Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fisioterapi merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari dunia kesehatan.
Fisioterapi bisa dilakukan pada semua usia baik bayi maupun orang dewasa bahkan sampai
manula tergantung dari tujuan fisioterapi dan jenis penyakit itu sendiri. Fisioterapi
merupakan ilmu yang menitikberatkan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan
fungsi alat gerak/fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian diikuti dengan
proses/metode terapi gerak.
Menurut Departemen Kesehatan Indonesia, fisioterapi adalah suatu pelayanan
kesehatan

yang

ditujukan

untuk

individu

dan

atau

kelompok

dalam

upaya

mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi sepanjang daur


kehidupan dengan menggunakan modalitas fisik, agen fisik, mekanis, gerak, dan
komunikasi. Fisioterapi dapat melatih pasien dengan olahraga khusus, penguluran dan
bermacam-macam teknik dan menggunakan beberapa alat khusus untuk mengatasi
masalah yang dihadapi pasien yang tidak dapat diatasi dengan latihanlatihan fisioterapi.

1.2 Tujuan penulisan


1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan fisioterapi
khususnya di Rumah Sakit
1.2.2 Tujuan khusus
Karya tulis ilmiah ini ditulis untuk memenuhi nilai mars semester VII
1.3 Manfaat penulisan
1. Merupakan upaya latihan dalam penulisan karya tulis ilmiah
2. Mengetahui tentang fisioterapi
3. Sebagai proses pembelajaran bagi mahasiswa yang mempelajari tentang
fisioterapi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisioterapi
2.1.1 Definisi
Menurut KEPMENKES RI. NO.1363 Fisioterapi adalah suatu pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk individu dan kelompok dalam memelihara,
mengembangkan, dan memulihkan gerak dan fungsi sepanjang daur kehidupan dengan
menggunakan modalitas fisioterapi.
Ilmu Fisioterapi adalah sintesa ilmu biofisika, kesehatan, dan ilmu-ilmu lain yang
mempunyai hubungan dengan upaya fisioterapi pada dimensi promosi, pencegahan,
intervensi, dan pemulihan gangguan gerak dan fungsi serta penggunaan sumber fisis
untuk penyembuhan seperti misalnya latihan, tehnik manipulasi, dingin, panas serta
modalitas elektroterapeutik.
Sedangkan, Fisioterapis adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal
fisioterapi dan kepadanya diberikan kewenangan tertulis untuk melakukan tindakan
fisioterapi atas dasar keilmuan dan kompetensi yang dimilikinya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2.1.2 Macam-macam Fisioterapi
1. Exercise Therapy atau Terapi Latihan
Terapi ini dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi sekaligus memberi
penguatan dan pemeliharaan gerak agar bisa kembali normal atau setidaknya mendekati
kondisi normal. Pada kasus patah kaki, contohnya, akan dilakukan fisioterapi secara
bertahap, kapan pasien sedikit menapak sampai bisa menapak penuh. Latihan-latihan
yang diberikan bertujuan mempertahankan kekuatan otot-otot dan kemampuan
fungsionalnya dengan mempertahankan sendi-sendinya agar tak menjadi kaku. Hal ini
perlu dilakukan karena kaki patah yang dipasangi gips umumnya akan mengalami
pengecilan otot, sehingga kekuatannya pun berkurang. Lewat terapi yang dilakukan
sambil bermain akan kelihatan bagian mana yang mengalami penurunan fungsi.
2. Heating Therapy atau Terapi Pemanasan

