Anda di halaman 1dari 18

Laporan Kunjungan Rumah di Puskesmas Rengasdengklok

Pendekatan Pelayanan Dokter Keluarga


Skabies pada Anak

Pembimbing :
Dr. E. Irwandy Tirtawidjaja

Disusun oleh :
Ance Novita Simbolon
11.2014.041

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta, Februari 2016

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini saya laksanakan
untuk memenuhi salah satu kewajiban saya dalam Kepaniteraan Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. Makalah ini bertujuan
adalah untuk mengetahui penanganan kuratif, preventif dan rehabilitatif pasien dengan
pendekatan kedokteran keluarga. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih atas segala
bimbingan dan bantuan yang telah diberikan dalam rangka penyelesaian makalah ini,
kepada Dr. E. Irwandy Tirtawidjaja.
Saya menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga di masa
mendatang dapat meningkatkan diri lebih baik lagi.

Jakarta, Februari 2016

Penyusun

Bab I
Pendahuluan

1.1.

Latar Belakang
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan

hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi pada
keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh.1
Secara garis besar kulit tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermal atau
kutikel, lapisan dermis dan lapisan subkutis (hypodermis). Tidak ada batasan tegas yang
memisahkan dermis dan subkutis. Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum
lusidum, stratum granulosum, dan stratum basale. Lapisan dermis adalah lapisan di bawah
epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis yang secara garis besar dibagi menjai
pars papilare dan pars retikulare. Sedangkan lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis,
terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak didalamnya.1,2
Kulit merupakan jalinan jaringan tidak berujung pembuluh darah, saraf, dan kelenjar
semua memiliki potensi untuk terserang penyakit (Anderson). Penyebab penyakit kulit
sangat beragam dan salah satu contoh penyakit kulit ialah scabies. Scabies adalah penyakit
kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi terhadap Sarcoptes scabiei.1

Bab II
Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya. 1 Sarcoptes scabiei adalah
tungau yang termasuk family sarcoptidae, ordo acari kelas arachnida. Badannya
berbentuk oval dan gepeng, yang betina berukuran 300x350 mikron; sedangkan yang
jantan berukuran 150x200 mikron. Stadium dewasa memiliki 4 pasang kaki, 2 pasang
merupakan pasangan kaki depan dan 2 pasang lainnya kaki belakang. Setelah
melakukan kopulasi S.scabiei jantan mati, tetapi kadang-kadang juga dapat hidup
beberapa hari. Tungau betina membentuk terowongan di stratum corneum. Setelah
kopulasi, dua hari kemudian tungau betina bertelur 2-3 butir/hari dalam terowongan.
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-5 hari dan larva menjadi nimfa dalam
waktu 3-4 hari, nimfa berubah menjadi dewasa setelah 3-5 hari.
2.2 Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum arthropoda, kelas arachnida, ordo ackarima,
super famili sarcoptes. Pada manusia disebut sarcoptes scabiei var. Hominis. Selain
itu terdapat S. Scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan babi.
Secara morfoligik merupakan tungai kecil, berbentuk oval punggungnya cembung
dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak
bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron,
sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk
dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang di depan sebagai alat untuk melekat dan 2
pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan
pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat
perekat.
Siklus hidup tungai ini sebagai berikut setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi
diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masi dapat hidup dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil

melekatkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk
betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas biasanya
dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini
dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan
menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan empat pasang
kaki.seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu antara 8-12 hari.
kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan
kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung.
Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal
bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan
menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang scabies,
karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular
kembali penyakit scabies.4,5,6

2.3 Patogenesis
Pada saat menggali terowongan tungau mengeluarkan secret yang dapat
melisiskan stratum korneum. Secret dan ekskret menyebabkan sensitisasi sehingga
menimbulkan pruritus dan lesi sekunder. Lesi sekunder berupa papul, vesikel, pustule,
dan kadang bula. Dapat juga terjadi lesi tersier berupa ekskoriasi, eksematisasi dan
pioderma. Tungau hanya terdapat pada lesi primer.
Tungau hidup di dalam terowongan di tempat predileksi, yaitu jari tangan,
pergelangan tangan bagian ventral, siku bagian luar, lipatan ketiak depan, umbilikus,
gluteus, ekstremitas, genitalia, eksterna pada laki-laki dan areola mammae pada
perempuan. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Pada tempat
predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna putih abu-abu dengan panjang yang
bervariasi, rata-rata 1mm, berbentuk lurus atau berkelok-kelok. Terowongan
ditemukan bila belum terdapat infeksi sekunder. Diujung terowongan dapat ditemukan
vesikel atau papul kecil. Terowongan umumnya ditemukan pada penderita kulit putih
dan sangat jarang ditemukan pada penderita di Indonesia karena umumnya penderita
datang dengan stadium lanjut sehingga sudah terjadi infeksi sekunder.9
2.4

