Oleh:
Reza Abdilla
NIM : 1107121109
Oleh
Reza Abdilla
NIM : 1107121109
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh
Reza Abdilla
NIM : 1107121109
Mengesahkan
Manejer Administrasi
Sobri
NIP. 6385108K3
NIP. 860921099I
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui
Ketua Program Studi Teknik Elektro
Mengesahkan
Dosen Pembimbing
iii
PERNYATAAN
: Reza Abdilla
NIM
: 1107121109
Reza Abdilla
iv
PRA KATA
Segala Puji dan syukur kepada Allah SWT, Rabb semesta alam, Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, dengan rahmat dan karunia-Nya, penulis
diberikan kesempatan yang begitu berharga untuk mengikuti program Kerja
Praktek di PT. Chevron Pacific Indonesia, serta dapat menyelesaikan Laporan
Kerja Praktek ini dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa penulis hanturkan
kepada Nabi Muhammad SAW, suri tauladan bagi seluruh umat manusia.
Penulisan Laporan Kerja Praktek ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk kelulusan mata kuliah Kerja Praktek di Program Studi Teknik
Elektro S1 Fakultas Teknik Universitas Riau.
Kerja Praktek dengan Judul Studi Asesmen Kondisi Minyak Transformator
Menggunakan Analisa Dissolved Gas Analysis di PT. Indonesia Power
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Laporan Kerja Praktek,
sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua yang dengan cinta, kasih sayang, serta doanya selama ini sehingga
penulis senantiasa bersemangat dalam menempuh pendidikan yang sedang
dijalani.
2. Bapak Dr. Indra Yasri, ST. MT., selaku dosen Koordinator Kerja Praktek.
3. Bapak Dian Yayan Sukma, ST. MT., selaku dosen pembimbing. Terimakasih
atas bimbingan dan motivasi kepada penulis.
4. Bapak Anhar, ST. MT., selaku Ketua Program Studi S1 Teknik Elektro.
5. Bapak Komang Parmita yang telah membantu dalam mengurus izin untuk bisa
melakukan kerja praktek sehingga kerja praktek ini terlaksana.
6. Bapak Lutfi Nul Hakim dan Kang Ilham Ilahiya, selaku pembimbing kerja
praktek penulis di PT. Indonesia Power Banten 1 Suralaya 8, terimakasih atas
ilmu, bimbingan, dan arahan yang telah diberikan selama pelaksanaan kerja
praktek ini.
7. Bapak Andi Afriansyah, selaku pembimbing yang telah memberi banyak ilmu
dan pengetahuan tentang Dissolved Gas Analysis.
8. Happy Zatul Munawarah, S.Si., Terima kasih atas semangat, motivasi dan
doanya yang selalu menemani penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
9. Teman-teman di HIMATRO UR dan BEM FT UR. Terimakasih atas
semangat dan dukungannya.
10. Teman-teman Kerja Praktek di PT. Indonesia Power PLTU Unit 8 UBOH
BSR Suralaya M. Jubbari Fikri, Imaad Al-Muttawakil dan Litra Yudha
Pakpahan. Terima kasih banyak atas tawa, semangat dan dukungannya.
11. Teman-teman seangkatan, Anggoro, Fauzan, Yudha, Havel, Javad, Alvon,
Nofri, Syahru, Shely, Corry, Ariq, Azmi, Haza, Fadel, Rendra dan lainnya tak
tersebutkan namanya.
12. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas
bantuannya dan dukungannya.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik untuk kemajuan sangat penulis harapkan. Atas
perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.
