waktu.

Pengukurannya

dilakukan

oleh

seorang pengamat secara teratur setiap harinya, minimal dilakukan tiga kali setiap harinya yaitu jam 07.00 pagi, jam 12.00 siang
dan 17.00 sore hari waktu setempat, apabila diperlukan frekuensi
pengukurannya dapat ditambah, terutama selama terjadi banjir
agar data muka airnya lebih lengkap. Banyaknya pengukuran
tinggi muka air setiap harinya tergantung dari banyaknya faktor,
antara lain :
1. besarnya fluktuasi muka air;
2. tersedianya dana untuk honor pengamat, dan
3. ketelitian yang diinginkan.
Pengamat secara teratur harus melaporkan datanya kepada
instansi hidrologi yang berwenang. Pelaporan harian dapat
dilaksanakan

menggunakan

telepon

atau

teletype,

apabila

datanya sangat segera diperlukan. Pelaporan bulanan atau

mingguan, data muka air dapat dikirim melalui kantor pos terdekat atau diambil setiap tiga bulan sekali oleh petugas.

Gambar Staff Gauge

Tinggi muka air setiap jam diamati secara manual oleh


operator (pencatat) dan dicatat pada suatu formulir pengamatan
pasang surut. Pada palem dilukis tanda-tanda skala bacaan.
Pencatat akan menuliskan kedudukan tinggi muka air laut relatif
terhadap palem pada jam-jam tertentu sesuai dengan skala
bacaan yang tertulis pada palem. Muka air laut yang relatif tidak
tenang membatasi kemampuan pencatatan dalam menaksir
bacaan skala. Walaupun demikian, cara ini cukup efektif untuk
memperoleh data pasang surut dengan ketelitian hingga sekitar
2,5 cm. Tinggi palem disesuaikan dengan karakter tunggang air
pada wilayah perairan yang diamati pola pasang surutnya, yang
biasanya sekitar 4 hingga 6 meter.
Pengukuran tinggi muka air cara manual dengan menggunakan alat duga air biasa mempunyai beberapa kelebihan,
antara lain :

1) mudah dalam memasang peralatannya, dan


2) biaya untuk pemasangan, operasi dan pemeliharaannya
lebih murah dibanding pengukuran tinggi muka air cara
otomatik.
Disamping itu, pengukuran tinggi muka air cara manual
dengan menggunakan alat duga air biasa juga mempunyai
beberapa kelemahan, antara lain kebenaran data tergantung
daripada pengamat (kesalahan pembacaan, pencatatan atau
juga pemalsuan data mempunyai kemungkinan lebih besar).

B.3

Pengukuran Debit

Debit aliran sungai (Q) adalah jumlah air yang mengalir


melalui tampang lintang sungai tiap satu satuan waktu, yang
biasanya dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik. Di
suatu lokasi sungai dapat diperkirakan dengan cara sebagai
berikut :
1. Pengukuran di lapangan
2. Berdasarkan data debit dari stasiun di dekatnya
3. Berdasarkan data hujan
4. Berdasarkan pembangkitan data debit
Pengukuran

debit

di

lapangan

dapat

dilakukan

dengan

membuat stasiun pengamatan atau dengan mengukur debit di


bangunan air seperti bendungan dan peluap.
Sering di suatu lokasi yang akan dibangun bangunan air tidak
terdapat pencatatan debit sungai dalam waktu panjang. Dalam
keadaan tersebut terpaksa debit diperkirakan berdasar :
1. Debit di lokasi lain pada sungai yang sama
2. Debit di lokasi lain pada sungai di sekitarnya
3. Debit pada sungai lain yang berjauhan tetapi memiliki
karakteristik yang sama.
Debit di suatu lokasi yang ditinjau dapat juga diperkirakan
berdasar data hujan, misalnya dalam analisis hubungan hujan
limpasan dan analisis hidrograf. Debit aliran di sungai berasal
dari hujan yang jatuh di DAS, sehingga dengan mengetahui
kedalaman hujan dan kehilangan air seperti penguapan dan
infiltrasi akan dapat diperkirakan debit aliran.

(Q) = A x
Keterangan :
Q
A

= Debit (m3/s)
= luas penampang (m2)

= kecepatan aliran (m/s)

B.3.1 Pengukuran Debit Secara Langsung


a.

Dengan Menggunakan Current Meter


Pengukuran debit dengan menggunakan current meter

(alat ukur arus) dilakukan dengan cara merawas, dari jembatan,


dengan menggunakan perahu, dengan menggunakan winch
cable way dan dengan menggunakan cable car.