Patofisiologi

Pada hakikatnya, kulit manusia adalah daya pertahanan alami terhadap


lingkungan. Sebagai parasit, scabies menyerang kulit pada stratum korneum. Respons
alergi yang biasanya terjadi adalah terhadap tungau sendiri, terhadap kotoran yang
dikeluarkan serta tungau yang mati. Lesi primer scabies berupa terowongan yang
berisi tungau, telur, dan hasil metabolisme. Pada saat menggali terowongan tungau
mengeluarkan sekret yang dapat melisiskan stratum korneum. Sekret dan ekskret
menyebabkan sensitisasi sehingga menimbulkan pruritus dan lesi sekunder berupa
papul, vesikel, pustul, dan kadang bula. Dapat juga terjadi lesi tersier berupa eksoriasi,
eksematisasi, dan pioderma. Tungau hanya terdapat pada lesi primer.
Penularan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Baik melalui kontak
kulit, melalui pakaian, tempat tidur, handuk, dan lain-lain. Penularan akan mudah
terjadi pada populasi yang padat, kebersihan yang buruk juga dapat mempermudah
penularan. Scabies cenderung menyerang bagian kulit yang tipis atau lembut, seperti
sela jari tangan, pergelangan tangan, ketiak, sekitar pusat, paha bagian dalam, genitalia
pria, dan bokong. Penularan biasanya oleh sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi
atau kadang-kadang oleh bentuk larva.1,7

2.5

Gejala Klinik
Manifestasi klinis ditandai dengan 4 tanda cardinal :1,8
a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam harus yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang tungau tersebut. Dikenal dengan hiposesnsitisasi, yang
seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi
tidak mengalami gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier)
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata oanjangnya 1
cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi
sekunder maka kulitnya menjadi polimorf

(pustule, ekskoriasi, dan lain-lain).

Tempat predileksi biasanya tempat dengan startum korneym yang tipis yaitu sela-

sela jari tangan, pergelangan tanagan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, areola mamae (pada wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna
(pria) dan perut bagian bawah.
d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat jika memenuhi 2 dari 4 kriteria tersebut.

2.6

Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau
mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.1,6 Cara pengobatannya juga
harus dilakukan oleh seluruh keluarga termasuk hiposensitisasi.1
Terapi Farmakologi
Jenis obat Topikal :1,6
Belerang endap (sulfur prepiratum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi
dan orang dewasa sulfur prepiratum 5 % dalam minyak sangat aman dan efektif.
Kekurangannya adalah mengotori pakaian, bau, dapat menimbulkan iritasi dan
pemakaian tidak boleh kurang dari tiga hari karena tidak efektif terhadap stadium
telur.
Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama tiga kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi dan kadangkadang makin gatal setelah dipakai.
Gama benzene heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau losio,
termasuk obat pilihan karena efektif pada semua stadium, mudah digunakan dan
jarang member iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan
wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup 8
jam, jika gejala masih ada diulang 1 minggu kemudian.
Klortamiton 10% dalam krim atau lotio mempunyai dua efek sebagai antiskabies
dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, uretra. Krim hanya efektif pada
50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dibersihkan setelah
24 jam pemakian terakhir.

Krim Permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat
mematikan untuk parasit S. scabiei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.

Terapi non-farmakologi8

Merebus sprei dengan air panas untuk membunuh larva, telur, yang melekat pada

pakaian
Kasur sering dijemur
Menjaga kebersihan diri (personal hygiene), menghindari kontak dengan penderita
serta sering menghindari saling meminjam pakaian atau handuk.

2.7

Komplikasi
Bila scabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul
dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis,
limfangitis, folikulitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang
diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal, yaitu glomerulonefritis.
Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies yang
berlebihan, baik pada terapi awal atau pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur
dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus
selama beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzil benzoat juga dapat menyebabkan
iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari, terutama disekitar genetalia
pria. Gamma benzena heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila
digunakan secara berlebihan.10

2.8

Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain hygiene), maka
penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.1,6

2.9

Preventif
Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:8

Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus untuk
membunuh larva, telur, yang melekat pada pakaian, handuk, seprai maupun baju
penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.

Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.

Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk


memutuskan rantai penularan.

