Tugas 1 Spbo
Tugas 1 Spbo
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh
pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih
bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat
dengan slogan Back to Nature telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama
yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan
hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat
diproduksi dengan metode baru yang dikenal dengan pertanian organik.
Kegunaan
budidaya
organik
pada
dasarnya
adalah
untuk
membatasi
kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi atau yang
seringkali disebut sebagai pertanian konvensional. Meskipun sistem pertanian organik
dengan segala aspeknya jelas memberikan keuntungan banyak kepada pembangunan
pertanian rakyat dan penjagaan lingkungan hidup, termasuk konservasi sumber daya
lahan, namun penerapannya tidak mudah dan akan menghadapi banyak kendala.
Faktor-faktor
kebijakan
umum
dan
sosio-politik
sangat
menentukan
arah
Pupuk sintetis telah dibuat pada abad ke 18, berupa superfosfat. Lalu pupuk
berbahan
diproduksi
secara
masal
ketika proses
Haberdikembangkan semasa Perang Dunia I. Pupuk ini murah, bernutrisi, dan mudah
ditransportasikan dalam bentuk curah. Perkembangan juga terjadi pada pestisidakimia
pada tahun 1940an, yang memicu penggunaan bahan kimia pertaniansecara besarbesaran di seluruh dunia. Namun sistem pertanian baru yang mulai berkembang ini
membawa dampak serius secara jangka panjang pada pemadatan tanah, erosi,
penurunan kesuburan tanah secara keseluruhan, juga dampak kesehatan pada manusia
akibat bahan kimia beracun yang masuk ke bahan pangan.
Para pakar biologi tanah mulai mengembangkan teori mengenai bagaimana
ilmu biologi dapat digunakan pada pertanian untuk menanggulangi dampak negatif
bahan kimia pertanian tanpa mengurangi hasil produksi pertanian. Biodinamika
biologi berkembang pada tahun 1920an dan menjadi versi awal dari pertanian organik
yang dikenal sekarang. Sistem ini berdasarkan filosofi antroposofi dari Rudolf Steiner.
Pada tahun 1930an dan awal 1940an, pakar botani terkemuka Sir Albert
Howard dan istrinya Gabriel Howard mengembangkan pertanian organik. Howard
terinspirasi dari pengalaman mereka mengenai metode pertanian tradisional di India,
pengetahuan mereka mengenai biodinamika, dan latar belakang pendidikan
mereka. Sir Albert Howard dapat dikatakan sebagai "bapak pertanian organik" karena
ia yang pertama kali menerapkan prinsip ilmiah pada berbagai metode pertanian
tradisional dan alami.
Meningkatnya kesadaran lingkungan secara umum pada populasi manusia pada
masa modern telah mengubah gerakan organik yang awalnya dikendalikan oleh suplai,
kini dikendalikan oleh permintaan pasar. Harga yang tinggi dan subsidi dari
pemerintah menarik perhatian petani. Di negara berkembang, berbagai produsen
pertanian yang bekerja dengan prinsip tradisional dapat dikatakan setara dengan
pertanian organik namun tidak bersertifikat dan tidak mengikuti perkembangan ilmiah
dalam pertanian organik. Sehingga beberapa petani tradisional dapat berpindah
menjadi petani organik dengan mudah, yang terdorong oleh alasan ekonomi.
Sistem produksi organik didasarkan pada standar produksi yang spesifik dan tepat
yang bertujuan pada pencapaian agroekosistem yang optimal yang berkelanjutan baik
secara sosial, ekologi maupun ekonomi. Penggunaan perisitilahan seperti biologis dan
ekologis juga dilakukan untuk mendiskripsikan sistem organik agar lebih jelas.
Secara lengkap peraturan tentang pertanian organik telah tertulis dan tercantum dalam
PERMENTAN No. 64 tahun 2013. Selain itu, terdapat peraturan yang mengatur tentang
tatacara dan aturan penggunaan bahan yang dilarang, diperbolehkan dan yang
diperbolehkan secara terbatas dicantumkan di dalam SNI 6729:2013.
Tebel 1. Bahan yang dibolehkan, dibatasi dan dilarang menurut SNI 7629:2013 (BSN,
2013)
Menurut Djazuli (2014), dalam proses sertifikasi, ada lima tahapan kegiatan yang perlu
dilaksanakan antara lain:
1. Pengajuan permohonan sertifikasi produk organik oleh pelaku usaha bisa melalui
pendaftaran secara on line ataupun langsung datang ke LSO sekaligus menyertakan
lingkup sertifikasi yang diinginkan oleh Pelaku Usaha.
2. Selanjutnya LSO akan memberikan formulir pendaftaran yang harus diisi dan
dikirimkan kembali oleh Pelaku Usaha ke LSO untuk dilakukan audit kecukupan
oleh LSO.
3. Apa bila hasil audit menyatakan cukup dan layak, maka LSO akan memberikan
penawaran biaya sertifikasi sekaligus memberikan jadwal dan nama petugas
inspektor yang akan melakukan inspeksi.
4. Pelaksanaan inspeksi dilakukan sesuai dengan SNI 6729:2013 yang terdapat pada
Lampiran C yang intinya ada dua kegiatan utama antara lain pelaksanaan audit
dokumen dan inspeksi lapang. Tugas utama dari Inspektor adalah memotret dan
merekam semua proses sistem organik yang dilakukan oleh Pelaku Usaha. Apabila
ada hal-hal yang kurang sesuai dengan SNI 6729:2013 maka akan dicatat dalam
lembaran ketidak sesuaian (LKS) dan diberikan ke Pelaku Usaha untuk diperbaiki.
