Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT dan berkat rahmat-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus ini. Adapun dalam laporan kasus ini penulis
membahas secara rinci mengenai gingiva enlargement. Dimana meliputi defenisi ,
etiologi, klasifikasi, serta melaporkan kasus mengenai diagnosis, rencana
perawatan dan prognosisnya.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih
kepada drg. Nurhamidah selaku dosen pembimbing yang telah begitu sabar dalam
memberikan bimbingan, waktu, perhatian, saran-saran serta dukungan sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya
kepada kita semua dan semoga laporan ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.

Padang, Februari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................

ii
iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................


2.1 Definisi dan Etiologi...................................................................................
2.2 Hipertrofi dan Hiperplasia..........................................................................
2.3 Klasifikasi Pembesaran Gingiva.................................................................
2.4 Score Gingiva Enlargement.......................................................................
2.5 Gingivektomi.............................................................................................

5
5
5
6
12
12

BAB III PEMBAHASAN...............................................................................


3.1 Identifikasi Pasien......................................................................................
3.2 Pemeriksaan Subjektif...............................................................................
3.3 Pemeriksaan Objektif.................................................................................
3.4 Pemeriksaan Rontgen Foto........................................................................
3.5 Diagnosa....................................................................................................
3.6 Prognosa....................................................................................................

18
18
19
20
20
20
20

BAB IV RENCANA PERAWATAN..............................................................

22

BAB V FOTO GINGIVA ENLARGEMENT PADA PASIEN....................

27

BAB VI HASIL PEMERIKSAAN.................................................................

28

BAB VII FOTO PERAWATAN GINGIVA ENLARGEMENT..................

31

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN....................................................


6.1 Kesimpulan.................................................................................................
6.2 Saran...........................................................................................................

33
33
33

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

35

GINGIVA ENLARGEMENT

Nama Pasien

Fennisa Irza Putri

Umur

18 Tahun

Jenis Kelamin

Perempuan

Pekerjaan

Mahasiswa

Alamat

Maransi

Tanggal Pemeriksaan

22 Oktober 2014

Dosen Pembimbing

drg. Nurhamidah

BAB I.
PENDAHULUAN

Penyakit pada gigi dan rongga mulut merupakan salah satu jenis penyakit
yang banyak diderita oleh sebagian besar masyarakat di dunia, Salah satu
contohnya adalah penyakit periodontal. Penyakit periodontal merupakan salah
satu penyakit kronis yang paling umum terjadi pada individu dewasa. Penyakit ini
menempati urutan kedua setelah karies gigi sebagai penyebab kehilangan gigi
pada orang dewasa di negara-negara berkembang (Haytac, 2003).
Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi
dan berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal yang paling
sering terjadi adalah penyakit gingiva, karena gingiva merupakan bagian terluar
dari jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga
mempengaruhi faktor estetik. Salah satu penyakit gingiva yang sangat menggangu
estetik dan fungsional gigi adalah terjadinya pembesaran gingiva. Kelainan ini
menyebabkan perubahan bentuk gingiva yang secara klinis terlihat lebih besar
dari normal (Lindhe et al, 2008).
Pembesaran gingiva didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana ukuran
gingiva bertambah dari normal yang dapat menimbulkan masalah estetis dan
kebersihan gigi geligi. Bertambah besarnya gingiva merupakan gambaran klinis
adanya kelainan gingiva yang disebabkan oleh hiperplasia dan hipertrofi gingiva.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi


dan berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal yang paling
sering terjadi adalah penyakit gingiva, karena gingiva merupakan bagian terluar
dari jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga
mempengaruhi faktor estetik. Salah satu penyakit gingiva yang sangat menggangu
estetik dan fungsional gigi adalah terjadinya pembesaran gingiva. Kelainan ini
menyebabkan perubahan bentuk gingiva yang secara klinis terlihat lebih besar
dari normal (Lindhe et al, 2008).
2.1 Defenisi dan Etiologi
Pembesaran gingiva didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana ukuran
gingiva bertambah dari normal yang dapat menimbulkan masalah estetis dan
kebersihan gigi geligi. Bertambah besarnya gingiva merupakan gambaran klinis
adanya kelainan gingiva yang disebabkan oleh hiperplasia dan hipertrofi gingiva.
Secara histologis pembesaran gingiva dapat dibedakan menjadi dua bagian besar
yaitu (Omid, 2011) :
2.2 Hipertrofi dan Hiperplasia Gingiva
Pada hipertrofi gingiva pembesaran gingiva disebabkan oleh bertambah
besarnya ukuran sel-sel yang terjadi karena bertambahnya fungsi kerja tubuh
(Demirer, 2007).

