Hitunglah terlebih dahulu pemakaian real di rumah kita, bisa dihitung dari informasi di masingmasing peralatan (spt TV, kulkas, dll) atau diukur pemakaiannya dengan Clamp Meter (diukur
besar kuat arusnya).
Setelah dihitung, tentukan apakah PLTS dipakai sebagai sumber listrik utama, backup atau
kombinasi, karena akan mempengaruhi sistem instalasinya nanti. Anda bisa memilih untuk
dipakai secara kombinasi dengan PLN, sehingga sedikit demi sedikit bisa mengurangi
ketergantungan pada PLN. Misal, kita beli paket 100 wp untuk lampu dulu, kemudian kalau
punya uang lagi beli yang 300 wp untuk TV, dst. Terakhir, kita minta orang PLN untuk memutus
PLN di rumah kita.
radiasi matahari yang diterima, luas permukaan panel dan suhu panel. Daya yang dihasilkan
semakin besar jika radiasi dan luas permukaan lebih besar, sedang kenaikan suhu mengakibatkan
penurunan daya. Karena itu, pada saat pemasangan panel perlu diperhatikan untuk menyediakan
jarak dengan atap agar udara dapat bersirkulasi di bawah panel (efek pendinginan).
Panel Surya type terbaru mempunyai daya 130 Wattpeak per m2 . Wattpeak menunjukkan daya
maksimum yang dihasilkan pada kondisi radiasi matahari 1000 W/m2 dan suhu panel 25oC.
Panel surya diproduksi dalam berbagai ukuran (daya terpasang). Konstruksi panel surya terdiri
dari susunan sel surya, tutup kaca, bingkai Alumunium khusus dan soket. Panel surya memiliki
usia yang relatif panjang yaitu minimal 20 tahun, dan umumnya suplier panel surya memberi
garansi out put power hingga 10-25 tahun.
Beberapa hal yang perlu diingat pada saat pemasangan panel surya adalah:
1. Panel ditempatkan di bagian atap yang tidak terkena bayangan pohon atau benda lain.
2. Atap cukup kuat menahan beban panel dan angin
3. Penempatan panel memungkinkan pembersihan dan perbaikan.
4. Tersedia jarak dengan atap untuk sirkulasi udara di bawah panel surya
Prinsip Panel Surya
Prinsip dari Panel surya ialah mengubah intensitas cahaya matahari menjadi energi listrik yang
dapat digunakan untuk menjalankan peralatan elektronik. Panel surya/modul surya merupakan
suatu paket yang terdiri dari sel-sel yang disusun secara horizontal dan dilapisi oleh kaca
sehingga dapat di pasang menghadap matahari. Sebuah modul diklasifikasikan berdasarkan daya
maksimumnya. Sel-sel itu terbuat dari kristal silikon yang dikembangkan dalam bentuk ingot.
Dalam potongan tipis yang disambungkan melalui elektroda untuk membentuk sel.
Keuntungan Panel Surya
PLTS mampu menyuplai listrik untuk lokasi yang belum dijangkau jaringan listrik PLN :
1. Potensi pemanfaatan energi surya tersebar secara merata sehingga dapat digunakan untuk
daerah yang terpencil
2. Listrik surya merupakan solusi yang cepat, karena proses instalasi yang relatif cepat untuk
menghasilkan listrik penerangan dll.
3. Tenaga Surya merupakan energi yang sangat bersih, karena sifatnya secara fisika dapat Mengabsorbsi UV radiasi (dari matahari), tidak menghasilkan emisi sedikitpun, tidak menimbulkan
suara berisik dan tidak memerlukan bahan bakar yang perlu dibeli setiap harinya.
4. Sistem tenaga Surya sudah terbukti handal lebih dari 50 tahun mendukung program luar
angkasa, dimana tidak ada sumber energi lain, tidak juga juga nuklir, yang mampu bertahan
dalam keadaan extrim di luar angkasa.