Bab III

Hasil
Puskesmas

: Rengasdengklok

Kunjungan Rumah : Desa kertasari, Tanggal 15 Januari 2016


3.1 Data Riwayat Keluarga
3.1.1 Identitas Pasien
Nama Lengkap

: An. AP

Tempat, Tanggal Lahir

: Karawang, 21 Mei 2007

Usia

: 8 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Ds Kertasari, Rengasdengklok, Karawang

Suku Bangsa

: Sunda

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

3.1.2
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Riwayat Biologis Keluarga


Keadaan kesehatan sekarang
Kebersihan perorangan
Penyakit yang sering diderita
Penyakit keturunan
Penyakit kronis/menular
Kecacatan anggota keluarga
Pola makan
Pola istirahat
Jumlah anggota keluarga

: kurang
: kurang
: gatal-gatal, demam, batuk
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: kurang
: kurang
:4 orang

3.1.3 Psikologis Keluarga


a. Kebisaaan Buruk
: kebersihan rumah kurang
b. Pengambilan Keputusan
: Ayah pasien (Bpk.T)
c. Ketergantungan Obat
: tidak Ada
d. Tempat Mencari Pelayanan Kesehatan : Mantri, Bidan, Puskesmas
e. Pola Rekreasi
: kurang
3.1.4 Keadaan Rumah/Lingkungan
a. Jenis bangunan
: tidak permanen
b. Lantai rumah
: Tanah dan semen
c. Luas rumah
: 8 meter x 6,5 meter
d. Penerangan
: kurang
e. Kebersihan
: kurang
f. Ventilasi
: cukup
g. Dapur
: ada
h. Jamban keluarga
: ada
i. Sumber air minum
: air bersih yang dimasak
j. Sumber pencemaran air
: tidak ada

k.
l.
m.
n.

Pemanfaatan pekarangan
Sistem pembuangan air limbah
Tempat pembuangan sampah
Sanitasi lingkungan

: ada
: ada
: ada
: kurang

3.1.5 Spiritual Keluarga


a. Ketaatan beribadah
b. Keyakinan tentang kesehatan

: cukup
: cukup

3.1.6 Keadaan Sosial Keluarga


a. Tingkat pendidikan terakhir: SD
b. Hubungan antar keluarga
c. Hubungan dengan orang lain
d. Kegiatan organisasi sosial
e. Keadaan ekonomi

: baik
: baik
: cukup
: kurang

3.1.7 Kultural Keluarga


a. Adat yang Berpengaruh

: Sunda

3.1.8

Anggota Keluarga:

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien

3.1.9 Keluhan Utama


:
Merasa sangat gatal terutama pada sela-sela jari tangan dan kaki sejak 1 minggu
lalu
3.1.10 Keluhan Tambahan
-

3.1.11 Riwayat Penyakit Sekarang :


Os mengeluh gatal pada sela-sela jari tangan dan kaki sejak 1 minggu yang lalu.
Gatal semakin hebat pada malam hari sehingga terkadang Os tidak dapat tidur.
Gatal-gatal berubah menjadi luka seperti vesikel dan pustul karena Os sering

menggaruk jari tangan dan kaki hingga OS tidak dapat menggunakan sepatu karena
sakit pada luka bekas garukan saat pergi kesekolah. Keluhan ini mulai timbul
setelah os bermain bersama teman sebangkunya di sekolah yang juga mengalami
hal yang sama seperti Os. Terdapat jalur-jalur panjang seperti terowongan pada
bekas garukan di sela jari tangan dan kaki. Demam (-), Batuk (-), Flu (-), Makan
dan minum tidak ada keluhan, BAB dan BAK tidak ada keluhan.
3.1.12 Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat alergi tidak ada, riwayat gatal-gatal tidak ada
3.2 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. Tanda vital:
- Frekuensi nadi
- Tekanan darah
- Frekuensi napas
- Suhu
d. Data antropometi
Berat badan
Tinggi badan
Lingkar kepala
Lingkar dada
Lingkar lengan atas

: tampak sakit sedang


: compos mentis
: 89 kali/menit
: 100/70 mmHg
: 20 kali/menit
: 36,80c
: 28 kg
: 135 cm
:::-

Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
Bentuk dan Ukuran
Rambut dan Kulit Kepala

: Normocephali, tidak ada deformitas


: Rambut berwarna hitam, distribusi merata,

kulit kepala tidak ada kelainan.


