Pembimbing :
Dr. E. Irwandy Tirtawidjaja
Disusun oleh :
Ance Novita Simbolon
11.2014.041
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini saya laksanakan
untuk memenuhi salah satu kewajiban saya dalam Kepaniteraan Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. Makalah ini bertujuan
adalah untuk mengetahui penanganan kuratif, preventif dan rehabilitatif pasien dengan
pendekatan kedokteran keluarga. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih atas segala
bimbingan dan bantuan yang telah diberikan dalam rangka penyelesaian makalah ini,
kepada Dr. E. Irwandy Tirtawidjaja.
Saya menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga di masa
mendatang dapat meningkatkan diri lebih baik lagi.
Penyusun
Bab I
Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi pada
keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh.1
Secara garis besar kulit tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermal atau
kutikel, lapisan dermis dan lapisan subkutis (hypodermis). Tidak ada batasan tegas yang
memisahkan dermis dan subkutis. Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum
lusidum, stratum granulosum, dan stratum basale. Lapisan dermis adalah lapisan di bawah
epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis yang secara garis besar dibagi menjai
pars papilare dan pars retikulare. Sedangkan lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis,
terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak didalamnya.1,2
Kulit merupakan jalinan jaringan tidak berujung pembuluh darah, saraf, dan kelenjar
semua memiliki potensi untuk terserang penyakit (Anderson). Penyebab penyakit kulit
sangat beragam dan salah satu contoh penyakit kulit ialah scabies. Scabies adalah penyakit
kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi terhadap Sarcoptes scabiei.1
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya. 1 Sarcoptes scabiei adalah
tungau yang termasuk family sarcoptidae, ordo acari kelas arachnida. Badannya
berbentuk oval dan gepeng, yang betina berukuran 300x350 mikron; sedangkan yang
jantan berukuran 150x200 mikron. Stadium dewasa memiliki 4 pasang kaki, 2 pasang
merupakan pasangan kaki depan dan 2 pasang lainnya kaki belakang. Setelah
melakukan kopulasi S.scabiei jantan mati, tetapi kadang-kadang juga dapat hidup
beberapa hari. Tungau betina membentuk terowongan di stratum corneum. Setelah
kopulasi, dua hari kemudian tungau betina bertelur 2-3 butir/hari dalam terowongan.
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-5 hari dan larva menjadi nimfa dalam
waktu 3-4 hari, nimfa berubah menjadi dewasa setelah 3-5 hari.
2.2 Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum arthropoda, kelas arachnida, ordo ackarima,
super famili sarcoptes. Pada manusia disebut sarcoptes scabiei var. Hominis. Selain
itu terdapat S. Scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan babi.
Secara morfoligik merupakan tungai kecil, berbentuk oval punggungnya cembung
dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak
bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron,
sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk
dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang di depan sebagai alat untuk melekat dan 2
pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan
pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat
perekat.
Siklus hidup tungai ini sebagai berikut setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi
diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masi dapat hidup dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil
melekatkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk
betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas biasanya
dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini
dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan
menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan empat pasang
kaki.seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu antara 8-12 hari.
kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan
kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung.
Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal
bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan
menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang scabies,
karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular
kembali penyakit scabies.4,5,6
2.3 Patogenesis
Pada saat menggali terowongan tungau mengeluarkan secret yang dapat
melisiskan stratum korneum. Secret dan ekskret menyebabkan sensitisasi sehingga
menimbulkan pruritus dan lesi sekunder. Lesi sekunder berupa papul, vesikel, pustule,
dan kadang bula. Dapat juga terjadi lesi tersier berupa ekskoriasi, eksematisasi dan
pioderma. Tungau hanya terdapat pada lesi primer.
Tungau hidup di dalam terowongan di tempat predileksi, yaitu jari tangan,
pergelangan tangan bagian ventral, siku bagian luar, lipatan ketiak depan, umbilikus,
gluteus, ekstremitas, genitalia, eksterna pada laki-laki dan areola mammae pada
perempuan. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Pada tempat
predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna putih abu-abu dengan panjang yang
bervariasi, rata-rata 1mm, berbentuk lurus atau berkelok-kelok. Terowongan
ditemukan bila belum terdapat infeksi sekunder. Diujung terowongan dapat ditemukan
vesikel atau papul kecil. Terowongan umumnya ditemukan pada penderita kulit putih
dan sangat jarang ditemukan pada penderita di Indonesia karena umumnya penderita
datang dengan stadium lanjut sehingga sudah terjadi infeksi sekunder.9
2.4
Patofisiologi
2.5
Gejala Klinik
Manifestasi klinis ditandai dengan 4 tanda cardinal :1,8
a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam harus yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang tungau tersebut. Dikenal dengan hiposesnsitisasi, yang
seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi
tidak mengalami gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier)
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata oanjangnya 1
cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi
sekunder maka kulitnya menjadi polimorf
Tempat predileksi biasanya tempat dengan startum korneym yang tipis yaitu sela-
sela jari tangan, pergelangan tanagan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, areola mamae (pada wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna
(pria) dan perut bagian bawah.