5. Panel Surya merupakan salah satu alat yang dapat memanfaatkan potensi energi radiasi
matahari sebesar 4,8 Kwh/ m2 / hari (* Data BPPT tahun 2005) yang merupakan potensial daya
yang cukup besar dan belum maksimal dimanfaatkan di Indonesia.
6. Panel Surya mempunyai kesan modern dan futuristik, tetapi juga mempunyai kesan peduli
lingkungan dan bersih. Sangat cocok untuk dunia arsitektur modern yang memadukan unsurunsur penting tersebut.
Struktur Sel Surya
Sesuai dengan perkembangan sains&teknologi, jenis-jenis teknologi sel surya pun berkembang
dengan berbagai inovasi. Ada yang disebut sel surya generasi satu, dua, tiga dan empat, dengan
struktur atau bagian-bagian penyusun sel yang berbeda pula (Jenis-jenis teknologi surya akan
dibahas di tulisan Sel Surya : Jenis-jenis teknologi). Dalam tulisan ini akan dibahas struktur
dan cara kerja dari sel surya yang umum berada dipasaran saat ini yaitu sel surya berbasis
material silikon yang juga secara umum mencakup struktur dan cara kerja sel surya generasi
pertama (sel surya silikon) dan kedua (thin film/lapisan tipis).
Struktur dari sel surya komersial yang menggunakan material silikon sebagai semikonduktor.
(Gambar:HowStuffWorks)
Gambar diatas menunjukan ilustrasi sel surya dan juga bagian-bagiannya. Secara umum terdiri
dari :
1. Substrat/Metal backing
Substrat adalah material yang menopang seluruh komponen sel surya. Material substrat juga
harus mempunyai konduktifitas listrik yang baik karena juga berfungsi sebagai kontak terminal
positif sel surya, sehinga umumnya digunakan material metal atau logam seperti aluminium atau
molybdenum. Untuk sel surya dye-sensitized (DSSC) dan sel surya organik, substrat juga
berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya sehingga material yang digunakan yaitu material
yang konduktif tapi juga transparan sepertii ndium tin oxide (ITO) dan flourine doped tin oxide
(FTO).
2. Material semikonduktor
Material semikonduktor merupakan bagian inti dari sel surya yang biasanya mempunyai tebal
sampai beberapa ratus mikrometer untuk sel surya generasi pertama (silikon), dan 1-3
mikrometer untuk sel surya lapisan tipis. Material semikonduktor inilah yang berfungsi
menyerap cahaya dari sinar matahari. Untuk kasus gambar diatas, semikonduktor yang
digunakan adalah material silikon, yang umum diaplikasikan di industri elektronik. Sedangkan
untuk sel surya lapisan tipis, material semikonduktor yang umum digunakan dan telah masuk
pasaran yaitu contohnya material Cu(In,Ga)(S,Se)2 (CIGS), CdTe (kadmium telluride), dan
amorphous silikon, disamping material-material semikonduktor potensial lain yang dalam sedang
dalam penelitian intensif seperti Cu2ZnSn(S,Se)4 (CZTS) dan Cu2O (copper oxide).
Bagian semikonduktor tersebut terdiri dari junction atau gabungan dari dua material
semikonduktor yaitu semikonduktor tipe-p (material-material yang disebutkan diatas) dan tipe-n
(silikon tipe-n, CdS,dll) yang membentuk p-n junction. P-n junction ini menjadi kunci dari
prinsip kerja sel surya. Pengertian semikonduktor tipe-p, tipe-n, dan juga prinsip p-n junction dan
sel surya akan dibahas dibagian cara kerja sel surya.
3. Kontak metal / contact grid
Selain substrat sebagai kontak positif, diatas sebagian material semikonduktor biasanya
dilapiskan material metal atau material konduktif transparan sebagai kontak negatif.
4.Lapisan antireflektif
Refleksi cahaya harus diminimalisir agar mengoptimalkan cahaya yang terserap oleh
semikonduktor. Oleh karena itu biasanya sel surya dilapisi oleh lapisan anti-refleksi. Material
anti-refleksi ini adalah lapisan tipis material dengan besar indeks refraktif optik antara
semikonduktor dan udara yang menyebabkan cahaya dibelokkan ke arah semikonduktor
sehingga meminimumkan cahaya yang dipantulkan kembali.