Pada hiperplasia gingiva terjadi pertambahan ukuran gingiva oleh karena


adanya peningkatan jumlah sel penyusunnya. Secara klinis hiperplasia gingiva
tampak sebagai suatu pembesaran gingiva yang biasanya dimulai dari papila
interdental menyebar ke daerah sekitarnya. Kelainan ini tidak menimbulkan rasa
sakit, dapat mengganggu oklusi dan estetik serta dapat mempersulit pasien dalam
melakukan kontrol plak (Greenberrg, 2003).
2.3 Klasifikasi Pembesaran Gingiva
2.3.1

Pembesaran Gingiva Inflamatory (Inflamatory Enlargement)

A. Kronis
Gambaran Klinis:
Pada tahap awal, penggembungan kecil pada papila interdental dan atau
margin gingiva tumbuh besar, sampai menutup permukaan mahkota gigi.
Perkembangan enlargement biasanya pelan dan tanpa rasa sakit kecuali ada
komplikasi infeksi akut atau trauma Warnanya merah atau merah kebiruan.
Enlargement gingiva inflamasi kronis biasanya lunak, permukaan halus, dan
mudah berdarah (Soemitro, 2005).
Etiologi :
Dental plaque & OH jelek (irritation by anatomic abnormalities and
improper restorative and orthodontic appl)
Perubahan gingiva associated with mouth breathing, Warna merah dan
edematus, biasanya pada maxillary anterior (Soemitro, 2005).

B. Akut
a. Gingival abses
Terlokaisir, rasa sakit, lesi berkembang cepat, terjadi mendadak (sudden
onset). Biasanya terbatas pada margin gingiva dan papila interdental. Gigi yang
berdekatan sering menjadi sensitif pada perkusi. Warna merah bengkak halus dan
mengkilat. Dalam 24 - 48 jam lesi me njadi berubah-ubah dan pointed. Lesi
biasanya menghilang mendadak (Soheylifar, 2009).
Etiologi :
Bakteri yang masuk ke dalam jaringan misal melalui bulu sikat gigi, apel,
kulit lobster dll.
b. Periodontal abses
Biasanya akibat dari perluasan enlargement gingiva, tetapi juga melibatkan
jaringan periodontal.
Etiologi periodontal abses (Soheylifar, 2009):
1. Perluasan infeksi poket periodontal kejaruigan periodontal dan lokasi proses
inflamasi supuratif sepanjang aspek lateral akar gigi.
2. Perluasan inflamasi ke lateral dan permukaan dalam poket kejaringan ikat
dinding poket. Abses ini terjadi jika drainase poket mengecil.
3. Pada kompleks poket, abses terjadi pada bagian dalam yang tertutup
permukaan.
4. Kalkulus yang tertinggal dalam poket saat scaling
5. Bukan karena penyakit periodontyal tetapi karena trauma pada gigi atau
perforasi dinding lateral karena terapi endodontik

Klasifikasi periodontal abses berdasar lokasi (Soheylifar, 2009):


1. Abses pada jaringan pendukung periodontal : Sepanjang aspek lateral akar
dan merupakan suatu sinus pada tulang alveolar.
2. Abses pada dinding jaringan lunak poket yang dalam
2.3.2

Pembesaran Gingiva di Induksi Obat-Obatan

Phenytoin :
Pembesaran gingiva yang disebabkan Phenytoin (dilantin), suatu obat anti
convulsant untuk terapi epilepsi. Lebih sering terjadi pada pasien muda. Tidak ada
korelasi

keparahan

enlargement

deugan

banyaknya

dosis

yang

diminum,konsentrasi phenytoin pada serum atau saliva atau lama pengobatan.


