Tahun 2007 Timor Leste telah menjalani langkah-langkah penting ke arah demokrasi. Kini tiba
saatnya parlamen yang terbentuk Oktober 2007 menetapkan hal politik ekonomi dan penciptaan
lapangan kerja sebagai prioritas dalam agenda kerjanya.
Pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Ramos Horta dan Perdana Menteri Xanana
Gusmao sangat mengerti risiko dari tingginya tingkat pengangguran, kemiskinan, serta pesimisme
kaum muda terhadap stabilitas politik negara. Perubahan haluan politik ekonomi dilakukan untuk
memperbaiki iklim investasi dan memperbesar peluang penciptaan lapangan kerja.
Masa peralihan sistem ekonomi berorientasi dana bantuan internasional (Aid Economy) menuju
berkelanjutan yang mengandalkan pemasukkan dari sektor migas sangat memerlukan lobi intensif
antara masyarakat sipil, kelompok sosial dan serikat pekerja.
Sosial
Sebagai
Kunci
capacity
building,
bantuan
teknis
(pembangunan jalan, jalur air bersih dan
fasilitas MCK - mandi cuci kakus),
pemberdayaan ekonomi kemasyarakatan,
penguatan pemahaman dan pembelaan hak
asasi manusia (HAM) serta good governance.
Lebih dari seperempat NGO tersebut adalah
implementing NGO yang mengandalkan
pendanaan dari sumber internasional. Di
daerah pedalaman kinerja NGO lebih ditujukan
untuk pemberdayaan kelompok kerja mandiri
serta penyaluran bantuan teknis. Pencapaian
hasil optimal disayangkan sering kali terbentur
pada keterbatasan kapasitas struktur birokratis
yang sentralis. Hal ini juga menimbulkan
pertanyaan apakah lebih baik menambah
angkatan kerja pegawai negeri ataukah
mengintegrasi personal NGO ke dalam
struktur
birokrasi.
Analisa
menyeluruh
mengenai sisi baik dan buruk kedua opsi
sangat dianjurkan untuk mengkaji efektifitas
saran dari UNDP. Perlu diingat, secara jangka
panjang langkah memperluas angkatan
pegawai negeri bisa berbalik bagai bumerang
untuk Timor Leste.
Peranan khusus NGO di Dili juga perlu
diperhatikan.
Sebagai
pressure
groups
independen, mereka mengarahkan perhatian
pemerintah dan masyarakat umum terhadap
masalah-masalah
aktual
seperti
pengungkapan masa lalu dan rekonsiliasi,
proses peradilan terhadap pelanggaran HAM,
pemberantasan korupsi, serta penyelesaian
konflik secara damai. Organisasi-organisasi
tersebut sebagian besar bekerja dengan risiko
tinggi. Walaupun tidak mengikat diri secara
politis dan mengandalkan aturan main sipil,
tidak sedikit dari NGO yang menjadi korban
intimidasi dan permainan politik. Undangundang yang dikeluarkan FRETELIN untuk
membatasi kebebasan berpendapat dan
berkumpul sering diselewengkan untuk
membungkam kritisi pemerintah yang dinilai
terlalu vokal.
Peran Serikat Pekerja dalam Politik
Ketenagakerjaan Aktif
Di samping NGO, Serikat Pekerja juga
berperan penting dalam membentuk dinamika
masyarakat
sipil.
Mengingat
rencana
pemerintah meningkatkan investasi di sektor
migas maka dapat dipastikan bahwa peranan
serikat pekerja di masa depan akan semakin
besar. Serikat pekerja diharapkan berperan
aktif dalam meningkatkan produktivitas dan
perbaikan iklim investasi guna perluasan
kesempatan kerja. Bersamaan dengan itu,
Serikat Pekerja juga mesti berperan dalam
menjamin perlindungan hak-hak pekerja dan
anggotanya serta perbaikan situasi materiil
isinya
sangat
umum
dan
untuk
penerapannya terbentur pada ketidakberadaan
peraturan eksekusi, umpamanya perihal
prosedur penanganan perselisihan hubungan
industrial.
Berbagai upaya telah dilakukan KSTL untuk
meningkatkan perhatian pemerintah atas
pelanggaran hak-hak pekerja yang semakin
sering terjadi. Di antaranya adalah upaya
untuk
memperjuangkan suatu peraturan
khusus yang menjamin perlindungan bagi
pekerja dari tindakan PHK sepihak pada saat
situasi darurat sedang diberlakukan. Latar
belakang dari langkah tersebut adalah krisis
tahun 2006 yang mengakibatkan banyak
pekerja di-PHK sepihak oleh majikannya.
KSTL dengan tegas membela pekerja yang diPHK saat krisis 2006 agar dipekerjakan
kembali. Walau masih terbatas pada pegawai
negeri, KSTL juga mengupayakan perbaikan
peraturan jaminan sosial pekerja dan juga
pembayaran pensiun kepada pegawai negeri.
Selain demonstrasi masal yang diorganisir
bersama oleh berbagai NGO dan kalangan
masyarakat sipil, KSTL terus melakukan lobi
intensif dengan anggota parlamen komisi HAM
dan demokrasi guna mempertegas kerangka
hukum perlindungan hak-hak pekerja.
Kesimpulan
Bagi masyarakat sipil, makna pergantian
pemerintahan setelah pemilu 2007 sangat
besar. Rencana reformasi politik ekonomi
pada dasarnya disambut positif. Harapan ini
juga berdasarkan terjadinya alih generasi
dalam politik. Terlepas dari sikap hormat
terhadap generasi tua pejuang kemerdekaan,
ada kesadaran bahwa suatu dinamika
memang diperlukan untuk perbaikan iklim
politik di Timor Leste.
Penyerangan
Alfredo
Reinaldo
dan
pendukungnya terhadap Ramos Horta dan
Xanana Gusmao bisa juga diartikan sebagai
tanda keraguan terhadap tokoh politik generasi
tua dan elit dari pihak generasi muda karena
didorong oleh ketidaksabaran dan rasa putus
asa. Ini adalah saat yang tepat bagi Timor
Leste untuk memaksimalkan sumber daya
yang dimiliki guna mendorong pembangunan
ekonomi berkelanjutan.
Terpilihnya orang muda untuk menduduki
posisi penting dalam pemerintahan baru
mencerminkan harapan bagi Timor Leste
bahwa pencarian solusi untuk krisis ekonomi
Penanggung Jawab: Dr. Beate Bartoldus, Pimpinan Referat Asia dan Pasifik kantor pusat Friedrich
Ebert Stiftung (E-Mail: beater.bartoldus@fes.de, Tel. 0228-883516/7)
Kontak: Julia Mueller, Referat Asia dan Pasifik kantor pusat Friedrich Ebert Stiftung (E-Mail:
juliamueller@fes.de, Tel. 0228-883-536)