5.Enkapsulasi / cover glassBagian ini berfungsi sebagai enkapsulasi untuk melindungi modul
surya dari hujan atau kotoran.
Cara kerja sel surya
Sel surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu junction antara
semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri dari ikatan-ikatan atom yang dimana
terdapat elektron sebagai penyusun dasar. Semikonduktor tipe-n mempunyai kelebihan elektron
(muatan negatif) sedangkan semikonduktor tipe-p mempunyai kelebihan hole (muatan positif)
dalam struktur atomnya. Kondisi kelebihan elektron dan hole tersebut bisa terjadi dengan
mendoping material dengan atom dopant. Sebagai contoh untuk mendapatkan material silikon
tipe-p, silikon didoping oleh atom boron, sedangkan untuk mendapatkan material silikon tipe-n,
silikon didoping oleh atom fosfor. Ilustrasi dibawah menggambarkan junction semikonduktor
tipe-p dan tipe-n.
Junction antara semikonduktor tipe-p (kelebihan hole) dan tipe-n (kelebihan elektron).
(Gambar : eere.energy.gov)
Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga elektron (dan hole)
bisa diekstrak oleh material kontak untuk menghasilkan listrik. Ketika semikonduktor tipe-p dan
tipe-n terkontak, maka kelebihan elektron akan bergerak dari semikonduktor tipe-n ke tipe-p
sehingga membentuk kutub positif pada semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub negatif pada
semikonduktor tipe-p. Akibat dari aliran elektron dan hole ini maka terbentuk medan listrik yang
mana ketika cahaya matahari mengenai susuna p-n junction ini maka akan mendorong elektron
bergerak dari semikonduktor menuju kontak negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai
listrik, dan sebaliknya hole bergerak menuju kontak positif menunggu elektron datang, seperti
diilustrasikan pada gambar dibawah.
Ilustrasi cara kerja sel surya dengan prinsip p-n junction. (Gambar : sun-nrg.org)
Reaktan yang biasanya digunakan dalam sebuah sel bahan bakar adalah hidrogen di sisi
anode dan oksigen di sisi katode (sebuah sel hidrogen). Biasanya, aliran reaktan mengalir masuk
dan produk dari reaktan mengalir keluar. Sehingga operasi jangka panjang dapat terus menerus
dilakukan selama aliran tersebut dapat dijaga kelangsungannya.
Sel bahan bakar seringkali dianggap sangat menarik dalam aplikasi modern karena
efisiensi tinggi dan penggunaan bebas-emisi, berlawanan dengan bahan bakar umum seperti
metana atau gas alam yang menghasilkan karbon dioksida. Satu-satunya hasil produk dari bahan
bakar yang beroperasi menggunakan hidrogen murni adalah uap air, namun ada kekhawatiran
dalam proses pembuatan hidrogen yang menggunakan banyak energi. Memproduksi hidrogen
membutuhkan "carrier" hidrogen (biasanya bahan bakar fosil, meskipun air dapat dijadikan
alternatif), dan juga listrik, yang diproduksi oleh bahan bakar konvensional. Meskipun sumber
energi alternatif seperti energi angin dan surya dapat juga digunakan, namun sekarang ini mereka
sangat mahal.
SOFC dianggap menarik karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan fuel cell
jenis lain. SOFC merupakan fuel cell dengan temperatur tertinggi pada saat ini yaitu sekitar
600 oC - 1000 oC dan juga memiliki tingkat efesiensi yang paling tinggi yaitu sekitar 60%. SOFC
berkembang sejak tahun 1950 dan memiliki dua bentuk yaitu planar dan tubular. Keuntungan
dari fuel cell jenis ini yaitu dapat menggunakan bahan bakar lain selain hidrogen. Sama seperti
jenis fuel cell yang lain, SOFC juga memiliki tiga bagian penting yaitu elektrolit, katode, dan
anode (De Guire, 2003).
1. Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)
Fuel cell (sel bahan bakar) adalah suatu konverter dari energi kimia menjadi energi listrik dengan
memanfaatkan kecendrungan hidrogen dan oksigen untuk bereaksi dimana operasi jangka
panjangnya dapat terus menerus terjadi selama bahan bakarnya dapat terus disuplai yaitu
hidrogen dan oksigen. Gas hidrogen dan oksigen secara elektrokimia dikonvert menjadi air.
Reaksi secara keseluruhannya adalah sebagai berikut (Cook, 2001):
Anoda : H2 2 H+ + 2 eKatoda : O2 + 2 H+ + 2 e- H2O
Reaksi total : H2 + O2 H2O + energi listrik + kalor
Prinsip kerja fuel cell yaitu hidrogen di dalam sel dialirkan menuju sisi anoda sedangkan oksigen
di dalam udara dialirkan menuju sisi katoda. Pada anoda terjadi pemisahan hidrogen menjadi
elektron dan proton (ion hidrogen). Ion hidrogen ini kemudian menyebrang dan bertemu dengan
oksigen dan elektron di katoda dan menghasilkan air. Elektron-elektron yang mengandung
muatan listrik ini akan menuju katoda melalui jaringan eksternal. Aliran elektron-elektron inilah
yang akan menghasilkan arus listrik. Skema fuel cell diperlihatkan pada Gambar 1.
1.
2.
3.
4.
5.
Gambar 3. (a) sistem tubular SOFC (b) Sistem planar SOFC (De Guire 2003).
Sama seperti fuel cell pada umumnya, SOFC juga memiliki bagian penting, yaitu (De Guire,
2003):
a. Elektrolit
Elektrolit merupakan pemisah antara katoda dan anoda. Elektrolit berfungsi untuk memindahkan
ion-ion yang terlibat dalam reaksi-reaksi reduksi dan oksidasi dalam sel bahan bakar. Elektrolit
sangat berpengaruh pada kinerja fuel cell.
b. Katode
Katode merupakan elektroda yang berinteraksi dengan udara yang berfungsi menjadi batas untuk
oksigen dan elektrolit, mengkatalis reaksi reduksi oksigen dan menghubungkan elektron-elektron
dari sirkuit luar ke tempat reaksi.
c. Anode
Anode merupakan elektroda yang berinteraksi dengan bahan bakar yang berfungsi menjadi batas
untuk bahan bakar dan elektrolit, mengkatalis reaksi oksidasi dan menghubungkan elektronelektron dari tempat reaksi elektron dari tempat reaksi ke eksternal sirkuit. Anoda merupakan
bagian terpenting dalam SOFC. Anode dalam sebuah SOFC harus memiliki beberapa kriteria
yaitu
1. Memiliki konduktivitas listrik yang tinggi (10-1- 103 (.cm)-1)
2. Stabil dalam lingkungan reduksi
3. Mempunyai porositas yang spesial dan banyak (20%-40%)
4. Memiliki aktivitas katalik dan elektrokimia yang tinggi untuk mengoksidasi bahan bakar
5. Memiliki struktur kristal kubik.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Herliyani (2012) dilakukan pembuatan anode dengan bahan
dasar CSZ (calcia stabilized zirconia) dengan metode kompaksi serbuk. Dimana metode
kompaksi serbuk merupakan proses pembuatan serbuk dan benda jadi dari serbuk logam atau
paduan logam dengan ukuran serbuk tertentu dengan cara di kompaksi tanpa melalui proses
peleburan (Rusianto, 2009). Energi yang digunakan dalam proses ini relative rendah sedangkan
keuntungan lainnya antara lain hasil akhirnya dapat langsung disesuaikan dengan dimensi yang
diinginkan yang berarti akan mengurangi biaya permesinan dan bahan baku yang terbuang.
