Bab3 Perpindahan Panas
Bab3 Perpindahan Panas
PERTUKARAN PANAS
43. PENGERTIAN PERPINDAHAN
PANAS
Panas telah diketahui dapat berpindah dari tempat dengan temperatur lebih tinggi ke
tempat dengan tempeatur lebih rendah. Hokum percampuran panas juga terjadi karena
panas itu berpindah, sedangkan pada kalorimeter, perindahan panas dapat terjadi dalam
bentuk pertukaran panas dengan luar sistem.
Jadi pemberian atau pengurangan panas tidak saja mengubah temperatur atau fasa
zat suatu benda secara lokal, melainkan panas itu merambat ke atau dari bagian lain
benda atau tempat lain. Peristiwa ini disebut perindahan panas.
Menurut penyelidikan, perpindahan tenaga panas dapat dibagi dalam beberapa golongan cara perpindahan. Panas itu dapat merambat dari suatu bagian ke bagian lain melalui
zat atau benda yang diam. Panas juga dapat dibawa oleh partikel-partikel zat yang mengalir.
Pada radiasi panas, tenaga panas berpindah melalui pancaran yang merupakan juga satu
cara perindahan panas. Umumnya perindahan panas berlangsung sekaligus dengan ketiga
cara ini.
Perindahan panas melalui cara pertama disebut perpindahan panas melalui kondoksi.
Cara kedua, perindahan panas melalui konveksi dan cara ketiga melalui radiasi.
61
Di sini kita mepyelidiki peristiwa berlangsungnya perindahan panas itu. Kalau kita
menganggap perindahan panas berlangsung secara mengalir analogi dengan aliran listrik
atau aliran fluida, maka aliran panas ini kita namakan arus panas.
Kita definisikan arus panas ini sebagai jumlah tenaga panas per satuan waktu atau
daya panas melalui penampang tegak lurus kepada arah arus. Oleh sebab itu arus panas
rata-rata adalah
L1Q
H=-
L1't
dengan L1't sebagai waktu perpindahan panas yang dipandang.
Karena arus panas dapat berubah-ubah menurut waktu, maka arus panas pada setiap
saat adalah
L1Q
-=-
H=lim
L1't->O
L1't
dQ
d 't
(82)
Perindahan panas dapat kita ketahui melalui perubahan temperatur. Oleh karenanya
perlu ditentukan hubungan antara arus panas dan perubahan atau perbedaan temperatur.
. Bagi kalorimeter yang mengalami pertukaran panas dengan luar sistem, akibat perpindahan panas, Newton memberikan suatu koreksi yang dikenal sebagai hukum pendinginan atau pemanasan Newton.
L1't
=-
k(t
t.)
(83)
62
d't
=-
k(t
t.)
(84)
- t) = - k 't + C
't
sehingga diperoleh
atau
t-t
In -=-k't
to - ts
(85)
Apabila perbedaan temperatur sistem dan sekitarnya keeil maka dengan sendirinya
perubahan temperatur pada sistem adalah keeil juga karena perubahan temperatur
maksimum dari sistem adalah menyamai temperatur sekitarnya. Oleh sebab itu dalam hal
ini nampak dari (85) bahwa k 't akan keeil juga harganya. Untuk k 't 1 dapat diadakan
pendekatan dari (85) dengan menguraikan dulu ke dalam deret
t
=t
(k 't)2
o
+ (t 0 - t)s {I - k 't +
Dengan mengabaikan
menjadi
2!
(k 't)3
3!
t = to - (to - ts) k
't
ini
(86)
(87)
Bagi to > ts terjadi pendinginan yakni penurunan temperatur sistem dan bagi to < ts
terjadi pemanasan atau kenaikan temperatur. Jadi untuk perbedaan temperatur sistem dan
sekitarnya yang keeil hubungan (87) dapat dipergunakan sebagai suku koreksi. Suku
koreksi ini dapat dipergunakan misalnya untuk koreksi temperatur pada kalorimeter.
