Disusun oleh :
Kelompok 1
Rizki Fauziah (3415110139)
Qoyima Kamilah (3415111362)
M. Nicova Kresnada (3415111368)
Anggi Diah Aristi (3415111375)
Indriya Rahayu (3415111391)
HASIL PENGAMATAN
1. Pengamatan Alat Pernafasan Ikan
Ikan Gurami (Oshpronemus gouramy)
Lembaran2
insang
Dustus pneumaticus
(swim bladder)
Labirin berbentuk
seperti bunga karang
Ikan lele
Sekunder
Labirin. Berlamela, berlipat-lipat,
Merah terang dan kontur kasar,
banyak lekukan dan lebih kecil
serta lebih pendek (bentuk bunga
mawar)
Insang, Warna merah (+++). Halus, Gelembung udara, tipe fisotomus,
ukurannya lebih besar dan lebih panjang
berwarna putih dan terdapat dua
rongga yang pertama lebih besar.
Kontur licin.
Insang Warna merah (+). Halus, ukurannya Labirin, berbentuk bunga karang ,
lebih besar dan lebih panjang
warna merah terang dan kontur
kasar.
Sesudah
Putih bening
Putih
Putih keunguan
Hitam
Merah
keberadaan bagian tubuh tersebut sangat menguntungkan bagi ikan gurame (Tucker,
1989).
Labirin juga membantu ikan untuk membentuk buih/gelembung yang biasa
digunakan sebagai sarang telur mereka. Labirin akan menahan udara yang mereka hirup
dan kemudian dikeluarkan lagi setelah dilapisi zat berminyak sehingga terciptalah
buih/gelembung di permukaan air. Ciri khas ikan labirin lainnya adalah kemampuan
yang mengagumkan untuk hidup pada kondisi air yang menggenang, misalnya di rawa,
genangan sungai yang mengalir pelan, waduk, danau, genangan sawah yang
berhubungan dengan sungai, dll. Jenis ikan yang memiliki labirin mempunyai ketahanan
hidup di air yang keruh.
Ikan mas bernapas dengan insang yang terdapat pada sisi kiri dan kanan kepala.
Masing-masing mempunyai empat lembar insang yang ditutup oleh tutup insang
(operkulum). Lembaran-lembaran insang berwarna merah tua karena banyak
mengandung kapiler-kapiler darah sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbon
dioksida. Proses pernapasan pada ikan berlangsung dengan 2 tahap, yaitu tahap inspirasi
dan tahap ekspirasi. Pada proses inspirasi, operkulum menutup, rongga mulut
membesar, tekanan rongga mulut mengecil, mulut membuka, dan air masuk ke dalam
rongga mulut. Oksigen yang terlarut dalam air masuk berdifusi ke dalam pembuluh
kapiler darah yang terdapat dalam lembaran insang. Sedangkan ekspirasi yaitu dengan
mulut menutup, tutup insang membuka dan air dari rongga mulut keluar melalui insang.
Bersamaan dengan keluarnya air melalui insang, karbon dioksida dikeluarkan.
Berbeda dengan ikan gurame, ikan mas tidak mempunyai labirin, tetapi
mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung. Gelembung berenang
berfungsi sebagai alat hidrostatik, untuk menentukan tekanan air sehubungan dengan
kedalaman perairan. Pneumatocyst terdapat di bagian dorsal rongga badan, yaitu di
sebelah ventral dari ren, aorta abdominalis, dan columna vertebralis. Umumnya
berbentuk oval dengan warna keputih-putihan, terdiri atas dua bagian yang tidak sama
besar. Dari bagian anterior, tepat di perbatasan antara bagian anterior dan bagian
posterior, keluar sebuah saluran yang menghubungkan pneumatocyst dengan esophagus.
Saluran ini disebut ductus pneumaticus dan berfungsi sebagai jalan keluar masuknya
udara ke dalam pneumatocyst. Pada ikan mas, ductus pneumaticus ini menghubungkan
gelembung renang dengan saluran pencernaan, sehingga termasuk tipe fisostomus.
Anatomi insang ikan dapat digunakan sebagai penunjuk kondisi lingkungan
ikan. Ikan mas tidak mempunyai labirin karena ikan mas hidup di perairan luas yang
terbuka, yang masih tersedia cukup oksigen. Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat)
di perairan yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di
pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian
150--600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30 C.