Jenis dan macam produk yang dihasilkan oleh proses metalurgi serbuk sangat ditentukan proses
kompaksi dalam membentuk serbuk dengan kekuatan yang baik. Pada proses kompaksi serbuk
meliputi proses pengepresan suatu bentuk di dalam cetakan yang terbuat dari baja. Teknik
metalurgi serbuk meliputi pencampuran serbuk (mixing), pembuatan pellet (kompaksi),
perlakuan panas (sintering). Pengecoran adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan
logam cair dan cetakan untuk menghasilkan parts dengan bentuk yang mendekati bentuk
geometri akhir produk jadi. Logam cair akan dituangkan atau ditekan ke dalam cetakan yang
memiliki rongga sesuai dengan bentuk yang diinginkan (Anonim, 2011). Namun teknik ini
mempunyai beberapa kelemahan antara lain butir-butir yang dihasilkan cukup besar sehingga
menurunkan kekuatan tariknya. Selain itu teknik pengecoran mempunyai kesulitan dalam
pemaduan unsur-unsur dengan perbedaan titik leleh yang besar. Sehingga metode metalurgi
serbuk ini digunakan dalam penelitian ini walaupun metode ini memiliki beberapa kelemahan
yaitu : bentuk yang rumit tidak dapat dibuat, bahan serbuk logam mahal dan kadang sulit
penyimpanannya karena mudah terkontaminasi.
Keramik CSZ ini merupakan campuran dari ZrO2 dan CaO dengan perbandingan persentase mol
sebesar 85% dan 15% karena jika ZrO2 lebih dari 85% maka dikhawatirkan keramik akan
menjadi rapuh sedangkan jika persentase mol kurang dari 85% maka tidak akan membentuk
struktur kristal kubik seperti yang diharapkan. Kemudian campuran CSZ yang terbentuk
ditambahkan dengan NiO dan PVA yang bervariasi konsentrasi beratnya masing-masing sebesar
2%, 6%, dan 10% dimana variasi persentase konsentrasi berat PVA seperti ini paling tepat untuk
menghasilkan porositas keramik yang spesial tetapi konsentrasi berat PVA ini bisa diekstrapolarsi
jika ada penelitian lain yang mencoba dengan persentase konsentrasi berat PVA sebesar 2%,
6%, dan 10%. Berikut ini adalah tabel karakteristik dari PVA (polyvinyl alcohol).
(C2H4O)
Kerapatan
Titik didih
228 oC
Titik lebur
230 oC
Matula et al., (2008) menjelaskan bahwa untuk mendapatkan bahan anode SOFC yang paling
baik, maka campuran harus disintering dengan temperature sintering 1400 oC dan direduksi
pada temperatur minimal 800 oC Hal ini terlihat dari Gambar 4, dimana pada gambar ini terlihat
bahwa densitas dari Ni-YSZ meningkat seiring dengan penambahan suhu sintering tetapi akan
kembali menurun jika suhu sinteringnya lebih dari 1500 oC. Sedangkan jika temperatur reduksi
kurang dari 800 oC maka reduksi akan berlangsung tidak sempurna karena masih adanya fase
NiO.
2.3 Sintering
Proses sinter merupakan proses perlakuan panas pada serbuk ataupun padatan dari serbuk pada
temperatur 2/3 dibawah titik leleh untuk meningkatkan kekuatan (Didiek et al., 2007). Proses
sintering ini lebih efektif daripada proses kalsinasi. Dimana kalsinasi itu merupakan suatu
metode pemisahan dengan memecah ikatan antar senyawa menggunakan pemanasan
800 oC karena pada suhu ini ikatan kompleks akan terpecah. Sedangkan pembakaran adalah
suatu tahapan reaksi kimia antara suatu bahan bakar dan suatu oksidan disertai dengan produksi
panas yang kadang disertai cahaya dalam bentuk pendar atau api.
Proses sintering sangat efektif untuk mengurangi porositas, meningkatkan kekuatan,
meningkatkan konduktivitas termal, dan meningkatkan kerapatan keramik sesuai dengan
mikrostruktur dan komposisi fasa yang diinginkan. Selama proses sintering ukuran butir
mengecil dan menjadi lebih bulat karena permukaan partikel masuk ke pori-pori di dalamnya
sehingga porositas berkurang dan membuat sampel menjadi lebih padat. Gambar 7a. dan Gambar
7b. menunjukan dua kemungkinan yang akan terjadi selama proses sintering.