63
KONDUKSI PANAS
45. PENGERTIAN KONDUKSI PANAS
Tenaga panas dari suatu bagian benda bertemperatur lebih tinggi akan mengalir melalui
zat benda itu ke bagian lainnya yang bertemperatur lebih rendah. Sebagai arus panas,
perpindahan panas ini memenuhi definisi (82). Zat atau partikel zat dari benda yang
dilalui panas ini sendiri tidak mengalir sehingga tenaga panas berpindah dari satu partikel
ke lain partikel dan meneapai bagian yang dituju. Perpindahan panas seeara ini disebut
konduksi panas; arus panasnya adalah arus panas konduksi dan zatnya itu mempunyai
sifat konduksi panas. Konduksi panas ini bergantung kepada zat yang dilaluinyan dan
juga kepada distribusi temperatur dari bagian benda sedangkan, menurut penyelidikan,
selanjutnya juga bergantung sedikit banyak kepada temperatur itu sendiri. Berlangsungnya
konduksi panas melalui zat dapat diketahui oleh perubahan temperatur yang terjadi.
Ditinjau dari sudut teori molukuler, yakni benda atau zat terdiri dari molekul,
pemberian panas pada zat menyebabkan molekul itu bergetar. Getaran ini makin bertambah jika panas ditambah, sehingga tenaga panas berubah menjadi tenaga getaran. Molekul
yang bergetar ini tetap pada tempatnya tetapi getaran yang lebih hebat ini akan menyebabkan getaran yang lebih keeil dari molekul di sampingnya, bertambah getarannya, dan
demikian seterusnya sehingga akhirnya getaran molekul pada bagian lain benda akan
lebih hebat. Sebagai akibatnya, temperatur pada bagian lain benda itu akan naik dan kita
lihat bahwa panas berpindah ke tempat lain.
Jadi pada konduksi panas, tenaga panas dipindahkan dari satu partikel zat ke partikel
di sampingnya, berturut-turut sampai meneapai bagian lain zat yang bertemperatur lebih
rendah.
64
_H
1
Gambar 19
Konduksi panas pada keping plan-parale!.
Tebal keping adalab I dan arus panas H mengalir dari t) ke t2. Setelah mencapai
keseimbangan, maka menurut hasil eksperimen dari Biot dan Fourier, arus panas tetap
H berbanding lurns dengan luas penampang yang tegak lurns pada arab arus panas, berbanding lurns dengan beda temperatur tetap itu (t) - t2), dan berbanding terbalik dengan
panjang jalan yang ditempuh arus panas. Dengan membubuhi suatu faktor pembanding
K, kita peroleh hubungan
H=KA~
t -t
I
dt
(88)
dx
dengan x sebagai jalan yang ditempuh arus panas. Apabila perubaban temperatur bergantung kepada jalan arus panas, maka (88) dapat ditulis menjadi
H=-KA
d t
lim
-=-KAdx->o dx
dt
dx
(89)
dengan tanda negatif menyatakan babwa arab arus menuju ke arab turunnya temperatur.
dt
Faktor
disebut juga sebagai gradient temperatur.
dx
Konstanta K disebut koefisien konduktivitas panas atau konduktivitas panas. Ternyata kemudian bahwa konduktivitas panas ini juga tidak konstan tetapi bergantung
kepada temperatur. Untuk batas temperatur tertentu dapat diambil harga rata-ratanya
yakni konduktivitas panas rata. Kita pandang di sini zat dengan konduktivitas panas yang
isotropis.
65
Keping plan-para/el.
Arus panas H pada keping plan-paralel seperti pada gambar 19 dapat kita tentukan
dengan memasang sistem koordinat pada keping kiri. Arab x searab dengan arab arus
panas H, sehingga dari (89) diperoleh
f H dx
atau
=-
K A
dt
t.
KA
H=
(90)
I
suatu hasil yang sesuai dengan (88)
b.