5. Hasil inspeksi di lapang dan tindakan perbaikan oleh Pelaku Usaha akan
dipresentasikan oleh Inspektor di Sidang Komisi Sertifikasi untuk mendapatkan
keputusan lulus atau tidaknya proses sertifikasi dari Pelaku Usaha. Apabila Komisi
Sertifikasi meluluskan, maka LSO akan menerbitkan sertifikat kelulusan yang
berlaku tiga tahun dan sertifikat tersebut akan diserahkan oleh Pimpinan LSO
kepada pelaku usaha sekaligus pemberian hak penggunaan logo Organik Indonesia.
Sertifikat Organik berlaku selama tiga tahun dan minimal sekali setahun dilakukan
surveilen.
Menggalang kerja sama yang kuat antara supplier dan supermarket atau gerai
organic lainnya.
tersebut merupakan orang-orang yang secara ekonomi memiliki daya beli yang
lebih (menengah-atas).
Berdasarkan geodemographic, segmen untuk beras organik akan dipasarkan untuk
semua umur, atau dengan kata lain merupakan segmen keluarga menengah ke atas
atau bisa dikatakan segmen keluarga mapan yang memiliki daya beli tinggi dan
sadar akan kesehatan.
Targeting
Setelah ditentukan segmentasinya maka langkah kedua adalah menentukan
targeting, targeting merupakan upaya perusahaan dalam memasarkan produknya dan
membedakannya dari produk lainnya. Produsen dalam usaha beras organik relatif masih
sedikit dan pasif (umumnya konsumen mencari) bukan produsen mencari, kebutuhan pasar
modern seperti Hero, Giant, atau supermarket lain juga sangat tinggi, hal yang harus
diperhatikan adalah stabilitas kualitas produk dan stabilitas kontiunitas produk dalam
memenuhi kebutuhan pasar.
Positioning
Menurut Brooksbank (1994), dalam strategi penempatan ini harus termasuk 3
komponen target didalamnya, yaitu mempelajari seluk beluk produk, target pemasaran
produk lainnya, dan keunggulan produk lainnya.
Berdasarkan hal tersebut, pemain untuk beras organik masih relatif sedikit,
sedangkan kebutuhan pasar akan beras organik cukup tinggi, sehingga pasar masih terbuka
lebar, dan persaingan masih relatif sedikit. Kendati demikian keunggulan kompetitif tetap
diperlukan. Produk beras organik yang dipasarkan merupakan beras yang murni organik.
Selain itu juga sebagai perusahaan atau produsen berusaha lebih dekat dengan konsumen
dengan melakukan interaksi pasar misal sosialisasi produk organik di komunitas pecinta
pangan organik dan sosialisasi kesehatan dan lain sebagainya.
Taktik Pasar
Taktik pasar dalam pemasaran produk beras organik antara lain, untuk memuaskna
konsumen maka produk haruslah terus diperbaiki kualitas produknya, terutama penampilan
dan kualitas kemasan. Perlu diperhatikan juga tingkat kemurnian organik dari produk
tersebut, apakah produk tersebut sudah betul-betul organik atau masih kurang. Untuk
kepuasan konsumen juga sebaiknya perusahaan/produsen melakukan pendekatan persuasif
kepada konsumennya misal dengan membentuk komunitas pecinta organik atau
bekerjasama dengan komunitas yang ada untuk terus melakukan sosialisasi sadar akan
produk organik dan mencintai produk dalam negeri.
Selain itu untuk keberlajutan, produk juga harus dijaga. Oleh karena itu perlu
adanya pengelolaan produksi yang baik. Bahkan jika diperlukan, lakuakan kerjasama
dengan petani yang memiliki lahan untuk membudidayakan beras organik, agar pasokan
dapat terus terjaga. Untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada konsumen, selain
dijual digerai supermarket, perusahaan juga sebaiknya membuka gerai, atau caf resto
produk organik, atau juga menyiapkan penjualan on line.
Jaga Loyalitas Konsumen
Banyaknya petani yang bergabung adalah potensi besar, tetapi juga melahirkan
tantangan: belum meratanya standar kualitas produk dan sulitnya kontrol. Alhasil, kadang
ada keluhan konsumen tentang kualitas produk. produsen berusaha mengatasi dengan
menyelenggarakan pelatihan pertanian organik dan penanganan pascapanen bagi petani.
Produsen juga terus berupaya memperkuat komunitas produsen dan konsumen serta
menjembatani kebutuhan produsen dan konsumen.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kegunaan
budidaya
organik
pada
dasarnya
adalah
untuk
membatasi
kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi atau yang
seringkali disebut sebagai pertanian konvensional. Filosofi pertanian organik adalah
siklus kehidupan menurut hukum alam, kembali ke alam, selaras dengan alam,
melayani alam secara ikhlas, utuh, holistik, sehingga alam pun akan memberikan hasil
produksi pertanian yang maksimal kepada manusia. Jadi, hubungan ini bersifat timbal
balik. Terdapat perbedaan yang mencolok antara pertanian organik dan konvensional,
baik secara anatomi maupun ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Joko Prayogo, Toni Suyono, Michael Berney. 1999. Apa itu pertanian Organik? Pusat
Pengembangan Penataran Guru Pertanian (VEDCA) Cianjur. Indah Offset
Malang.
Kasumbogo Untung. 1997. Pertanian Organik Sebagai Alternatif Teknologi dalam
Pembangunan Pertanian. Diskusi Panel Tentang Pertanian Organik. DPD HKTI
Jawa Barat, Lembang 1996.
Rosenow, Soltysiak, dan Verschuur. 1996. Organic Farming, Sustainable Agriculture Put
Into Practice. Jerman: IFOAM.
Sutanto,
Rachman.
2002. Pertanian
organik:
Menuju
Pertanian
Alternatif
dan