Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila
Jakarta
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dunia ini ada berjuta-juta bakteri yang dapat menyerang manusia, ada pula
antimikroba yang berbeda-beda yang memiliki efek untuk menyerang organisme yang
berbeda pula. Sifat-sifat organisme beragam pada antimikroba ada yang menunjukan
kepekaan yang sangat tinggi bahkan ada yang resistant . Untuk mengatasi infeksi bakteri
biasa digunakan antibiotika. Uji kepekaam bakteri terhadap antibiotika perlu diketahui
karena untuk menguji suatu bakteri itu dapat dikalahkan dengan antibiotika tertentu, juga
dapat berguna untuk mengetahui suatu senyawa antimikroba yang baru. Uji sensitivitas
bakteri merupakan cara untuk mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi
sebagai bahan antibakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan
atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah.
Antibiotik maupun jenis-jenis antimikroba lainnya telah umum dikenal dikalangan
masyarakat kita. Penggunaan dari antibiotik dan antimikroba ini pun telah meningkat,
seiring dengan bermunculannya berbagai jenis infeksi yang kemungkinan ditimbulkan oleh
jenis bakteri baru ataupun virus baru. Kenyataannya adalah bahwa penggunaannya di
kalangan awam seringkali disalahartikan dan disalahgunakan, dalam artian seringkali
penatalaksanaan dalam menangani suatu jenis infeksi yang tidak tepat, yang berupa
pemakaian antibiotik dengan dosis dan lama terapi atau penggunaan yang tidak tepat,
karena kurangnya pemahaman mengenai antibiotik itu sendiri. Hal ini pulalah yang
kemudian hari merupakan penyebab utama dari timbulnya resistensi dari obat-obat
antibiotik maupun antimikroba terhadap jenis bakteri tertentu.
Obat-obat antimikroba efektif dalam pengobatan infeksi karena kemampuan obat
tersebut membunuh mikroorganisme yang menginvasi pejamu tanpa merusak sel. Dalam
percobaan ini akan dilakukan uji sensitivitas, yang merupakan suatu teknik untuk
menetapkan sensitivitas suatu antibiotika dengan mengukur efek senyawa tersebut pada
pertumbuhan suatu mikroorganisme, yaitu seberapa besar hambatan pertumbuhan yang
dapat dilakukan oleh antibiotik.
B. Rumusan Masalah
1. Metode umum apa saja yang biasa digunakan untuk menentukan kepekaan suatu
bakteri terhadap antibiotika?
2. Bagaimana cara intepetasi hasil sensitifitas bakteri terhadap antibiotik berdasarkan cara
penipisan seri kaldu pepton, cara difusi agar dan cara penipisan agar lempeng?
3. Bagaimana konsentrasi hambat minimum antibiotik dalam menghambat pertumbuhan
bakteri dan diameter daerah hambat antibiotik terhadap bakteri?
C. Tujuan Praktikum
Mengetahui batas kepekaan/sensitivitas suatu bakteri (peka, setengah peka atau resisten)
terhadap suatu antibiotika yang dinyatakan sebagai konsentrasi hambat minimum (KHM)
suatu antibiotika.
D. Manfaat Praktikum
Dengan melakukan uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotika ini, diharapkan mahasiswa/i
dapat mengetahui metode-metode umum yang digunakan dalam melakukan uji sensitivitas
bakteri seperti cara penipisan seri kaldu pepton, cara difusi agar dan cara penipisan agar
lempeng dan dapat menentukan konsetrasi hambat minimum antibiotik terhadap bakteri
serta dapat menentukan impretasi hasilnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sensitivitas adalah tingkat kerentanan bakteri terhadap bahan kimia, karena berbagai jenis
bahan kimia dapat menghambat pertumbuhan bakteri, misalnya kadar gula yang tinggi, zat warna,
desinfektan, ataupun antibiotika. Metode Uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana
mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta
mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada
konsentrasi/dosis yang rendah. Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan
tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang
memiliki aktivitas antibakteri.