Tetapi beberapa laporan menyebutkan adanya korelasi antara dosis obat dengan
derajat hiperplasi (Demirer, 2007)
Gambaran klinis :
a. Enlargement mulai tumbuh tidak terasa sakit lokasi pada interdental gingiva
facial dan lingual gingival margin.
b. Enlargement inflammation : menutup sebagian mahkota gigi berkembang
sampai menutup oklusal gigi.
c. Uncomplicated inflammation : mulberry shaped, firm, pale pink, no
tendency to bleed
d. Biasanya general tapi lebih sering pada anterior maxila dan mandibula
e. Terjadi pada area bergigi bukan pada edentulous
f. Dapat terjadi pada gigi dengan sedikit atau tanpa plak, tapi dengan adanya
enlargement terjadi kesulitan kontrol plak sehingga terjadi inflamasi

sekunder, dan dengan adanya komplikasi inflamasi tersebut memperparah


enlargement tersebut sehingga ukuran dan warna menjadi merah kebiruan.
Cyclosporin :
Adalah suatu agen imunosupresive untk menghindari terjadinya penolakan
(reject) terhadap transplantasi organ. Mekanisme obat ini tidak diketahui, hanya
berpengaruh pada respon seluler dan humoral imun respon. Cyclosporin diberikan
intravenous atau per oral, dan dosis > 500 mg/br dilaporkan membuat
pertumbuhan enlargement gingiva (Demirer, 2007).
Secara klinis pengaruh cyclosporin terhadap enlargement gingiva hampir
sama dengan phenytoin. Pertumbuhan banyak dimulai dan interdental dibanding
fasial atau lingual.
Nifedipine :
Adalah obat calsium channel blocker yang berpengaruh secara langsung
pada dilatasi arteni dan arterioles coroner, menambah supply oksigen pada heart
muscle, juga menurunkan hipertensi dengan dilatasi pembuluh darah perifer.
Dilaporkan tejadi enlargement gingiva pada 20% kasus (Demirer, 2007).
2.3.3

Pembesaran Berkaitan Dengan Penyakit/ Kondisi Sistemik

A. Pembesaran kondisional
Combined enlargement terjadi jika hiperplasi gingiva terkomplikasi
dengan inflamasi sekunder. Kondisi hiperplasi memungkinkan akumulasi plak dan
materia alba. Kemudian inflamasi sekunder akan menambah ukuran hiperplasi
gingiva sehingga menghasilkan combined gingival enlargement. Penghilangan
iritasi lokal akan mereduksi lesi inflamasi, untuk yang non inflamasi hiperplasia
dengan koreksi faktor penyebab (Panahi, 2011).

a.

Kehamilan
Enlargement terjadi pada marginal gingiva dan biasanya general. Bisa

terjadi single atau multiple tumor like masses. Gingiva berwarna merah, lunak,
halus dan mengkilat. Sering terjadi perdarahan spontan atau perdarahan kalau ada
trauma (Daliemunthe, 2006).
Enlargement gingiva ini tidak akan terjadi tanpa adanya iritasi lokal. Biasa
terjadi setelah 3 bulan kehamilan atau sebelumnya. Reduksi enlargement terjadi
setelah selesai kehamilan tapi eliminasi sempuma terjadi setelah removal semua
bentuk iritasi lokal (Daliemunthe, 2006).
b. Puberitas
Enlargement terjadi selama masa pubertas baik perempuan maupun laki laki dan terjadi pada area iritasi lokal. Ukuran enlargement tergantung pada faktor
lokal. Pada margin inter dental terlihat bulbous. Sering hanya terjadi pada
permukaan fasial jarang pada lingual. Setelah melewati masa pubertas,
enlargement perlahan berkurang, dan hilang sama sekali bila iritasi lokal
dihilangkan (Daliemunthe, 2006).
c. Defesiensi Vit C
Defisiensi vit c akut tidak menyebabkan inflamasi dengn sendirinya, tetapi
menyebabkan hemorhagi, degenerasi kolagen dan edema jaringan ikat gingiva.
Hal itu merubah respon gingiva terhadap plak Efek kombinasi defisiensi vit c akut
dan inflamasi menghasilkan massa enlargement gingiva (Daliemunthe, 2006).
Gambaran Klinis :
Terlihat gingiva merah kebinian, lunak, halus, mengkilat, terjadi
perdarahan spontan atau perdarahan kalau ada sedikit trauma.

10

d. Gingivitis Sel Plasma


Ada hubungan antara gingivitis dan plasma sel gingivostomatitis. Sering
terdiri dan enlargement gingiva marginal ringan yang meluas ke attach gingiva.
Lesi terlokalisir mirip seperti granuloma plasma sel (Daliemunthe, 2008).
Gambaran klinis
Gingiva tampak merah. mudah berdarah. Biasanya tidak menyebabkan
attachment loss.
e. Berkaitan Dengan Kondisi Non Spesifik
Granuloma ptogenikum seperti enlargement gingiva yang terjadi karena
karena trauma Tidak ada pengaruh faktor sistemik.
B. Penyakit Sistemik Menyebabkan Pembesaran Gingiva
a. Leukemia
b. Penyakit Granuloma (Wegeners Granulomatosis)
2.3.4

Pembesaran Neoplastic

A. Tumor Benigna
B. Tumors Maligna
2.3.5

Pembesaran Semu

General : meliputi gingiva seluruh mulut.