Pengukuran Debit dengan Current Meter


Tahapan pengukuran dengan menggunakan current meter
adalah sebagai berikut:
1)

Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran

yaitu:

1 (satu) set alat ukur arus atau current meter lengkap

2 (dua) buah alat penduga kedalaman (stang/stick)


panjang masing-masing 1 m

Kartu Pengukuran

Alat Tulis

Alat pengambilan sample air

Botol tempat sample air

Peralatan penunjang lainnya seperti topi, sepatu lapangan


dll.

2)

Bentangkan kabel pada lokasi yang memenuhi persyaratan


dan posisi tegak lurus dengan arah arus air dan tidak
melendut

3)

Tentukan titik pengukuran dengan jarak antar vertikal


1/20 dari lebar sungai dan jarak minimum = 0.50 m

4)

Berikan tanda pada masing-masing titik

5)

Baca ketinggian muka air pada pelskal

6)

Tulis semua informasi/keterangan yang ada pada kartu


pengukuran seperti nama sungai dan tempat, tanggal
pengukuran, nama petugas dll.

7)

Catat jumlah putaran baling baling selama interval waktu


yang telah ditentukan (40 70 detik), apabila arus air
lambat waktu yang digunakan lebih lama (misal 70 detik),
apabila arus air cepat waktu yang digunakan lebih pendek
(misal 40 detik)

8)

Hitung kecepatan arus dari jumlah putaran yang didapat


dengan menggunakan rumus baling balingtergantung
dari alat bantu yang digunakan (tongkat penduga dan
berat bandul)

9)

Hitung kecepatan (v) rata-rata pada setiap vertikal dengan

rumus :

Apabilapengukuran dilakukan pada 1 titik (0.5 atau 0.6 d)


contoh (vertikal 2) maka v rata rata = v pada titik
tersebut

Apabilapengukuran dilakukan pada 2 titik (0.2 dan 0.8 d)


contoh (vertikal 3) maka v rata rata = (v0.2 + v0.8) / 2

Apabilapengukuran dilakukan pada 3 titik (0.2 0.8 d dan


0.6 d) contoh (vertikal 4) maka v rata rata = [{(v0.2 + v0.8)
/ 2} + (v0.5 atau v0.6 )] / 2

10)

Hitung luas sub/bagian penampang melintang

11)

Hitung debit pada setiap sub/bagian penampang melintang

12)

Ulangi kegiatan pada butir 10 sampai dengan butir 12


untuk seluruh sub bagian penampang

13)

Hitung debit total (Q total)


Debit total dihitung dengan cara menjumlahkan debit dari
seluruh debit pada sub/ bagian penampang Q (total) = q1
+ q2 + q3 + + qn

14)

Hitung luas seluruh penampang melintang (A)


Luas seluruh penampang melintang dihitung dengan cara
menjumlahkan seluruh luas pada sub/bagian penampang
dengan :
A

15)
(V)

= a1 + a2 + a3 + + an

Hitung kecepatan rata-rata seluruh penampang melintang

Kecepatan rata-rata seluruh penampang melintang = debit


total / luas seluruh penampang melintang atau V = Q
total / A
16)

Catat waktu dan tinggi muka air pada pelskal segera

setelah pengukuran
17)

selesai pada kartu pengukuran.

Catat hasil perhitungan butir 14 sampai dengan 16 pada


kartu pengukuran.

Pengukuran debit dengan menggunakan current meter dapat


dilakukan dengan beberapa metode diantaranya:
a. Merawas
Pengukuran dengan merawas dilakukan apabila kedalaman
air tidak lebih dari 1,2 m dan kecepatan air lebih kecil dari 1
m/detik, apabila kedalaman dan kecepatan arus air lebih dari
kriteria tersebut maka pengukuran dapat dilakukan dengan
menggunakan alat bantu pengukuran yang lain.
Pengukuran debit dengan cara merawas adalah petugas
pengukur langsung masuk ke dalam badan air. Petugas pengukur
minimal terdiri dari 2 orang, 1 orang petugasmengoperasikan
peralatan dan 1 orang petugas mencatat data pengukuran.
Dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. dilakukan pada lokasi sebatas pengukur mampu merawas

2. posisi berdiri pengukur harus berada di hilir alat ukur arus


dan tidak boleh menyebabkan berubahnya garis aliran
pada jalur vertikal yang diukur
3. letakkan tongkat penduga tegak lurus pada jarak antara
2,5 7,5 cm di hilir kabel baja yang telah dibentangkan
4. hindari berdiri dalam air apabila akan mengakibatkan
penyempitan penampang melintang
5. apabila posisi current meter (arah aliran) tidak tegak lurus
terhadap penampang melintang sungai, maka besarnya
sudut penyimpangan perlu dicatat untuk menghitung
koreksi kecepatan di vertikalnya.