Wajah
: Normal
Mata
: Conjunctiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/ Telinga
: Bentuk normal, liang telinga lapang, sekret -/ Hidung
: Bentuk normal, sekret -/-, Pernapasan cuping hidung (-)
Bibir
: Pucat, kering (-), sianosis (-)
Gigi-geligi
: Ada karies gigi molar 3 atas
Mulut
: Bentuk normal, tidak ada stomatitis, sianosis (-)
Lidah
: Bentuk normal, lidah tidak kotor
Tonsil
: Tonsil T1-T1 tenang,tidak hiperemis
Faring
: Tidak hiperemis
b. Leher
: Tidak ada kelainan bentuk, tiroid dan kelenjar getah bening tidak
teraba membesar.
c. Toraks

Dinding Toraks: Simetris, pergerakan dinding toraks simetris, tidak ada


retraksi.
Paru:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung:
Inspeksi
Palpasi

: Gerak dinding dada simetris


: Vocal fremitus kiri dan kanan sama
: Sonor pada kedua lapang paru
: Suara napas vesikuler, ronkhi kasar -/-, wheezing -/: Tidak terlihat pulsasi iktus kordis
: Teraba pulsasi iktus kordis di sela iga IV garis

midclavicularis sinistra
Perkusi
: Tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada

gallop
d. Abdomen
Inspeksi
: Tampak datar, tidak tampak pelebaran vena
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Palpasi
: Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
e. Anus dan Rectum
: Tidak dilakukan pemeriksaan
f. Genitalia
: Tidak dilakukan pemeriksaan
g. Anggota gerak
: Akral hangat + +
oedema
- + +
Terdapat

banyak

luka

bekas

garukan

seperti

terowongan berupa vesikel dan pustula.


h.
i.
j.
k.

Tulang Belakang
Kulit
Rambut
Kelenjar Getah Bening

: Tidak ada kelainan


: Tidak ada kelainan
: Berwarna hitam, distribusi merata
: Tidak teraba membesar

3.3 Diagnosa Penyakit

: Skabies

3.4 Diagnosa Keluarga

: Keluarga dalam keadaan sehat

3.5 Anjuran Penatalaksaan Penyakit:


a. Promotif : Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk tidak
menggunakan pakaian, handuk bersamaan dengan anggota keluarga. Pakaian
dicuci dengan air hangat, sisir dan perlengkapan harian lainnya dipisahkan dari
anggota keluarganya, kasur dijemur dengan sinar matahari, mandi dengan
menggunakan larutan PK.
b. Preventif : mengobati anggota keluarga yang mengalami keadaan yang serupa
dengan pasien.

c. Kuratif

: Terapi Medikamentosa :
Salep 24 3x1 pemakaian di luar dan CTM tablet 3x1 p.o
Bubuk PK ( ujung sendok makan) setiap kali mandi di campur
dgn 1 ember air.
Terapi Non-Medikamentosa:
1. Dilarang menggaruk jari tangan dan kaki yang gatal.
2. Konsultasi dengan dokter
3. Menjaga kebersihan tubuh.
4. Mengganti pakaian dan mencucinya dengan menggunakan

air hangat.
5. Menjemur kasur yang digunakan pasien.
d. Rehabilitatif: Minum obat yang teratur dan memeriksakan diri ke puskesmas
secara rutin.
3.6 Prognosis
1. Penyakit
: dubia ad bonam
2. Keluarga : dubia ad bonam
3. Masyarakat : dubia ad bonam
3.7 Resume
Os mengeluh gatal pada sela-sela jari tangan dan kaki sejak 1 minggu yang lalu. Gatal
semakin hebat pada malam hari sehingga terkadang Os tidak dapat tidur. Gatal-gatal
berubah menjadi luka karena Os sering menggaruk jari tangan dan kaki hingga OS
tidak dapat menggunakan sepatu karena sakit pada luka bekas garukan saat pergi
kesekolah. Keluhan ini mulai timbul setelah os bermain bersama teman sebangkunya di
sekolah yang juga mengalami hal yang sama seperti Os. Terdapat jalur-jalur panjang
seperti terowongan pada bekas garukan di sela jari tangan dan kaki
Bab IV
Pembahasan

Menurut Teori Blum bahwa kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa unsur
yaitu lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku dan keturunan. Dimana unsur-unsur
tersebut saling berinteraksi dan saling terkait satu sama lain. Juga mengacu pada
kemampuan mengetahui, mengamati, menyadari, dan menanggapi keadaan sehatnya
sendiri.
Dari hasil kunjungan rumah pada tanggal 15 Januari 2016 didapatkan bahwa pasien
mempunyai penyakit skabies. Pasienmengeluh gatal-gatal pada sela jari tangan dan kaki