Marginal : terbatas pasa sisi margin gingiva.
Papilary : terjadi pada papila interdental.
Diffuse : meliputi, margin, attach dan papila gingiva.
Discrete : seperti tumor bisa bertangkai atau tidak bertangkai.

11

2.4

Score gingival enlargement


0 : Tidak ada gingival enlargement
1 : Enlargement terjadi pada interdental papila
2 : Enlargement meliputi papila and marginal gingiva
3 : Enlargement menutup mahkota atau lebih

2.5

Gingivektomi
Gingivektomi adalah pengambilan jaringan gingival yang tidak sehat yang

membentuk dinding dari poket dengan disertai skeling dan rootplanning.


2.5.1

Indikasi

a. Adanya poket supraboni dengan kedalaman lebih dari 4 mm, yang tetap
ada walaupun sudah dilakukan skaling dan pembersihan mulut yang
cermat berkali-kali, dan keadaan dimana prosedur gingivektomi akan
menghasilkan daerah perlekatan gingiva yang adekuat.
b. Adanya pembengkakan gingiva yang menetap di

mana

poket

sesungguhnya dangkal namun terlihat pembesaran dan deformitas


gingiva yang cukup besar. Bila jaringan gingiva merupakan jaringan
fibrosa, gingivektomi merupakan cara perawatan yang paling cocok dan
dapat memberikan hasil yang memuaskan.
c. Adanya kerusakan furkasi (tanpa disertai cacat tulang) di mana terdapat
daerah perlekatan gingiva yang cukup lebar.
d. Abses gingiva yaitu abses yang terdapat di dalam jaringan lunak.
e. Flap perikoronal.

2.5.2

Kontraindikasi

12

a. Adanya kelainan (poket) dimana diperlukan pembentukan/perbaikan


kontur dari tulang untuk memperbaiki morfologi.
b. Dasar poket terletak di daerah mukogingival junction.
c. Pada keadaan yang mementingkan estetik, seperti pada bagian anterior
maksila.
2.5.3

Prosedur

a. Anestesi
Anestesi dapat dilakukan dengan blok/infiltrasi. Dapat juga
dilakukan dengan anestesi di tiap interdental papil dan margin gingival.
b. Menandai poket
Untuk dapat menghilangkan seluruh dinding poket, batas apikal
dari poket harus diidentifikasi terlebih dahulu dan diberi tanda dengan
menggunakan tang penanda poket atau sebuah probe periodontal.
Beberapa tanda yang dibuat pada gingiva fasial dan lingual dapat
digunakan sebagai acuan dalam membuat insisi gingivektomi
c. Insisi gingivektomi
Insisi dapat dibuat dengan bantuan beberapa buah pisau seperti
misalnya; Swann-Morton No. 12 atau 15 pada pegangan skapel
konvensional; pisau Blake yang menggunakan blade disposable; pisau
gingivektomi khusus seperti Kirkand, Orban atau pisau Goldman-Fox
yang harus diasah setiap akan digunakan. Pemilihan jenis pisau yang akan
digunakan adalah tergantung pada operator masing-masing, namun bila
memungkinkan

selalu

menggunakan

blade

yang

disposable.

Insisi harus dibuat di sebelah apical dari tanda yang sudah dibuat yaitu di
apical dasar poket dan bersudut 450 sehingga blade dapat menembus