Ada tiga metode yang umum biasa dilakukan untuk menentukan kepekaan suatu bakteri terhadap
antibiotika, yaitu :
1. Cara penipisan seri kaldu pepton (Serial broth dilution method)
Metode dengan cara membuat penipisan/pengenceran antibiotika pada sederetan tabung
reaksi yang berisi perbenihan cair kaldu pepton. Ke dalam tabung-tabung tersebut
dimasukkan bakteri yang akan diperiksa dengan jumlah tertentu dan kemudian
dieram/diinkubasikan. Dengan cara ini akan diketahui konsentrasi terendah antibiotika yang
menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang disebut dengan Konsentrasi Hambat
Minimum (KHM) atau Minimum Inhibitory Concentration (MIC).
2. Cara difusi agar/kertas cakram (The agar diffusion method/medicated paper disc method)
Metode ini menggunakan cakram kertas saring yang mengandung antibiotika/bahan kimia
lain dengan kadar tertentu yang diletakkan di atas lempeng agar yang ditanami bakteri yang
akan diuji, kemudian diinkubasi. Apabila tampak adanya zona hambatan pertumbuhan
bakteri disekeliling cakram antibiotika yang berupa zona bening, maka bakteri yang diperiksa
sensitif terhadap antibiotika tersebut.
3. Cara Penipisan Seri Agar Lempeng (The Agar Plate Serial Dilution Method/ Plate Dilution
Method)
Metode ini memiliki cara yang hampir sama dengan cara penipisan seri kaldu pepton
bedanya terletak dari media yang digunakan. Kelemahan cara ini tidak dapat digunakan
untuk semua jenis bakteri untuk beberapa bakteri yang membentuk koloni yang sangat halus
dalam media agar kaldu pepton contoh Streptococcus atau bakteri yang akan menyebar
pertumbuhannya dalam media padat contoh Proteus cara ini tidak dapat digunakan.
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi atau bakteri yang memiliki
khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri sedangkan toksisitasnya pada
manusia relatif kecil. Antibiotika pertama kali ditemukan oleh sarjana inggris dr. Alexander
Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Penemuan ini dikembangkan dan dipergunakan dalam
terapi tahun 1914 oleh dr. Florey (Oxford) yang kemudian banyak zat lain dengan khasiat antibiotik
diteliti oleh penyidik-penyidik di dunia, akan tetapi hanya beberapa yang dapat digunakan untuk
obat .
Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya infeksi. Gejala infeksi
terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai zat toksik yang dihasilkan mikroba.
Sensitivitas bakteri terhadap antibiotik tergantung kapada kemampuan antibiotik tersebut untuk
menembus dinding sel bakteri. Antibiotik lebih banyak yang efektif bekerja terhadap bakteri Gram
positif karena permeabilitas dinding selnya lebih tinggi dibandingkan bakteri Gram negatif. Jadi
suatu antibiotik dikatakan mempunyai spektrum sempit apabila mampu menghambat pertumbuhan
bakteri Gram positif, sedangkan antibiotik berspektrum luas jika pertumbuhan bakteri Gram positif
dan bakteri Gram negatif dapat dihambat oleh antibiotik tersebut.
Tetrasiklin
Tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin merupakan nama-nama umum untuk tiga
antibiotik yang memiliki sifat biologis dan kimiawi yang serupa. Sebagai kelompok, ketiganya
biasanya dinamakan tetrasiklin. Antibiotik ini dihasilkan oleh bakteri dari genus Streptomyces.
Dianggap sebagai antibiotik berspektrum luas, dan spektrum antimikrobialnya serupa organisme
yang resisten terhadap salah satu di antaranya akan resisten pula terhadap kedua yang lain.
Antibiotik ini digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh banyak bakteri gram negatif
dan beberapa gram positif. Ada beberapa perbedaan di antara persenyewaan-persenyawaan ini
dalam hal stabilitas, toksisitas, dan afinitas terhadap protein. Antibiotik tetrasiklin dapat
mempenetrasi jaringan tubuh sehingga dapat melawan Rickettsia dan C intraseluler. Doksisiklin
merupakan tetrasiklin semisintetik yang memiliki waktu retensi lebih lama dari minosiklin. Antibiotik
ini digunakan untuk mengobati banyak infeksi saluran kencing, pneumonia Mycoplasma, serta
infeksi Chlamydia dan Rickettsia. Tetrasiklin dinamakan sesuai 4 cincin hidrokarbon yang
dimilikinya, juga digunakan sebagai obat alternatif pada sifilis dan gonorrhea. Kerugiannya adalah
tetrasiklin dapat menekan mikrobiota normal pada intestinal dan menyebabkan superinfeksi
Candida albicans. Tetrasiklin berperan menghambat sintesis protein bakteri dengan cara berikatan
pada bagian 16S ribosom subunit 30S, sehingga mencegah aminoasil-tRNA terikat pada situs A
(situs aktif) pada ribosom. Ikatan ini secara alami bersifat reversible.
