Anda di halaman 1dari 11

RESUME

TEHNIK INSTUMENTASI URETROLITHIASIS PADA TN. V DENGAN CKD ST V


+ HT ST II + CEREBRAL TU + PNEUMONIA + LOW POSTURE.
Instalasi Bedah Sentral RSUD. DR. Saiful Anwar (OK 2)

ALDIA PALMA YUDASTA


NIM. 1501410039

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-IV PERIOPERATIF
2016

DEFINISI
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras seperti batu yang
terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran
kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal)
maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan
garam kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein.18

ETIOLOGI
Penyebab pasti pembentukan BSK belum diketahui, oleh karena banyak faktor yang
dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan
BSK yaitu : 2,24,25
a. Teori Fisiko Kimiawi
Prinsip dari teori ini adalah terbentuknya BSK karena adanya proses kimia, fisika maupun
gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui bahwa terjadinya batu sangat dipengaruhi
oleh konsentrasi bahan pembentuk batu di saluran kemih. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi
dikenal teori pembentukan batu, yaitu:
1 Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan dasar terpenting
dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila kelarutan suatu produk tinggi
dibandingkan titik endapannya maka terjadi supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya
kristal dan pada akhirnya akan terbentuk batu.
Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu bahan yang dapat
mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu yang suatu saat akan terjadi kejenuhan dan
terbentuklah kristal. Tingkat saturasi dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan
pembentuk BSK yang larut, tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air
kemih.
2 Teori Matrik
Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan mitokondria sel tubulus
renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat maupun kalsium fosfat akan menempel
pada anyaman tersebut dan berada di sela-sela anyaman sehingga terbentuk batu. Benang seperti
laba-laba terdiri dari protein 65%, heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang

menempel kristal batu yang seiring waktu batu akan semakin membesar. Matriks tersebut
merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu.
3 Teori Tidak Adanya Inhibitor
Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor organik terdapat bahan
yang sering terdapat dalam proses penghambat terjadinya batu yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan
tamma-horsefall glikoprotein sedangkan yang jarang terdapat adalah gliko-samin glikans dan
uropontin.
Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan Zinc. Inhibitor yang paling kuat adalah
sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat yang dapat larut
dalam air. Inhibitor mencegah terbentuknya kristal kalsium oksalat dan mencegah perlengketan
kristal kalsium oksalat pada membaran tubulus. Sitrat terdapat pada hampir semua buah-buahan
tetapi kadar tertinggi pada jeruk. Hal tersebut yang dapat menjelaskan mengapa pada sebagian
individu terjadi pembentukan BSK, sedangkan pada individu lain tidak, meskipun sama-sama
terjadi supersanturasi.
4 Teori Epitaksi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain yang berbeda
sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran. Keadaan ini disebut nukleasi
heterogen dan merupakan kasus yang paling sering yaitu kristal kalsium oksalat yang menempel
pada kristal asam urat yang ada.
5 Teori Kombinasi
Banyak ahli berpendapat bahwa BSK terbentuk berdasarkan campuran dari beberapa teori
yang ada.
6 Teori Infeksi
Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari kuman tertentu.
Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori terbentuknya batu survit dipengaruhi oleh
pH air kemih > 7 dan terjadinya reaksi sintesis ammonium dengan molekul magnesium dan
fosfat sehingga terbentuk magnesium ammonium fosfat (batu survit) misalnya saja pada bakteri
pemecah urea yang menghasilkan urease. Bakteri yang menghasilkan urease yaitu Proteus spp,
Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.
Teori pengaruh infeksi lainnya adalah teori nano bakteria dimana penyebab pembentukan
BSK adalah bakteri berukuran kecil dengan diameter 50-200 nanometer yang hidup dalam darah,
ginjal dan air kemih. Bakteri ini tergolong gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dimana