Reza Abdilla
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PROGRAM STUDI ............................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iv
PRA KATA ....................................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................... 2
1.4 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek ............................................................... 2
1.5 Manfaat Kerja Praktek ................................................................................. 3
1.6 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek ............................................. 3
BAB II PT. INDONESIA POWER
2.1 Sejarah PT. Indonesia Power ........................................................................ 4
2.2 Profil Perusahaan.......................................................................................... 5
2.3 Struktur Organisasi Perusahaan .................................................................... 6
BAB III DASAR TEORI
3.1
vii
Transformator ........................................................................................... 18
3.3
3.4
DAFTAR PUSTAKA
viii
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur organisasi PT. Indonesia Power Banten 1 Suralaya 8 .... 7
Gambar 2.2 Struktur organisasi PT. Indonesia Power Banten 1 Suralaya
8 pada Departemen Administration ............................................. 7
Gambar 2.3 Struktur organisasi PT. Indonesia Power Banten 1 Suralaya
8 pada Departemen Maintenance ................................................ 8
Gambar 2.4 Struktur organisasi PT. Indonesia Power Banten 1 Suralaya
8 pada Departemen Operation .................................................... 8
Gambar 2.5 Struktur organisasi PT. Indonesia Power Banten 1 Suralaya
8 pada Departemen Engineering ................................................. 9
Gambar 3.1 Siklus pembangkit listrik tenaga uap ......................................... 11
Gambar 3.2 Kurva siklus rankine ................................................................... 12
Gambar 3.3 Boiler PLTU Banten 1 Suralaya 8 ............................................. 14
Gambar 3.4 turbin PLTU Banten 1 Suralaya 8 ............................................... 16
Gambar 3.5 Ilustrasi bearing turbing PLTU Banten 1 Suralaya 8 .................. 16
Gambar 3.6 Rangkaian dasar transformator .................................................. 19
Gambar 3.7 Contoh sebuah transformator ..................................................... 19
Gambar 3.8 Struktur kimia minyak transformator dan gas-gas yang terlarut
Pada minyak transformator ......................................................... 25
Gambar 3.9 Pembentukkan skema gas vs temperatur ..................................... 26
Gambar 4.1 Syringe yang digunakan dalam pengambilan sampel ................ 29
Gambar 4.2 Oil flushing ................................................................................. 30
Gambar 4.3 Botol sampel .............................................................................. 31
Gambar 4.4 Kelman DGA Test set-Transport X ............................................ 32
Gambar 4.5 Tampilan awal Kelman DGA Test set-Transport X .................... 33
Gambar 4.6 Memilih tipe alat yang akan diproses .......................................... 33
Gambar 4.7 Memilih lokasi ........................................................................... 34
Gambar 4.8 Memilih dari mana sampel minyak diambil ................................ 34
Gambar 4.9 Memilih sumber yang akan dianalisa .......................................... 34
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 4.1
Batas konsentrasi gas terlarut dalam satuan part per million (ppm)
Berdasarkan IEEE std. C57-104.2008 ........................................... 39
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10 TDCG dalam persen pada unit auxiliary transformator B .............. 52
Tabel 4.11 Rogers ratio pada unit auxiliary transformator B ......................... 53
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Lampiran 2
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
dapat
mengetahui
kondisi
lapangan
sesungguhnya
dan
dapat
salah
satu
bagian
penting
pada
sebuah
sistem
1.3
Batasan Masalah
Pada laporan ini, akan dibahas ruang lingkup kajian dengan batasan:
BAB II
PT. INDONESIA POWER
Mrica, Priok, Perak dan Grati, Bali, Semarang, Kamojang, dan satu Unit Bisnis
Jasa Pemeliharaan.
Didirikan pada 3 Oktober 1995 sebagai anak perusahaan PT Pembangkit
Jawa Bali I (PT PJB I) merupakan anak perusahaan PT PLN (Persero) yang
bergerak dalam usaha pembangkitan tenaga listrik. Nama itu kemudian berubah
menjadi PT Indonesia Power pada tanggal 3 oktober 2000. Perubahan nama
tersebut
mengukuhkan
penetapan
tujuan
Perusahaan
untuk
sepenuhnya
usaha
dalam
bidang
pembangkitan
tenaga
listrik,
serta
dan niaga yang sehat, guna menjamin keberadaan dan pengembangan perusahaan
dalam jangka panjang.
TUJUAN :
Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus-menerus dalam
penggunaan sumber daya perusahaan.
Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan
bertumpu pada usaha penyediaan tenaga listrik dan sarana penunjang yang
berorientasi pada permintaan pasar yang berwawasan lingkungan.
Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan dari
berbagai sumber yang saling menguntungkan.
Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta mencapai
standar kelas dunia dalam hal keamanan, keandalan, efisiensi maupun kelestarian
lingkungan.
Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat diatas saling menghargai antar
karyawan dan mitra kerja, sertamendorong terus kekokohan integritas pribadi dan
profesionalisme.
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Indonesia Power Banten 1 Suralaya 8 pada
Departemen Administration
Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT. Indonesia Power Banten 1 Suralaya 8 pada
Departemen Maintenance
Gambar 2.4 Struktur Organisasi PT. Indonesia Power Banten 1 Suralaya 8 pada
Departemen Operation
Gambar 2.5 Struktur Organisasi PT. Indonesia Power Banten 1 Suralaya 8 pada
Departemen Engineering
10
atau kerusakan
BAB III
DASAR TEORI
12
13
14
1. Bahan bakar
2. Udara
3. Panas
Jika ketiga elemen segitiga api tersebut disatukan, maka akan terjadi
proses pembakaran (api). Ketiga elemen tersebut terdiri dari batubara (bahan
bakar), Primary air & Secondary air (udara), dan elemen panas sudah ada pada
udara primer & sekunder yang mendapatkan panas dari equipment Air Preheater.