13

seluruh gingiva menuju ke dasar poket. Insisi yang kontinu (tidak berupa
insisi sabit yang terputus) dibuat mengikuti dasar poket. Insisi yang akurat
akan dapat menghilangkan dinding poket dan membentuk kontur jaringan
yang ramping; bila insisi terlalu datar akan terbentuk kontur pasca operasi
yang kurang memuaskan. Kesalahan yang paling sering dibuat pada
operasi ini adalah insisi pada posisi koronal sehingga dinding dasar poket
tetap tertinggal dan penyakit cenderung timbul kembali. Setelah
pembuatan insisi bevel, dapat dibuat insisi horizontal di antara setiap
daerah interdental dengan menggunakan blade yang mempunyai pegangan
skapel konvensional, untuk memisahkan sisa jaringan periodontal
d. Pemotongan Jaringan
Bila insisi sudah dapat memisahkan seluruh dinding poket dari
jaringan di bawahnya, dinding poket akan dapat dengan mudah
dihilangkan dengan kuret atau skaler yang besar. Sisa jaringan fibrosa dan
jaringan granulasi dapat dibersihkan seluruhnya dengan kuret yang tajam
untuk membuka permukaan akar. Di sini dibutuhkan penyedotan yang
efisien namun bila jaringan granulasi sudah dibersihkan seluruhnya
perdarahan umumnya akan sangat berkurang
e. Skaling dan root planning
Permukaan akar harus diperiksa untuk melihat adanya sisa deposit
kalkulus dan bila perlu permukaan akar harus diskaling dan dilakukan root
planning. Bila perlu, gingiva dapat dirampingkan dan dibentuk ulang
kembali dengan menggunakan skapel, gunting kecil atau diatermi. Kasa
steril dapat ditempatkan di atas luka untuk mengontrol perdarahan

14

sehingga dapat dipasang dressing periodontal pada daerah luka yang


relative sudah cukup kering. Dressing periodontal harus dipasang dengan
hati-hati sehingga dapat menutupi daerah luka dan mengisi seluruh ruang
interdental. Dressing harus dimuscle trimming dengan cara menggerakkan
bibir, pipi dan lidah dan semua kelebihan dressing pada permukaan oklusal
harus dibersihkan.
f. Perawatan pascaoperasi
Pasien perlu diberi informasi yang lengkap tentang cara-cara
perawatan pascaoperasi. Nasehat berikut ini harus diberikan secara tertulis.
a. Hindari makan atau minum selama 1 jam.
b. Jangan minum-minuman panas atau alkohol selama 24 jam. Jangan
berkumur-kumur satu hari setelah operasi.
c. Jangan makan makanan yang keras, kasar atau lengket dan
kunyahlah makanan dengan sisi yang tidak dioperasi.
d. Minumlah analgesik bila anda merasa sakit setelah efek anestesi
hilang. Aspirin merupakan kontraindikasi selama 24 jam.
e. Gunakan larutan kumur salin hangat setelah satu hari. Gunakan
larutan kumur klorheksidin di pagi hari dan malam hari bila anda
tidak dapat melakukan pengontrolan plak secara mekanis. Larutan
ini dapat langsung digunakan pada hari pertama setelah operasi
asalkan tidak dikumurkan terlalu kuat di dalam mulut. Teh, kopi
dan rokok harus dihindari bila anda menggunakan larutan kumur
klorheksidin untuk mengurangi stain.
f. Bila terjadi perdarahan, tekanlah dressing selama 15 menit dengan
menggunakan sapu tangan bersih yang sudah dipanaskan; jangan
berkumur; hubungi dokter anda bila perdarahan tidak juga
berhenti.

15

g. Sikat bagian mulut yang tidak dioperasi saja.


h. Bila tahap pascaoperasi tidak menimbulkan gangguan namun sakit
dan bengkak timbul 2-3 hari kemudian, segeralah hubungi dokter
anda.
Antibiotik pascaoperasi sebaiknya hanya digunakan untuk kasus
tertentu saja misalnya untuk penderita diabetes dan penderita cacat.
Dressing biasanya dibuka setelah satu minggu. Setelah semua kotoran
sudah dibersihkan dan luka diirigasi dengan air hangat. Bila luka masih
belum terepitelisasi dengan baik dan masih rentan, pasanglah dressing
yang baru selama 1 minggu kemudian. Setelah dressing dibuka, dapat
diberikan instruksi perawatan selanjutnya. Larutan kumur klorheksidin
dapat tetap digunakan setiap pagi dan malam hari selama satu minggu,
pemakaian yang berkepanjangan dapat menimbulkan stain yang sulit
dibersihkan. Pasien harus diberi dorongan untuk segera menyikat giginya
dengan sikat lembut dan air hangat. Setelah 2 minggu, luka dapat diperiksa
dan gigi dibersihkan. Kebersihan mulut penderita harus diperiksa ulang
sampai semuanya memuaskan dan pemulihan sempurna, baru kemudian
dijadwalkan pengontrolan ulang dengen interval 3-6 bulan kemudian
(Panahi, 2011).