Cara kerja. Tetrasiklin bekerja dengan cara menghalangi terikatnya RNA (RNA transfer aminoasil)
pada situs spesifik di ribosom, selama pemanjangan rantai peptida. Akibatnya sintesis protein
mengalami hambatan pula.
Resistensi terhadap tetrasiklin. Resistensi bakteri terhadap tetrasiklin dapat muncul bila
dihasilkan membrane sitoplasma yang berbeda (bentuk perubahan) dan mencegah pengikatan
tetrasiklin pada subunit 30S ribosom, sehingga sintesis protein dapat terus berlangsung.
Mekanisme resistensi tetrasiklin lainnya adalah resistensi pompa efflux, didasarkan atas traspor
tetrasiklin keluar sel secara cepat, sehingga mencegah akumulasi tetrasiklin pada dosis toksik,
sehingga sintesis protein bakteri tidak terhambat. Hal ini terjadi akibat adanya mutasi pada gen
yang menyebabkan dihasilkannya protein efflux tetrasiklin. Secara normal, pada saat tetrasiklin
berdifusi melewati membran sitoplasma bakteri, tetrasiklin akan dikonversi dalam bentuk ionik. Hal
ini membuat tetrasiklin tidak lagi dapat berdifusi melewati membran sehingga menyebabkan
akumulasi tetrasiklin di dalam sel, yang akhirnya dapat menghambat sintesis protein bakteri dan
menyebabkan kematian sel bakteri. Protein efflux tetrasiklin adalah protein membran sitoplasma
yang mentraspor bentuk nondifusible tetrasiklin keluar sitoplasma. Pada sel bakteri yang resisten,
tetrasiklin dikeluarkan dari sitoplasma secepat difusinya ke dalam sel, sehingga mencegah
akumulasi tetrasiklin yang dapat menghambat sintesis protein.
BAB III
METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotika
dengan cara penipisan seri kado pepton adalah pipet-pipet steril, tabung-tabung reaksi
steril, rak tabung reaksi. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan yaitu Larutan pengencer
antibiotika (Tetrasiklin HCL 100g/mL), suspensi biakan Escherichia coli dalam kaldu
pepton (24 jam , 25%T) dan media kaldu pepton steril.
Pada metode difusi agar, alat-alat yang digunakan adalah cawan petri steril, pipet
steril, kertas cakram atau pecadang logam steril dan pinset. Sedangkan bahan-bahan yang
digunakan pada metode ini adalah suspensi biakan Escherichia coli dalam kaldu pepton
(24jam,25%T), media agar bersuhu 48oC dan air suling steril.
Pada metode penipisan seri agar lempeng, alat-alat yang digunakan adalah cawan
petri steril, pipet steril, tabung reaksi steril, pensil gelas/OHP pen. Sedangkan bahan-bahan
yang digunakan pada metode ini adalah biakan bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli, larutan pengenceran antibiotika tertrasiklin HCL (mulai 1000g/mL
berturut-turut dibagi 2 sampai 10 pengenceran), air suling steril dan media agar cair
bersuhu 48oC.
B. Cara Kerja
Cara penipisan seri kaldu pepton
Pada percobaan dengan cara penipisan seri kaldu pepton, pertama kali disiapkan 4 tabung
reaksi steril dan beri nomor 1 s.d. 4 . Ke dalam tabung no.1 dan 2 masing-masing dimasukkan 2,7
mL kaldu pepton dan ke dalam tabung no.3 dan 4 masing-masing sebanyak 9 mL. Setelah itu, ke
dalam tabung no. 1 dimasukkan 0.3 mL suspensi biakan Escherichia coli kemudian homogenkan.