Uap yang dihasilkan boiler adalah superheat steam dengan tekanan dan
15
temperature yang tinggi yang sesuai dengan spesifikasi turbin. Boiler yang
digunakan di PLTU banten 1 Suralaya 8 adalah bertype SG-2129/17,5-M922.
16
3.1.1.3
Turbin
Turbine adalah mesin penggerak utama, dimana energy fluida kerja
3.1.1.4
Generator
Generator berfungsi untuk mengubah energy mekanik menjadi energy
17
18
3.2 Transformator
Transformator merupakan peralatan mesin listrik statis yang bekerja
berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik mentransformasikan tegangan dan
arus bolak-balik diantara dua belitan, atau lebih pada frekuensi yang sama besar
dan biasanya pada nilai arus dan tegangan berbeda. Penggunaan yang sangat
sederhana dan andal itu merupakan salah satu sebab penting bahwa arus bolak
balik sangat banyak dipergunakan untuk pembangkitan dan penyaluran tenaga
listrik. Beberapa alasan digunakannya transformator pada sistem pembangkitan
diantaranya adalah :
1. Bervariasinya nominal tegangan yang digunakan oleh pelanggan
2. Tegangan yang dihasilkan generator belum sesuai dengan tegangan di
jaringan
3. Sumber (pembangkit) berada jauh dari pemakai sehingga perlu
tegangan yang tinggi untuk mengantisipasi terjadinya loss tegangan
pada jaringan transmisi.
Bagian-bagian utama transformator sebagai berikut :
1. Inti besi
2. Kumparan transformator
3. Minyak transformator
4. Bushing
5. Tangki konservator
19
Dimana :
V1
Tegangan primer
V2
Tegangan sekunder
I1
Arus primer
I2
Arus sekunder
N1
N2
20
1.
Mounting flange
9.
Terminal penghubung
2.
Tangki transformator
10. Carriage
3.
Core
4.
Konservator
12. Header
5.
Sirip radiator
13. Termometer
6.
Belitan
7.
LV bushing
15. Breather
8.
HV bushing
21
22
Transformer oil
limit
10
25
40
45
8.931
9.395
9.912
9.252
162
153
158
154
Pour point, C
-12
-27
-45
-51
Freezing point, C
-55
Breakdown voltage, Kv
50
47
50
53
23
24
25
Gambar 3.8 Struktur kimia minyak transformator dan gas-gas yang terlarut pada
minyak transformator
Pada gambar 3.8 menerangkan bahwa jenis fault gas dan jumlah relatifnya
yang terbentuk saat temperaturnya semakin naik. Nilai temperatur tersebut
bukanlah nilai yang baku, melainkan hanya pendekatan. Gas hidrogen dan metana
mulai terbentuk pada temperatur sekitar 150C. Gas etana mulai terbentuk pada
temperatur sekitar 250C, dan gas etilen mulai terbentuk pada temperatur sekitar
26
350C. Gambar 3.8 juga menjelaskan bahwa setelah melewati titik maksimumnya
maka pembentukan gas metana, etana dan etilen akan terus menurun seiring
dengan bertambahnya temperatur.
Gas asetilen merupakan indikator adanya daerah dengan temperatur paling
tidak 700C, pada beberapa kasus kegagalan termal (hot spot) dengan temperatur
500C ternyata juga dapat memacu pembentukan gas asetilen walaupun dalam
nilai ppm yang kecil. Sejumlah besar asetilen hanya dapat dihasilkan jika
temperaturnya diatas 700C yang biasanya disebabkan oleh adanya busur api
(internal arcing).
27
BAB IV
PENGUJIAN DGA PADA MINYAK TRANSFORMATOR
4.1
29
yang
berfungsi sebagai sarana untuk mengambil sampel minyak dari trafo dan juga
30
untuk membuang minyak trafo yang kotor. Biasanya alat ini tersambung
langsung dengan syringe.
3. Ember
Tempat untuk membuang sampel minyak yang kotor dan juga tempat
pembuangan pada saat proses flushing.
4. Sarung Tangan
Alat keselamatan pada saat pengambilan sampel, sehingga minyak trafo
tidak langsung kontak dengan kulit.
5. Botol Sampel
Botol kimia yang digunakan sebagai tempat sampel minyak yang selanjutnya
dimasukkan kedalam alat uji DGA, yang pada saat itu penulis menggunakan alat
bernama Kelman DGA test set-Transport X. Sebelum dipergunakan untuk
pengujian, perlu dipastikan bahwa botol sampel bersih sehingga tidak
mempengaruhi hasil pengujian.
31
32
33
2.
Pelaksanaan :
1.
2.
3.