Metode Merawas

b. Perahu
Pengukuran debit menggunakan perahu adalah petugas
pengukur menggunakan sarana perahu sebagai alat bantu

pengukuran. Petugas pengukur minimal terdiri dari 3 orang, 1


orang petugas memegang dan menggeser perahu, 1 orang
petugasmengoperasikan peralatan dan 1 orang petugas
mencatat data pengukuran.
Petugas pelaksanaan pengukuran dengan menggunakan
perahu perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. dilakukan apabila tidak memungkinkan pengukuran dengan
cara merawas
2. alat ukur arus dilengkapi dengan alat penggulung kabel
(sounding reel) dan pemberat yang disesuaikan dengan
kondisi aliran (kedalaman dan kecepatan)
3. posisi alat ukur harus berada di depan perahu
4. kabel yang digunakan untuk mengukur lebar sungai
(tagline) harus terpisah dari kabel yang digunakan untuk
menggantungkan perahu
5. apabila lebar sungai lebih dari 100 m, atau sungai
digunakan untuk transportasi air maka kabel penggantung
perahu tidak dapat digunakan. Pengaturan posisi perahu
diatur dengan menggunakan sextant meter agar lintasan
pengukuran tetap berada pada satu jalur sehingga lebar
sungai sesuai dengan lebar sungai sesungguhnya. Metode
ini disebut metode sudut (angular method). Selain metode
ini dapat juga digunakan metode perahu bergerak.

Metode Perahu
c. Sisi jembatan
1. Pengukuran debit dari sisi jembatan adalah pengukuran
dilakukan dari sisi jembatan bagian hilir aliran dan
sebaiknya jembatan yang digunakan tidak terdapat pilar.
Peralatan yang digunakan adalah bridge crane, sounding
reel, tagline, dan 1 set current meter + pemberat yang
beratnya tergantung dari kecepatan aliran. Petugas
pengukur minimal terdiri dari 3 orang, 2 orang
petugasmengoperasikan bridge crane dan peralatan
pengukur dan 1 orang petugas mencatat data pengukuran.
2. Pengukuran dari sisi jembatan dilakukan apabila pada
lokasi pos terdapat fasilitas jembatan, dengan kondisi
kedalaman air lebih dari 2 m dan kecepatan airnya cukup
deras sehingga tidak memungkinkan dilakukan pengukuran
dengan menggunakan perahu.

Metode Jembatan
d. Cable Car (Kereta Gantung)
Cable car adalah alat bantu pengukuran berupa kereta
gantung yang digantungkan pada kabel utama yang juga
berfungsi sebagai alat ukur lebar sungai, dilengkapi dengan
tempat duduk petugas pengukur dan dudukan sounding reel.
Peralatan yang digunakan adalah current meter lengkap dengan
ekor panjang dan pemberat yang disesuaikan dengan kondisi
kecepatan dan kedalaman aliran. Petugas pengukur terdiri dari 2
orang, 1 orang petugasmengoperasikan peralatan dan 1 orang
petugas mencatat data pengukuran.
Apabila pengukuran dilakukan dengan kabel penggantung
dan posisi kabel penduga tidak tegak lurus terhadap muka air,
maka kedalaman air harus dikoreksi dengan besarnya sudut
penyimpangan.

Metode Kereta Gantung


e. Winch Cable Way
Pengukuran debit dengan menggunakan winch cable way
dilakukan dari pinggir sungai dengan menggunakan peralatan
winch cable way. Petugas pengukur minimal terdiri dari 2 orang,
1 orang petugasmengoperasikan peralatan dan 1 orang petugas
mencatat data pengukuran.
Lokasi penempatan winch cable way harus memenuhi
persyaratan teknis seperti halnya tempat pengukuran dengan
metode lainnya. Persyaratan tersebut antara lain pada bagian
alur sungai yang lurus, aliran laminar dan merata, dll.
Peralatan winch cable way yang terdiri dari:
1. Kabel pengukur lebar sungai
2. Kabel pengukur kedalaman air juga berfungsi sebagai kabel
penghantar listrik untuk menghitung jumlah putaran dan

juga berfungsi sebagai penggantung current meter +


pemberat yang disesuaikan dengan kondisi aliran
(kedalaman dan kecepatan)
3. Kabel utama (main cable) yang berfungsi sebagai
penggantung semua peralatan yang digunakan. Kabel
utama diikatkan pada dua buah tiang yang dipasang pada
kedua tebing sungai, dan salah satu tiangnya digunakan
untuk menempatkan pengerek (winch)
4. Pengerek (winch) yang berfungsi untuk menggulung kabel
pengukur lebar sungai dan kabel pengukur kedalaman air.
Winch dapat terdiri dari 2 (double drum winch) atau hanya
terdiri dari 1 winch (single drum winch)

Metode Winch cable


b.