d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat jika memenuhi 2 dari 4 kriteria tersebut.
2.6
Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau
mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.1,6 Cara pengobatannya juga
harus dilakukan oleh seluruh keluarga termasuk hiposensitisasi.1
Terapi Farmakologi
Jenis obat Topikal :1,6
Belerang endap (sulfur prepiratum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi
dan orang dewasa sulfur prepiratum 5 % dalam minyak sangat aman dan efektif.
Kekurangannya adalah mengotori pakaian, bau, dapat menimbulkan iritasi dan
pemakaian tidak boleh kurang dari tiga hari karena tidak efektif terhadap stadium
telur.
Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama tiga kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi dan kadangkadang makin gatal setelah dipakai.
Gama benzene heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau losio,
termasuk obat pilihan karena efektif pada semua stadium, mudah digunakan dan
jarang member iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan
wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup 8
jam, jika gejala masih ada diulang 1 minggu kemudian.
Klortamiton 10% dalam krim atau lotio mempunyai dua efek sebagai antiskabies
dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, uretra. Krim hanya efektif pada
50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dibersihkan setelah
24 jam pemakian terakhir.
Krim Permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat
mematikan untuk parasit S. scabiei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
Terapi non-farmakologi8
Merebus sprei dengan air panas untuk membunuh larva, telur, yang melekat pada
pakaian
Kasur sering dijemur
Menjaga kebersihan diri (personal hygiene), menghindari kontak dengan penderita
serta sering menghindari saling meminjam pakaian atau handuk.
2.7
Komplikasi
Bila scabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul
dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis,
limfangitis, folikulitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang
diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal, yaitu glomerulonefritis.
Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies yang
berlebihan, baik pada terapi awal atau pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur
dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus
selama beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzil benzoat juga dapat menyebabkan
iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari, terutama disekitar genetalia
pria. Gamma benzena heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila
digunakan secara berlebihan.10
2.8
Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain hygiene), maka
penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.1,6
2.9
Preventif
Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:8
Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus untuk
membunuh larva, telur, yang melekat pada pakaian, handuk, seprai maupun baju
penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.
Bab III
Hasil
Puskesmas
: Rengasdengklok
: An. AP
Usia
: 8 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Suku Bangsa
: Sunda
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
3.1.2
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
: kurang
: kurang
: gatal-gatal, demam, batuk
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: kurang
: kurang
:4 orang
k.
l.
m.
n.
Pemanfaatan pekarangan
Sistem pembuangan air limbah
Tempat pembuangan sampah
Sanitasi lingkungan
: ada
: ada
: ada
: kurang
: cukup
: cukup
: baik
: baik
: cukup
: kurang
: Sunda
3.1.8
Anggota Keluarga:
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
menggaruk jari tangan dan kaki hingga OS tidak dapat menggunakan sepatu karena
sakit pada luka bekas garukan saat pergi kesekolah. Keluhan ini mulai timbul
setelah os bermain bersama teman sebangkunya di sekolah yang juga mengalami
hal yang sama seperti Os. Terdapat jalur-jalur panjang seperti terowongan pada
bekas garukan di sela jari tangan dan kaki. Demam (-), Batuk (-), Flu (-), Makan
dan minum tidak ada keluhan, BAB dan BAK tidak ada keluhan.