Pilih tipe,lokasi dan sumber yang akan diuji, lalu alat akan melakukan venting
system
34
35
4.
Masukkan sampel minyak pada botol sampel yang sudah terhubung dengan
Kelman DGA test set-Transport X
36
5.
6.
Bila minyak sampel terlalu panas, maka alat akan mendinginkan hingga
mencapai 0C
7.
37
8.
9.
Pilih print results jika ingin mendapatkan hardcopy dari hasil pengujian, pilih
Advanced jika ingin meliat informasi lebih lanjut tentang hasil pengujian dan
pilih finish jika ingin menyudahi tes.
38
10. Matikan Kelman DGA test set-Transport X lalu bersihkan peralatan seperti
syringe dan botol sampel
11. Letakkan Kelman DGA test set-Transport X dan peralatan lainnya pada
tempatnya
4.2
Standar IEEE
2. Key Gas
3. Rogers Ratio
4. Duvals Triangle
4.2.1 Standar IEEE
IEEE telah menerapkan stadarisasi untuk melakukan analisis berdasarkan
jumlah gas terlarut pada sampel minyak, yaitu pada IEEE std. C57-104.2008.
Standar IEEE merupakan standar utama yang digunakan dalam analisis DGA.
Namun fungsinya hanyalah sebagai acuan karena hanya menggolongkan tingkat
kosentrasi gas dan jumlah TDCG dalam berbagai tingkatan kewaspadaan. Seperti
39
telah dijelaskan sebelumnya pada bab III bahwa gas-gas seperti CO, H 2 , CH 4 ,
Tabel 4.1 Batas kosentrasi gas terlarut dalam satuan part per million (ppm)
berdasarkan IEEE std. C57-104.2008
40
Tabel 4.2 Tindakan operasi yang harus dilakukan berdasarkan jumlah TDCG
TDCG
Level or
Conditions
Highest
Individual
TDCG
Generatio
n Rate
(ppm/Day
Sampling
Operating
Interval
Procedures
720 ppm
< 10
Annually
Continue normal
of TDCG or
10 30
Quarterly
operation
Gas (See
Tabel 4.2)
Condition
highest
condition
based on
individual
Exercise caution.
> 30
Monthly
Analyse individual
gases to find cause.
41
gas (Tabel
Determine load
4.2)
dependence.
721-1920
< 10
Quarterly
ppm of
10 30
Monthly
TDCG or
Condition
2
Exercise caution.
Analyse individual
highest
condition
>
based on
30
individual
Monthly
Determine load
dependence.
gas (Tabel
4.2)
Condition
3
1921-4630
< 10
Monthly
Exercise extreme
ppm of
10 30
Weekly
caution.
TDCG or
Analyse individual
highest
condition
Plan outage.
based on
> 30
Weekly
individual
gas (Tabel
advise.
4.2)
< 10
Weekly
Exercise extreme
caution.
of TDCG or
Analyse individual
highest
Condition
condition
based on
individual
gas (Tabel
advise.
4.2)
10 30
> 30
Daily
Daily
Consider removal
from service.
42
Sebagai contoh, jika jumlah TDCG bernilai antara 721 ppm sampai dengan
1920 ppm, maka transformator berada pada kondisi 2. Tetapi, jika jumlah metana
berada pada posisi 401-1000 ppm sedangkan jumlah TDCG berada pada posisi 721
ppm sampai dengan 1920 ppm, maka transformator berada pada kondisi 2 tetapi
harus diinvestigasi secara cepat dan memperhatikan trending gas tersebut pada
pengambilan sampel minyak berikutnya.
4.2.2 Key Gas (Gas Kunci)
Key gas ini didefinisikan oleh IEEE std. C57 104.1991 sebagai gas-gas
yang terbentuk pada transformator pendingin minyak yang secara kualitatif dapat
digunakan untuk menentukan jenis kegagalan yang terjadi, berdasarkan jenis gas
yang khas atau lebih dominan terbentuk pada berbagai temperatur. Gas kunci yang
dijadikan indikator antara lain Hidrogen (H 2 ), Karbon Monoksida (CO), Metana
(CH 4 ), Etana (C 2 H 6 ), Ethilena (C 2 H 4 ), dan Acetilena (C 2 H 2 ). Komposisi minyak
tersebut dapat memrepresentasikan kondisi minyak tersebut. Berikut tabel jenis
kegagalan menurut analisis key gas :
Gas Kunci
Kriteria
Prosentase
Gas
Api Asetilen
(C 2 H 2 )
Metana
Etilen(C 2 H 4 )
(CH 4 )
dan
Hidrogen
(H 2 ) : 60%
Asetilen
(C 2 H 2 ):
30%
43
sedikit
Korona (PD)
Hidrogen (H 2 )
Karbonmonoksida
dapat (CH 4 ) :
karbondioksida,
dibandingkan
dan Metana
bila
berkaitan 13%
dengan selulosa
Etilen dalam jumlah besar dan
Pemanasan
lebih Minyak
Pemanasan
lebih selulosa
Karbon
Monoksida
besar
(CO)
Etilen
(C 2 H 4 ) :
63%
Etana
(C 2 H 6 ) :
20%
Karbonmo
noksida
(CO) :
92%
44
45
selain rasio diatas, juga digunakan rasio lain yaitu rasio CO 2 /CO. Rasio ini
digunakan untuk mendeteksi keterlibatan isolasi kertas pada fenomena kegagalan.