Dengan Menggunakan Pelampung


Pengukuran debit menggunakan alat pelampung pada

prinsipnya sama dengan metode konvensional, hanya saja


kecepatan aliran diukur dengan menggunakan pelampung.

Metode pengukuran debit dengan menggunakan pelampung


biasa digunakan pada saat banjir dimana pengukuran dengan
cara konvensional tidak mungkin dilaksanakan karena faktor
peralatan dan keselamatan tim pengukur.
Lokasi Pengukuran
Pengukuran debit dengan pelampung perlu memperhatikan
syarat-syarat lokasi sebagai berikut :
1. Syarat lokasi pengukuran seperti pada metode
konvensional
2. Kondisi aliran sedang banjir dan tidak melimpah
3. Geometri alur dan badan sungai stabil
4. Jarak antara penampang hulu dan hilir minimal 3 kali lebar
sungai pada kondisi banjir
Peralatan Pengukuran
1. alat pengukur jarak
2. alat pelampung
3. alat pengukur waktu (stop watch)
4. alat penyipat ruang (theodolith)

Pengukuran Penampang Melintang

Pengukuran penampang basah dapat dilakukan pada saat


sungai tidak sedang banjir yaitu sesudah atau sebelum banjir.
Pengukuran paling sedikit 2 penampang melintang yaitu di hulu
dan di hilir yang merupakan titik awal dan titik akhir lintasan
penampang. Luas penampang basah sungai didapat dengan cara
merata-rata luas kedua penampang basah yang telah diukur.

Tahapan Pengukuran

Persiapan
1. Pilih lokasi pengukuran
2. Siapkan pelampung
3. Siapkan peralatan untuk mengukur jarak antara dua
penampang
4. Siapkan peralatan untuk menentukan posisi lintasan
pelampung
5. Siapkan peralatan untuk memberi aba-aba
6. Siapkan alat pencatat waktu
7. Siapkan alat tulis
Pelaksanaan Pengukuran
1. Lakukan pembacaaan tinggi muka air pada pos duga air di
awal pengukuran
2. Letakan alat penyipat ruang di tengah-tengah antara
penampang hulu & hilir
3. Ukur jarak antara penampang hulu dan penampang hilir
4. Lepaskan pelampung kira-kira 10 meter di hulu
penampang hulu
5. Ukur sudut azimuth posisi pelampung pada saat
pelampung melalui penampang hulu dan penampang hilir.
Pada saat itu juga catat waktunya
6. Ulangi pekerjaan (d) dan (e) sampai pelampung terakhir
7. Catat tinggi muka air pada akhir pengukuran
Perhitungan Debit
1. Gambar penampang basah di hulu dan hilir
2. Gambar lintasan pelampung

3. Hitung panjang tiap lintasan pelampung


4. Hitung kecepatan aliran permukaan tiap pelampung, untuk
mendapatkan kecepatan aliran sebenarnya maka
kecepatan aliran permukaan tiap pelampung harus
dikalikan dengan koreksi yang besarnya berkisar antara 0.7
dan 0.8 tergantung dari panjang pelampung dan proses
lintasan pelampung
5. Gambar grafik kecepatan aliran
6. Tentukan bagian penampang basah
7. Tentukan nilai kecepatan aliran pada setiap batas bagian
penampang
8. Hitung kecepatan rata-rata pada setiap bagian penampang
basah
9. Hitung luas bagian penampang basah
10.

Hitung debit untuk setiap bagian penampang basah

11.

Hitung debit total

12.

Hitung tinggi muka air rata-rata

Metode Pelampung
c.

Dengan Menggunakan Larutan


Debit aliran dapat diukur dengan menggunakan larutan zat

kimia. Metode larutan ini baik digunakan pada lokasi pengukuran


yang alur sungainya dangkal, aliran relatif

turbulens dan

kecepatan aliran cukup tinggi. Larutan zat kimia yang biasa


digunakan adalah Sodium Chlorida (NaCl) atau yang biasa kita
kenal dengan garam dapur.

Metode Larutan

Tahapan Pengukuran

1. tentukan lokasi pengukuran

2. ukur penampang basah di hulu dan di hilir dengan jarak


antara dua penampang tersebut L
3. tuangkan larutan zat kimia secara terus menerus di hulu
dari penampang basah hulu
4. ukur konsentrasi di penampang hulu dan penampang hilir
hingga puncak konsentrasi sampai normal dengan alat
electric conductivity
5. hitung waktu antara puncak konsentrasi di penampang
hulu dan penampang hilir (T)
Pada metode ini larutan zat kimia dapat pula diganti dengan
menggunakan zat warna. Perjalanan zat warna dari penampang
hulu ke penampang hilir dapat diamati secara manual.
d.