16

BAB 3
LAPORAN KASUS

Fennisa Irza Putri (18th) datang ke RSGM Baiturrahmah dengan keluhan


adanya pembengkakan pada gusi bawah depan yang mengganggu penampilan dan
tidak sakit, dari hasil pemeriksaan klinis ditemukan adanya pembengkakan pada
regio 42 dengan keadaan jaringan periodontal normal, warna normal, dan tekstur
permukaan stipling (+)

17

A. Identifikasi pasien
o Nama
: Fennisa Irza Putri
o Umur
: 18 th
o Jenis kelamin
: Perempuan
o Pekerjaan
: Mahasiswa
o Alamat
: Maransi
o Tanggal Pemeriksaa : 22 Oktober 2014
B. Pemeriksaan subyektif
Keluhan utama
o Pasien datang ke RSGMP Universitas Baiturrahamah ingin
memperbaiki gusi bagian depan bawah yang membesar
Keluhan tambahan
o Pasien tidak percaya diri dengan keadaan gusi depan bawah
yang membesar
Riwayat Medis Gigi dan Mulut : pasien pernah menambal gigi
bawah belakang dan sudah pernah melakukan pembersihan karang
gigi
Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga pasien tidak mempunyai
riwayat penyakit sistemik
C. Pemeriksaan obyektif
Ekstra Oral
Kepala
Leher
Wajah
TMJ
Gaya Berjalan
Intra Oral
o Mukosa Lidah
o Mukosa Palatum
o Mukosa Pipi
o Mukosa Bibir
o Dasar Mulut
o Gigi

: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal

CR
17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27
47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37
CR
CR
o Kondisi jaringan periodontal gigi 42
Jaringan periodontal : Normal

18

Warna
: Normal
Tekstur permukaan : Stipling (+)
o Pemeriksaan kebersihan mulut
Debris

Calculus

V/O

Kana
n

Ant
.

Kiri Total

V/O

Kana
n

Ant
.

Kiri Total

Atas

1/0

1/0

0/1

2/1

Atas

0/1

0/0

1/0

1/1

Bawa
h

0/0

0/1

0/0

0/1

Bawa
h

0/1

0/1

1/0

1/1

Total

1/0

1/1

0/1

2/2

Total

0/1

0/1

2/0

2/2

DI = Jumlah permukaan gigi dengan debris = 4 X = 0.33


Jumlah Seluruh Permukaan Gigi
12
CI =
= 4 X = 0.33
12
OHI= DI + CI = 0,33 + 0.33 = 0.66
D. Pemeriksaan Rontgen Foto : (-)
E. Pemeriksaan Oklusi
Statis
: Normal
Berfungsi
: Normal
Protesa
: (-)
Diagnosis
: Gigi 42-43 Gingiva Enlargment karena
induksi plak
Prognosis
: Baik
1. Pasien masih muda dan tidak mempunyai penyakit sistemik
2. OH pasien didapatkan sebesar 0.66 yang berarti baik
Skor OHI
0-1,2 = Baik
1,3-3,0 = Sedang
3,1-6,0 = Buruk
3. Pasien kooperatif :
1. Pasien berkeinginan kuat untuk memperbaiki gusinya yang
bengkak
2. Orang tua pasien mendukung untuk dilakukan pembuangan
gusi yang membesar agar gusi anaknya bisa lebih bagus
3. Ekonomi pasien baik.

19

BAB 4
RENCANA PERAWATAN

Kunjungan I (Fase inisial):


1. Melakukan pengukuran Oral Hygiene Index (Debris Index dan Calculus
Index
DI = Jumlah permukaan gigi dengan debris
Jumlah Seluruh Permukaan Gigi
CI = Jumlah permukaan gigi dengan calculus
Jumlah Seluruh Permukaan Gigi
OHI = DI + CI

20

2. Melakukan pengukuran gingiva index pada bagian distal, palatal, mesial dan
bucal pada rahang atas dan rahang bawah
GI =

Skor Gingiva
Jumlah Indeks x Jumlah Permukaan

3. Melakukan pengukuran Plaque Control Record


PCR = Jumlah Permukaan yang terkena (RA & RB)
Jumlah Gigi x 4
4. Melakukan pengukuran kedalaman saku (KS) pada bagian mesial tengah
bucal bagian vestibular oral rahang atas dan rahang bawah
5. Penskeleran kalkulus/karang gigi supragingival dan subgingival pada rahang
atas dan rahang bawah
6. Memberitahu ke pasien untuk datang 1 minggu lagi untuk dilakukan
tindakan

Kunjungan II (Fase Kuratif) :