Normalnya rasio CO 2 /CO bernilai 5-10. Jika rasio < 3 maka ada indikasi yang kuat
akan adanya kegagalan elektrik sehingga menimbulkan karbonasi pada kertas
(hotspot atau arcing dengan temperatur >200C). Apabila rasio 3-5 disertai dengan
pertambahan H 2 , CH 4 dan C 2 H 6 maka terjadi masalah didalam transformator dan
kertas mengalami penurunan kondisi yang cepat. Jika rasio > 10, maka
mengindikasikan adanya kegagalan thermal pada isolasi kertas pada belitan.
46
Nilai rasio ini tidaklah selalu akurat karena CO 2 dan CO dipengaruhi oleh
berbagai faktor luar seperti oksidasi minyak akibat pemanasan, penuaan isolasi
kertas, gas CO 2 yang masuk akibat tangki transformator yang bocor atau kurang
rapat. Walaupun kurang akurat, namun rasio CO 2 /CO sangat membantu identifikasi
awal akan adanya kasus degradasi kualitas isolasi kertas.
4.2.4 Duvals Triangle (Segitiga Duval)
Metode segitiga diciptakan oleh Michel Duval pada 1974. Kondisi khusus
yang diperhatikan adalah konsentrasi metana (CH 4 ), etilen (C 2 H 4 ) dan asetilen
(C 2 H 2 ). Konsentrasi total ketiga gas ini adalah 100%, namun perubahan komposisi
dari ketiga jenis gas ini menunjukkan kondisi fenomena kegagalan yang mungkin
terjadi pada unit yang mungkin terjadi pada unit yang diujikan.
terdeteksi melalui uji DGA, maka kegagalan pada transformator dapat digolongkan
menjadi beberapa kelas :
Kegagalan
Keterangan
47
PD
Partial Discharge
percikan
menyebabkan
proses
D2 Discharge
High Energy
kasus
yang
lebih
ekstrim
terjadi
T<300o C
T2 Thermal Fault
300<T<700o C
T3 Thermal Fault
T>700o C
4.4
48
Beban (A)
O2
N2
H2O
CO2
CO
H2
396.42
23-Apr-12
489
10-Aug-12
520
1-Dec-12
17-Jan-13
17-Jan-13
1-Mar-13
6-Apr-13
28-Jun-13
22-Aug-13
24-Sep-13
25-Nov-13
12-Dec-13
28-Mar-14
0
0
348
354
0
0
0
0
13.21
11.65
CH4
C2H6
C2H4
C2H2
TDCG
REMARKS
IEEE STD.