Sesuai dengan namanya, terapi ini memanfaatkan kekuatan panas yang biasanya
digunakan pada kelainan kulit, otot, maupun jaringan tubuh bagian dalam lainnya,
Penggunaannya tentu saja disesuaikan dengan tingkat keluhan. Bila hanya sampai di
bagian kulit, maka pemanasannya pun hanya diperuntukkan bagi kulit saja dengan
menggunakan Infra Red Radiation (IRR) atau radiasi infra merah. Bila gangguan terjadi
pada otot, digunakanlah micro diathermy atau diatermi mikro. Sementara, jika gangguan
muncul di bagian terdalam seperti rangka tubuh, maka yang digunakan adalah short wave
diathermy atau diatermi gelombang pendek. Intinya, jenis terapi yang dilakukan akan
disesuaikan dengan hasil diagnosis.
Terapi pemanasan biasanya diberikan bersamaan dengan jenis terapi lain. Seperti
pada terapi inhalasi untuk anak-anak dengan masalah lendir pada saluran napas, pada
nyeri otot maupun sendi.
3. Electrical Stimulations Therapy atau Terapi Stimulasi Listrik
Terapi yang menggunakan aliran listrik bertenaga kecil ini cocok diterapkan pada
pasien yang menderita kelemahan otot akibat patah tulang ataupun kerusakan saraf otot.
Cara penggunaannya, dengan menempelkan aliran listrik pada otot-otot untuk mengatasi
rasa nyeri. Terapi ini bertujuan untuk mempertahankan massa otot dan secara tidak
langsung merangsang regenerasi saraf. Pada pasien yang menderita gangguan
pernapasan, terapi ini pun bisa digunakan untuk pengobatan. Efeknya, sirkulasi darah di
rongga dada dan saluran pernapasan menjadi lebih lancar, sehingga dapat membantu
relaksasi serta membantu mengeluarkan lendir dari saluran pernapasan, sehingga akan
mempercepat proses penyembuhan.
4. Cold Therapy atau Terapi Dingin
Terapi dingin biasanya diberikan bila cedera masih akut sehingga proses
peradangan tidak menjadi kronis. Terapi ini umumnya hanya diperuntukkan bagi otot
saja, biasanya akibat terjatuh dan mengalami memar. Nah, terapi dingin ini pun berguna
mengurangi bengkak. Itulah kenapa, ketika anak terjatuh dan bagian tubuhnya ada yang
benjol, orang tua sering mengompresnya dengan air dingin. Namun terapi dingin harus
dengan pengawasan ketat karena jika fase akutnya sudah lewat, tapi masih terus diberi
terapi, justru dapat merusak jaringan.
3

5. Chest Physiotherapy atau Terapi Bagian Dada


Pasien chest physiotherapy ini biasanya anak dengan keluhan batuk-pilek,
tindakan ini bermanfaat membersihkan saluran pernapasan dan memperbaiki pertukaran
udara. Yang termasuk dalam fisioterapi ini di antaranya inhalasi/nebulizer, clapping,
vibrasi dan postural drainage.
Inhalasi yaitu memasukkan obat-obatan ke dalam saluran pernapasan melalui
penghirupan. Jadi, partikel obat dipecah terlebih dulu dalam sebuah alat yang disebut
nebulizeer hingga menjadi molekul-molekul berbentuk uap. Uap inilah yang kemudian
dihirup pasien, hingga obat akan langsung masuk ke saluran pernapasan. Keuntungan
cara ini, dosis obat jauh lebih kecil, hingga dapat mengurangi efek samping obat.
Obat-obat inhalasi yang umum diberikan adalah obat untuk melonggarkan saluran
napas, pengencer dahak, dan NaCl sebagai pelembab saluran napas. Sedangkan lamanya
setiap inhalasi cukup sekitar 10 menit. Tindakan lanjut untuk membantu pengeluaran
lendirnya, antara lain clapping atau tepukan pada dada dan punggung. Bisa di sisi kanan,
kiri, depan dada. Tepukan dilakukan secara kontinyu dan ritmik. Sertai pula dengan
pengaturan posisi pasien (postural drainage) , semisal pasien ditengkurapkan dengan
posisi kepala lebih rendah dari badan, hingga lendir tersebut dapat mengalir ke cabang
pernapasan utama sekaligus lebih mudah untuk dibatukkan. Ini akan menguntungkan
karena biasanya anak tak bisa meludah, hingga lendir yang menyumbat saluran
pernapasan sulit dikeluarkan.
Khusus pada bayi atau anak di bawah usia 2 tahun, bila perlu, lakukan tindakan
suction atau penyedotan lendir dengan alat khusus lewat hidung atau mulut. Bisanya
tindakan ini dilakukan pada bayi dimana refleks batuknya belum cukup kuat untuk
mengeluarkan lendir.
6. Hydro Therapy atau Aquatik Therapy
Terapi dengan air berguna bagi pasien yang mengalami gangguan, terutama
gangguan gerak akibat spastisitas, misal pada pasien CP (Cerebral Palsy). Pada anak
yang mengalami kesulitan bergerak karena spastisitas/kekakuan, ketika di air, umumnya
dia akan lebih mudah bergerak. Dengan demikian diharapkan spastisitas anak akan