Gambar 7. (a) Densifikasi diikuti dengan pertumbuhan butir (grain growth), (b) coarsening
(Barsoum, 1997).
Kedua mekanisme ini saling bersaing. Jika proses atomnya yang mendominasi adalah
densifikasi, maka kerapatan dan porositasnya akan mengecil dan menghilang terhadap waktu.
Tetapi, jika proses coarsening lebih cepat, maka kekasaran dan porositasnya akan membesar
terhadap waktu (Barsoum, 1997).
3.
Polimeric
Electrolyte
Membrane
Fuel
Cells
(PEMFC)
(Mudzakir,
2010)
PEMFC merupakan sel bahan bakar yang banyak dipilih dikarenakan sel bahan bakar tersebut
memiliki sifat yang lebih menguntungkan, yakni mampu meminimalisir korosi yang sering
terjadi dalam penggunaan sel bahan bakar jenis laindengan bahan elektrolit yang korosif, selain
itu PEMFC dapat beroperasi pada temperatur rendah (sekitar 80 oC). Pada PEMFC membran
digunakan sebagai konduktor proton dan insulator elektronik sehingga mempermudah
pengemasan dan meningkatkan efisiensi kerja transfer ion H+ hingga mencapai 40-50%. (Souza,
2003)
Membran yang saat ini banyak digunakan untuk PEMFC adalah Nafion. Politetrafluoroetilena
dengan cabang gugus asam sulfonat (Nafion) memiliki konduktivitas proton, ketahanan
mekanik, dan ketahanan termal yang baik. Namun membran Nafion memiliki kekurangan yaitu
tidak ramah lingkungan, harga yang mahal serta memiliki permeabilitas metanol yang tinggi
sehingga tidak dapat diaplikasikan pada Direct Methanol Fuel Cell (DMFC). Oleh karena itu
berbagai penelitian dilakukan dengan tujuan mendapatkan membran baru yang lebih baik dari
segi kualitas, harga dan ramah lingkungan dibandingkan dengan Nafion.
Dalam PEMFC membran yang digunakan harus bermuatan negatif agar efisien dalam menarik
dan melewatkan proton dari anoda ke katoda. Dan agar lebih ramah lingkungan membran harus
dapat terdegradasi secara alami, sehingga membran hasil pemakaian tidak menjadi limbah atau
polutan.
Kitosan merupakan salah satu biopolimer yang memenuhi syarat untuk diaplikasikan sebagai
membran dalam sel bahan bakar. Karena kitosan bersifat hidrofilik, memiliki kekuatan mekanik
yang baik, mudah dimodifikasi secara kimia serta dapat terdegradasi secara alami. Kitosan
merupakan biopolimer yang berasal dari kulit udang yang telah dideasetilisasi. Sehingga
pemanfaatan kitosan sebagai membran dapat menjawab permasalahan limbah dan menaikkan
nilai ekonomi kulit udang tersebut. Bila dibandingkan dengan Nafion konduktivitas kitosan
sangat rendah, sehingga untuk menaikkan konduktivitas ioniknya dilakukan sulfonasi pada
kitosan.
Polymeric electrolyte membrane fuel cell (PEMFC) disebut juga proton exchange membrane
fuel cell. Membran ini berupa lapisan tipis padat yang berfungsi sebagai elektrolit pemisah
katoda dan anoda. Membran ini secara selektif mengontrol transport proton dari anoda ke katoda
dalam sel bahan bakar. PEMFC mengandung katalis platina. Selain itu, pada fuel cell ini tidak
dipakai fluida yang bersifat korosif seperti jenis sel bahan bakar lainnya.
Membran polimer merupakan komponen yang sangat penting dalam PEM fuel cell. Membran
polimer ini dapat memisahkan reaktan dan menjadi sarana transportasi ion hidrogen yang
dihasilkan di anoda menuju katoda sehingga menghasilkan energi listrik. Kemurnian gas
hidrogen sangat mempengaruhi emisi buang sistem fuel cell berbasis polimer tersebut.