C57.1042008
521.01 KONDISI 1
20
2904
454
41
10
10
0.01
1976
521
41
571
KONDISI 1
4268
887
51
947
KONDISI 2
16
3495
595
23
23
19
12
672
KONDISI 1
20
25
25
16
47
19
23
21
22
28
2117
1824
1724
2405
2564
2507
2469
2315
2624
3755
56
38
70
151
226
242
260
281
310
538
2
2
8
16
21
21
22
20
25
28
19
16
12
17
17
18
17
18
21
25
19
14
13
15
22
20
14
15
19
22
6
3
6
8
2
3
5
4
8
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
102
73
109
207
288
304
318
338
383
619
KONDISI 1
KONDISI 1
KONDISI 1
KONDISI 1
KONDISI 1
KONDISI 1
KONDISI 1
KONDISI 1
KONDISI 1
KONDISI 1
20289 88145
Pada tabel
transformator terhadap gas TDCG yang terdeteksi melalui uji DGA. Dapat dilihat
bahwa dari tanggal 29 maret 2012 sampai dengan 28 maret 2014 kondisi
transformator pada kondisi 1, hanya pada tanggal 10 agustus 2012 transformator
berada pada kondisi 2. Itu disebabkan TDCG berjumlah 947 ppm melebihi batas
maksimum kondisi 1 sebesar 720 ppm. Yang menarik disini, pada beberapa tanggal
2 gas yaitu CO dan CO 2 melebihi batas konsentrasi gas pada tabel 4.1 tetapi tetap
berada pada kondisi 1. Bahkan pada tanggal 10 agustus 2012, 2 gas tersebut berada
pada kondisi 3. Itu disebabkan penentuan kondisi transformator acuan utamanya
49
Beban (A)
29-Mar-12
23-Apr-12
10-Aug-12
1-Dec-12
17-Jan-13
17-Jan-13
1-Mar-13
6-Apr-13
28-Jun-13
22-Aug-13
24-Sep-13
25-Nov-13
12-Dec-13
28-Mar-14
396.42
489
520
0
0
0
348
354
0
0
0
0
13.21
11.65
CO
87.14
91.24
93.66
88.54
54.90
52.05
64.22
72.95
78.47
79.61
82.02
83.14
80.94
86.91
H2
7.87
7.18
5.39
3.42
1.96
2.74
7.34
7.73
7.29
6.91
6.94
5.92
6.53
4.52
DEKOMPOSISI GAS
CH4
C2H6
1.92
1.92
1.23
0.35
0.95
0.00
3.42
2.83
18.63
18.63
21.92
19.18
11.01
11.93
8.21
7.25
5.90
7.64
5.92
6.58
5.36
4.42
5.33
4.44
5.48
4.96
4.04
3.55
C2H4
1.15
0.00
0.00
1.79
5.88
4.11
5.50
3.86
0.69
0.99
1.58
1.18
2.09
0.81
C2H2
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.16
Tabel 4.7 ini merupakan persen dari tabel 4.6, dari data tersebut didapat gas
yang dominan sehingga bisa menentukan yang terjadi pada transformator. Pada
tabel 4.7 dari tanggal 29 maret 2012 sampai dengan 28 maret 2014 CO selalu
dominan dari gas-gas yang lain. Menurut tabel 4.3, ini mengindikasikan bahwa
terjadi pemanasan lebih selulosa.
50
86.91
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
CO
4.52
4.04
3.55
H2
CH4
C2H6
0.81
0.16
C2H4
C2H2
Gambar 4.20 Grafik TDCG dalam persen pada unit auxiliary transformator A
4.4.1.3 Rogers Ratio Methode
Date
Beban (A)
R1
CH4/H2
29-Mar-12
23-Apr-12
10-Aug-12
1-Dec-12
17-Jan-13
17-Jan-13
1-Mar-13
6-Apr-13
28-Jun-13
22-Aug-13
24-Sep-13
25-Nov-13
12-Dec-13
28-Mar-14
396.42
489
520
0
0
0
348
354
0
0
0
0
13.21
11.65
0.24
0.17
0.18
1.00
9.50
8.00
1.50
1.06
0.81
0.86
0.77
0.90
0.84
0.89
R2
R3
R4
R5
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.20
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.04
1000.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
#DIV/0!
22.00
0.60
0.00
0.00
0.63
0.32
0.21
0.46
0.53
0.09
0.15
0.36
0.27
0.42
0.23
CO2/CO
6.40
3.79
4.81
5.87
37.80
48.00
24.63
15.93
11.35
10.36
9.50
8.24
8.46
6.98
51
Pada tabel 4.8 memperlihatkan rasio dari 5 jenis fault gas, yang perlu
diperhatikan pada tersebut adalah R1, R2 dan R5. Dapat dilihat pada tabel 4.4
terdapat rentang kode rasio, contohnya code range of ratios <0,1 menjelaskan jika
perbandingan C 2 H 2 /C 2 H 4 kecil dari 0,1 maka dikodekan sebagai 0,begitu pula
dengan perbandingan C 2 H 4 /C 2 H 6 jika kecil dari 0,1 maka dikodekan sebagai 0 dan
jika perbandingan CH 4 /H 2 kecil dari 0,1 maka dikodekan sebagai 1 begitu juga
dengan code range of ratios 0,1-1, 1-3, dan >3. Dari tabel 4.8 pada tanggal 28 maret
2014 kode rogers ratio nya adalah 0 0 0 yaitu normal aging. Tetapi yang perlu
diperhatikan adalah tanggal 1 desember 2012 sampai dengan 6 april 2013, kode
dari CH 4 /H 2 adalah 2. Jadi rogers ratio pada tanggal tersebut adalah 0 2 0, ini
menandakan terjadinya thermal fault dengan temparatur berkisar 150C-300C
pada unit auxiliary transformator (UAT) A.