1. Melakukan pengukuran Plaque Control Record kembali
PCR = Jumlah Permukaan yang terkena (RA & RB)
Jumlah Gigi x 4
2. Melakukan pengukuran kedalaman saku (KS) pada bagian mesial tengah
bucal bagian vestibular oral rahang atas dan rahang bawah
3. Melakukan tindakan Gingivektomi
Prosedur :
1. Dudukkan pasien di dental unit
2. Pemasangan celemek pada pasien
3. Operator cuci tangan terlebih dulu
4. Pemasangan masker + handscoon pada operator
5. Isolasi daerah kerja

21

6. Anastesi interdental pada bagian mesial, distal gingiva yang akan


dibedah
7. Bleeding point, dengan menggunakan pocket marker atau prob +
sonde dengan cara memasukkan bagian lurus kedalam saku sampai
dengan dasar saku, kemudian jepit sehingga terdapat titik-titik
pendarahan pada bagian vestibular
8. Reseksi gingiva dengan menggunakan blade no 15, insisi dibuat
1mm ke arah apikal dan bleeding point dengan membentuk sudut
450 ke permukaan gigi. Dengan pisau kirkland pada bagian
vestibular, kemudian pada bagian interdental dengan pisau orban
9. Lakukan kuretase, dengan mata pisau mengarah ke gingiva, untuk
menyingkirkan jaringan granulasi
10. Irigasi dengan Nacl 0.9% + kompres dengan kassa hingga
pendarahan berhenti
11. Keringkan daerah yang dibedah, pemasangan periodontal pack
12. Intruksi pasca bedah
Pasien perlu diberi informasi yang lengkap tentang cara-cara
perawatan pascaoperasi. Nasehat berikut ini harus diberikan secara tertulis.
a. Hindari makan atau minum selama 1 jam.
b. Jangan minum-minuman panas atau alkohol selama 24 jam.
Jangan berkumur-kumur satu hari setelah operasi.
c. Jangan makan makanan yang keras, kasar atau lengket dan
kunyahlah makanan dengan sisi yang tidak dioperasi.
d. Minumlah analgesik bila anda merasa sakit setelah efek
anestesi hilang. Aspirin merupakan kontraindikasi selama 24
jam.
e. Gunakan larutan kumur salin hangat setelah satu hari. Gunakan
larutan kumur klorheksidin di pagi hari dan malam hari bila
anda tidak dapat melakukan pengontrolan plak secara mekanis.

22

Larutan ini dapat langsung digunakan pada hari pertama


setelah operasi asalkan tidak dikumurkan terlalu kuat di dalam
mulut. Teh, kopi dan rokok harus dihindari bila anda
menggunakan larutan kumur klorheksidin untuk mengurangi
stain.
f. Bila terjadi perdarahan, tekanlah dressing selama 15 menit
dengan menggunakan sapu tangan bersih yang sudah
dipanaskan; jangan berkumur; hubungi dokter anda bila
perdarahan tidak juga berhenti.
g. Sikat bagian mulut yang tidak dioperasi saja.
h. Bila tahap pascaoperasi tidak menimbulkan gangguan namun
sakit dan bengkak timbul 2-3 hari kemudian, segeralah
hubungi dokter anda.
13. Pemberian obat
Asam Mefenamat tab 500 mg No X
Sprn tab 1 pc
Becom C tab 50 mg NO X
S2dd tab 1 pc
Pasien di intruksikan untuk minum Asam mefenamat bila
sakit dan Becom C 2x sehari pagi dan malam. Kontrol setelah 1
minggu kemudian.
Fase ke III (Fase Restoratif):
Dimana pada fase ini dalam rentang waktu 1 minggu setelah dilakukan
tindakan pembuangan gingiva enlargement yaitu fase penyembuhan diri
Kunjungan IV (Fase maintanance):
1. Melakukan pengukuran Plaque Control Record
PCR = Jumlah Permukaan yang terkena (RA & RB)
Jumlah Gigi x 4
23

2. Melakukan pengukuran kedalaman saku (KS) pada bagian mesial tengah


bucal bagian vestibular oral rahang atas dan rahang bawah

BAB 5
FOTO GINGIVA ENLARGEMENT PADA PASIEN

24

BAB 6
HASIL PEMERIKSAAN

Gingiva Index
Rahang Atas
Kanan
D

Kiri
B

0
0

0
0

0
0

0
1

0
1

1
0
1
0
0
0

0
1
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0

1
1
1
0
0
0
4

Elemen
1
2

3
4
5
6
7
8

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
1
0
0
0
0

0
1
0
0
0
0

1
0
0
0
0
0

0
0
0
1
0
0

1
2
0
1
0
0
4

Rahang Bawah
Kanan
D

Kiri
B

Elemen

25

Gingiva Index : 8+12 = 20 = 0,17 (Peradangan ringan)