Bola berongga
Arus panas pada bola berongga ini seperti temyata pada gambar 20 adalab radial
Gambar 20
Konduksi panas radial pada bola berongga
Berbeda dengan keping plan-paralel, luas permukaan tegak lurus pada arab arus dari
bola ini tidaklab tetap, melainkan merupakan fungsi dari jari-jari bola atau juga arab arus
panas.
Buatlab permukaan bola fIktif pada zat yang membentuk bola itu dengan jari-jari r
yang variabel yang dapat berubab dari Rl ke R2.
66
A=41tr
sehingga dari (89) diperoleh
R2
H J
atau
R,
dr
= -4
1t K
Jt2dt
~
4 1t K R, R2 (t, - t2)
H=
c.
(91)
Pipa silinder
Dalam hal ini, kita memandang arus panas yang mengalir secara radial dari poros
ke tuar atau sebaliknya. Bagi arus panas yang mengalir dari ujung ke ujung, halnya
adalah seperti pada keping plan-paralel.
v
Gambar 21
Konduksi panas radial pada silinder berongga.
Dengan jalan seperti pada bola berongga dibuat permukaan silindris flktif dalam zat
yang membentuk pipa itu dengan jari-jari r yang dapat berubah harganya dari R, ke RzLuas permukaan silinder flktif ini untuk panjang pipa I, adalah
A = 2 1t rl
Masukkan ke dalam (89) diperoleh
H
JR2-dr = -
R,
atau arus panas
H
1t
= 2 1t KI (t, - 9
KI
/ dt
2
t,
(92)
In RjR,
67
- -
d.
Pada gambar 22, terlukis keping plan-paralel gabungan yang mempunyai luas
penampang tetap sebesar A, masing-masing zat mempunyai konduktivitas panas KI dan
Kz serta tebal I) dan Iz. Temperatur tetap pada kedua permukaan ttfrujung adalah t.
dan ~.
Gambar 22
Konduksi panas pada gabungan keping plan-paralel.
Misalkan temperatur pada batas antara keping adalah tx' maka arus panas pada
keping pertama dan kedua masing-masing adalah
= - KIA
I)
dan
(t
t)
x
Pada keadaan tetap, t. dan ~ adalah tetap dan arus panas juga, oleh karenanya, harus
tetap pula. Jadi pada perbatasan tak boleh ada penimbunan panas atau kekurangan panas,
yakni hanya mungkin bila
H)
= Hz = H
tx =
K)
-t.+-~
II
KI
-+I)
68
Kz
Iz
Kz
Iz
H=
(93)
Pada umumnya bila terdapat n bilah keping plan-paralel yang digabungkan, sedangkan
tiap keping mempunyai konduktivitas panas masing-masing KI, ~, Kn serta tebal
masing-masing II' Iz, Inmaka untuk luas penampang tetap sebesar A, arus panas
pada keadaan tetap adalah
H=
A (t. -
(94)
Ik
k=1
Juga bagi bola berongga dan pipa silinder yang terdiri dari zat gabungan, dengan
jalan yang sarna, dapat diturunkan harga arus panas radialnya.
69
Gambar 23
Arus panas pada perbatasan dua medium dengan arah normal.
Luas pennukaan datar ini adalah a, tingginya h seukuran dengan A tersebut. A dan
h mempunyai ukuran infinitesimal.
Untuk arah nonnal n. dan n2, yang berlawanan itu, jumlah panas total persatuan
waktu yang keluar dari alas kotak itu adalah
Q
-t
= - (Hnl +
H)A
n2 .
Harga ini merupakan selisih dari jumlah panas yang keluar pada alas bawah dipotong dengan yang masuk pada pennukaan atas.