dinding pada bakteri tersebut dapat mengeras membentuk cangkang kalsium kristal karbonat
apatit dan membentuk inti batu, kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel yang lama
kelamaan akan membesar. Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK mengandung nano bakteria.
b. Teori Vaskuler 2,18,20
Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar kolesterol darah yang tinggi,
maka Stoller mengajukan teori vaskuler untuk terjadinya BSK, yaitu :
b.1 Hipertensi
Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan pada orang yang
tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak 52%. Hal ini disebabkan aliran
darah pada papilla ginjal berbelok 180 dan aliran darah berubah dari aliran laminer menjadi
turbulensi. Pada penderita hipertensi aliran turbelen tersebut berakibat terjadinya pengendapan
ion-ion kalsium papilla (Ranalls plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang dapat berubah
menjadi batu.
b.2 Kolesterol
Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi melalui glomerulus ginjal
dan tercampur didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol tersebut akan merangsang agregasi
dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi
klinis (teori epitaksi).
Menurut Hardjoeno (2006), diduga dua proses yang terlibat dalam BSK yakni supersaturasi
dan nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun batu terdapat dalam jumlah
yang besar dalam urine, yaitu ketika volume urine dan kimia urine yang menekan pembentukan
menurun. Pada proses nukleasi, natrium hidrogen urat, asam urat dan kristal hidroksipatit
membentuk inti. Ion kalsium dan oksalat kemudian merekat (adhesi) di inti untuk membentuk
campuran batu. Proses ini dinamakan nukleasi heterogen. Analisis batu yang memadai akan
membantu memahami mekanisme patogenesis BSK dan merupakan tahap awal dalam penilaian
dan awal terapi pada penderita BSK.

FAKTOR RESIKO
Pria pada umumnya punya riwayat batu ginjal dalam keluarga, usia lebih dari 30 tahun,
diet tinggi Oxalat, dehidrasi atau kurang minum, gangguan metabolisme yang mempengaruhi
ekskresi garam, ostomi. Batu ginjal sering kali tidak menimbulkan gejala. Namun jika timbul
gejala, maka nyeri adalah masalah utama. Nyeri ini timbul saat batu melewati saluran kemih
sehingga menimbulkan iritasi dan sumbatan.

Secara spesifik klien akan merasakan nyeri tajam, nyeri kram di pinggang bagian
belakang dan sisi area ginjal atau di abdomen bagian bawah, kadang kala disertai mual dan
muntah.
Tehnik pembedahan untuk batu ginjal adalah open surgery yaitu merupakan pembedahan
yang paling masif. Tehnik ini paling banyak digunakan untuk membuang/mengambil batu ginjal
baik ukuran kecil atau besar.
Prosedur insisi dibuat pada pinggang bagian belakang pada area ginjal. Tehnik ini
menyebabkan banyak pembuluh darah yang terbuka.
1

Tujuan Instrumentasi

a Mengatur alat secara sistematis di meja instrumen


b Memperlancar handing instrument
c
2

Mempertahankan keseterilan alat-alat instrumen selama operasi berlangsung

Persiapan
1

Persiapan ruangan
a

Menata ruangan dan mengatur penempatan meja operasi, mesin, counter, mesin suction,
meja instrument, troly, waskom, meja mayo.

b Memastikan mesin suction dan mesin cauter dalam keadaan baik


c

Menyiapkan bahan habis pakai

d Memberi alas perlak dan linen pada meja operasi


e
2

Mengecek lampu operasi

Persiapan klien
a

Memberitahu klien tentang tujuan dan prosedur pembedahan (informent consent)

b Persiapan alat dan obat-oabatan


c

Sudah dalam keadaan puasa

d Meninggalkan semua perhiasan yang digunakan (bila ada)


e

Pasien dilakukan, general anastesi

Persiapan psikologis pasien

Persiapan alat
4.3.1. Set instrumen steril
a. Meja instrumen
NO
1.
2.

NAMA ALAT
Duk besar

JUMLAH
2 buah

Set linen steril dari


- Duk besar

2 buah

- Duk sedang

2 buah

- Duk kecil

4 buah

3.

Gown/jas operasi/scort

5 buah

4.