berkurang mengingat adanya bantuan berupa dorongan air yang sifatnya bisa
melenturkan gerak tubuh. Meskipun tidak semua anak dengan gangguan tersebut dapat
diberikan hidro terapi air, tapi terapi ini bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif.
7. Orthopedhic dan Rheumathoid Arthritis
Sebetulnya fisioterapi ortopedik ini dilakukan untuk mengatasi gangguan tulang
dan otot akibat patah tulang, post fracture (retak), artritis sendi, keseleo, atau terkilir.
Umumnya ditujukan untuk kalangan dewasa karena kasusnya jarang sekali terjadi pada
anak.
Fiosioterapi ini dilakukan dalam bentuk latihan-latihan gerakan, pijat, dan
peregangan. Bisa juga dibarengi dengan ultrasound (gelombang suara berfrekuensi lebih
tinggi dari yang dapat didengar manusia) dan pemanasan untuk melepaskan
perlengketan/gumpalan di leher.

2.1.3 Cedera dan penyakit yang ditangani


Cedera saat olahraga adalah suatu keadaan dimana terjadi proses patologi pada
jaringan spesifik dikarenakan aktifitas olahraga. Proses patologi yang terjadi pada
jaringan spesifik tersebut akan dapat menimbulkan gangguan pada gerak dan fungsi yang
sering terjadi pada atlit sehingga berpengaruh terhadap prestasinya.
Untuk itu masyarakat olahraga Indonesia sudah sebaiknya melakukan penanganan
cedera olahraga yang komprehensif dengan pendekatan ilmu dan teknologi terkini.
Didalam penanganan yang komprehensif tersebut juga dibutuhkan peranan dari
fisioterapis.
Gerak dan fungsi yang menjadi obyek formal fisioterapi menjadikan fisioterapi
olahraga sebagai salah satu fragmentasi pelayanan fisioterapi. Cidera olahraga yang juga
menimbulkan gerak dan fungsi didalam penanganannya memerlukan pendekatan
fisioterapi.
Upaya penanganan yang dilakukan oleh fisioterapi memiliki tujuan untuk :

meningkatkan gerak dan fungsi untuk melakukan aktivitas olahraga tanpa

menimbulkan cidera/gangguan
mengembalikan gerak dan fungsi yang terganggu akibat cidera olahraga
mengembangkan aktivitas olahraga sesuai dengan kapasitas kemampuan fungsional
fisik yang tersedia
5

Cedera yang sering terjadi pada olahraga basketball dibagi menjadi dua yaitu
direct/traumatic injuries dimana mekanisme kejadiannya bersifat langsung seperti
benturan, dorongan maupun kesalahan dalam melakukan gerakan (pivoting, jumping,
landing) dan lain-lain contoh kasus dalam hal ini ialah sprain ankle (peregangan
berlebihan dari ligamen ankle) atau orang mengenalnya dengan istilah keseleo.
Selanjutnya ialah cedera overuse dimana cedera terjadi dikarenakan beban tubuh
dalam menerima latihan dan penggunaan berlebihan maupun riwayat cedera terdahulu
yang tidak mendapatkan perawatan/pemeliharaan secara maksimal. Contoh kasus dalam
hal ini ialah jumpers knee (radang pada tendon lutut).
Cedera olahraga tidak akan pernah terlepas dari atlit basket, mengingat permainan
ini menggunakan banyak kerja otot tubuh. Cedera ini bisa berdampak langsung terhadap
karir dan ekonomi keluarga.
Cedera yang dialami biasa terjadi saat latihan maupun pertandingan secara
sengaja maupun tidak sengaja karena faktor lapangan, gerakan tubuh yang salah maupun
pemanasan (warm up) dan stretching yang kurang.
Jenis Cedera Olahraga ada 8 macam. Secara umum macam-macam cedera yang
mungkin terjadi adalah : cedera memar, cedera ligamentum, cedera pada otot dan tendo,
perdarahan pada kulit, dan pingsan (Taylor, 1997: 63). Struktur jaringan di dalam tubuh
yang sering terlibat dalam cedera olahraga adalah : otot, tendo, tulang, persendian
termasuk tulang rawan, ligamen, dan fasia (Mirkin & Hoffman, 1984: 107).
A. Memar
Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit.
Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga
darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63). Memar ini
menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Bila terjadi pendarahan
yang cukup, timbulnya pendarahan di daerah yang terbatas disebut hematoma (Hartono
Satmoko, 1993:191). Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang dan
pembengkakan yang menyertai sedang sampai berat.
B. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 22) ada dua jenis cedera pada otot atau tendo
dan ligamentum, yaitu:
1) Sprain
Menurut Sadoso (1995: 11-14) sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini
yang paling sering terjadi pada berbagai cabang olahraga. Giam & Teh (1993: 92)
6