Maka pada tabung no.1 terdapat pengenceran bakteri 1:10 . Dari tabung no.1 diambil 0.3 mL lalu
dimasukkan kedalam tabung reaksi 2 (didapat pengenceran 1:100). Selanjutnya, dari tabung no.2
diambil masing-masing 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung no.3 dan 4 (didapat pengenceran
1:1000).
Disiapkan 10 tabung reaksi steril ( diberi nomor 1 s.d.10). Kedalam tabung no.2 s.d 10 masingmasing dimasukkan 0.5 mL media kaldu pepton. Lalu, ke dalam tabung no.1 dan 2 masing-masing
dimasukkan 0.5 mL enceran antibiotika (Tetrasiklin HC 100 g/mL), kemudian dihomogenkan.
Dipindahkan sebanyak 0.5 mL dari tabung no.2 ke tabung no.3,homogenkan, lalu pindahkan 0.5 ml
dari tabung no.3 ke tabung no.4, homogenkan dan seterusnya sampai dengan tabung no.10.
Setelah itu, dimasukkan masing-masing 1,5 mL kedalam tabung-tabung 1 s.d. 10 penipisan bakteri
1 : 1000, kemudian dihomogenkan. Diinkubasikan dalam inkubator 35-37oC selama 18-24 jam dan
ditentukan konsentrasi hambat minimumnya (KHM).
Cara difusi Agar
Pada percobaan uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotika menggunakan cara difusi agar,
Mula-mula disiapkan alat dan bahan lalu dipipet 0.1 mL biakan Escherichia coli ke dalam cawan
petri steril, kemudian tuangkan agar cair bersuhu 48oC, lalu dihomogenkan dan dibiarkan beberapa
menit hingga memadat. Bagian dasar cawan dibagi menjadi 3 bagian dengan menggunakan OHP
pen dan tandai untuk dosi rendah (R), menengah (M), dan tinggi (T). Setelah itu, diambil kertas
cakram dengan menggunakan pinset steril dan jenuhkan dengan cairan antibiotika tetrasiklin HCL
dan kemudian diletakkan di permukaan agar yang telah mengandung suspensi bakteri sesuai
dengan konsentrasi yang akan diuji (rendah, menengah dan tinggi). Diinkubasikan dalam inkubator
bersuhu 37oC selama 18-24 jam lalu amati dan ukur diameter daerah hambat yang dihasilkan.
Cara penipisan seri agar lempeng
Pada percobaan uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotika menggunakan cara difusi agar,
Mula-mula disiapkan alat dan bahan lalu dibuat seri pengenceran 10 konsentrasi dengan
perbedaan satu dengan yang berikutnya 1:2. Pengenceran dibuat dengan cara menyiapkan 10
tabung reaksi steril (diberi nomor 1 sd.10) . Kedalam tabung 1 s.d. 10 dimasukkan 0.5 mL kaldu
pepton lalu kedalam tabung no.1 dan 2 dimasukkan masing-masing 0.5 mL tetrasiklin HCL
100g/mL,homogenkan. Diambil 0.5 mL dari tabung no.2 lalu dimasukkan kedalam tabung no.3,
dari tabung no.3 diambil 0.5 ml dan dimasukkan kedalam tabung no. 4, homogenkan. Dan lakukan
hal yang sama hingga pada tabung no. 10. Setelah pengenceran selesai, disiapkan 10 cawan petri
steril dan diberi no. 1 s.d. 10 dan dibagi menjadi 2 bagian dengan OHP pen untuk bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Dimasukkan masing-masing 1 mL larutan
pengenceran antibiotika ke dalam cawan petri sesuai dengan konsentrasinya, lalu ditambahkan 1520 mL media agar cair yang bersuhu 48oC, homogenkan, biarkan memadat. Setelah memadat,
Diinokulasi kan 1 sengkelit bakteri-bakteri ke dalam cawan (digores) sesuai dengan bidang tanda
bakteri Staphylococcus aureus maupun Escherichia coli. Inkubasikan seluruh cawan dalam
inkubator bersuhu 37oC selama 18-24 jam lalu amati konsentrasi hambat minimumnya (KHM).