Dengan Menggunakan ADCP (Acoustic Doppler

Current Profiler)
ADCP adalah alat pengukur arus dimana kecepatan arus air
dapat terpantau dalam 3 dimensi pada suatu penampang
melintang sungai dengan menggunakan efek dari doppler pada
gelombang supersonic. Alat ini dipasang di perahu dan akan
mengukur air di sungai secara cepat bila perahu melalui suatu
penampang sungai.

Metode ADCP

Cara bekerjanya peralatan ADCP adalah air sungai yang


mengandung larutan sedimen, tanaman, kayu, dll. merupakan
media untuk memantulkan gelombang supersonic didalam air
secara tegak lurus dalam 2 arah yang dikirim oleh peralatan
ADCP. Dengan menghitung data sistim transmisi, distribusi
kecepatan arus 3 dimensi pada tampang aliran dapat diketahui.
Profil kecepatan arus digunakan untuk mengintegrasikan arah
aliran vertikal dan susunan keepatan arus terhadap tampang
horizontal sungai dan digunakan untuk menghitung debit aliran.
Keuntungan dan kerugian menggunakan peralaran ADCP ini :

Pengukuran kecepatan dapat dilakukan secara cepat

Distribusi kecepatan arus secara 3 dimensi dapat teramati

Kondisi kecepatan aliran, dan debit dapat langsung


diketahui

Pada kondisi dimana banyak kayu besar yang terbawa


dapat menghantam alat ADCP

Pengukuran sulit untuk dilakukan pada malam hari dan


sungai yang berkelok-kelok

Komunikasi antara perahu radio kontrol dan kontrol


transmisi radio maksimum berjarak 1000 meter

e.

Dengan Menggunakan Bangunan Hidraulik


Debit aliran dihitung dengan menggunakan rumus hidrolika

dimana koefisiennya dapat ditentukan dari hasil kalibrasi di


laboratorium dengan model tes atau dapat dilakukan pengukuran

debit dengan current meter pada berbagai elevasi muka air


untuk mencari koefisiennya.

f.

Metode Kemiringan Luas (Slope Are Method)


Metode ini meliputi perhitungan debit banjir pada saluran

terbuka atau sungai dengan menggunakan karakteristik


penampang yang representatif, kemiringan muka air, dan
koefisien kekasaran.
Metode Kemiringan Luas digunakan untuk menentukan
debit secara tidak langsung dari suatu ruas saluran, biasanya
setelah banjir terjadi dengan menggunakan tanda bekas banjir
dan karakteristik fisik penampang melintang ruas saluran
tersebut.
Survei lapangan dilakukan untuk menentukan jarak antara
dan elevasi tanda bekas banjir dan menetapkan penampang
sungai.Data itu selanjutnya digunakan menghitung beda tinggi
muka air diantara dua penampang melintang yang berdekatan

dan untuk menetapkan sifat-sifat tertentu dari penampang


tersebut. Informasi tersebut digunakan bersama dengan nilai n
Manning untuk menghitung debit.
g.

Metode Darcy-Weisbach
Metode ini meliputi perhitungan debit banjir pada saluran

terbuka atau sungai yang dasarnya berbatu-batu dengan


menggunakan karakteristik penampang yang representatif,
kemiringan muka air, dan koefisien resistensi Darcy-Weisbach.
Metode Darcy-Weisbach digunakan untuk menentukan
debit banjir cara tidak langsung dari suatu ruas sungai, biasanya
setelah banjir terjadi dengan menggunakan tanda bekas banjir
dan karakteristik fisik penampang melintang ruas sungai
tersebut. Persamaan Darcy-Weisbach yang digunakan untuk
menghitung debit (Q).

B.4

Pembuatan Lengkung Debit

Lengkung aliran debit (Discharge Rating Curve), adalah kurva


yang menunjukkan hubungan antara tinggi muka air dan debit
pada lokasi penampang sungai tertentu. Debit sungai adalah
volume air yang melalui penampang basah sungai dalam satuan
waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam satuan m3/detik atau
l/detik.
Lengkung aliran dibuat berdasarkan data pengukuran
aliran yang dilaksanakan pada muka air dan waktu yang
berbeda-beda. Kemudian data pengukuranan aliran tersebut
digambarkan pada kertas arithmatik atau kertas logaritmik,

tergantung pada kondisi lokasi yang bersangkutan. Tinggi muka


air digambarkan pada sumbu vertikal sedang debit sumbu
horizontal.
Lengkung aliran disamping berguna untuk dipakai sebagai
dasar penentuan besarnya debit sungai di lokasi dan tinggi muka
air pada periode waktu tertentu, juga dapat digunakan untuk
mengetahui adanya perubahan sifat fisik dan sifat hidraulis dari
lokasi penampang sungai yang bersangkutan.