3.1.12 Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat alergi tidak ada, riwayat gatal-gatal tidak ada
3.2 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. Tanda vital:
- Frekuensi nadi
- Tekanan darah
- Frekuensi napas
- Suhu
d. Data antropometi
Berat badan
Tinggi badan
Lingkar kepala
Lingkar dada
Lingkar lengan atas
Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
Bentuk dan Ukuran
Rambut dan Kulit Kepala
midclavicularis sinistra
Perkusi
: Tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada
gallop
d. Abdomen
Inspeksi
: Tampak datar, tidak tampak pelebaran vena
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Palpasi
: Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
e. Anus dan Rectum
: Tidak dilakukan pemeriksaan
f. Genitalia
: Tidak dilakukan pemeriksaan
g. Anggota gerak
: Akral hangat + +
oedema
- + +
Terdapat
banyak
luka
bekas
garukan
seperti
Tulang Belakang
Kulit
Rambut
Kelenjar Getah Bening
: Skabies
c. Kuratif
: Terapi Medikamentosa :
Salep 24 3x1 pemakaian di luar dan CTM tablet 3x1 p.o
Bubuk PK ( ujung sendok makan) setiap kali mandi di campur
dgn 1 ember air.
Terapi Non-Medikamentosa:
1. Dilarang menggaruk jari tangan dan kaki yang gatal.
2. Konsultasi dengan dokter
3. Menjaga kebersihan tubuh.
4. Mengganti pakaian dan mencucinya dengan menggunakan
air hangat.
5. Menjemur kasur yang digunakan pasien.
d. Rehabilitatif: Minum obat yang teratur dan memeriksakan diri ke puskesmas
secara rutin.
3.6 Prognosis
1. Penyakit
: dubia ad bonam
2. Keluarga : dubia ad bonam
3. Masyarakat : dubia ad bonam
3.7 Resume
Os mengeluh gatal pada sela-sela jari tangan dan kaki sejak 1 minggu yang lalu. Gatal
semakin hebat pada malam hari sehingga terkadang Os tidak dapat tidur. Gatal-gatal
berubah menjadi luka karena Os sering menggaruk jari tangan dan kaki hingga OS
tidak dapat menggunakan sepatu karena sakit pada luka bekas garukan saat pergi
kesekolah. Keluhan ini mulai timbul setelah os bermain bersama teman sebangkunya di
sekolah yang juga mengalami hal yang sama seperti Os. Terdapat jalur-jalur panjang
seperti terowongan pada bekas garukan di sela jari tangan dan kaki
Bab IV
Pembahasan
Menurut Teori Blum bahwa kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa unsur
yaitu lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku dan keturunan. Dimana unsur-unsur
tersebut saling berinteraksi dan saling terkait satu sama lain. Juga mengacu pada
kemampuan mengetahui, mengamati, menyadari, dan menanggapi keadaan sehatnya
sendiri.
Dari hasil kunjungan rumah pada tanggal 15 Januari 2016 didapatkan bahwa pasien
mempunyai penyakit skabies. Pasienmengeluh gatal-gatal pada sela jari tangan dan kaki
yang semakin hebat pada malam hari. Keadaan tersebut mulai muncul saat setelah pasien
bermain dengan teman sekolahnya.
Rumah pasien kurang sehat dilihat dari jenis rumah yang tidak permanen,
penerangan yang kurang dan kebersihan yang kurang. Selain itu lantai rumah pasien juga
hanya beralaskan semen dan tanah. Di dalam rumah terdapat 2 kamar tidur yang hanya
ditutup oleh kain, 1 dapur, 1 ruang keluarga yang biasa digunakan untuk makan dan
menonton tv. Pasien dan keluarganya menggunakan air bersih yang dimasak sebagai
sumber air minum, serta air sumur untuk mandi dan mencuci. Air limbah bekas BAB dan
BAK lancar. Terdapat satu kamar mandi, kurang terjaga dan tidak terawat kebersihannya di
belakang rumah pasien.
Maka terbukti bahwa kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa unsur-unsur
yang disebutkan di Teori Blum. Oleh karena itu sebagai dokter keluarga yang bekerja di
Puskesmas, sebaiknya dapat memberikan komunikasi, informasi dan edukasi perorangan
untuk memperbaiki pola hidup pasien.
Bab V
Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
1. Djuana A, Kosasih A, Wiryadi BE, Natahusada EC, Sjamsoe E, Halim EE, dkk.
Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2009. h. 3-122
2. Anderson SP, McCarty LW. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC. 2006. h. 1415-6
3. Gleade J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta : Erlangga. 2007.
H.42-3
4. Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Edisi 8. Jakarta:
EGC; 2009.p. 58-61.
5. Paramita
N.
Tingkat
pengetahuan
santri
terhadap
scabies.
http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23581/.../Chapter%20II.
Di
Lampiran
Foto Kegiatan Kunjungan Rumah