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Cara penipisan agar lempeng
Nama antibiotika : Tetrasiklin HCL
Bakteri uji
: Escherichia coli
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut di atas, maka konsentrasi hambat minimum (KHM)
antibiotika Tetrasiklin HCL terhadap bakteri Escherichia coli adalah >20 g/mL
Berdasarkan nilai KHM yang diperoleh, maka bakteri Escherichia coli bersifat resistant
terhadap antibiotika Tetrasiklin HCl
Nama Antibiotik
: Tetrasiklin HCl
Bakteri uji
: Escherichia coli
Berdasarkan hasil percobaan tersebut di atas, maka bakteri uji Escherichia coli besifat
Resistant terhadap antibiotika Tetrasiklin HCl.
: 1. Escherichia coli
2. Staphylococcus aureus
: 25 g/mL
: 50 g/mL
Berdasarkan hasil percobaan diatas, maka kepekaan bakteri-bakteri uji terhadap antibiotika
tetrasiklin HCl adalah :
Bakteri Escherichia coli
: Resistant
: Resistant
B. Pembahasan
Cara Penipisan Seri Kaldu Pepton
o
Pada percobaan uji sensitivitas menggunakan cara penipisan seri kaldu pepton,
dilakukan pengenceran antibiotik dengan konsentrasi yang berbeda-beda hingga
sepuluh konsentrasi didapatkan. Pada saat pengenceran tersebut,suspensi bakteri
yang di masukkan dikocok hingga homogen agar didapat konsentrasi selanjutnya yang
sesuai.
o Alat-alat yang digunakan harus dalam keadaan steril. Saat akan membuat konsentrasi
antibiotik yang berbeda, digunakan pipet volume yang baru, tidak boleh digunakan
berkali-kali untuk memastikan konsentrasi benar-benar sesuai yang diharapkan.
o Pada percobaan ini, digunakan bakteri uji yaitu bakteri Escherichia coli dan antibiotik
yang digunakan adalah Tetrasiklin HCl 100 g/mL. Mikroorganisme uji mengikuti syarat
dari Farmakope Indonesia dimana berumur 24 jam dan mengandung 25%Transmitan
dimana 1mL mengandung 106 bakteri.
o Pada cara penipisan seri kaldu pepton ini, adanya bakteri ditandai oleh keruh tidaknya
larutan pengenceran antibiotik.
o Semakin tinggi konsentrasi pengenceran antibiotik maka semakin tinggi pula pengaruh
antibiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan sebaliknya, semakin rendah
konsentrasi pengenceran antibiotik maka semakin mudah bakteri tumbuh.
o Pada data hasil pengamatan, semua konsentrasi pengenceran berwarna keruh yang
menandakan adanya bakteri di semua konsentrasi pengenceran antibiotik. Pada
konsentrasi 100 g/mL yang merupakan konsentrasi tertinggi pun bakteri tetap tumbuh
oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa konsterasi hambat minimum (KHM) adalah
lebih dari 100 g/mL dan bakteri Escherichia coli dapat dibilang rentan/resistant
terhadap antibiotik Tetrasiklin HCl 100 g/mL .
o Rentan/resistant bakteri terhadap antibiotik kemungkinan dapat disebabkan oleh
antibiotik yang digunakan tidak sesuai atau konsentrasi antibiotik yang digunakan
kurang tinggi sehingga antibiotik tersebut tidak dapat menghambat pertumbuhan
bakteri .
Cara Difusi Agar
o Pada percobaan uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik dengan menggunakan cara
difusi agar ini, digunakan bakteri uji Escherichia coli dan antibiotik terasiklin HCl 100
g/mL. Prinsip cara difusi agar ini adalah membiarkan sampel yang ada dikertas
cakram berdifusi ketempat lain. Pada saat suspensi bakteri dan agar cair dituangkan
kedalam cawan Petri, harus dihomogenkan dengan cara memutar cawan petri dan
dibiarkan memadat.