28x4

112

PLAQUE CONTROL RECORD

Kunjungan

: Pertama

Tanggal Pemeriksaan

: 13 Januari 2015

Persentase

: 11,6 %

Kunjungan

: Kedua

Tanggal Pemeriksaan

: 21 Januari 2015

Persentase

: 10 %

Kunjungan

: Ketiga

Tanggal Pemeriksaan

: 27 Januari 2015

Persentase

:5%

26

BAB 7
FOTO PERAWATAN GINGIVA ENLARGEMENT

SEBELUM PERAWATAN

SESUDAH PERAWATAN

27

FOTO PENGERJAAN GINGIVA ENLARGEMENT


\
INSISI EKSTERNAL BEVEL

ANASTESI BLEEDING POINT

28

PEMBERSIHAN DAERAH KERJA


DAN IRIGASI

KURETASE

BAB 8
KESIMPULAN & SARAN
8.1

Kesimpulan
Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi

dan berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal yang paling
sering terjadi adalah penyakit gingiva, karena gingiva merupakan bagian terluar
dari jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga
mempenhi faktor estetik. Salah satu penyakit gingiva yang sangat menggangu
estetik dan fungsional gigi adalah terjadinya pembesaran gingiva. Kelainan ini
menyebabkan perubahan bentuk gingiva yang secara klinis terlihat lebih besar
dari normal (Lindhe et al, 2008).
Pembesaran gingiva didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana ukuran
gingiva bertambah dari normal yang dapat menimbulkan masalah estetis dan

29

kebersihan gigi geligi. Bertambah besarnya gingiva merupakan gambaran klinis


adanya kelainan gingiva yang disebabkan oleh hiperplasia dan hipertrofi gingiva.
Pada kasus pasien Fennisa di diagnosa region 42 terdapat gingiva
enlargement karena induksi plak. Dengan prognosis baik. Pada pasien dilakukan 4
fase tindakan yaitu : fase inisial, fase kuratif, fase restoratif dan fase maintenece.
8.2

Saran
1. Diharapkan adanya laporan-laporan kasus yang lebih detail menjelaskan
mengenai gingiva enlargement
2. Perlunya kesadaran masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatan gigi
dan mulutn
3. Terhadap pasien perlunya menjaga kebersihan mulut agar tidak terjadinya
kembali pembesaran gingiva.
DAFTAR PUSTAKA

Daliemunthe, S.H. 2006. Terapi Periodontal. Departemen Periodonsia Fakultas


Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Medan. Hlm: 34-39.
Daliemunthe, S.H. 2008. Periodonsia. Departemen Periodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Ed : Revisi. Medan.
Hlm: 101-102.
Demirer S, et al. Gingival hyperplasia as an early diagnostic oral manifestation in
acute monocytic leukemia: a case report. European Journal of Dentistry
2007; 1: 111-4.
Greenberrg MS, Glick M. Burkets oral medicine diagnosis & treatment. 10th ed.
Hamilton: BC Decker Inc, 2003: 179-180, 443-7.
Haytac MC, et al. Severe alveolar bone loss and gingival hyperplasia as initial
manifestation of burkitt cell type acute lymphoblastic leukemia. Journal
periodontol 2003; 74(4): 547-551.
Lindhe J, et al. Clinical periodontology and implant dentistry. 5th ed. Oxford:
Blackwell Munksgaard, 2008: 395.
Omid P. Relevance between gingival hyperplasia and leukemia. International
Journal of Academic Research 2011; 3(1): 493-4

30

Panahi O, et al. Gingival enlargement and relevances with leukemia. International


Journal of Academic Research 2011; 3(2): 398-400
Soemitro. Pembesaran gingiva karena obat-obatan dan penatalaksanaannya.
JITEKGI 2005, 2(2): 13-7.
Soheylifar S, et al. A case of gingival enlargement in acute myeloid leukemia.
Journal of Periodontology & Implant Dentistry 2009, 1(1): 48-50.
Soheylifar S, et al. A case of gingival enlargement in acute myeloid leukemia.
Journal of Periodontology & Implant Dentistry 2009, 1(1): 48-50.

31

Anda mungkin juga menyukai