yang semakin hebat pada malam hari. Keadaan tersebut mulai muncul saat setelah pasien
bermain dengan teman sekolahnya.
Rumah pasien kurang sehat dilihat dari jenis rumah yang tidak permanen,
penerangan yang kurang dan kebersihan yang kurang. Selain itu lantai rumah pasien juga
hanya beralaskan semen dan tanah. Di dalam rumah terdapat 2 kamar tidur yang hanya
ditutup oleh kain, 1 dapur, 1 ruang keluarga yang biasa digunakan untuk makan dan
menonton tv. Pasien dan keluarganya menggunakan air bersih yang dimasak sebagai
sumber air minum, serta air sumur untuk mandi dan mencuci. Air limbah bekas BAB dan
BAK lancar. Terdapat satu kamar mandi, kurang terjaga dan tidak terawat kebersihannya di
belakang rumah pasien.
Maka terbukti bahwa kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa unsur-unsur
yang disebutkan di Teori Blum. Oleh karena itu sebagai dokter keluarga yang bekerja di
Puskesmas, sebaiknya dapat memberikan komunikasi, informasi dan edukasi perorangan
untuk memperbaiki pola hidup pasien.

Bab V
Kesimpulan dan Saran

Dalam epidemiologi pengertian penyebab timbulnya penyakit adalah suatu proses


interaksi antara: pejamu (host),penyebab (agent), dan lingkungan (environment).Segitiga
epidemiologi (John Gordon) menggambarkan relasi tiga komponen penyebab penyakit
seperti penjamu, agent dan lingkungan. Sedangkan Hendrik L. Blum, menggambarkannya
sebagai hubungan antara 4 faktor yaitu keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan
kesehatan.6
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya. Sebagai parasit, scabies menyerang kulit
pada stratum korneum. Respons alergi yang biasanya terjadi adalah terhadap tungau
sendiri, terhadap kotoran yang dikeluarkan serta tungau yang mati. Lesi primer scabies
berupa terowongan yang berisi tungau, telur, dan hasil metabolisme. Pada saat menggali
terowongan tungau mengeluarkan sekret yang dapat melisiskan stratum korneum. Sekret
dan ekskret menyebabkan sensitisasi sehingga menimbulkan pruritus dan lesi sekunder
berupa papul, vesikel, pustul, dan kadang bula. Dapat juga terjadi lesi tersier berupa
eksoriasi, eksematisasi, dan pioderma. Tungau hanya terdapat pada lesi primer.
Penularan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Baik melalui kontak kulit,
melalui pakaian, tempat tidur, handuk, dan lain-lain. Penularan akan mudah terjadi pada
populasi yang padat, kebersihan yang buruk juga dapat mempermudah penularan.
Penatalaksanaannya adalah dengan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk
tidak menggunakan pakaian, handuk bersamaan dengan anggota keluarga. Pakaian dicuci
dengan air hangat, sisir dan perlengkapan harian lainnya dipisahkan dari anggota
keluarganya, kasur dijemur dengan sinar matahari, mandi dengan menggunakan larutan
PK, mengobati anggota keluarga yang mengalami keadaan yang serupa dengan pasien,
memberi Salep 24 3x1 pemakaian di luar dan CTM tablet 3x1 p.o, melarang menggaruk
jari tangan dan kaki yang gatal, Konsultasi dengan dokter, Menjaga kebersihan tubuh,
Minum dan memakai obat yang teratur dan memeriksakan diri ke puskesmas secara rutin.

Daftar Pustaka

1. Djuana A, Kosasih A, Wiryadi BE, Natahusada EC, Sjamsoe E, Halim EE, dkk.
Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2009. h. 3-122
2. Anderson SP, McCarty LW. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC. 2006. h. 1415-6
3. Gleade J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta : Erlangga. 2007.
H.42-3
4. Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Edisi 8. Jakarta:
EGC; 2009.p. 58-61.
5. Paramita
N.
Tingkat

pengetahuan

santri

terhadap

scabies.

http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23581/.../Chapter%20II.

Di

unduh 12 april 2012


6. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita selekta kedokteran.
Edisi ke-3 jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius. 2008. h. 110-2
7. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S. Parasitologi kedokteran. Edisi ke-4.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008.h.297-9.
8. Natadisastra D, Agoes R. parasitologi kedokteran ditinjau dari organ tubuh yang
diserang. Jakarta: EGC. 2009. h. 291-4
9. Sutanso I, Ismid IS, Sjariffudin P, Sungkar S. parasitologi kedokteran. Edisi ke-4.
Jakarta: FKUI. h. 297-9
10. Harahap M. Ilmu penyakit kulit. Jakarta : Hipokrates. 2000

Lampiran
Foto Kegiatan Kunjungan Rumah

Anda mungkin juga menyukai