Anda di halaman 1dari 3

Nggak Sengaja ke Kenya Trinity naked traveller

August 10, 2015 30 Trinity


Judulnya sombong banget ya? Padahal saya beneran nggak sengaja bisa menginjak
negara Kenya di Afrika Timur itu!
Ceritanya begini. Saya lagi asyik bersafari di utara Tanzania pada penghujung trip.
Rencananya saya akan pulang ke Indonesia dengan terbang dari Kilimanjaro ke
Seychelles, via Nairobi pada 12 Mei 2015 jam 06.00 pagi. Lalu dilanjut malam
harinya terbang ke Jakarta via Dubai. Memang rutenya muter-muter. Maklum, tiket
saya dibayarin Jakarta-Seychelles-Jakarta sehingga kalau extend, saya tetap harus
kembali ke Seychelles.
Tau-tau saya dapat email dari maskapai penerbangannya kalau pesawat
Kilimanjaro-Nairobi dibatalkan! Penerbangan diganti ke tanggal 13 Mei. Lah, nggak
nyambung sama pesawat ke Jakarta! Saya pun protes, bilang bahwa tanggal 12 Mei
saya harus terbang pulang. Tambah senewen lagi ketika internet sangat terbatas,
secara lagi safari di tengah hutan. Alhasil saya minta di-share hotspot dari hapenya
guide untuk email-emailan.

Akhirnya maskapai memberikan alternatif solusi, yaitu saya akan terbang


Kilimanjaro-Seychelles sehari sebelum jadwal yaitu pada 11 Mei jam 18.20,
menginap di Nairobi, baru besoknya 12 Mei jam 11.30 terbang ke Seychelles.
Merasa di atas angin ya iyalah, karena ini bukan salah saya tentu saya minta
ditanggung penginapan, makan, dan transfer bandara-hotel-bandara. Si Manager
pun menyetujuinya. Hanya saya harus bayar visa Kenya sebesar USD 20. Untung
pemegang paspor Indonesia bisa masuk ke Kenya dengan visa on arrival!

Saya okein aja pulang lebih awal. Alasannya, pertama, setelah empat hari kemping
di hutan, saya pengin mandi di shower yang airnya keras dan panas. Kedua, saya
belum pernah ke Kenya. Kapan lagi bukan? Saya pun browsing apa yang bisa
dilakukan di Kota Nairobi pada malam hari. Katanya Nairobi oke banget night lifenya. Saya pun tambah semangat. Lumayan bisa dugem sambil ngecengin cowok
berkulit hitam, pikir saya.
Jam 9 pagi kami terpaksa harus berangkat dari Serengeti National Park menuju Kota
Kilimanjaro. Katanya perjalanan akan memakan waktu 5 jam. Ah, aman. Namun di
sepanjang jalan, tau-tau aja ketemu 10 ekor singa yang lagi gelantungan di pohon,
jalan lagi eh ada 2 ekor singa lagi jalan-jalan di savana, jalan lagi eh ada 2 ekor
singa lagi bobo di pinggir jalan! Belum lagi ketemu sekelompok jerapah lagi

nyebrang, ribuan wildebeest, ratusan gazelle.. aaahh! Saya sampai diteriaki guide
safari saya dari The Story of Africa, Stop it, or you will miss your flight!
Mobil safari pun ngebut. Saya baru sadar ini jam-jam terakhir di Tanzania dan belum
membeli apa-apa untuk kenang-kenangan ke diri sendiri. Saat kami makan siang di
restoran, saya lari ke toko membeli kain khas suku Maasai. Penerbangan jam 18.20,
tapi jam 17.00 kami baru memasuki Arusha, sementara bandaranya ada di
Kilimanjaro yang sekitar sejam lagi dengan jalan macet begini. Duh, saya mulai
sakit perut membayangkan kalau saya ketinggalan pesawat! Tau gitu mending
nambah sehari deh daripada kejar-kejaran nggak karuan.
Sampai di bandara Kilimanjaro, saya langsung check in dan tau-tau udah disuruh
naik pesawat. Lah, sekarang baru jam 17.45. Saya berlari naik tangga dan pesawat
pun langsung terbang. Rupanya mereka nungguin saya doang karena jam
terbangnya dipercepat. Di atas udara, pesawat kecil baling-baling ini mengalami
turbulence sampe tergoncang-goncang dahsyat! Ya Tuhan, jangan sampe saya mati
sia-sia gara-gara bela-belain sehari doang di Kenya.

Untunglah kami selamat mendarat di Nairobi. Sesuai petunjuk, saya ke imigrasi,


bayar visa transit, lalu ke bagian Hotel Service. Saya kasih paspor saya, eh si mbak
petugas malah marah, Where is your boarding pass Nairobi-Seychelles? Lah,
meneketehe? Saya kan cuma dikasih Kilimanjaro-Nairobi! Lama kami berdebat
karena saya dituduh sengaja pengin jalan-jalan, bukannya terpaksa transit.
Akhirnya setelah beberapa telepon ke bos-bosnya, saya pun diberikan boarding
pass baru, voucher hotel dan transportasi.
Saya disediakan transportasi gratis yang parkir di luar bandara. Rupanya berupa
bus yang segede PPD. Tapi kenapa saya cuma sendiri? Saya disuruh tunggu
sebentar karena busnya ngetem. Alhasil 45 menit kemudian saya malah dinaikkan
ke mobil sedan menuju hotel. Saya tanya ke supirnya berapa waktu tempuh
bandara ke hotel. Jawabnya, If theres no traffic, its only 15 minutes. Yes, aman!
Masih bisa dugem! Sepanjang jalan saya kagum, kota Nairobi ini maju dan rapi.
Dan hujan deras pun turun! Deras sederas-derasnya sampai macet total dan
mobil tidak bergerak! Ternyata masalahnya sama aja kayak di Jakarta. Karena
hujan, jalan banjir. Mobil saling susul, melawan arah, nekat menerabas lampu
merah, nggak ada yang mau ngalah, terjadi bottle neck, dan seterusnya. Bedanya,
pas di sana nggak ada polisi atau Pak Ogah yang mengurai. Orang hanya buka kaca
mobil dan saling meneriaki satu sama lain. Hadeuh!

Total 2,5 jam baru saya sampai di hotel, atau sudah jam 22.30! Saya buru-buru
check in, naro tas di kamar, dan lari ke restoran karena takut tutup. Secara ogah
rugi, saya pilih makanan yang termahal berupa steak. Bodo amat deh. Kesel!
Sampai kamar badan saya sudah remuk! Jauh-jauh ke Kenya cuman dipake tidur.
Foto-foto aja nggak sempat. Begitulah cerita tentang negara ke-68 yang saya
kunjungi.

Anda mungkin juga menyukai