Bagian-bagian Insang :
1. Tulang Lengkung Insang sebagai tempat melakeatnya tulang tapis insang dan
daun insang, mempunyai banyak saluran-saluran darah dan saluran syaraf.
2. Tutup Insang (Operkulum), hanya terdapat pada ikan bertulang sejati, sedangkan
pada ikan bertulang rawan, tidak terdapat tutup insang. Operkulum berfungsi
melindungi bagian kepala dan mengatur mekanisme aliran air sewaktu bernapas.
3. Membran Brankiostega (selaput tipis di tepi operkulum), berfungsi sebagai
katup pada waktu air masuk ke dalam rongga mulut.
air keluar melalui celah dari tutup insang. Air dengan oksigen yang larut di dalamnya
membasahi filamen insang yang penuh kapiler darah dan karbon dioksida ikut keluar
dari tubuh bersama air melalu celah tutup insang.
Insang umumnya tidak cocok untuk hewan yang hidup didarat, karena luas
permukaan membran basah yang besar apabila terpapar udara akan menjadi terlalu
banyak kehilangan air akibat penguapan, dan juga karena insang akan mengempes
ketika filamen halusnya, yang tidak didukung lagi oleh air aka saling menempel satu
sama lain (Campbell, 2003).
2. Pengamatan Oksidasi Jaringan
Praktikum oksidasi jaringan pada katak menggunakan metilen biru sebagai
indikator bahwa telah terjadi oksidasi jaringan pada katak. Sebelum melakukan
penginjeksian, metilen biru dicampur dengan NaCl. Pencampuran antara metilen biru
dengan NaCl dilakukan karena adanya NaCl dalam tubuh katak sehingga metilen biru
dapat larut dalam cairan tubuh katak. Jadi NaCl berfungsi sebagai perantara
mengalirnya metilen biru ke jaringan tubuh katak.
Penginjeksian metilen biru+NaCl dilakukan pada bagian saccus lymphaticus
dorsalis, karena saccus lymphaticus katak mempunyai ukuran yang lebih besar bila
dibandingkan dengan bagian lain sehingga memudahkan praktikkan menginjeksikan
metilen biru untuk masuk ke dalam jaringan tubuh katak. Selain itu, tujuan
penginjeksian dilakukan di saccus lymphaticus adalah untuk mengurangi resiko
kematian pada katak karena percobaan ini dilakukan saat katak dalam keadaan setengah
sadar sehingga metilen biru dan NaCl dapat dialirkan ke seluruh jaringan tubuh melalui
pembuluh darah.
Pada kantung limfa ada banyak jalan (saluran) sehingga ketika cairan
disuntikkan pada kantung limfa maka cairan tersebut akan menyebar dengan cepat dan
memudahkan proses oksidasi jaringan didalamnya. Kantung limfa ini memiliki afinitas
lebih tinggi sehingga oksigen diikat oleh hemoglobin lalu oksigen masuk di sepanjang
pembuluh darah. Ketika metilen biru disuntikkan, menyebabkan metilen biru yang
diikat oleh hemoglobin bukan oksigen. Maka metilen biru masuk ke pembuluh darah
kemudian masuk ke eritrosit dan diikat oleh hemoglobin membentuk metilen
hemoglobin. Setelah 30 menit, diketahui bahwa metilen biru yang beredar ke seluruh
jaringan berada di saccus lymphaticus akan beredar ke jantung dan masuk ke dalam
pembuluh darah dan beredar ke seluruh organ dan jaringan melalui pembedahan.
Berdasarkan hasil pengamatan setelah pembedahan, katak yang diinjeksi metilen
biru+NaCl hampir semua jaringan-jaringannya mengalami perubahan warna menjadi
putih, merah pucat, hingga hitam kebiruan. Pemeriksaan juga dilakukan 15 menit
setelah pos mortal dan didapatkan hasil bahwa seluruh jaringan yang diamati
mengalami perubahan warna menjadi lebih pucat atau lebih gelap.
Perubahan warna terjadi karena tekanan O2 dalam darah menurun sehingga
ikatan HbO2 terurai. Selain itu pada kantung limfe memiliki afinitas lebih tinggi
sehingga oksigen diikat oleh hemoglobin lalu oksigen masuk ke sepanjang pembuluh
darah. Metilen biru memiliki afinitas lebih tinggi daripada gas oksigen terhadap
hemoglobin. Sehingga ketika disuntikkan metilen biru, yang diikat oleh hemoglobin
bukan oksigen tetapi metilen biru. Hemoglobin adalah suatu pigmen (berwarna merah)
karena berikatan dengan oksigen dan berwarna biru apabila mengalami deoksigenasi.
