Proses terjadinya hujan adalah gejala alam yang membentuk siklus perputaran air di
bumi. Secara sederhana, tahapan terjadinya hujan ini menggambarkan proses perpindahan
air dari samudera, laut, sungai, danau dan sumber air lainnya ke atmosfer lalu kembali lagi
menuju daratan. Indonesia sendiri memiliki 2 musim yakni musim kemarau dan musim hujan.
Hal ini dikarenakan Indonesia terletak didekat garis khatulistiwa sehingga memiliki iklim tropis
dan suhu yang tinggi sehingga menyebabkan terjadinya banyak proses penguapan sehingga
memiliki curah hujan yang cukup tinggi.
Air-air tersebut umumnya mengalami proses penguapan atau evaporasi akibat adanya bantuan
panas matahari. Air yang menguap / menjadi uap melayang ke udara dan akhirnya terus bergerak
menuju langit yang tinggi bersama uap-uap air yang lain. Di langit yang tinggi uap tersebut
mengalami proses pemadatan atau kondensasi sehingga membentuk awan. Dengan bantuan
angin awan-awan tersebut dapat bergerak kesana-kemari baik vertikal, horizontal dan diagonal,
Akibat angin atau udara yang bergerak pula awan-awah saling bertemu dan membesar menuju
langit / atmosfir bumi yang suhunya rendah atau dingin dan akhirnya membentuk butiran es dan
air. Karena berat dan tidak mampu ditopang angin akhirnya butiran-butiran air atau es tersebut
jatuh ke permukaan bumi (proses presipitasi). Karena semakin rendah suhu udara semakin tinggi
maka es atau salju yang terbentuk mencair menjadi air, namun jika suhunya sangat rendah maka
akan turun tetap sebagai salju
Tahap-tahap pembentukan kumulonimbus, sejenis awan hujan,
adalah sebagai berikut:
TAHAP - 1Pergerakan awan oleh angin: Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup oleh angin.
TAHAP - 2Pembentukan awan yang lebih besar: Kemudian awan-awan kecil (awan kumulus) yang
digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.
TAHAP - 3
Pembentukan awan yang bertumpang tindih: Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan
bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya
meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di bagian tepinya.
Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara vertikal, sehingga
menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan
gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di
mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air
dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal,
mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan es, dsb. (Anthes,
Richard A.; John J. Cahir; Alistair B. Fraser; and Hans A. Panofsky, 1981, The Atmosphere, s. 269;
Millers, Albert; and Jack C. Thompson, 1975, Elements of Meteorology, s. 141-142) Kita harus
ingat bahwa para ahli meteorologi hanya baru-baru ini saja mengetahui proses pembentukan awan
hujan ini secara rinci, beserta bentuk dan fungsinya, dengan menggunakan peralatan mutakhir
seperti pesawat terbang, satelit, komputer, dsb. Sungguh jelas bahwa Allah telah memberitahu kita
suatu informasi yang tak mungkin dapat diketahui 1400 tahun yang lalu.
http://9wiki.net/proses-terjadinya-hujan-dan-fakta-lainnya/
Panas matahari menyebabkan air di sungai, danau, dan laut menguap ke udara. Selain
bentuk air secara fisik, air yang menguap ke udara juga bisa berasal dari tubuh manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lain yang mengandung air. Kemudian uap air
naik terus ke atas hingga menyatu ke udara bersama uap-uap air lainnya.
Suhu udara yang tinggi akibat panas matahari akan membuat uap air tersebut mengalami
proses kondensasi (pemadatan) dan menjadi embun. Embun berbentuk titik-titik air kecil sedangkan
suhu yang semakin tinggi membuat jumlah titik-titik embun semakin banyak hingga kemudian
berkumpul memadat dan membentuk awan. Menurut kajian Neilburger tahun 1995, pada tahapan
ini, tetes-tetes air memiliki ukuran jari-jari sekitar 5-20 mm. Dalam ukuran ini tetesan air akan jatuh
dengan kecepatan 0,01-5 cm/detik sedangkan kecepatan aliran udara ke atas jauh lebih tinggi
sehingga tetes air tersebut tidak akan jatuh ke bumi. Supaya sebuah tetes air dapat jatuh ke bumi
dibutuhkan ukuran sebesar 1 mm karena hanya dengan ukuran sebesar itulah tetes air dapat
mengalahkan gerakan udara ke atas.
Dengan bantuan angin, awan-awan tersebut bisa bergerak ke tempat lain. Pergerakan angin ini
dapat membuat beberapa awan kecil menyatu dan membentuk awan yang lebih besar lalu bergerak
ke langit atau ke tempat yang memiliki suhu lebih rendah. Semakin banyak butiran air terkumpul
maka akan membuat warna awan semakin kelabu.
Akibat dari jumlah titik air yang semakin berat akan membuat butiran-butiran tersebut jatuh ke
bumi dalam bentuk hujan.
Hujan Frontal
Hujan frontal adalah hujan yang terjadi di daerah front, yang
disebabkan oleh pertemuan dua massa udara yang berbeda
temperaturnya. Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut
bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin lebih berada di
bawah. Massa udara panas/lembab bertemu dengan massa udara
dingin/padat sehingga berkondensasi dan terjadilah hujan. Di sekitar
bidang front inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan frontal.
Hujan konvergen, yaitu hujan yang terjadi karena adanya pengumpulan awan
yang di sebabkan oleh angin.
Proses terjadinya :