B.4.1 Persiapan Membuat Lengkung Aliran


Untuk mendapatkan hasil yang benar dan sesuai dengan
kondisi lapangan diperlukan data antara lain sebagai berikut:
1. Data debit hasil pengukuran aliran, data ini harus cukup,
minimal 30 data tersedia dari saat muka air rendah sampai
muka air banjir, dan dapat dipercaya kebenarannya.
2. Data muka air pada saat pengukuran aliran diadakan, data
muka air rendah untuk menentukan besarnya debit
terkecil, data muka air tertinggi, baik aliran tersebut
tertampung pada penampang sungai ataupun aliran
melimpas, berguna untuk menentukan debit terbesar.
3. Data titik aliran nol (zero flow), berguna untuk menentukan
arah lengkung aliran pada muka air rendah pada periode
waktu tertentu.

4. Data penampang sungai, berguna untuk menentukan arah


dan bentuk dari lengkung aliran, serta berguna untuk
memperkirakan debit banjir bila belum dilakukan
pengukuran aliran pada saat banjir.
5. Informasi tentang stabilitas dan materi dasar penampang
sungai, serta sifat dari bentuk morfologis sungai.
6. Sifat aliran, seperti informasi tentang kemiringan muka air,
kecepatan aliran, penyebaran arah aliran, sifat kenaikan
dan penurunan muka air pada saat banjir dan sebagainya.
B.4.2 Metode Pembuatan Lengkung Aliran
(Discharge Rating Curve)
Sebelumnya dikatakan lengkung aliran merupakan gambaran
dari sifat fisik hidraulis dari lokasi penampang sungai, biasanya
gambaran tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

Q = A x v
Keterangan :
Q = Debit, (m3/s)
A = Luas penampang basah (m2)
v = Kecepatan aliran rata-rata (m/s)
Apabila penampang sungainya teratur dan stabil, maka
baik (A) maupun (V) merupakan fungsi dari nilai tinggi muka air
(H). Semua titik dengan koordinat-koordinat (H,Q) pada grafik
arithmatik akan merupakan garis lengkung.
Di bawah ini akan dicoba mengemukakan dua metode
pembuatan lengkung aliran, yaitu metode :

Metode Logaritmik.

Dalam metode logaritmik, persamaan rating curvenya dalam


bentuk :

Q=a(H
H0) b

Dimana :
Q

= debit

= tinggi muka air

H0

= tinggi muka air pada aliran nol ( saat Q = 0 )

a dan b

= konstanta.

Titik aliran nol (H0)


Data titik aliran nol ( H0 ), berguna untuk menentukan arah
lengkung aliran pada tinggi muka air rendah.
Cara yang baik untuk menentukan nilai H0 adalah dengan cara
mengukur langsung pada lokasi penampang sungai yang
bersangkutan. Nilai H0 dapat juga diperkirakan dengan
menggunakan persamaan :

Nilai H1 dan H3 ditentukan berdasarkan nilai Q1 dan Q3 yang


dipilih dari grafik, sedang nilai H2 adalah tinggi muka air pada
nilai debit sama dengan Q2 dengan syarat :

Cara mencari H0 dapat juga dilakukan dengan metode grafis


seperti di bawah ini

Untuk mencari a dan b dapat dibantu oleh tabel dan dua buah
persamaan di bawah ini

Metode Analitik

Dengan metode ini penentuan lengkung aliran ditentukan


dengan cara kwadrat terkecil (least square), pada cara ini
diusahakan agar jumlah kwadrat penyimpangan harga debit hasil
pengukuran aliran terhadap debit lengkung aliran, menjadi
minimum (terkecil). Biasanya dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana : nilai (A); (B) dan (C) adalah suatu bilangan, yang dapat
dicari dengan persamaan sebagai berikut :

B.5

Sedimen

Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi


permukaan, erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen
umumnya mengendap dibagian bawah kaki bukit, di daerah
genangan banjir, di saluran air, sungai, dan waduk. Hasil
sedimen (sediment yield) adalah besarnya sedimen yang berasal
dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang diukur pada
periode waktu dan tempat tertentu. Hasil sedimen biasanya
diperoleh dari