Bila kedua garis nonnal itu diganti dengan garis nonnal n yang berarah dari medium
1 ke medium 2, maka
dan
sehingga
Hn. = Hln
H n2 =-H 2n
~t
= (H2n- Hln)A
(95)
Jadi (95) berlaku, apabila pada perbatasan terdapat sumber arus panas atau juga
apabila terdapat lobang untuk menyerap arus panas itu.
Umumnya pada perbatasan tidak terdapat sumber arus panas ini, sepreti halnya pada
konduksi panas untuk keadaan tetap, sehingga
Q
-=0
t
atau pada perbatasan demikian berlaku
(96)
Apabila sudut masuk arus panas HI terhadap nonnal adalah <PIsedangkan sudut
keluar ke medium 2 dari arus panas H2 terhadap nonnal adalah <P2'maka dari (96)
diperoleh
70
atau
-H2
(97)
COS <PI
Jika arab arus panas tegak lurns pada permukaan perbatasan maka H)
= H2.
panas H =
(98)
Rp
Jadi hambatan panas bergantung kepada zat dan juga bentuk dari benda yang terbuat
dari zat tersebut. Karena konduktivitas panas juga bergantung kepada temperatur maka
arus panas bergantung pula kepada temperatur. Di sini kita memandang hambatan panas
untuk konduktivitas panas yang tetap atau harga rata-ratanya.
Bagi contoh pada pasal 47 dapat dilihat selanjutnya bahwa untuk keping planparalel, bola berongga, dan silinder serta keping gabungan masing-masing dari (90),
(91), (92) dan (94),
I
R
=
keping plan-paralel
p
KA
bola berongga
Rp
R2-R)
4 1t K R)R2
pipa silinder
=
p
In R/R)
2 1t Kl
Dengan suatu percobaan, hambatan panas untuk suatu benda, dapat ditentukan. Selanjutnya, dengan mengetahui besar hambatan panasnya, perhitungan arus panas dapat
dihitung secara lebih sederhana untuk berbagai beda temperatur tetap.
71
bersangkutandenans.ifat panas sedangkangolongan kedua tediri atas besaran berhubungan dengan bentuk atau ukuran benda. Gabungan besaran geometris ini dapat
dipisahkan ke dalam satu faktor yang disebut faktor be~tuk.
Untuk konduktivitas panas tetap dan pada keadaan tetap yang simetris, faktor bentuk
dinyatakan dengan B. Bagi zat tunggal, arus panas menjadi.
(99)
H =K d t . B
Dari contoh pada pasal 47, harga faktor bentuk ini adalah untuk
A
keping plan-paralel B = I
bola berongga B
=4
RR
1t
R2-R1
pip a silinder
B=21t
Faktor bentuk dapat juga ditentukan secara eksperimen. Dengan mengetahui harga
konduktivitas panas tetap atau rata-rata, maka untuk suatu beda temperatur tertentu, H
dapat diukur sehingga B dapat dihitung. Setelah B diketahui maka arus panas untuk beda
temperatur yang berlainan dapat dihitung juga. Di sini kita memandang dua faktor bentuk
dari rusuk dan pojok yang sering dijumpai.
a.
a
Gambar 24
a. Konduksi panas pada- ~uk dan faktor bentuknya.
b. Konduksi panas untuk pOjok dan faktor bentuknya.
72
Pada gambar 24a terlukis suatu rusuk yang mempunyai panjang c. Melalui rusuk ini
terjadi konduksi panas pada keadaan tetap. Menurut eksperimen, faktor bentuk rusuk ini
untuk panjang c adalah sebesar
B = 0,54 c
(100)
Pada rusuk ini, tidak terhitung pojok yang mungkin terdapat di ujung rusuk.
b.
Seperti rusuk, pojok seperti pada gambar 24b mempunyai faktor bentuk yang dapat
ditentukan secara eksperimen. Bagi tebal dinding ~ x yang membentuk pojok
tersebut,
(101)
B = 0,15 ~ x
Faktor bentuk bagi beberapa pojok dalam keadaan yang sama dapat dijumlahkan.
c.