Ratio CO2/CO
60.00
50.00
40.00
30.00
CO2/CO
20.00
10.00
0.00
396.42 489
520
348
354
13.21 11.65
29- 23- 10- 1-Dec- 17- 17- 1-Mar- 6-Apr- 28- 22- 24- 25- 12- 28Mar-12 Apr-12 Aug- 12 Jan-13 Jan-13 13
13 Jun-13 Aug- Sep- Nov- Dec- Mar-14
12
13
13
13
13
Beban (A)
Tanggal
Gambar 4.21 Grafik trending ratio CO 2 /CO pada unit auxiliary transformator A
52
mengindikasikan adanya kegagalan thermal pada isolasi kertas pada belitan. Lalu
trending turun setelah diambilnya tindakkan dilapangan untuk memperbaiki
ketidaknormalan yang terjadi. Dapat dilihat dari tanggal pengambilan sampel
minyak yang berdekatan.
Beban (A)
O2
N2
H2O
CO2
CO
H2
CH4
C2H6
C2H4
C2H2
TDCG
REMARKS
29-Mar-12
566.57
22
2753
466
46
15
540
IEEE STD.
C57.1042008
KONDISI 1
23-Apr-12
434
21490
86653
2007
586
44
639
KONDISI 1
10-Aug-12
360
2867
718
34
758
KONDISI 2
1-Dec-12
17
2937
570
23
11
28
13
645
KONDISI 1
17-Jan-13
17-Jan-13
18-Jan-13
1-Mar-13
6-Apr-13
28-Jun-13
22-Aug-13
24-Sep-13
25-Nov-13
12-Dec-13
28-Mar-14
0
0
0
519
343
0
0
0
0
10.37
9.47
26
27
23
22
24
23
17
18
15
17
20
2222
2101
2289
2159
2458
2553
2577
2540
2372
2549
3223
408
380
357
368
408
464
476
479
500
510
623
16
14
12
16
24
26
24
24
22
25
26
15
16
11
15
18
15
17
16
16
13
17
15
15
13
14
22
18
9
7
12
18
20
3
3
4
5
3
3
3
4
5
1
4
0
0
0
0
0
0
0.4
0
0
0
0
457
428
397
418
475
526
529.4
530
555
567
690
KONDISI 1
KONDISI 1
KONDISI 1
KONDISI 1
KONDISI 1
KONDISI 1
KONDISI 1
KONDISI 1
KONDISI 1
KONDISI 1
KONDISI 1
Pada tabel 4.9 penentuan kondisi trafo terhadap TDCG yang terdeteksi pada
uji DGA pada unit auxiliary transformator B. Sama seperti pada unit auxiliary
transformator A sebagian besar dari tanggal 29 maret 2012 sampai dengan 28 maret
2014 berada pada kondisi 1 hanya pada tanggal 10 agustus 2012 berada pada
kondisi 2. TDCG pada tanggal 10 agustus 2012 tersebut melebihi batas kondisi 1
yaitu 758 ppm. Dan juga seringnya invidual gas yang melebihi batas kondisi 1 pada
tabel 4.1. Tetapi karena sering turun naiknya gas CO 2 dan CO ini CBM tidak bisa
menetapkan transformator pada kondisi 2 dan juga TDCG pada kenaikan
konsentrasi gas CO 2 dan CO jauh dari batas TDCG kondisi 1, yaitu 720 ppm. Bisa
dilihat pada tanggal 28 juni 2013 sampai dengan 24 september 2013.
53
DEKOMPOSISI GAS
CH4
C2H6
1.67
2.78
1.10
0.31
0.79
0.00
1.71
4.34
3.28
3.28
3.74
3.50
2.77
3.27
3.59
3.35
3.79
4.63
2.85
3.42
3.22
1.70
3.01
1.32
2.88
2.16
2.29
3.17
2.46
2.90
Beban (A)