Kemurnian hidrogen yang tinggi memberikan tingkat emisi yang mendekati zero emission.
Penggunaan hidrogen dengan tingkat kemurnian tinggi juga dapat memperpanjang waktu hidup
membran fuel cell dan mencegah pembentukan karbonmonoksida (COx) yang beracun, pada
permukaan katalis (Jamal, 2007).
3.1 Kitosan
Kitosan pertama kali ditemukan oleh ilmuan Perancis, Ojier, pada tahun 1823. Ojier meneliti
kitosan hasil ekstrak kerak binatang berkulit keras, seperti udang, kepiting, dan serangga.
Senyawa kitosan diperoleh dari proses deasetilisasi senyawa kitin. Kitin adalah poliamino
sakarida yang cukup banyak terdapat di alam setelah selulosa, susunan molekulnya mirip dengan
selulosa. Keterbatasan penggunaan kitin disebabkan kitin sukar larut dalam beberapa pereaksi.
Oleh karena itu kitin banyak digunakan setelah ditransformasikan dalam bentuk kitosan. Gambar
9. menunjukkan reaksi transformasi kitin menjadi kitosan.
Proses sulfonasi dapat dilakukan dengan senyawa yang memiliki gugus sulfonat diantaranya
yaitu asam sulfat (H2SO4), oleum, asetil sulfat, dan asam klorosulfonat. Proses sulfonasi pun
dapat dilakukan dengan 2 metode, metode pertama yaitu metode konvensional dan metode yang
kedua menggunakan bantuan gelombang mikro (microwave oven). Hasil karakterisasi penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa membran kitosan sulfonat yang dihasilkan dengan metoda
konvensional memiliki sifat termal dan kapasitas penukar proton yang lebih tinggi dibandingkan
membran yang diperoleh dengan bantuan gelombang mikro.
Namun demikian, membran yang dihasilkan dari metoda pertama sangat rapuh. Sebaliknya,
membran kitosan tersulfonasi yang diperoleh dari hasil reaksi dengan bantuan gelombang mikro
mempunyai kekuatan mekanik yang baik untuk uji permeasi selanjutnya. Data penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa membran kitosan sulfat yang disintesis dengan gelombang
mikro mempunyai nilai permeasi terhadap metanol yang lebih rendah dibandingkan dengan
membran kitosan tanpa sulfonasi (Velianti, 2008). Gambar 10. menunjukkan reaksi transformasi
kitosan menjadi kitosan sulfonat dengan asam klorosulfonat sebagai agen pensulfonasinya.
150 oC (Hagiwara dan Ito, 2000; Hermanutz, et al., 2006), terutama garam yang berbentuk cairan
pada suhu kamar lebih dikenal dengan room-temperature ionic liquids (RTILs).
Keuntungan dari sifat yang dimiliki cairan ionik adalah memiliki rentang cair besar, sekitar
300 C (-96 sampai lebih dari 200 C) ; memiliki kestabilan termal dan elektrokimia yang tinggi;
merupakan pelarut yang baik bagi material organik, anorganik maupun polimer; tidak mudah
menguap; tidak mudah terbakar; tidak beraroma (bau yang ditimbulkan berasal dari pengotor);
menunjukkan keasaman Bronsted, Lewis, Franklin dan keasaman yang tinggi (Superacidity);
dapat menjadi katalis sekaligus sebagai pelarut; memiliki sifat selektif yang tinggi terhadap suatu
reaksi dan sebagainya (Fitzwater, et al., 2005; Lajunen, 2006; Pitner, 2004).
Sifat dari cairan ionik dapat disesuaikan dengan mengubah struktur kation dan anionnya
(Murugesan dan Linhardt, 2005). Sifat-sifat cairan ionik seperti kepolaran atau hidrofilisitas/
lipofilisitas yang bisa diatur tergantung dari kation maupun anion yang menyusunnya
menjadikan cairan ionik dikenal sebagai tailored-made solvents (Gordon, 2003).