pengukuran sedimen terlarut

dalam sungai

(suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di


dalam waduk, dengan kata lain bahwa sedimen merupakan

pecahan, mineral, atau material organik yang ditransforkan dari


berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es,
atau oleh air dan juga termasuk didalamnya material yang
diendapkan dari material yang melayang dalam air atau dalam
bentuk larutan kimia (Asdak, 2007).
Sedangkan sedimentasi sendiri merupakan suatu proses
pengendapan material yang ditranspor oleh media air, angin, es,
atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulutmulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan materialmaterial yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir
(sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah
pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin.
Proses tersebut terjadi terus menerus, seperti batuan hasil
pelapukan secara berangsur diangkut ke tempat lain oleh tenaga
air, angin, dan gletser. Air mengalir di permukaan tanah atau
sungai membawa batuan halus baik terapung, melayang atau
digeser di dasar sungai menuju tempat yang lebih rendah.
Hembusan angin juga bisa mengangkat debu, pasir, bahkan
bahan material yang lebih besar. Makin kuat hembusan itu,
makin besar pula daya angkutnya. Pengendapan material batuan
yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin tadi membuat
terjadinya sedimentasi (Soemarto, 1995).
B.5.1 Sumber dan Bahan Penggolongan Sedimen
Menurut Soewarno (1991), angkutan sedimen dapat
bergerak, bergeser disepanjang dasar sungai atau bergerak
melayang pada aliran sungai, tergantung pada :
1. Komposisi (ukuran, berat jenis, dan lain-lain);
2. Kondisi aliran meliputi kecepatan aliran, kedalaman
aliran, dan sebagainya.

Menurut sumber asalnya, angkutan sedimen dibedakan


menjadi muatan material dasar (bed material load) dan muatan
bilas (wash load). Sedangkan menurut mekanisme
pengangkutannya dibedakan menjadi muatan sedimen melayang
(suspended load) dan muatan sedimen dasar (bed load).
B.5.2 Proses Sedimentasi
Proses

sedimentasi

(transportasi),

meliputi

pengendapan

proses

(deposition),

erosi,
dan

angkutan
pemadatan

(compaction) dari sedimen itu sendiri. Dimana proses ini berjalan


sangat kompleks, dimulai dari jatuhnya hujan yang menghasilkan
energi kinetik yang merupakan permulaan dari proses erosi.
Begitu tanah menjadi partikel halus lalu menggelinding bersama
aliran, sebagian tertinggal di atas tanah sedangkan bagian
lainnya masuk ke sungai terbawa aliran menjadi angkutan
sedimen (Soewarno, 1991).
Sedimen yang sering dijumpai di dalam sungai, baik
terlarut atau tidak terlarut, adalah merupakan produk dari
pelapukan

batuan

induk

yang

dipengaruhi

oleh

faktor

lingkungan, terutama perubahan iklim. Hasil pelapukan batuan


induk tersebut kita kenal sebagai partikel-partikel tanah.
Pengaruh tenaga kinetis air hujan dan aliran air permukaan
(untuk kasus di daerah tropis), partikel-partikel tanah tersebut
dapat terkelupas dan terangkut ke tempat yang lebih rendah
untuk kemudian masuk ke dalam sungai dan dikenal sebagai
sedimen. Oleh adanya transpor sedimen dari tempat yang lebih
tinggi ke daerah hilir dapat menyebabkan pendangkalan waduk,
sungai, saluran irigasi, dan terbentuknya tanah-tanah baru di
pinggir-pinggir sungai (Asdak, 2007).
Kapasitas angkutan sedimen pada penampang memanjang
sungai adalah besaran sedimen yang lewat penampang tersebut

dalam

satuan

pengendapan

waktu
atau

tertentu.

mengalami

Terjadinya
angkutan

penggerusan,

seimbang

perlu

diketahui kuantitas sedimen yang terangkut dalam proses


tersebut. Sungai disebut dalam keadaan seimbang jika kapasitas
sedimen yang masuk pada suatu penampang memanjang sungai
sama dengan kapasitas sedimen yang keluar dalam satuan
waktu tertentu. Pengendapan terjadi dimana kapasitas sedimen
yang masuk lebih besar dari kapasitas sedimen seimbang dalam
satuan waktu. Sedangkan penggerusan adalah suatu keadaan
dimana kapasitas sedimen yang masuk lebih kecil dari kapasitas
sedimen seimbang dalam satuan waktu (Saud, 2008).

Sungai Sekanak
Sungai sekanak merupakan anak sungai Musi yang sangat

penting dalam sejarah Palembang. Dari tiga anak sungai yang


mengelilingi Benteng Kuto Besak, hanya tinggal sungai sekanak
yang masih ada. Dua anak sungai lainnya, yakni sungai
Tengkuruk dan sungai Kapuran sendiri sudah ditimbun
pemerintah kolonial Hindia Belanda yang kini menjadi Jalan
Jenderal Sudirman dan Jalan Merdeka.
Sungai sekanak ini juga memiliki dimensi sebagai berikut :

Nama Anak
Sungai

Lokasi

Panjan
g
(m)

Lebar

Kedalaman

(m)

(m)