29-Mar-12
23-Apr-12
10-Aug-12
1-Dec-12
17-Jan-13
17-Jan-13
18-Jan-13
1-Mar-13
6-Apr-13
28-Jun-13
22-Aug-13
24-Sep-13
25-Nov-13
12-Dec-13
28-Mar-14
566.57
434
360
0
0
0
0
519
343
0
0
0
0
10.37
9.47
CO
86.30
91.71
94.72
88.37
89.28
88.79
89.92
88.04
85.89
88.21
90.15
90.21
90.09
89.95
90.29
H2
8.52
6.89
4.49
3.57
3.50
3.27
3.02
3.83
5.05
4.94
4.55
4.52
3.96
4.41
3.77
C2H4
0.74
0.00
0.00
2.02
0.66
0.70
1.01
1.20
0.63
0.57
0.57
0.75
0.90
0.18
0.58
C2H2
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.08
0.00
0.00
0.00
0.00
Pada tabel 4.10 menampilan persen dari nilai nilai pada tabel 4.9. sama
dengan unit auxiliary transformator (UAT) A, pada UAT B gas dominan adalah
CO, dengan rata-rata 89,43% dari tanggal 29 maret 2012 sampai dengan 28 maret
2014. Ini mengindikasi pada UAT B bahwa terjadi pemanasan lebih selulosa.
90.29
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
CO
3.77
2.46
2.90
H2
CH4
C2H6
0.58
0.00
C2H4
C2H2
Gambar 4.22 Grafik TDCG dalam persen pada unit auxiliary transformator B
54
Date
Beban (A)
R1
CH4/H2
29-Mar-12
23-Apr-12
10-Aug-12
1-Dec-12
17-Jan-13
17-Jan-13
18-Jan-13
1-Mar-13
6-Apr-13
28-Jun-13
22-Aug-13
24-Sep-13
25-Nov-13
12-Dec-13
28-Mar-14
566.57
434
360
0
0
0
0
519
343
0
0
0
0
10.37
9.47
0.20
0.16
0.18
0.48
0.94
1.14
0.92
0.94
0.75
0.58
0.71
0.67
0.73
0.52
0.65
R2
R3
R4
R5
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.13
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.02
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
22.50
0.00
0.00
0.00
0.00
0.27
0.00
0.00
0.46
0.20
0.20
0.31
0.36
0.14
0.17
0.33
0.57
0.42
0.06
0.20
CO2/CO
5.91
3.42
3.99
5.15
5.45
5.53
6.41
5.87
6.02
5.50
5.41
5.30
4.74
5.00
5.17
Tabel 4.11 menampilan perbandingan antara 5 fault gas pada rogers ratio
method, rogers ratio dari tanggal 29 maret 2012 sampai dengan 28 maret 2014
adalah 0 0 0, hanya pada tanggal 17 januari 2013 rogers ratio adalah 0 2 0 yang
menandakan terjadinya thermal fault dengan temparatur berkisar 150C-300C
pada UAT B. Jika dibandingkan dengan UAT A, UAT B kondisinya lebih stabil
dalam rogers ratio method.
Yang perlu diperhatikan pada gambar 4.23, grafik trending rasio CO 2 /CO
UAT B adalah pada tanggal 23 april 2012, 10 agustus 2012, dan 25 november 2013.
Rasio CO 2 /CO berada antara 3-5 ini menandakan kertas mengalami penurunan
kondisi. Jika dibandingkan dengan UAT A, permasalahan rasio CO 2 /CO pada UAT
B belum separah yang terjadi pada UAT A.
55
Ratio CO2/CO
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
CO2/CO
2.00
1.00
9.47
10.37
343
519
360
434
566.57
0.00
29- 23- 10- 1- 17- 17- 18- 16- 28- 22- 24- 25- 12- 28Mar- Apr- Aug- Dec- Jan- Jan- Jan- Mar- Apr- Jun- Aug- Sep- Nov- Dec- Mar12 12 12 12 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 14
Beban (A)
Tanggal
Gambar 4.23 Grafik trending ratio CO 2 /CO pada unit auxiliary transformator B
BAB V
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Dari beberapa referensi yang diperoleh dan survei lapangan selama
Dissolved
Gas
Analysis
merupakan
analisa
untuk
melihat
56
DAFTAR PUSTAKA
57
Lampiran 1 Single Line Diagram PT. Indonesia Power, PLTU Unit 8 UBOH,
Suralaya jaringan kelistrikan
Under
Ground
CABLE
500KV GIS
AIS
GIS
GT
730MVA
20/500KV
ES
DS
ES
CB
ES
20KV IPB
EXCT
6.9MVA
20/0.88KV
GIS
AIS
GS
UAT-A
35MVA
20/6KV
UAT-B
35MVA
20/6KV
Generator
625MW, 20KV
3000RPM
S/SAT
45MVA
150/6KV
6KV NPB
Normal
Incoming
CB A
Stand-by
Incoming
CB A
Normal
Incoming
CB B
Stand-by
Incoming
CB B
6KV UNIT BOARD B
6kV Station
Service A
Feeder CB
M
M
6KV/400V PC A
Transformer
6KV Motor
>200kW
6kV Station
Service A
Incoming CB
6KV/400V PC B
Transformer
6KV Motor
>200kW
6kV Station
Service A
Incoming CB
6kV Station
Service
Tie-bus CB
6KV/400V PC
Transformer
6KV Motor
>200kW
>250kW
6KV/400V PC
Transformer
6KV Motor
>>200kW
250kW
58
Lampiran 2 Single Line Diagram PT. Indonesia Power, PLTU Unit 8 UBOH,
Suralaya sistem pembangkitan listrik tenaga uap