berpendapat bahwa sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada
ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan
berlebihan yang berulang-ulang dari sendi. Berdasarkan berat ringannya cedera Giam &
Teh (1992: 195) membagi sprain menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a) Sprain Tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa
serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan
rasa sakit pada daerah tersebut.
b) Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih
separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri
tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat
menggerakkan persendian tersebut.
c) Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah.
Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam
persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat
gerakangerakan yang abnormal.
2) Strain
Menurut Giam & Teh (1992: 93) strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot
atau tendo karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan.
Berdasarkan berat ringannya cedera (Sadoso, 1995: 15), strain dibedakan menjadi 3
tingkatan, yaitu :
a) Strain Tingkat I
Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi
robekan pada jaringan muscula tendineus.
b) Strain Tingkat II
Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada unit musculo tendineus. Tahap ini
menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga kekuatan otot berkurang.
c) Strain Tingkat III
Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo tendineus. Menurut
Depdiknas (1999: 632) otot merupakan urat yang keras atau jaringan kenyal
7

dalam tubuh yang fungsinya untuk menggerakkan organ tubuh. Pengertian tendo
menurut Hardianto Wibowo (1995: 5) adalah jaringan ikat yang paling kuat (ulet)
berwarna keputih-putihan, bentuknya bulat seperti tali yang memanjang.
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16) penanganan yang dilakukan pada cedera
tendo dan ligamentum adalah dengan diistirahatkan dan diberi pertolongan dengan
metode RICE, yaitu :
R (Rest)
: diistirahatkan pada bagian yang cedera.
I (Ice)
: didinginkan selama 15 sampai 30 menit.
C (Compress): dibalut tekan pada bagian yang cedera dengan bahan yang elastis,
balut tekan di berikan apabila terjadi pendarahan atau
pembengkakan.
E (Elevate) : ditinggikan atau dinaikan pada bagian yang cedera
C. Dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempat yang seharusnya. Sebuah
sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya akan menjadi kendor.
Akibanya, sendi itu akan mudah mengalami dislokasi kembali.
Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi
ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang,
imobilisasi dengan spalk pada jari-jari dan dibawa kerumah sakit.
D. Patah Tulang
Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah,
baik pada tulang maupun tulang rawan. Menurut Depdiknas (1999: 124) patah tulang
dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya
dan tulang keluar.
2) Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus
permukaan kulit.
E. Kram Otot
Kram otot adalah kontraksi yang terus menerus yang dialami oleh otot atau
sekelompok otot dan mengakibatkan rasa nyeri. Penyebab kram adalah otot yang terlalu
lelah, kurangnya pemanasan, peregangan serta adanya gangguan sirkulasi darah menuju
otot. Penanganan cedera pada umumnya terhadap kram otot yang dilakukan menurut
Hardianto Wibowo, (1995: 33) adalah sebagai berikut :
8

(1). Atlet diistirahatkan, diberikan semprotan chlor ethyl spray untuk


menghilangkan rasa nyeri/sakit yang bersifat lokal, atau digosok dengan obat-obatan
pemanas seperti conterpain, dan salonpas gell untuk melebarkan pembuluh darah
sehingga aliran darah tidak terganggu karena kekuatan/kekejangan otot pada terjadi
kram.
(2) Pada saat otot kejang sampai kejangnya hilang. Menahan otot waktu
berkontraksi sama artinya dengan kita menarik otot tersebut supaya myiosin filament dan
actin myosin dapat menduduki posisi yang semestinya sehingga kram berhenti. Pada
waktu ditahan dapat disemprot dengan chlor etyl spray, hingga hilang rasa nyeri.
2.2 Alat-alat Fisioterapi
1. Short Wave Diathermi (SWD)
SWD adalah suatu alat terapi yang menggunakan pemanasan yang pada jaringan
dengan merubah energi elektromagnet menjadi energi panas.