Misalkan kubus berongga pada gambar 25 mempunyai panjang sisi luar sebesar a,
tebal dinding ~ x, dan terdiri dari zat yang mempunyai konduktivitas panas K. Kita dapat
menghitung faktor bentuknya sebagian demi sebagian.
Luas permukaan kubus tanpa rusuk dan pojok adalah (a - 2 ~ X)2, sehingga faktor
bentuk dari keenam permukaan ini adalah
~---.
-'- /
f
Gambar 25
Konduksi panas pada kubus berongga.
= 8 . 0,15 ~
Jadi faktor bentuk total dari kubus berongga ini, apabila temperatur dalam kubus dan
luas kubus tetap dan seragam, adalah
(a - 2~)2
~
Harga ini dapat ditentukan apabila a dan ~ x diketahui. Arus panas menjadi
H=KB~t
dengan ~ t sebagai beda temperatur tetap dan seragam itu.
..,
1-x
:)
Gambar 26
Keadaan transien konduksi panas sebelum mencapai keadaan tetap.
Perubahan temperatur dalam benda pada keadaan tetap akibat belum tercapainya
keseimbangan hingga m;ncapai keseimbangan itu adalah seperti pada gambar 26. Pada
permulaan konduksi panas, dengan adanya temperatur tetap t2 pada satu ujung, hanya
bagian dekat ujung tersebut memperoleh temperatur yang agak tinggi. Bagian lainnya
masih mempunyai temperatur' ~salnya t. < t2. Dengan berangsunr-angsur pada waktu
't2 > 't\, 't3 > 't2 dan seterusnya, bagian lain memperoleh temperatur yang bergantung
kepada jaraknya ke ujung. Keadaan belum seimbang atau keadaan transien ini dari gambar
26, dapat dinyatakan sebagai keadaan dengan gradien temperatur yang belum tetap.
74
Secara teoretis, keadaan tetap atau gradien temperatur tetap tercapai pada waktu tak
Jika temperatur kedua ujung batang dengan penampang tetap A terbuat dari zat yang
mempunyai konduktivitas panas tetap K, berubah-ubah menurut waktu, maka kita peroleh keadaan tidak tetap. Pada gambar 27, terlukis sebagian batang itu dan kita memperhatikan suatu bagian sepanjang dx. Jumlah panas yang masuk pada dan ke luar dari
bagian ini masing-masing adalah dQmdan dQk'
Gambar 27
Suatu bagian batang berpenamparig seragam pada keadaan tidak tetilp.
=-
dQ
at
KA -
ax
d't
(102).
Gradien temperatur pada keadaan tidak tetap akan berubah-ubah menurut waktu dan
tempat, sehingga gradien temperatur menjadi
a
-(-)dx
ax
at
ax
75
dm=pAdx
Bersama-sama dengan (104) dan (105) diperoleh
dt
K d2t
---d't
( 106)
pc dX2
dX2
Ini adalah persamaan diferensial yang dapat dipecahkan apabila syarat batasnya
diketahui.
KONDUKSIPERMUKAAN
52. KONDUKSI PERMUKAAN PADA KEADAAN TETAP.
Telah kita bicarakan konduksi panas yang berlangsung di dalam zat, tetapi pada perpindahan panas ini, jumlah panas yang hilang dari atau berkumpul pada permukaan juga
mengambil panas dari atau memberikan panas kepada sekitarnya. Panas yang diberikan
76
benda.
ke daerah sekitar permukaan dapat dipindahkan lebih lanjut seeara konveksi atau radiasi.