Sungai
Sekanak

Ilir Bar Sungai Sekanak


Sungai sekanak
merupakan anak sungai
Musi yang sangat
penting dalam sejarah
Palembang. Dari tiga
anak sungai yang
mengelilingi Benteng
Kuto Besak, hanya
tinggal sungai sekanak
yang masih ada. Dua
anak sungai lainnya,
yakni sungai Tengkuruk
dan sungai Kapuran
sendiri sudah ditimbun
pemerintah kolonial
Hindia Belanda yang kini
menjadi Jalan Jenderal
Sudirman dan Jalan
Merdeka.
Sungai sekanak ini juga
memiliki dimensi sebagai
berikut :

Lokasi Pengamatan

2.000

2 - 14

1-3

Lokasi pengamatan ini berada di Jembatan Badan


Lingkungan Hidup Provinsi Sumsel, Jalan Aerobik No. 4
Kampus POM IX Palembang 30137.
Hasil Pengamatan :
Dari lokasi tersebut didapatkan hasil pengamatan sebagai
berikut :
Panjang sungai

: 25.000 cm

Lebar sungai

: 1.265 cm

Kedalaman air pada saat

Pasang

Surut

: 140 cm
: 84 cm

Tinggi saluran sungai

: 255 cm

Tebal/Tinggi Sedimen pada Panjang Sungai per 50


meter
Panjang sungai pada ;
0 50 m, tinggi sedimen

: 104 cm

50 100 m, tinggi sedimen

: 85 cm

100 150 m, tinggi sedimen : 87 cm


150 200 m, tinggi sedimen : 43 cm
200 250 m, tinggi sedimen : 53 cm
Jumlah total tinggi sedimen

: 372 cm

Jadi, tinggi rata-rata sedimen : 74,4 cm

Lampiran foto

Mengukur Lebar Sungai

Mengukur Tinggi Saluran Sungai

Mengukur Kedalaman Air


Pada Saat Pasang Surut

SEDIMENT

Mengukur Tinggi Sedimentasi Dengan Panjang Sungai 0 50


Meter

B.5.3 Pengendalian Sedimentasi

Bangunan Pengendali Sedimen (Check Dam)


Kegiatan pembuatan bangunan pengendali sedimen selain

dimaksudkan untuk mengendalikan berkembangnya jurang/alur


kecil yang ada, juga berfungsi untuk menangkap sedimen dari
hasil erosi yang masih terjadi, yang disebabkan karena kurang
efektifnya pengendalian erosi secara vegetatif (Kironoto, 2000).
Mencegah terjadinya proses sedimentasi adalah hasil suatu
proses gejala alam yang sangat kompleks akan tetapi intensitas

proses sedimentasi tersebut secara teknis dapat diperlambat


mencapai tingkat yang tidak membahayakan. Oleh karena itu,
usaha

untuk

memperlambat

sedimen

yaitu

dengan

menggerakkan sedimen ke bagian hilir secara teknik dengan


membangun bendungan penahan (Check Dam), bendungan
pengatur, pengendali erosi di lereng pengunungan, dan lain-lain
(Sosrodarsono, 1994).
Ada beberapa lokasi yang dimungkinkan dapat dibangun
Check Dam, yaitu pada alur-alur sungai (anak sungai) di daerah
dimana tingkat erosi di daerah sekitarnya adalah berat dan
sangat berat, dan dimana pengendalian secara vegetatif sulit
untuk dilaksanakan.

Contoh Bangunan Check Dam Across Kallada.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dalam pengertian umum hidrometri diartikan sebagai
kegiatan untuk mengumpulkan data mengenai sungai, baik yang
menyangkut tentang ketinggian muka air maupun debit sungai
serla sedimentasi atau unsur aliran lain. Informasi yang terukur
mencakup perubahanlvariation waktu dan ruang. Oleh sebab itu,
data sungai yang panjang di beberapa tempat sangat diperlukan.
Disebabkan o/eh banyak hal yang bersifat teknis maupun non
teknis, maka pengukuran sungai di stasiun pengukuranlstasiun
hidrometri dilakukan secara terbatas,
tempat

yang

sebetulnya

hal

dianggap
ini

penting

sehingga harus dipilih

untuk diamati.

sangat merugikan

bila

Walaupun

dipandang dari

kebutuhan data di masa yang akan datang. Karena apabila suatu

daerah/tempat dikembangkan sedangkan di tempat itu sama


sekali tidak tersedia data, umumnya akan menimbulkan kesulitan
di kemudian hari.
B. SARAN
1. Jika ingin melakukan survai debit air diperlukan ke telitian
agar hasil data yang di peroleh tepat dan benar adanya.
2. Pengambilan sampel data dalam bahan penelitian harus
sesuai dengan keaslian data dilapangan.
3. dalam melakukan perhitungan diharapkan ketelitian agar
data hasil perhitungan lebih terperinci dan akurat.

Anda mungkin juga menyukai