Gambar 1: SWD

Dalam beberapa dekade terakhir atau lebih, banyak profesional medis telah
menemukan bahwa ada beberapa cara untuk membantu pasien mereka dalam
penyembuhan tanpa menggunakan atau dengan membatasi penggunaan obat penghilang
rasa sakit yang digunakan dalam jangka panjang. Hal-hal seperti terapi pijat, stimulator
neuromuskuler, dan terapi ultrasound telah merevolusi cara komunitas medis dalam
membantu penyembuhan pasien. Jenis teknologi lain yang telah menunjukkan nilai riil
dalam bidang klinis adalah diatermi gelombang pendek. Metode ini berfungsi untuk
mengendalikan rasa sakit dan meningkatkan aliran darah ke daerah-daerah otot yang
9

rusak dengan tindakan panas yang sampai ke dalam jaringan (deep heat). Dalam
hubungannya dengan obat-obatan berbasis non terapi, diatermi gelombang pendek dapat
membantu sejumlah besar pasien dengan berbagai tingkat cedera serta berbagai jenis
cedera.
2. Microwave Diathermy (MWD)
MWD adalah suatu aplikasi terapeutik dengan menggunakan gelombang mikro
dalam bentuk radiasi elektromagnetik yang akan dikonversi dengan frekuensi 2456 MHz
dan 915 MHz dengan panjang gelombang 12,25. Arus yang dipakai adalah arus rumah 50
HZ, penentrasi hanya 3 cm, efektif pada otot.

Gambar 2 : MWD

Efek fisiologis yang ditimbulkan dari pemberian MWD adalah terjadinya


perubahan panas yang meningkatkan metabolisme jaringan lokal, meningkatkan
vasomotion sehingga timbul homeostatik lokal yang akhirnya menimbulkan vasodilatasi.
Indikasi MWD adalah Selektif pemanasan otot (jaringan kolagen), spasme otot (efektif
untuk sendi Inter Phalangeal, Metacarpal Phalangeal dan pergelangan tangan,
Rheumathoid Arthritis dan Osteoarthrosis), kelainan saraf perifer (neuralgia neuritis).
3. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Merupakan sebuah teknik penghilang nyeri (analgesik) yang sederhana dan noninvasive, yang telah digunakan secara luas di dunia medis oleh ahli fisioterapi, perawat,
atau bidan. TENS biasanya juga digunakan untuk meringankan berbagai jenis nyeri,
10

seperti nyeri paska persalinan, nyeri paska operasi, nyeri punggung, nyeri akibat artritis,
nyeri neuropatik, nyeri menstruasi, nyeri kepala, dan migrain. (Hansson, 1999).

Gambar 3 : TENS

Penggunaan alat terapi TENS saat ini pada umumnya tidak praktis, karena
diperlukan keterampilan dan pengetahuan khusus untuk menyesuaikan program yang ada
pada alat terapi TENS dengan keluhan dan jenis terapi yang diinginkan. Akibatnya alat
terapi TENS lebih banyak digunakan di klinik rehabilitasi medik dan fisioterapi.
4. Lampu Terapi Kesehatan Infraphill/ INFRARED " BEURER"
Adalah lampu kesehatan untuk menghilangkan pegal-pegal setelah seharian anda
bekerja, membantu melancarkan peredaran darah yang tersumbat sekaligus cocok pula
untuk terapi pengobatan bagi penderita stroke, reumatik dan merupakan salah satu alat
psiotherapy di rumah sakit dan tempat-tempat terapi pengobatan.

Gambar 4 : Infrared

5. Ultrasound
11

Adalah modalitas fisioterapi yang pemanfaatannya dengan menggunakan


gelombang suara berfrekuensi tinggi atau rendah. Gelombang suara ini disalurkan di
sekitar jaringan dan pembuluh darah, gelombang suara tersebut menembus ke otot
sehingga otot menjadi hangat dan relaks, oleh karena itu gelombang ultrasound ini
digunakan untuk perawatan otot yang mengalami ketegangan dan kekakuan.