Tetapi di antara bentuk perindahan panas ini, serta antara panas pada pennukaan dl,Ul
panas yang telah diberikan ke sekitarnya terdapat suatu peralihan juga. Konduksi panas
pada daerah peralihan ini disebut konduksi permukaan. Bila permukaan itu dikelilingi
oleh udara, maka peralihan ini merupakan peralihan antara konduksi panas da\am benda
Pada gambar 28, permukaan benda dan udara .sekelilingnya mempunyai teinperatur
tetap masing-masing t( dan t2 dengan t1 > t2, sehingga perpindahan pan~s ini ~dangsung
KA
=~
(t - t)
()
(108)
Tebal () sukar ditentukan sedangkan harganya pun sangat kecil, sehingga kita definisikan,
K
=~
h
kd
-(109)
()
yang disebut sebagai satuan konduktansi permukaan yang dapat diukur seeara eksperimen. Karena () keeil sekali, maka harga satuan konduktansi permukaan umumnya besar
dan berubah pada batas harga yang luas bagi bermaeam-maeam gas.
Bersama-sama dengan luas permukaan A, satuan konduktansi permuk~an menjadi
Ks = hkdA
(110)
= hkd
A (t1
t2)
(111)
H = Ks (t1 - t2)
Dengan konduksi panas dalam benda, konduktansi permukaan panas ke udara me.
nimbulkan arus panas dari dalam benda terus sampai pada penyebaran panas ke dalam
udara dan sebaliknya. Oleh sebab itu, bagi keseluruhan perpindahan panas konduksi
hingga penyebaran panas di luar benda, pengertian hambatan panas dan faktor bentuk
dapat diperluas sampai meneakup konduksi permukaan ini..
77
Gambar 29
Konduksi panas serta konduksi permukaan
=2
1t R)
hi (td
t)
dan konduksi panas pada zat, menurut (92) bagi t] > t2, adalah
2 1t K I (t) - t2)
Hk
In R/R)
= 2 1t R2
I h2 (t2
t2
>
tl
berlaku
= Hk = HI = H
78
tl
H=
2 1t I (td -9
111
-+-lnRjR
h(R( K
(112)
+-
(h2R2
harga
~.
dH
-=0
dR2
R2 =
K
(113)
Jari-jari ini disebut jari-jari kritis dari pipa tersebut pada keadaan tetap. Jadi pada
tebal pipa sarna dengan nol yakni tidak ada pipa, terjadi perpindahan panas yang maksimal. Juga pada penarnbahan tebal pipa sarnpai pada suatu ukuran tertentu yakni jari-jari
kritis, terdapat lagi perpindahan panas yang maksimum atau harnbatan panas yang minimum.
KONVEKSI
54. KONVEKSI BEBAS
Konveksi panas terjadi karena partikel zat yang bertemperatur lebih tinggi berpindah
tempat secara mengalir sehingga dengan sendirinya terjadi perindahan panas melalui
perpindahan massa. Oleh sebab itu penyelidikan tentang konveksi panas perlu didahului
oleh dan berhubungan sangat erat dengan arus zat atau arus fluida.
Aliran zat atau fluida, dapat berlangsung sendiri sebagai akibat perbedaan massa
jenis karena perbedaan temperatur, dan dapat juga sebagai akibat paksaan melalui pompa
kompresor, sehingga kita mengenal aliran zat atau fluida bebas dan paksaan. Konveksi
panas pada aliran bebas disebut konveksi bebas dan pada aliran paksaan disebut konveksi
paksaan. Pada konveksi paksaan, sifat konveksi tentu bergantung kepada bentuk dan
cara paksaan itu.
Bergantung kepada kecepatan aliran dan bentuk saluran, kita mengenal aliran yang
disebut aliran laminer atau stream-line dan aliran turbulen. Aliran larniner terjadi pada
79
----
arus berkeeepatan kecil sehingga partikel zat bergerak menurut garis yang kira-kira sejajar,
berbentuk lengkungan kontinu yang mengikuti bentuk saluran. Hal ini dapat diselidiki
dengan membubuhi zat warna pada aliran itu. Pada keeepatan aliran yang besar partikel
zat bergerak seeara bergolak dan kita peroleh aliran turbulen. Batas kedua jenis aliran ini
tidak tajam dan jelas dan penentu jenis aliran dilakukan menurut rumus empiris. Konveksi panas pada kedua jenis aliran ini berbeda.