Handuk steril

5 buah

5.

Sarung meja mayo

5 buah

6.

Perlak steril/underpad steril

1 buah

7.

Bengkok (kidney trays)

2 buah

8.

Kom besar/cucing

1 buah

9.

Selang suction

1 buah

10.

Kabel couter (monopolar)

1 buah

b. Meja Mayo
NO

NAMA ALAT

JUMLAH

1.

Handvat mess no 7 (long) + no 4

1 buah

2.

Pinset chirugis panjang/pendek

2 buah

3.

Pinset anatomi panjang/pendek

2 buah

4.

Pinset anatomis manis panjang

1 buah

5.

Gunting kasar/mayo

1 buah

6.

Gunting metzembaum scrisor

1 buah

7.

Gunting benang

1 buah

8.

Towel korsep/duk klem

5 buah

9.

Desinfeksi klem

1 buah

Mosquito kecil

2 buah

10.

NO

NAMA ALAT

JUMLAH

11.

Arteri klem vanpean bengkok

2 buah

12.

Arteri klem vankoker lurus

2 buah

13.

Nalvoeder/needle holder

2 buah

14.

Pean panjang manis

1 buah

15.

Langen back

2 buah

16.

Haak tajam gigi 4

2 buah

17.

Ring klem

3 buah

18.

Canul suction

1 buah

19.

Stone tang

1 buah

20.

Right angel

1 buah

c. Tambahan
NO

NAMA ALAT

JUMLAH

1.

Haak pyelum

2 buah

2.

Haak abdomen

1 buah

3.

Timan besar / kecil

2 / 2 buah

4.3.2. Set penunjang/set on steril


NO

NAMA ALAT

JUMLAH

1.

Mesin anastesi

1 buah

2.

Mesin suction

1 buah

3.

Meja operasi

1 buah

4.

Lampu operasi

1 buah

5.

Meja instrumen

1 semua

Bahan habis pakai

NO

NAMA ALAT

JUMLAH

1.

Handscoun sesuai ukuran

sesuai kebutuhan

2.

Mess no 11 + 22

1 + 1 buah

3.

NS 0.9 %

500 cc

4.

Povidione iodine 10 %

100 cc

5.

Spuit 10 cc + 3 cc + 50 cc + 20

1/1/1/1

6.

Redondrone no 14

1 buah

7.

Nelaton cateter no 8

1 buah

9.

Pita (kasa rol/gulung)

1 meter

10.

Vicryl no 4-0/1

1/1 buah

11.

Plain no 2-0

1 buah

12

Stepler

1 buah

13.

DJ stent no 6 + guide wire

1 buah

14.

NGT no 8 (untuk sonde ureter bag. 1 buah

15.

distal)
Depres steril

5 buah

16.

Kasa steril

30 buah

17.

Wound dressing (sofratulle)

1 buah

18.

Hypafix

Secukupnya

19.

U-pad steril

3 buah

20.

Folley cateter no 16

1 buah

21.

Urobag

1 buah

22.

Jelly

Secukupnya

Instrumentasi Tehnik
Sign in
1

Pasien datang, cek kelengkapan data pasien

Menulis identitas pasien di buku register

Bantu memidahkan pasien ke meja operasi dengan posisi supine, untuk kemudian dilakukan
induksi oleh tim anestasi

Setelah dilakukan general anasthesi, pasien di posisikan lithotomy kemudian dilakukan urs
dan dj stent

Dilakukan pemasangan folly cateter no 16 dan pasang urobag

Pasang arde (grawn) pada kaki kanan bawah pasien

Perawat sirkuler membersihkan lapangan operasi dengan hibiscrub dengan kasa dan
dikeringkan.