Gambar 5 : Ultrasound

Efek dari pemanasan ini juga berpengaruh pada pelebaran pembuluh darah dan
meningkatkan sirkulasi darah sehingga membantu prose penyembuhan. Fisioterapis juga
dapat mengatur frekuensi dari gelombang ultrasound sehingga bisa dimanfaatkan untuk
mengurangi peradangan.
6. Traksi
Adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani
kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan dari traksi adalah untuk
menangani fraktur, dislokasi atau spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki
deformitas dan mempercepat penyembuhan. Ada dua tipe utama dari traksi : traksi
skeletal dan traksi kulit, dimana didalamnya terdapat sejumlah penanganan.

12

Gambar 6 : Traksi

Prinsip Traksi adalah menarik tahanan yang diaplikasikan pada bagian tubuh,
tungkai, pelvis atau tulang belakang dan menarik tahanan yang diaplikasikan pada arah
yang berlawanan yang disebut dengan countertraksi. Traksi dapat dilakukan melalui kulit
atau tulang. Kulit hanya mampu menanggung beban traksi sekitar 5 kg pada dewasa. Jika
dibutuhkan lebih dari ini maka diperlukan traksi melalui tulang. Traksi tulang sebaiknya
dihindari pada anak-anak karena growth plate dapat dengan mudah rusak akibat pin
tulang.
Indikasi traksi kulit diantaranya adalah untuk anak-anak yang memerlukan
reduksi tertutup, traksi sementara sebelum operasi, traksi yang memerlukan beban 5 kg.
Akibat traksi kulit yang kelebihan beban di antaranya adalah nekrosis kulit, obstruksi
vaskuler, oedem distal, serta peroneal nerve palsy pada traksi tungkai.
Traksi tulang dilakukan pada dewasa yang memerlukan beban > 5 kg, terdapat
kerusakan kulit, atau untuk penggunaan jangka waktu lama. Kontratraksi diperlukan
untuk melawan gaya traksi, yaitu misalnya dengan memposisikan tungkai lebih tinggi
pada traksi yang dilakukan di tungkai.
7. Parafin Bath
Terapi pengobatan ini menggunakan prinsip panas superficial dengan modalitas
rendaman hangat parafin. Tujuannya ialah preliminary terhadap metoda intervensi lain
(mobilisasi sendi, massage), memperlancar peredaran darah, mengurangi rasa sakit,
menambah kelenturan jaringan perifer, lingkup gerak sendi, dipilih untuk tangan dan
kaki.

Gambar 7 : Parafin Bath

13

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fisioterapi adalah ilmu yang menitikberatkan untuk menstabilkan atau memperbaiki
gangguan fungsi alat gerak/fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian diikuti dengan
proses atau metode trapi gerak.pada saat ini ilmu fisioterapi sangat di butuhkan oleh
masyarakat tidak ter kecuali para atlit. pada saat ini fisioterapi sangat berperan sekali
dalam menangani cidera olah raga,karena pada olah raga berpotensi tirjadinya cidera. Dari

14

mulai cidera yang ringan seperti memar otot hingga cidera yg bera seperti robeknya otot
hingga patah tulang.
3.2 Saran
Adapun saran dari penulis adalah sebagai berikut :
1

Teruslah menggali dan mempelajari ilmu yang telah didapatkan, terutama mengenai
fisioterapi pada karya tulis ini.

Agar dapat menerapkan ilmu yang telah didapatkan tentang terapi dan tindakan awal
pada keadaan / penyakit yang butuh tindakan fisioterapi.

Hendaknya menjaga kekuatan atau stamina tubuh ketika akan melakukan aktivitas
fisik yang berat agar terhindar dari cedera atau penyakit lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bickley, Lynnn s. 2009. Buku ajar pemeriksaan fisik & Riwayat kesehatan Bates. Jakarta :
EGC
Chairlan, Estu Lestari. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan.
Jakarta : EGC
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC

15

Gomella, Leonard G. 2011. Buku saku dokter : the famous scut Monkey handbook.
Jakarta : EGC

16

Anda mungkin juga menyukai