Konveksi panas pada aliran massa ini dapat juga dipandang sebagai arus panas yang
selain bergantung kepada aliran, juga pada luas penampang A, dan pada beda temperatur
~ t, yakni
H=hA~t
(114)
dengan h sebagai koefisien konveksi panas. Da1amhal ini kita hanya akan menyinggung
sedikit tentang konveksi bebas.
berhubung dengan pengaruh gravitasi, akan berpengaruh juga pada harga koefisien .
konveksi ini.
Seeara empiris diperoleh beberapa hasil koefisien konveksi pada syarat tersebut di
atas, bagi beda temperatur ~ t, sebagai berikut :
a.
b.
e.
(116)
Keping vertikal
h
d.
(115)
= 0,424 . 10-4 ( ~
kal
t)1/4
em2 C detik
(117)
= 1,00
10-4
(0)
1/4
kal
em20C detik
( 118)
Dengan mengetahui koefisien konveksi panas ini, arus panas dapat ditentukan untuk
penampang dan beda temperatur yang tertentu pada syarat tersebut di atas.
80
Pada keseirnbangan ernisi dan serapan, daya ernisi panas total (netto) yang dipancarkan benda I rnenjadi
E( = E)e - E)S
atau
(119)
Jadi daya ernisi benda ini bergantung kepada ternperatumya dan ternpeatur sekelilingnya.
Dengan jalan sarna dapat diturunkan daya serapan total (netto) yang diserap oleh
benda II, sebesar
(120)
Di sini daya serapan panas bergantung kepada ternperatur benda dan ternpratur
sekitamya.
Dari (119) dan (120) temyata bahwa benda dengan ternperatur lebih tinggi dari
sekitamya akan rnernancarkan panas netto sedangkan pada benda dengan ternperatur
lebih rendah dari sekitamya, terjadi penyerapan panas netto. Akhimya perpindahan panas
akan berhenti apabila perbedaan ternperatur tidak ada lagi. Pancaran panas netto adalali
Eke = ek cro (T\
'f4s)
81
T\)
k=n
k)
(121)
- T'a)
(121)
Ea. = ea ao
Lk;ta (T\
k=1
Pancaran panas netto yang negatif berarti penyerapan netto dan sebaliknya.
H=EA
dengan A sebagai luas penampang itu.
Pada gambar 30, terdapat dua bilah keping datar I dan II dengan luas permukaan A,
terletak sejajar masing-masing dengan temperatur TI dan T2. Dari I ke II terdapat arus
panas HI dan dari II ke I arus panas ~, sehinggaarus panas netto bila TI > T2 adalah
H
= HI
- H2
82
.H2
Gambar 30
Perpindahan panas radiasi antara dua permukaan datar yang paralel
untuk pemantulan sekali.
Arus panas HI jadinya terdiri dari bagian H2 yang dipantulkan yakni PI H2 dan emisi
.permukaan benda I sebesar
EIA = el A
0'0
T41
sehingga
HI = PI H2 + el A 0'0 T41
(123)
= P2 HI
+ e2 A 0'0 T\
(124)
Dari kedua hasil ini, (123) dan (124), HI dan H2 dapat ditentukan sebagai
HI =
dan
H
=
2
Berdas~kan hukum Kirchhoff pada keadaan yang sarna a. = e dan juga karena a. +
= 1, maka diperoleh
0' A(T4
H =
o.
-T4)
I
1
1
-0--+--1
el
e2
(125)
83.
- --
- -
Bila kedua benda ini adalah benda hitam sernpuma, rnaka dari (125) ini, diperoleh
&201
E10'2
11:111
E'212
E"2?1
8122
'"
.-
~__
I
~../
T1
e1
E21'
E'4
~
II
E?32
11
T2
e2
Gambar 31
Perpindahan panas radiasi antara dua permukaan datar yang paralel untuk
pemantulan berulang kali. Supaya jelas jalan pemantulan di lukis secara zig-zag.
