DISUSUN OLEH
KALAM SIDIK
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2015-2016
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .............................................................................................16
4.2 Saran ......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan
pengajar yang memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai
individu yang harus dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat
mematikan potensi peserta didik. Dan dalam keadaan tersebut peserta didik hanya
mendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga mudah sekali peserta didik
merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik tidak paham
dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru.
Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model
pembelajaran yang lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah
menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi
investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah
menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah
guru menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat meningkatkan
kemampuan penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses
pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara
sistematis dan logis. Model pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat
menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri
merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai
masalah.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model pembelajaran ini
berdasarkan pada psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Melalui model
pembelajaran ini peserta didik dapat berkembang secara utuh, artinya bukan hanya
perkembangan kognitif, tetapi peserta didik juga akan berkembang dalam bidang
affektif dan psikomotorik secara otomatis melalui masalah yang dihadapi.
Model pembelajaran berbasis masalah mengambil psikologi kognitif
sebagai dukungan teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini menekankan
pada apa yang peserta didik pikirkan selama mereka terlibat dalam proses
pembelajaran, bukan pada apa yang mereka kerjakan dalam proses pembelajaran.
keilmuan
maupun
karena
kurangnya
dukungan
sistem
untuk
1.3
1.
2.
3.
1.4
1.
Tujuan
Mengetahui konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah
Mengetahui penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah.
Mengetahui fitur-fitur yang mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah.
Manfaat
Peneliti
a. Peneliti bisa mengetahui apa saja konsep yang ada pada pembelajaran
Berbasis Masalah ( Problem Based Learning)
b. Peneliti bisa mengetahui fitur-fitur yang ada pada proses Pembelajaran
Berbasis Masalah ( Problem Based Learning )
2. Pembaca
a. Mahasiswa dapat mengetahui lebih banyak apa itu problem based learning
b. Mengetahui peran guru yang baik
c. Mengetahui bagaimana pembelajaran berbasis masalah dan bagaimana
cara perencanaan nya dalam kurikulum
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Problem Based Learning ( Pembelajaran Berbasis Masalah )
Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey.
Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah
interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar
dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik berupa
bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan
itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai,
dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problembased Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan
6
atau
menentukan
sumber-sumber
pengetahuan
yang
relevan.
melalui
pendidikan
pelatihan
atau
pendidikan
formal
yang
berkelanjutan.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan
yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini
membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam
benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan
sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar
maupun kompleks.
2.2 Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian
aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan
peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal
materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis
masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
2. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai
kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak
mungkin ada proses pembelajaran.
3. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah
adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan
secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan
melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
2.3 Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah
Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh
Arends, diantaranya adalah :
a. Permasalahan autentik.
Model
pembelajaran
berbasis
masalah
mengembangkan
hipotesis
dan
membuat
prediksi,
bisa
berupa
kertas
membuat
yang
produk
dideskripsikan
hasil
dan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Konsep dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Pendidikan pada abad ke -21 berhubungan dengan permasalahan baru yang
ada di dunia nyata. Pendekatan PBM berkaitan dengan penggunaan intelegensi
dari dalam diri individu yang berada dalam sebuah kelompok orang, atau
lingkungan atau memecahkan masalah yang bermakna, relevan, dan konsektual.
Pendidikan harus membantu perkembangan terciptanya individu yang kritis
dengan tingkat kreativitas yang sangat tinggi dan tingkat keterampilan berpikir
yang lebih tinggi pula. Guru juga harus dapat memberi keterampilan yang dapat
digunakan ditempat kerja. Guru juga harus dapat memberikan keterampilan yang
dapat digunakan ditempat kerja. Guru akan gagal apabila mereka menggunakan
proses pembelajaran yang tidak mempengaruhi pembelajaran sepanjang hayat
( life long education).
Boud dan Feletti ( 1997 ) mengemukakan bahwa Pembelajaran Berbasis
Masalah adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan. Margetson
( 1994 ) mengemukakan bahwa kurikulum PBM membantu untuk meningkatkan
perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang
terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Kurikulum PBM memfasilitasi
9
keberhasilan
memecahkan
masalah,
komunikasi,
kerja
kelompok
dan
10
12
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pendekatan PBM berkaitan dengan penggunaan kecerdasan dari dalam diri
individu yang berbeda dalam sebuah kelompok atau lingkungan untuk
memecahkan masalah yang bermakna, relevan, dan konteksual.
Penerapan PBM dalam pembelajaran menuntut kesiapan baik pihak guru yang
harus berperan sebagai seorang fasilitator sekaligus bagi pembimbing. Guru
dituntut dapat memahami secara utuh dari setiap bagian dan konsep PBM dan
menjadi penengah yang mampu merangsang kemampuan berpikir siswa.
Siswa juga harus siap terlibat teraktif secara pembelajaran siswa menyiapkan diri
untuk mengoptimalkan kemampuan berpikir melalui inquiry kolaboratif dan
kooperative dalam setiap tahap proses PBM.
Bagi para guru, pemahaman terhadap berbagai pendekatan yang berpusat pada
siswa, salah satunya pembelajaran berbasis masalah, perlu ditingkatkan karena
tantangan kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang akan semakin
kompleks dan menuntut setiap orang secara individual mampu menghadapinya
dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang relevan.
4.2 Saran
PBM harus diterapkan dalam pembelajaran karena menuntut kesiapan baik
pihak guru sebagai seorang fasilitator sekaligus bagi pembimbing. Dan guru
diharuskan memiliki skill atau kemampuan dan kreatifitas untuk bisa menjadi
pendidik yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
14
15