Pada percobaan ini cawan Petri diberi garis tanda tiga konsentrasi berbeda yaitu dosis
rendah ( 10 g/mL), dosis menengah ( 30 g/mL ) dan dosis tinggi (60 g/mL) dimana
digunakan kertas cakram sebagai media untuk berdifusinya antbiotik disekitarnya untuk
menghambat pertumbuhan bakteri.
o Antibiotik berkerja menghambat bakteri apabila ditandai dengan adanya diameter
daerah hambat di sekitar kertas cakram yang berupa lapisan bening.
o Semakin tinggi dosis antibiotik maka semakin besar diameter daerah hambat yang
dihasilkan
o Pada data pengamatan, tidak diperoleh diameter daerah hambat baik di dosis rendah,
menengah maupun tinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa bakteri Escherichia coli
rentan/resistant terhadap antibiotik tetrasiklin HCl.
Cara Penipisan Seri Agar Lempeng
o Percobaan uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik dengan menggunakan cara
penipisan seri agar lempeng, digunakan bakteri uji Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli dan antibiotik terasiklin HCl 100 g/mL.
o Pada umumnya cara ini sama dengan cara penipisan seri kaldu pepton. Perbedaannya
terletak pada media yang digunakan dimana pada cara penipisan agar lempeng
digunakan media padat (agar). Prinsip pengencerannya sama seperti cara penipisan
seri kaldu pepton dengan perbedaan konsentrasi antibiotika satu dengan yang lain
adalah 1:2.
o Pada saat setelah agar cair dan pengenceran antibiotika dimasukkan,cawan Petri
digoyakan memutar hingga homogen dan ditunggu hingga memadat agar dapat
dilakukan penggoresan.
o Pada data hasil pengamatan, bakteri Staphylococcus aureus pada agar lempeng
tumbuh pada konsentrasi antibiotik rendah, namun pada konsentrasi antibiotik tinggi
(50g/mL dan 100g/mL) bakteri tidak tumbuh sedangkan bakteri Escherichia coli yang
digoreskan pada agar lempeng pada konsentrasi antibiotik rendah tumbuh dan tidah
tumbuh pada konsentrasi antibiotik tinggi (25g/mL, 50g/mL dan 100g/mL). Hal
tersebut dapat menandakan bahwa antibiotik terasiklin HCl pada konsentrasi tinggi
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus maupun Escherichia
coli, namun pada konsentrasi rendah tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
o Dapat disimpulkan konsentrasi hambat minimum (KHM) antibiotika Tetrasiklin HCl
terhadap bakteri Escherichia coli adalah 25g/mL dan Staphylococcus aureus adalah
50g/mL.
o Dan karena kedua bakteri tersebut tidah dihambat pertumbuhannya oleh antibiotik
tetrasiklin HCl dengan konsentrasi tinggi maka dapat dikatakan bahwa bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus rentan/resistant terhadap antibiotik
tetrasiklin HCl.
BAB V
KESIMPULAN
1. Terdapat tiga metode umum untuk menguji sensitivitas bakteri terhdap antibiotika yaitu cara
penipisan seri kaldu pepton, cara penipisan seri agar lempeng dan cara difusi agar.
2. Pada metode penipisan seri kaldu pepton, konsentrasi hambat minimum (KHM) antibiotika
Tetrasiklin HCL terhadap bakteri Escherichia coli adalah >20g/mL Berdasarkan nilai KHM
yang diperoleh, maka bakteri Escherichia coli bersifat rentan/resistant terhadap antibiotika
Tetrasiklin HCl
3. Pada metode difusi agar, Bakteri Escherichia coli besifat rentan/resistant terhadap
antibiotika tetrasiklin HCl yang ditandai tidak adanya diameter daerah hambat di seluruh
konsentrasi antibiotik (dosis rendah,menengah, tinggi).
4. Pada metode penipisan seri agar lempeng, Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus bersifat rentan/resistant terhadap antibiotik tetrasiklin HCl dan konsentrasi hambat
minimum (KHM) pada Escherichia coli adalah 25g/mL dan pada Staphylococcus aureus
adalah 50g/mL.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Cappuccino, James dan Natalie Sherman. Microbiology a Laboratory Manual Eight
Edition. Pearson Benjamin Cummings. New York.
2. Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia Press.Jakarta.
LAMPIRAN