Dengan demikian, darah arteri yang teroksigenasi sempurna tampak merah, dan
darah vena yang telah kehilangan sebagian oksigennya di jaringan memperlihatkan rona
kebiruan. Di pembuluh darah, metilen biru yang memiliki afinitas (daya ikat) yang lebih
tinggi dibandingkan oksigen menyebabkan terbentuknya ikatan metHb
(methemoglobin) sehingga warna organ menjadi kebiruan. Itulah tandanya bahwa telah
terjadi deoksidasi jaringan, karena suplai oksigen di jaringan berkurang drastis akibat
penambahan metilen biru. Metilen biru yang telah masuk pembuluh darah akan masuk
ke eritrosit dan diikat oleh hemoglobin dan membentuk metilenhemoglobin (MetHb)
dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
HbO2
Hb + O2
Hb + Met
MetHb
Metilen biru yang diikat oleh hemoglobin akan diserap ke jaringan, sehingga
akan terjadi kematian jaringan (hipoksia) karena jaringan kekurangan oksigen sehingga
tidak dapat memproduksi energi, maka kemampuan sel eritrosit semakin lama semakin
tidak dapat mempertahankan ikatan Hb dengan metilen biru menyebabkan organ
menjadi warna biru. Hipoksia adalah kekurangan O 2 di tingkat jaringan. Ketika
campuran metilen biru dan hemoglobin pecah maka hemoglobin akan masuk ke
pembuluh darah sehingga peredaran darah tidak dapat bekerja secara maksimal dan
melepaskan metilen biru ke pembuluh darah dan proses oksidasi jaringan pun terhenti,
15 menit kemudian setelah pos mortal, terlihat warna jaringan semakin pucat karena
proses oksidasi jaringan terhenti.
3. Permeabilitas Paru-Paru Terhadap Gas
Paru yang digunakan pada praktikum adalah paru-paru katak yang terdiri dari
dua paru (di sebelah kanan dan di sebelah kiri tubuh katak). Paru katak berwarna
merah sesaat setelah dilakukan pembedahan.
Paru-paru katak tersusun atas jaringan epitel pipih selapis, sehingga bisa terjadi
pertukaran gas melalui membran paru-paru yang tersusun dari jaringan tersebut.
Setelah ditekan, paru-paru katak diikat dengan benang halus di daerah bronkus yang
bertujuan agar aliran darah dari pembuluh darah tidak mengalir ke dalam paru-paru
dan tercipta tekanan udara antara lingkungan dengan bagian dalam paru. Paru yang
sudah diikatkan dipotong pada bagian trakhea untuk dimasukkan ke dalam air kapur
(larutan CaCO3).
Paru-paru katak dimasukkan ke dalam air kapur yang memiliki banyak gas CO2,
namun hal ini tidak membuat paru-paru katak menjadi kolaps. Hal ini disebabkan
karena sel-sel alveolus tipe II mengeluarkan suatu campuran kompleks lemk dan
protein yang disebut surfaktan paru. Peran surfaktan paru dalam mengurangi
kecenderungan alveolus mengalami recoil sehingga mencegah alveolus kolaps,
penting untuk membantu mempertahankan stabilitas paru. Selain itu, dengan
menurunkan tegangan permukaan alveolus, surfaktan paru memberi manfaat penting
lainnya, yaitu bahan ini meningkatkan compliance paru, mengurangi kerja untuk
mengembangkan paru (Sherwood, 2011). Menurut Sloane (2004), surfaktan
mengurangi tegangan permukaan cairan yang menurunkan kecenderungan
pengempisan alveoli dan memungkinkan alveoli untuk berinflasi dalam tekanan yang
lebih rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Ansyari. 2007. Pentingnya labirin bagi ikan rawa. Jurnal Bawal. Vol.1 No.5. Agustus
2007: 161-167.
Campbell, et al. 2003. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Mahyuddin, Kholish. 2011. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC.
Sitanggang, L. 1995. Budidaya Gurame . Jakarta: PT Penebar.
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Susanto H. 1995. Budidaya ikan di Pekarangan. Jakarta: PT Penebar.
Tucker, C.S. and E.H. Robinson. 1991. Channel Catfish Farming Handbook. An Avi
Book. New York. 454 pp.