Jenis-jenis kation yang sering digunakan sebagai kation cairan ionik diantaranya adalah sebagai
berikut (Murugesan dan Linhardt, 2005):
Gambar 12. Struktur Kation Imidazolium (a) dan Fatty Imidazolinium (b)
Gambar 13. Struktur Molekul dari (i) Fatty Imidazoline dan (ii) Kation Fatty Imidazolinium
PERKEMBANGAN EKSPERIMENTAL
Pada bagian awal abad kesembilan belas
Michael Faraday (1832)
melakukan percobaan MHD dengan menggunakan air
p a y a u d a r i s u n g a i Thames yang mengalir melalui's medan
magnet bumi. Dia menggambarkan proses konversi di MHD
pada tahun 1893. Namun pemanfaatan aktual konsepini masih
terpikirkan.Keberhasilan percobaan pertama pembangkit
listrik, dikembangkanoleh
Richard Rosa pada tahun 1959,
yang dihasilkan 10 kW dengan saluran berdinding kayu pada
"Mark
1"
fasilitas
AVCO
di
Boston,
Massachusetts.Keberhasilan
ini
dan
kemungkinan
kekuasaan MHD murah memimpin pada tahun 1960 untuk
program nasional di Inggris, Uni Soviet, Belanda, Perancis, Jerman,
Polandia, Italia,India, Australia dan Israel. Pada tahun
1965
AVCO "Mark 5" generator berhasil menghasilkan 32 MWselama jangka satu menit
menggunakan alkohol pada 45 kg / detik dipecat dengan oksigen. AVCOkemudian
mengembangkan batubara canggih dipecat saluran MHD untuk tes program jam
2.000 danmenunjukkan kelayakan teknis di bawah kondisi yang paling ketat.Pada tahun
1972
di Moskow, fasilitas eksperimental besar, "U-25," menggunakan MW bakar gas alam250 dan
dihasilkan 20 MW. Soviet telah menggunakan sangat sukses mobile, berdenyut generator
MHDseluruh Uni Soviet, untuk studi seismik. program MHD di Amerika Serikat terkonsentrasi
di dua fasilitas utama. A "Komponen Pengembangandan Integrasi Fasilitas" terletak di Butte,
Montana, dan "Batubara Uap Flow Fasilitas" di University of Tennessee untuk batubara studi
dipecat MHD, terak pengolahan, penanganan benih dan sistem hilir.Dalam beberapa tahun
terakhir, pengembangan pembangkit listrik sistem MHD semakin mempercepatd e n g a n
upaya difokuskan pada batubara siklus plasma MHD sistem
terbuka.
Sistem
s e p e r t i menggunakan
gas
pembakaran
batubara
t e r i o n i s a s i u n g g u l a n d e n g a n K 2CO3 s e b a g a i b a i k d a n electrodynamic fluida
termodinamika dalam generator MHD pada suhu sampai dengan 2800 K.
danmenggunakan penukar panas (boiler radiasi) untuk mentransfer energi panas
dari fl uida kerja MHD
MAKALAH
SEL SURYA, SEL BAHAN BAKAR, MAGNET
HIDRO DINAMIKA
Oleh:
AGUSMAN BOIFAROI ZENDRATO
NIM: 02150001
MATA KULIAH MEDAN ELEKTROMANGNETIK
DOSEN PENGASUH
Drs. A.H. BUTAR-BUTAR MT
REFERENSI
https://id.wikipedia.org/wiki/Sel_bahan_bakar
https://teknologisurya.wordpress.com/dasar-teknologi-sel-surya/prinsip-kerja-selsurya/
http://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/03/cara-kerja-dan-aplikasi-selbahan-bakar-hidrogen-bahan-prinsip-contoh.html
https://www.scribd.com/doc/55710080/kONVERSI-MHD
http://yazidridla.blogspot.com/2011/02/hidrodinamika-pengenalan.html
http://www.ilmusipil.com/pengertian-hidrolika
http://osean025.wordpress.com/2011/02/08/pendahuluan-hidrodinamika/
http://id.wikipedia.org/wiki/hidrolika