= e2 EIO = e)
e2 ao T)4
84
EIO
E)02 = EIO (1 - e)
dipantulkan lagi ke I. Dari sisa ini akan diserap lagi oleh I sebagian,
ElIl = el Ell = e. EJO (1
e2)
= Ell
- E.II
= EJO (1 -
e2) (1 - e.)
= e2 E.2 = e2 EJO (1 -
Em
e2) (1
- e.)
dengan sisa
= E.2
El3
- El22
= EJO (1 -
El3
- Em
= EJO (1 -
= el
E.5
= el
EJO (1 - e)
(1 - el)2 (1 - e2)2
dan seterusnya.
Dengan jalah sarna dapat ditentukan juga daya emisi berasal dari n yang berulangkali dipantulkan. Bila
E20
= e2
(127)
cro T24
Enl
E24l
= el
= el
= e.
E20
E20 (1
E20 (1
el) (1 - e2)
- eY
(1
e2)2
...
85
b.
-.------
...
...
= EIO -
(Ell I
(E20)
+ EI3) + E15) + Em + . . . )
+ E22) + E24) + E26) + . . . )
EIO
EIO (e) (1
(1
e)2
-E20 (e) + e) (1 - e)
e2) + e) (1
(1
e2)2
- e2) (1 -
el) (1
e2) + e) (1
e2)
+ . . .}
. . .}
= EIO
(I
e)
(1
e2)
e)
(1
e2) (1
(1 - el (1 - eY - . . . }
-E20 (e) + e) (1 - e) (1 - e2) + e1 (1 - el
e)
(1
- e2) -
e)
(1
(1 - e22)+ . . . }
Misalkan selanjutnya
o = (1 - el) (1 - e2) deogan 0 < 1,
maka substitusi ke dalam (128) memberikan
E)
= EIO (I - e)
=1+
0 + 02 +
...
0-1
sehingga diperoleh
E) = EIO(I - e) (1 - e2) (1 + 0 + 02 + . . . )}
- E20e) ( 1 + 0 + 02 . . , )
86
...
- e2)
(128)
atau
E}
= EIO{I
e} (1 - e)
n-l
e}
} - Ezo- n-l
(129)
Dengan jalan sarna dapat diturunkan daya emisi panas netto dari benda II,
e (1-e)
z
}
E=ecrT4{1II
}-ecrT4
(1-e})(I-ez)-1
(1-eI)(1-eZ)
(130)
Untuk luas permukaan emisi sebesar A, diperoleh arus panas H, dari I ke II (T} >
Tz), sebesar
H = (E} - Ell) A
(131)
dan dapat ditentukan dengan substitusi (129) dan (130)
SOAL-SOAL
1. Bola berongga terdiri atas dua zat masing-masing mempunyai konduktivitas panas
tetap KI dan Kz. Jari-jari bola dari zat pertarna adalah R} dan Ra sedangkan jari-jari
bola dari zat kedua adalah R} dan Rz (Rz> Ra > R}). Pada keadaan tetap tempera-
3.
Dinding setebal L mempunyai temperatur permukaan tetap tl dan tz dan konduktivitas panas zat adalah
K = Ko (1 + at)
dengan Ko suatu konstanta.
a.
b.
---
4.
berisi gas
Suatu ruangan kuliah pada temperatur 20C bila diisi oleh 100 orang menyebabkan
temperatur naik 6C sedangkan bila diisi hanya oleh 25 orang arus panas konveksi
bebas turun menjadi 30%. Tentukanlah temperatur lantai bila ruangan hanya diisi
oleh 25 orang ini !
6.
Dua dinding seluas 25 m2 berdiri sejajar berhadapan masing-masing dengan temperatur tetap 6000K dan 300oK. Jika koefisien emisi permukaan pertama dan kedua
88