Perawat instrumen melakukan cuci tangan, memakai gaun operasi, dan memakai sarung
tangan steril

Perawat instrumen memakaikan gaun operasi dan sarung tangan steril kepada asisten dan
operator

10 Berikan cucing berisi depres dan pavidon iodine 10% serta ring klem untuk antisepsis area
operasi kepada dokter operator
11 Melakukan drapping
a

Pasang duk besar (1) pada area bawah mulai sias kebawah sampai ujung kaki

Pasang duk besar (1) pada area atas sampai ujung kepala

Pasang duk kecil kanan dan kiri kemudian fixasi dengan towel klem (4 sisi)

Pasang duk bawah untuk tapal kuda

12 Dekatkan meja mayo dan meja instrumen ke dekat area operasi, pasang kabel couter dan
selang suction, ikat dengan kasa lalu fiksasi klem, pasang kanul suction, cek fungsi kelayaan
couter dan suction.
13 Time out dipimpin oleh perawat sirkuler dilajutkan berdo'a yang dipimpin oleh dokter
operator
14 Berikan kepada operator pinset anatomis dan cucing berisi betadine untuk marker area
operasi
15 Berikan handvatmes no 22 dan pinset chirurugis untuk memulai insisi berikan kasa dan
pean manis untuk merawat pendarahan
16 Berikan haak gigi tajam 2 buah kemudian insisi diperdalam sampai mencapai otot
17 Berikan double langen back untuk memperluas lapangan pandang
18 Berikan still deppres basah untuk memisahkan peritonium dengan otot dan jaringan
sekitarnya

19 Berikan timan besar dan kecil kepada asisten kemudian gunting matzembaum dan pinset
anatomis panjang untuk membuka fasia
20 Berikan pean 90 (right angel) dan pinset anatomi untuk mencari ureter, setelah ureter
terindentifikasi berikan nelaton no 8 untuk tegel dan fiksasi dengan klem kocker lurus
21 Bila batu sudah teridentifikasi berikan handfat mess no 11 kepada dokter operator untuk
insisi ureter.
22 Berikan stintang/stonetang untuk mengevakuasi batu.
23 Mereposisi pemasangan dj stent sampai di ginjal
24 Berikan Nald foeder dan pinset anatomis serta vycril 4-0 untuk jahit ureter.
25 Berikan pinset anatomis dan kassa untuk merawat perdarahan
26 Cuci area operasi dengan NS 0,9 % dan keringkan dengan kassa daerah operasi kalau perlu
di suction
27 Berikan Redon draine no 14 untuk drainage dan fiksasi dengan mersilk no 2-0
Sign out
28 Hitung jumlah kassa dan alat instrumen sebelum area operasi ditutup pastikan semua dalam
keadaan lengkap, kembalikan possisi datar.
29 Berikan Naldvoeder dan pinset sirurugis dan vycril no.1 untuk menjahit fasia, berikan
gunting benang pada asisten untuk menggunting sisa benang fat (lemak) dijahit dengan
plain no 2-0 sedangkan kulit ditutup menggunakan stapler.
30 Berikan kasa basah pada asisten untuk membersihkan luka dan keringkan dengan kassa
kering
31 Berikan sufratule dan kasa untuk menutup luka kemudian di hipavix
32 Operasi selesai, bereskan semua instrument, selang suction dan kabel cauter dilepas
33 Bersihkan bagian tubuh pasien dari bekas betadine yang masih menempel dengan kassa
basah dan keringkan
34 Posisikan pasien kembali dengan posisi supine dan pindah pasien ke brankart
35 Cuci instrumen dengan larutan cidexim dan bilas dengan air kemudian keringkan dan di
inventaris kembali
36 Bersihkan ruangan lingkungan kamar operasi dan rapikan alat-alat yang dipakai pada
tempatnya
37 Inventaris bahan habis pakai pada depo farmasi.

DAFTAR PUSTAKA
Dasar-dasar urologi (edisi kedua). Jakarta : Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2.
Edisi 8, Jakarta : EGC Sugiyono (2006)
http://www.brighamandwawens.5UROLOGI (2006)
http://www.suryeryneyclopedia.com (2006)
http://www.kidneyniddle.gov
Purnomo B.B (2008). Dasar-dasar urologi, Ed 2 Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai