Anda di halaman 1dari 28

leadership

Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi. Antara


lain:
Pertama: kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau
bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk
menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau
bawahan, kepemimpinan tidak akan ada juga.
Kedua : seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or
herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan.
Menurut French dan Raven (1968), kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin dapat
bersumber dari:

Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai
kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang
mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.

Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai
kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan
pemimpinnya

Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin


mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimilikinya.

Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap


sosok pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena
karakteristik pribadinya, reputasinya atau karismanya.

Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin adalah
seeorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian dalam bidangnya.

Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk
mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
Ketiga: kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap
bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian
bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan
orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain
(communication) dalam membangun organisasi. Walaupun kepemimpinan (leadership)
seringkali disamakan dengan manajemen (management), kedua konsep tersebut
berbeda.

Model-Model Kepemimpinan
Banyak studi mengenai kecakapan kepemimpinan (leadership skills) yang dibahas dari
berbagai perspektif yang telah dilakukan oleh para peneliti. Analisis awal tentang kepemimpinan,
dari tahun 1900-an hingga tahun 1950-an, memfokuskan perhatian pada perbedaan karakteristik
antara pemimpin (leaders) dan pengikut/karyawan (followers). Karena hasil penelitian pada saat
periode tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat satu pun sifat atau watak (trait) atau
kombinasi sifat atau watak yang dapat menerangkan sepenuhnya tentang kemampuan para
pemimpin, maka perhatian para peneliti bergeser pada masalah pengaruh situasi terhadap
kemampuan dan tingkah laku para pemimpin.
Studi-studi kepemimpinan selanjutnya berfokus pada tingkah laku yang diperagakan oleh
para pemimpin yang efektif. Untuk memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
tingkah laku para pemimpin yang efektif, para peneliti menggunakan model kontingensi
(contingency model). Dengan model kontingensi tersebut para peneliti menguji keterkaitan
antara watak pribadi, variabel-variabel situasi dan keefektifan pemimpin.
Dalam perkembangannya, model yang relatif baru dalam studi kepemimpinan disebut
sebagai model kepemimpinan transformasional. Model ini dianggap sebagai model yang terbaik
dalam menjelaskan karakteristik pemimpin. Konsep kepemimpinan transformasional ini
mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan dalam pendekatan watak, gaya dan kontingensi.
Berikut ini akan dibahas tentang perkembangan pemikiran ahli-ahli manajemen mengenai
model-model kepemimpinan yang ada dalam literatur.
a) Model Watak Kepemimpinan (Traits Model of Leadership)
Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti tentang
watak individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti misalnya: kecerdasan, kejujuran,
kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, status sosial ekonomi
mereka dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill 1974).
(b) Model Kepemimpinan Situasional (Model of Situasional Leadership)
Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model watak kepemimpinan
dengan fokus utama faktor situasi sebagai variabel penentu kemampuan kepemimpinan. Studi
tentang kepemimpinan situasional mencoba mengidentifikasi karakteristik situasi atau keadaan
sebagai faktor penentu utama yang membuat seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugastugas organisasi secara efektif dan efisien. Dan juga model ini membahas aspek kepemimpinan
lebih berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya berdasarkan watak kepribadian pemimpin.
(c) Model Pemimpin yang Efektif (Model of Effective Leaders)
Model kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah laku
(types of behaviours) para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin dapat

dikatagorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan (initiating structure) dan
konsiderasi (consideration). Dimensi struktur kelembagaan menggambarkan sampai sejauh mana
para pemimpin mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam rangka pencapaian
tujuan organisasi serta sampai sejauh mana para pemimpin mengorganisasikan kegiatan-kegiatan
kelompok mereka.
(d) Model Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Model)
Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan antara
karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-variabel situasional. Kalau
model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan tipe
kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian
yang lebih luas, yakni pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional
dengan watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel 1987).
(e) Model Kepemimpinan Transformasional (Model of Transformational Leadership)
Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif baru dalam studistudi kepemimpinan. Burns (1978) merupakan salah satu penggagas yang secara eksplisit
mendefinisikan kepemimpinan transformasional. Menurutnya, untuk memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang model kepemimpinan transformasional, model ini perlu dipertentangkan
dengan model kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transaksional didasarkan pada
otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya
menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para
bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pemimpin transaksional
cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi.
Untuk memotivasi agar bawahan melakukan tanggungjawab mereka, para pemimpin
transaksional sangat mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada
bawahannya. Sebaliknya, Burns menyatakan bahwa model kepemimpinan transformasional pada
hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk
melakukan tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan.
Pemimpin transformasional dianggap sebagai model pemimpin yang tepat dan yang
mampu untuk terus-menerus meningkatkan efisiensi, produktifitas, dan inovasi usaha guna
meningkatkan daya saing dalam dunia yang lebih bersaing.
Sumber : http://teknikkepemimpinan.blogspot.com/2009/03/pengertian-kepemimpinanleadership.html

Koordinasi

04 A Pengertian Koordinasi
A Pengertian Koordinasi
Menurut G.R. Terry koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk
menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan
suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan
menurut E.F.L. Brech, koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan
memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar
kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri
(Hasibuan, 2007:85).
Terdapat 3 (tiga) macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi seperti
diungkapkan oleh James D. Thompson (Handoko, 2003:196), yaitu:
1. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence), bila satuan-satuan organisasi
tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi
tergantung pada pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.
2. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependece), di mana suatu satuan
organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih dulu sebelum satuan yang lain dapat bekerja.
3. Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence), merupakan hubungan
memberi dan menerima antar satuan organisasi.
Ketiga hubungan saling ketergantungan ini dapat digambarkan seperti terlihat pada diagram
berikut ini.
B. Masalah-Masalah dalam Koordinasi
Peningkatan spesialisasi akan menaikkan kebutuhan akan koordinasi. Tetapi semakin besar
derajat spesialisasi, semakin sulit bagi manajer untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan
khusus dari satuan-satuan yang berbeda. Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch (Handoko,
2003:197) mengungkapkan 4 (empat) tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja yang
mempersulit tugas pengkoordinasian, yaitu:
1. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.
2. Perbedaan dalam orientasi waktu.
3. Perbedaan dalam orientasi antar-pribadi.
4. Perbedaan dalam formalitas struktur.

C. Tipe-Tipe Koordinasi
Menurut Hasibuan (2007:86-87) terdapat 2 (dua) tipe koordinasi, yaitu:
1. Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh
atasan terhadap kegiatan unit-unti, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan
tanggungjawabnya.
2. Koordinasi horisontal adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan
penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang
dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat.
D. Sifat-Sifat Koordinasi
Menurut Hasibuan (2007:87) terdapat 3 (tiga) sifat koordinasi, yaitu:
1. Koordinasi adalah dinamis bukan statis.
2. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator (manajer) dalam
rangka mencapai sasaran.
3. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.
E. Syarat-Syarat Koordinasi
Menurut Hasibuan (2007:88) terdapat 4 (empat) syarat koordinasi, yaitu:
1. Sense of cooperation (perasaan untuk bekerjasama), ini harus dilihat dari sudut bagian per
bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.
2. Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara bagian-bagian,
agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan.
3. Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai.
4. Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai, umumnya akan
menambah kegiatan yang bersemangat.
Namun antara koordinasi dan koperasi berbeda. Menurut Handayaningrat (1985:90) pada
koperasi terdapat unsur kesukarelaan atau sifat suka rela (voluntary attitude) dari orang-orang di
dalam organisasi. Sedangkan koordinasi tidak terdapat unsur kerjasama secara suka rela, tetapi
bersifat kewajiban (compulsory).

F. Ciri-Ciri Koordinasi

Menurut Handayaningrat (1985:89-90) koordinasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:


1. Bahwa tanggungjawab koordinasi adalah terletak pada pimpinan.
2. Adanya proses (continues process).
3. Pengaturan secara teratur usaha kelompok
4. Konsep kesatuan tindakan.
5. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama, kesatuan dari usaha meminta suatu pengertian
kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai kelompok di mana mereka
bekerja.
Adalah suatu sistem di mana informasi dapat di kirimkan ke atas dan kebawah jenjang
organisasi. Misalnya penanganan IDT (inpres desa tertinggal) dari menteri dalam negeri sampai
ke desa tertinggal dan sebaliknya.
b. Sistem Informasi Lateral.
Sistem ini mengabaikan rantai komando. Hubungan lateral (hubungan ke samping atau sejajar)
ini memungkinkan adanya pertukaran informasi yang di butuhkan dapat di pertanggung
jawabkan. Misalnya dalam kasus tanah perlu adanya informasi lateral atau badan pertanahan
nasional, departemen dalam negeri, departemen kehutanan, dan departemen kehutanan.
c. Sistem Informasi Manajer Penghubung.
Manajer penghubung mempunyai wewenang formal atas semua unit yang terlibat dalam sebuah
proyek. Manajer penghubung perlu di laksanakan apabila di perkirakan koordinasi secara efektif
tidak berhasil di laksanakan.

Komunikasi
Komunikasi Dalam Manajemen
A. Definisi komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti
sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita
berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya.
Beberapa definisi komunikasi adalah:
1. Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti atau makna yang
perlu dipahami bersama oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi (Astrid).

2. Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang
pikiran atau perasaan (Roben.J.G).
3. Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang
lain (Davis, 1981).
4. Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain (Schram,W)
5. Komunikasi adalah penyampaian dan memahami pesan dari satu orang kepada orang lain,
komunikasi merupakan proses sosial (Modul PRT, Lembaga Administrasi).
B. Proses Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai kompenen dasar sebagai berikut:
1. Pengirim pesan
2. Penerima pesan
3. Pesan
Semua manajer melibatkan proses komunikasi. Proses komunikasi dapat dilihat pada
skema dibawah ini:
1. Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang
dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang
dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan oleh
pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara
baik dan jelas.
Materi pesan dapat berupa :
a. Informasi
b. Ajakan
c. Rencana kerja
d. Pertanyaan dan sebagainya
2. Simbol atau Isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat
dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk katakata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan
penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku atau
menunjukkan arah tertentu.
3. Media atau Penghubung

Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat kabar, papan
pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang
akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dan sebagainya.
4. Mengartikan kode atau Isyarat
Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka si penerima
pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti atau
dipahaminya.
5. Penerima Pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari sipengirim meskipun
dalam bentuk code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim.
6. Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam
bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak
pesannya terhadap sipenerima pesan.
7. Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai
pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang
mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat komunikasi sehingga
penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya.

C. Hambatan Komunikasi
1. Hambatan dari Proses Komunikasi
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi
dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional. Hambatan
dalam penyandian atau simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas
sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan
penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
2. Hambatan Fisik

Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat
komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan
sebagainya.
3. Hambatan Semantik.
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua
yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima
4. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya;
perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.
D. Definisi Komunikasi Interpersonal Efektif
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang mempunyai efek besar dalam hal
mempengaruhi orang lain terutama perindividu. Secara umum definisi komunikasi interpersonal
adalah Sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang
lain mealui suatu cara tertentu (biasanya dalam komunikasi diadik) sehingga orang lain tersebut
mengerti apa yang dimaksud oleh penyaampaian pikiran-pikiran atau informasi Komunikasi
interpersonal merupakan aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan
cara utuk menyampaikannya dan menerima pikiran-pikiran, informasi, gagasan, perasaan, dan
bahkan emosi seseorang sampai pada titik tercapainnya pengertian yang sama antara
komunikator dan komunikan. Komunikasi interpersonal dikatakan efektif, apabila memenuhi
tiga persyaratan utama, yaitu:

1. Pengertian yang sama terhadap makna pesan indikator komunikasi dikatakan efektif adalah
apabila makna pesan yang dikirim oleh komunikator sama dengan makna pesan yang diterima
oleh komunikan.
2. Melaksanakan pesan suka rela
Indikator komunikasi interpersonal yang efektif adalah bahwa komunikasi menindak lanjut pesan
tersebut dengan perbuatan dan dilakukan secara suka rela, tidak karena dipaksa.
3. Meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi efektivitas dalam komunikasi interpersonal
akan mendorong terjadinya hubungan yang positif terhadap rekan keluarga dan kerja.
E. Komunikasi Interpersonal Efektif Dalam Organisasi
Kepercayaan Interpersonal dan Keterbukaan
Inti sari kerja kelompok adalah saling percaya yang didasarkan pada pertukaran informasi
yang dapat diandalkan. Ini merupakan salah satu azas manajemen yang telah diterima secara

universal. Di pihak lain, persengketaan terjadi di lingkungan sekolah merupakan sebab utama
timbulnya ketegangan yang menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi dan mengurangi
kepercayaan.
Hubungan Interpersonal yang Efektif
Menurut Roger hubungan interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua pihak
memenuhi kondisi berikut :
1. Bertemu satu sama lain.
2. Empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu
sama lain secara berarti.
3. Menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau keberatan.
4. Menghayati pengalaman satu sama lain dengan sungguh-sungguh, bersikap menerima dan
empati satu sama lain.
5. Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan mengurangi
kecendrungan gangguan arti.
6. Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat perasaan aman terhadap
orang lain.
Jarak Kognitif
Osgood dan rekannya banyak melakukan penelitian didalam menentukan cara mengukur
tingkat kesamaan antara kerangka acuan dari dua orang. Dalam suatu penelitiab yang meliputi
300 orang Turki, seorang ahli sosiologi, Lerner, menyatakan bahwaberdasarkan persamaan
kerangka acuan mereka subyek-subyek penelitiannya dapat digolong-golongkan dalam jenis
modern, peralihan dan tradisional. Penggolongan jenis ini ternyata merupakan peramal yang
lenih baik akan pendapat para subyek daripada patokan seperti status, penghuni daerah pinggiran
kota, dan sebagainya.
Prof. Maier mendapatkan suatu penjelasan atas hasil-hasil ketika ia mengakhiri sebuah
penelitian lainya lagi :
Perlu dicatat bahwa kurangnya informasi dari para bawahan mereka tidak menghambat
para atasan mendapat gambaran mengenai kesulitan para bawahannya. Tidak seorang atasanpun
enggan berbicaramengenai hal ini. Para atasan
Empati
Argyris menulis mengenai kemampuan mempertemukan jurang kognitif sebagai salah
satu kemampuan dasar manusia (empati, kecerdasan dan keterampilan melakukan sesuatu).
Berhasilnya penyampaian suatu informasi dipengaruhi oleh kesediaan mendengar. Hanya dengan

mendengra seseorang, seorang komunikator aka dapatmeramalkan dan berantisipasi terhadap


keadaan psikologis intern oran lain.
Rodgers dan Roethlisberger (184:87) berpendapat banyak orang cenderung mengelakkan usaha
memahami orang lain karena :
a. Dengan memahaminya, pendirian si pendengar sendiri akan dapat berubah.
b. Mendengar orang lain dengan seksama dapat mempertinggi emosi, akan sulit diatasi, terutama
jika kerangka acuan pembicara jauh berbeda dengan kerangka acuan pendengar.
Sumber : https://ajengjiwapangestu.wordpress.com/2014/01/15/komunikasi-dalam-manajemen/

Feed back
Pengertian Feedback / Umpan Balik / Balikan
Dalam Bahasa Indonesia ada dua istilah yang sering digunakan untuk mengganti kata
Bahasa Inggris feedback, yaitu umpan bailk dan balikan. Apakah yang dimaksud dengan
balikan? Berikut diberikan defini balikan menurut para ahli psikologi pendidikan:

Pengertian Balikan (Feedback) Menurut Eggen & Kauchak (1994): Balikan atau
umpan balik adalah informasi yang diberikan oleh guru kepada siswa tentang tingkah
laku tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan performa (kinerja) siswa.

Jenis-Jenis Balikan (Feedback)


Guru dapat memberikan balikan dengan beragam cara / bentuk seperti;
Umpan balik verbal
Umpan balik verbal adalah umpan balik secara lisan kepada siswa, biasanya diberikan
saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Umpan balik verbal dapat digunakan dengan lebih
cepat dibanding umpan balik jenis lain.
Umpan balik berupa hasil tes
Hasil tes yang dibagikan kepada siswa dapat menjadi umpan balik kepada mereka tentang
hasil belajar mereka: seberapa banyak penguasaan mereka terhadap materi pembelajaran atau
bagian-bagian mana dari suatu unit pembelajaran yang belum mereka kuasai.
Umpan balik dengan komentar tertulis
Balikan melalui komentar tertulis dapat diberikan pada lembar jawaban ulangan, PR,
tugas, atau LKS yang dikerjakan siswa. Guru memberikan balikan dengan cara menulis
komentar-komentar yang memuat informasi bagaimana seharusnya mereka menjawab soal-soal

ulangan, PR, tugas, atau LKS itu. Tidak hanya sekedar mencoret jawaban-jawaban yang salah
dengan tanda silang, tetapi menuliskan langkah-langkah atau jawaban-jawaban yang tepat.
Umpan balik melalui rekaman audio atau video
Balikan juga dapat diberikan melalui rekaman audio misalnya pada pelajaran membaca puisi,
guru dapat membuat rekaman suara anak yang sedang membaca puisi, lalu memperdengarkan
rekaman tersebut sehingga siswa dapat menyadari pada bait-bait mana ia harus memperbaiki
intonasi bacaannya.
Selain itu balikan dapat pula digolongkan berdasarkan performa (kinerja) siswa dan
tujuan pemberiannya kepada siswa, yaitu:
Balikan Negatif (Negative Feedback)
Umpan balik negatif diberikan kepada siswa yang performanya masih belum sesuai harapan
guru. Pada balikan negatif ini, guru memberikan informasi bahwa performa siswa belum bagus
disertai contoh bagaimana mereka seharusnya performa mereka. Tujuan diberikannya umpan
balik negatif bersifat korektif, sehingga siswa dapat memperbaiki performanya.
Balikan Positif (Positive Feedback)
Balikan positif atau umpan balik positif diberikan kepada siswa dengan tujuan siswa akan
mempertahankan kinerja (performa)-nya di masa yang akan datang. Balikan positif sebaiknya
dibarengi dengan penghargaan (reward) / penguatan (reinforcement) misalnya berupa pujian atau
tepuk tangan, atau bentuk lainnya. Pada balikan positif guru memberikan informasi tentang
performa siswa yang sudah bagus.
Prinsip-Prinsip Pemberian Feedback yang Efektif
Beberapa prinsip yang harus dipegang oleh guru saat memberikan balikan kepada siswa adalah :

1. Berikan Feedback Sesegera Mungkin


2. Berikan Feedback Yang Spesifik
3. Tekankan Pada Tingkah Laku Atau Hal Yang Ingin Dikoreksi, Bukan Yang Lain
4. Berikan Feedback Sesuai Tingkat Perkembangan Anak
5. Berikan Penghargaan (Reward) Bersama Balikan Positif
6. Berikan Contoh Bersama Balikan Negatif
7. Bantulah Siswa Untuk Tetap Fokus Pada Proses, Bukan Pada Hasil
8. Ajarkan Siswa Bagaimana Memperoleh Feedback dari Dirinya Sendiri
Hubungan Balikan dengan Motivasi Belajar
Beberapa hal berikut menunjukkan bahwa balikan (feedback) mempunyai hubungan yang erat
dengan motivasi belajar siswa:

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa balikan (feedback) berkorelasi positif


dengan motivasi belajar. Guru yang memberikan feedback secara efektif (sesuai dengan
prinsip-prinsip) pemberian feedback akan meningkatkan motivasi belajar siswa.

Untuk meningkatkan motivasi belajar, hal yang penting yang harus diingat guru saat
memberikan balikan (feedback) terutama yang bersifat negatif adalah jaminan rasa aman
(nyaman) siswa. Guru harus memberikan balikan negatif dengan kehangatan,
keramahtamahan, dan jauh dari kesan mengejek atau merendahkan, sehingga siswa tetap
nyaman meskipun mendapatkan koreksi atau balikan yang bersifat negatif (Arends,
1997).

Selain itu, menurut Kulik & Kulik, 1988 dalam Slavin, 1997: Agar feedback dapat
memberikan motivasi kepada siswa, maka feedback harus diberikan dengan jelas dan
spesifik. Ini penting bagi semua tingkat perkembangan siswa, terlebih lagi bagi siswa
kelas rendah.

Sumber : http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/02/feedback-balikan-motivasibelajar.html

Planig

Perencanaan (Planning) Dalam Manajemen Pendidikan


Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan
strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan organisasi atau perusahaan
dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dengan demikian dalam mananjemen pendidikan hendaknya memperhatikan perencanaan,
karena perencanaan merupakan awal dari segala aspek yang akan dilakukan dalam manajemen
pendidikan, selain langkah awal perencanaan merupakan aktifitas untuk memilih berbagai
alternative tindakan yang kesemua itu bermuara kepada suatu target yang harus dicapai. Asnawir
menyatakan bahwa langkah-langkah dalam perencanaan adalah sebagai berikut:
1. Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai;
2. Meneliti masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan;
3. Masalah-masalah atau informasi-informasi yang diperlukan;
4. Menentukan tahap-tahap atau rangkaian tindakan;
5. Merumuskan bagaimana masalah-masalah tersebut akan dipecahkan dan
pekerjaan pekerjaan itu harus diselesaikan;

bagaimana

6. Menentukan siapa yang akan melakukan dan apa yang mempengaruhi pelaksanaan
tindakan tersebut;
7. Menentukan cara bagaimana mengadakan perubahan dalam penyusunan rencana;
Perencanaan yang dibuat berguna untuk ;
1. Mengurangi ketidakpastian dan perubahan pada waktu mendatang. Tidak berarti rencana
yang telah disusun harus dilakukan, tetapi dalam kondisi tertentu mungkin perlu ada
penyesuaian-penyesuaian.
2. Mengarahkan perhatian pada tujuan ;Perencanaan dibuat sebagai penentu arah
pencapaian tujuan. Tujuan inilah yang akan dituju oleh semua anggota organisasi,
mungkin metode atau cara pencapaiannya berubah-ubah sesuai dengan situasi dan
kondisi.
3. Penghematan biaya, Dengan adanya perencanaan memungkinkan diadakan penghematanpenghematan.

4. Merupakan sarana pengendalian. Hasil kerja yang telah dilakukan sulit diukur apabila
tidak ada perencanaan terlebih dahulu yang akan dipakai sebagai standar. (Basuswata,
1993)
Dapat dipahami bahwa perencanaan dalam manajemen pendidikan merupakan kunci
utama dalam aktivitas berikutnya, aktivitas lain tidak akan berjalan dengan baik, bahkan
mungkin gagal jika tidak didahului oleh perencanaan. Jika tidak perencanaan, maka semua
aktivitas dalam pendidikan tidak akan jalan dengan baik. Sedangkan lainnya hanya bersifat
menjalankan saja, meskipun demikian bagian yang lain pun mempunyai peranan yang penting
dalam mewujudkan tujuan.
Perencanaan dapat diklasifikasikan atau dikelompokan menurut : frekuensi, daya laku, prioritas,
fungsi, ruang lingkup, dan formalitasnya.
Menurut frekuensi dibagi menjadi perencanaan insidental dan perencanaan rutin.

Perencanaan insidental adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan atau masalah
yang bersifat incidental.

Perencanaan rutin adalah perencanaan yang dibuat secara rutin untuk kegiatan-kegiatan
yang dilakukan berulang-ulang.

Selain itu, menurut frekuensi perencanaan juga bisa dibagi menjadi perencanaan satu kali
pakai dan perencanaan berulang-ulang .
Menurut daya laku, perencanaan dibagi menjadi perencanaan jangka pendek, jangka menengah,
dan jangka panjang.

Perencanaan jangka pendek apabila perencanaan tersebut berjangka waktu sampai 1


tahun,

Perencanaan jangka menengah atau sedang berjangka waktu antar 1 tahun sampai 5
tahun,

Perencanaan jangka panjang memakan jangka waktu lebih dari lima tahun (jangka waktu
ini sifatnya relatif).

Menurut daya laku perencanaan juga dapat dibagi menjadi perencanaan darurat ,
perencanaan sementara, dan perencanaan definitif. Perencanaan darurat adalah perencanaan yang
dibuat dalam kondisi darurat, dan akan segera diadakan peninjauan kembali apabila keadaan
sudah normal.Perencanaan sementara adalah perencanaan yang dibuat sambilmenunggu
ketentuan lebih lanjut, setelah ada kejelasan masalahnya. Perencanaan definitif adalah

perencanaan yang sudah bersifat final atau tetap, tidak diadakan perubahan lagi kecuali ada
kondisi yang mengharuskan adanya peninjauan lagi.
Perencanaan pendidikan saat ini menggunakan proposisi sbb:
1. Perencanaan pendidikan harus menggunakan pandangan jangka panjang;
2. Perencanaan pendidikan harus bersifat komprehesif , artinya meliputi keseluruhan system
pendidikan (baik formal maupun nonformal);
3. Perencanaan pendidikan harus diintegrasikan kepada pembangunan masyarakat yang
leboh luas. Artinya memperhatikan pembangunan ekonomi, social budaya, politik, dan
hankam;
4. Perencanaan pendidikan harus menjadi bagian integral dari manajemen pendidikan.
Perencanaan harus berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dan
pelaksanaannya;
5. Perencanaan pendidikan harus memperhatikan kuantitas dan kualitas pendidikan .
Pendidikan harus direncanakan dengan memperhatikan relevansi efisiensi, dan efektifitas.
Dalam merencanakan pendidikan perlu memperhatikan masalah-masalah pokok pendidikan
sebagai berikut;
1. Bagaimana menentukan prioritas tujuan dan fungsi system pendidikan dan subsistemnya;
2. Bagaimanakah cara menentukan cara yang terbaik dalam mencapai
tujuan dan fungsi tersebut;
3. Bagaimanakah perbandingan sumber daya yang dimiliki masyarakat
dialokasikan untuk pendidikan dibanding dengan peruntukan yang lain;
4. Bagaimanakah pembiayaan pendidikan dilakukan dan didistribusikan ke masyarakat, dan
siapa saja yang membiayai pendidikan;
5. Bagaimana keseluruhan sumber daya pendidikan dialokasikan untuk masing-masing jenis
dan komponen pendidikan.
Suatu rencana dikatakan baik, apabila;
1).

Mempermudah tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya;

2). Bersifat lues, artinya mengandung kemungkinan untuk perubahan-perubahan yang dengan
perkembangan dan situasi yang terjadi;

3). Bersifat rasional, artinya disusun berdasarkan fakta dan data, bukan merupakan hasil
khayalan dan dugaan yang tak berdasar;
4).

Bersifat sederhana, artinya mudah dimengerti oleh pelaksana;

5). Harus bersifat praktis, artinya mudah dilaksanakan dan tidak bersifat
abstrak dan idealis;
Sumber : https://a410080205.wordpress.com/2012/01/12/perencanaan-planning-dalammanajemen-pendidikan/

Organisasing
Pengorganisasian (Organizing)
Asnawir menyatakan bahwa pengorganisasian adalah aktivitas penyusunan, pembentukan
hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Akitivitas mengumpulkan segala tenaga untuk membentuk suatu
kekuatan baru dalam rangka mencapai tujuan merupakan kegiatan dalam manajemen, karena
pada dasarnya mengatur segala sesuatu yang ada dalam sebuah organisasi maupun suatu lembaga
adalah kegiatan pengorganisasian.
Kegiatan menyusun berbagai elemen dalam sebuah lembaga pendidikan maupun instansi
merupakan kegiatan manajemen yang secara khusus disebut sebagai pengorganisasian, hal ini
makin memperjelas bahwa di antara fungsi manajemen adalah menyusun dan membentuk
berbagai hubungan kerja dari berbagai unit untuk menjadi sebuah tim yang solid, dari tim yang
solid akan memberi kekuatan. Apabila terjadi kesatuan kekuatan dari berbagai elemen sistem
untuk mencapai tujuan dalam lembaga maupun organisasi maka manajemen dianggap berhasil.
Ramayulis menyatakan pengorganisasian dalam manajemen sebagai upaya penetapan
struktur peran-peran dengan cara membuat konsep-konsep kegiatan-kegiatan yang diperlukan
untuk mewujudkan tujuan. Hal ini makin memperjelas posisi pengorganisasin dalam manajemen,
konsep pengorganisasian tersebut secara jelas memberikan gambaran bahwa dalam manajemen
ada upaya untuk melakukan peran-peran yang berbeda dalam rangka mewujudkan tujuan
bersama, meskipun berbeda-beda dalam peran tetapi kesemua peran dan aktivitas tersebut
bermuara kepada satu tujuan yaitu pencapaian target-target yang telah disepakati sebelumnya.
Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan
sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah
ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan.
Pengoragnisasian yang baik akan tercermin dari stuktur organisasi yang meliputi aspek-aspek
sbb: pembagian kerja, departemen mentalisasi, badan organisasi normal, rantai perintah dan

kesatuan perintah, tingkat hirarki manajemen, saluran komunikasi, penggunaan komite, dan
rentan manajemen dan kelompok-kelompok informal yang tidak dapat dihindarkan.
Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan nama
organisasi dikelola.Faktor-faktor yang menentukan perencanaan struktur organisasi adalah:
1. Strategi organisasi umtuk mencapai tujuannya
2. Teknologi yang digunakan
3. Anggota atau karyawanyang terlibat dalam organisasi
4. Ukuran organisasi
Departementalisasi dalam organisasi ada beberapa pendakan yang dilakukan diantaranya:
1. Departementalisasi fungsional artinya mengelompokkan pekerjaan berdasarkan fungsi
atau kegiatan sejenis.
2. Departementalisasi divisional artinya pengelompakkan kegiatan dengan menggunakan
devisi.
Bagan organisasi ini akan menunjukkan rantai perintah dan kesatuan perintah, serta tingkat
hirarki manajemen dan saluran komunikasi.
Penggunaan komite ini digunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tertentu kadang
organisasi membentuk komite.
Kelompok informal terbentuk untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusiawi yang tidak
sepenuhnya bias dipuaskan hubungan formal.
Sumber : https://a410080205.wordpress.com/2012/01/11/pengorganisasian-organizing-dalammanajemen-pendidikan/

Actiating
Pengertian Actuating
Actuating adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua agar semua anggota
kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan perencanaan manejerial dan
usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya menggerakkan orang-orang agarmau bekerja
dengan sendirinya atau dengan kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan
dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan. Actuating

adalah Pelaksanaan untuk bekerja. Untuk melaksanakan secara fisik kegiatan dari aktivitas
tesebut, maka manajer mengambil tindakan-tindakannya kearah itu. Seperti : Leadership
( pimpinan ), perintah, komunikasi dan conseling ( nasehat).
Menggerakkan (actuating) menurut Tery berarti merangsanganggota-anggota kelompok
melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dankemauan yang baik. Tugas menggerakkan
dilakukan oleh pemimpin.Oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah mempunyai
perananpenting dalam menggerakkan personal sekolah melaksanakan program kerjanya.
Menurut Keith Davis, Actuating adalah kemampuan membujuk orang-orang mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan dengan penuh semangat.
George

R. Terry (1986) mengemukakan

bahwa

actuating

merupakan

usaha

menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan


berusaha untuk mencapai sasaranperusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut
oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran tersebut. Dari pengertian di atas,
pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi
kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat
melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.Hal
yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang
karyawan akan termotivasi untukmengerjakan sesuatu jika :
a. Merasa yakin akan mampu mengerjakan,
b. Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagidirinya,
c. Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yanglebih penting, atau mendesak,
d. Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan
Bagian yang termasuk dalam manajemen pengarahan sebagai berikut:
Motivasi: Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan memelihara
perilaku manusia. Motivasi merupakan subyek yang penting bagi manajer, karena menurut
definisi manajer harus bekerja dengan dan melalui orang lain. Manajer perlu memahami orang
orang berprilaku tertentu agar dapat mempengaruhinya untuk bekerja sesuai dengan yang
diinginkan organisasi. Motivasi adalah subyek membingungkan, karena motif tidak dapat
diamati atau diukur secara langsung, tetapi harus disimpulkan dari perilaku orang yang tampak.

Komunikasi dalam Organisasi: Komunikasi adalah kegiatan untuk para manajer mencurahkan
sebagian besar proporsi waktu mereka. Proses komunikasi memungkinkan manajer untuk
melaksanakan tugas-tugas mereka. Informasi harus dikomunikasikan kepada para manajer agar
mereka mempunyai dasar perencanaan, rencana-rencana harus dikomunikasikan pada pihak lain
agar dilaksanakan.
Kepemimpinan manajerial didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian
pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.
Implikasi penting dalam definisi tersebut yaitu: pertama, kepemimpinan menyangkut orang lain
bawahan atau pengikut; kedua, kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang
tidak seimbang di antara pimpinan dan anggota kelompok; ketiga, pemimpin dapat juga
memberikan pengaruh.
Pentingnya Actuating dalam Organisasi
Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan
orang-orang dalam organisasi. Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila
tidak diikuti dengan penggerakan seluruh potensi sumber daya manusia dan nonmanusia pada
pelaksanaan tugas. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai
visi, misi dan program kerja organisasi. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi
dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program
kerja organisasi yang telah ditetapkan.
Sumber :
Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.

Controlling
ENGAWASAN (CONTROLING) DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN
A.

Pengertian
Dalam menjalankan sebuah instansi pendidikan formal perlu dilakukan proses konstruksi

dan manajerial sistem yang baik. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan aktifitas dari manajamen
pendidikan. Aktivitas di dalam manajemen itu sendiri meliputi proses perencanaan,

pengorganisasian,penggerakan, dan pengawasan. Dalam manajemen pendidikan, terdapat banyak


aspek yang subtantif seperti kurikulum, peserta didik, sumber daya manusia, sarana prasarana,
keuangan dan hubungan masyarakat. Sangatlah tidak mudah dalam melakukannya secara
keseluruhan, terlebih ketika proses manajemen telah berjalan. Maka dari itu sangatlah penting
proses pengawasan (controlling) dilakukan agar sinergisitas seluruh aspek berjalan.
pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan
perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasai dan mengambil tindakan koreksi yang
menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan
efisien. (Robert J. Mockler).
Adapun fungsi dari pengawasan pada manajerial sebuah instansi pendidikan adalah:
1.

Menghindari terjadinya penyimpangan program

Dengan dilakukan pengawasan, maka program pendidikan yang ditetapkan pada awal
manajemen dapat berjalan berdasarkan perencanaan yang over all.
2.

Meningkatkan kualitas kerja

Dengan menerapkan kontrol manajemen, berarti juga menerapkan fungsi pengawasan kerja,
yang berdampak pada peningkatan kualitas kerja
3.

Memperoleh umpan balik (feed back)

Lewat kontrol manajemen yang dilakukan, maka administrator pendidikan yang melaksanakan
kontrol akan memperoleh pengalaman dan penemuan-penemuan kasus yang dapat dipergunakan
sebagai bahan evaluasi yang nantinya dilakukan penyempurnaan kegiatan kontrol.
4.

Mengajak secara mendidik

Pengawasan manajemen juga dapat berfungsi sebagai terapan. Dengan control, adminstrator
pendidikan dapat menerapkan secara langsung dan tidak langsung, secara efektif dan efisien,
secara persuasif yang bersifat mendidik kepada para personil program untuk memahami untuk
maksud dan tujuan kegiatan yang dilakukan.
5.

Mengukur seberapa jauh pencapaian program pendidikan

Dengan mengetahui seberapa jauh tingkat ukur kemampuan dari manajemen yang diterapkan
maka akan dapat dilakukan proses peningkatan pada tindak lanjut program manajemen
selanjutnya

Fungsi kontrol (pengawasan pendidikan) sangat penting, karena erat kaitannya dengan
pelaksanaan dan hasil yang diharapkan oleh sistem pendidikan. Fungsi kontrol pendidikan tetap
mengacu dalam tiga hal, yakni berfungsi sebagai sensor, komparator, dan activator.
B.

Jenis-jenis Pengawasan
Adapun jenis-jenis pengawasan adalah sebagai berikut:

1.

Pengawasan Intern dan Ekstern,

a.

Pengawasan Intern, pengawasan yang dilakukan oleh orang dari badan atau unit ataupun

instansi di dalam lingkungan unit tersebut. Dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung
atau pengawasan melekat (built in control).
b.
Pengawasan Ekstern, pengawasan yang dilakukan di luar dari badan/unit/instansi tersebut.
UUD 1945 pasal 23E: Untuk memeriksa pegnelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan
negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yg bebas dan mandiri
2.
Pengawasan Preventif (sebelum kegiatan dilaksanakan) dan Represif (setelah kegiatan
dilaksanakan)
3.
Pengawasan Aktif (dekat) dan Pasif
a.
Pengawasan aktif merupakan jenis pengawasan yang dilaksanakan di tempat kegiatan yg
bersangkutan,
b.
Pengawasan

pasif

Melakukan

penelitian

dan

pengujian

terhadap

surat-surat

pertanggungjawaban yang disertai dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran.


4.
Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtmatigheid) dan kebenaran materiil
mengenai maksud & tujuan pengeluaran (doelmatigheid).
C.

Langkah dan Jenis Pengendalian


Mochler dalam Stoner James, A. F. (1988) menetapkan empat langkah dalam proses

pengendalian, yaitu sebagai berikut:


1.

Menentukan standar dan metode yang digunakan untuk mengukur prestasi.

2.

Mengukur prestasi kerja.

3.

Menganalisis apakah prestasi kerja memenuhi syarat.

4.

Mengambil tindakan pemantik / koreksi


Stoner James, A. F. dan Wankel, Charles (1988) juga mengelompokkan jenis-jenis

metode pengendalian dalam empat jenis, yaitu:


1.

Pengendalian Pra-Tindakan (pre-action control)

2.

Pengendalian Kemudi (Steering Control) atau Pengawasan Umpan Maju (Freeforward

Control)
3.
Pengendalian Secara Skrining atau Pengendalian Ya/Tidak (Screening or Yes/No Control)
4.
Pengendalian Purna-Karya (Post-Action Control)
D.

Fitur Fungsi Pengendalian


Berikut ini adalah karakteristik dari fungsi kontroling:

1.

Kontroling adalah akhir fungsi, fungsi tersebut dilakukan sekali yang dibuat dalam

konformitas dengan rencana.


2.
Kontroling adalah fungsi yang meluas, berarti itu dilakukan oleh manajer pada semua
tingkatan dan dalam semua jenis masalah.
3.
Kontroling adalah melihat ke depan, karena kontrol yang efektif tidak mungkin tanpa masa
lalu dikontrol. Mengontrol selalu melihat ke masa depan sehingga tindak lanjut
dapat dibuat bila diperlukan.
4.
Kontroling adalah proses dinamis, karena mengendalikan memerlukan mengambil metode
reviewal, perubahan harus dibuat sedapat mungkin.
5.
Kontroling terkait dengan perencanaan, Perencanaan dan Pengendalian adalah dua fungsi
inseperabel manajemen. Tanpa perencanaan, pengendalian adalah latihan berarti dan tanpa
mengontrol, perencanaan tidak berguna. Perencanaan mengandaikan mengendalikan dan
mengontrol perencanaan berhasil.
Sumber : http://syamsuddincoy.blogspot.com/2012/02/pengawasan-controling-dalammanajemen.html

Keterampiln teknik
Manajemen teknik adalah bentuk spesialisasi dari ilmu manajemen yang fokus pada aplikasi di
bidang teknik, yang pada umumnya untuk urusan bisnis. Manajemen teknik adalah karier yang
menyatukan kaidah penyelesaian masalah teknologi dan kemampuan organisasi, administratif,
dan perencanaan dari ilmu manajemen.[1]
Contoh bidang keteknikan yang melibatkan manajemen teknik adalah pengembangan
produk, manufaktur, konstruksi, teknik desain, teknik industri, dan bidang lain yang
mempekerjakan banyak insinyur dari berbagai bidang.

Manajer teknik yang terampil akan membutuhkan pelatihan dan pengalaman di bidang
bisnis dan keteknikan. Manajer yang kurang pemahaman terhadap ilmu teknik akan kesulitan
mendayagunakan dan memanfaatkan peran tim teknisnya, dan manajer yang kurang pengalaman
di bidang bisnis akan kesulitan dalam mencocokkan kebutuhan pasar dan memasarkan produk
dan jasa. Secara umum, manajer teknik mengatur para insinyur yang seringkali bergerak tanpa
pemikiran entrepreneurship, dan mendayagunakan kemampuan mereka untuk mencapai tujuan
bisnis. Insinyur teknik seringkali berubah posisi, seringkali kenaikan jabatan, menjadi manajer
teknik ketika sudah bekerja di dalam perusahaan selama beberapa waktu karena sudah
mendalami unsur bisnis dan manajemen perusahaan.
Riset operasi dan manajemen rantai suplai
Riset operasi berhubungan dengan model kuantitatif dari operasi kompleks dan
menggunakan model tersebut untuk mendukung pengambilan keputusan dalam berbagai sektor
industri dan jasa. Manajemen rantai suplai adalah proses perencanaan, implementasi, dan
pengaturan aliran barang, jasa, dan informasi terkait dari satu tempat ke tempat lain.[6]
Teknologi informasi
Teknologi informasi memfokuskan pada bagaimana teknologi didesain dan diatur untuk
mendukung pengambilan keputusan yang efektif. Topik yang berhubungan meliputi
Teknik pengambilan keputusan (decision engineering) merujuk pada penggunaan prinsip
keteknikan dalam membuat keputusan. Dari sudut pandang ini, pembuatan keputusan meliputi
persetujuan sasaran, pengembangan spesifikasi detail, dan pembuatan model keputusan, dengan
menangkap elemen kunci sebab-akibat pada lingkungan keputusan dengan fokus pada keputusan
tertentu. Model keputusan bisa menjadi subjek dari peninjauan penilaian kualitas, dan senantiasa
didokumentasikan untuk perbaikan proses.
Manajemen teknologi
manajemen teknologi membangun pondasi topik manajemen dalam akuntansi, keuangan,
ekonomi, perilaku organisasi, dan desain organisasi; berurusan dengan operasinal dan
permasalahan organisasi terkait pengaturan inovasi dan perubahan teknologi.[6]
Fungsi Manajemen Manajemen terbagi atas empat fungsi yaitu :
1. Fungsi Perencanaan / Planning Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan
perusahaan dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan tersebut.
2. Fungsi Pengorganisasian / Organizing Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan
pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk
menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan.

Organizing atau pengorganisasian ini meliputi:


1. Penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yg dibutuhkan utk mencapai
tujuan organisasi.
2. Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yg akan dapat
membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan.
3. Penugasan tanggung jawab tertentu
4. Pendelegasian wewenang yg diperlukan kepada individu-individu utk melaksanakan tugasnya.
3. Fungsi Pengarahan / Directing / Leading Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi
kepemimpinan manajer untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta
menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya.
4. Fungsi Pengendalian / Controling Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas menilai kinerja
berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika
diperlukan. Ciri-ciri manajemen Terdapat empat ciri manajemen yaitu :
1. ada tujuan yang hendak dicapai
2. ada pemimpin (atasan)
3. ada yang dipimpin (bawahan)
4. ada kerja sama. Khusus menyangkut masalah pemimpin (atasan) harus memiliki berbagai
kemampuan ( skills).
Kemampuan ( skills) yang dimaksud terdiri dari:
1. Managerial skills (entrepreneurial), yaitu kemampuan untuk mempergunakan kesempatan
secara efektif serta kecakapan untuk memimpin usaha-usaha yang penting.
2. Techological skills, yaitu keahlian khusus yang bersifat ekonomis teknis yang diperlukan pada
pelaksanaan pekerjaan ekonomis.
3. Organisational skills, yaitu kecerdasan untuk mengatur berbagai usaha.

Keterampilan Manajer
Secara umum, terdapat emat keterampilan manajer pada masing-masing tingkat manajer:
1. Keterampilan konseptual

Ketrampilan atau kemampuan mental untuk mengkordinasikan dan mengintegrasikan seluruh


kepentingan dan kegiatan organisasi.
2. Keterampilan Kemanusiaan
Kemampuan untuk saling bekerja sana dengan memahami dan memotivasi orang lain.
3. Keterampilan Administrasi
Kemampuan yang ada hubungannya dengan fungsi manajemen yang dilakukan.
4. Keterampilan Teknik
Kemampuan untuk menggunakan peralatan-peralatan, prosedur, dan metode dari suatu bidang
tertentu.
Jadi semakin tinggi kedudukan seseorang, semakin banyak memerlukan keterampilan
administrasi/manajemen, tetapi keterampilan operasionalnya semakin rendah. Sebaliknya
semakin rendah kedudukan seseorang, maka keteramplian operasionalnya semakin tinggi,
sedangkan keterampilan administrasinya manajemennya makin rendah.
Dengan bahasa yang sederhana, sebetulnya ketiga jenis tingkatan manajemen tersebut
bekerja pada waktu yang sama, tetapi jenis kegiatannya berbeda. Manajemen Tingkat Atas lebih
banyak bekerja dengan pikiran, sedikit sekali bekerja secara fisik atau tenaga. Manajemen
Tingkat Menengah, antara kerja pikir dengan kerja fisik boleh dikatakan seimbang. Sedangkan
Manajemen Tingkat Bawah, bekerja dengan pikiran sedikit sekali, sementara dengan fisik atau
tenaga amat besar/banyak.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_teknik

Keterampilan konsep
Keterampilan Konseptual, yaitu membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi.
Gagasan atau ide tersebut dijabarkan menjadi rencana kegiatan yang disebut proses
perencanaan / rencana kerja. Termasuk juga memiliki visi yang jauh kedepan, misi yang jelas,
program kerja yang real, strategi, dan terus menjaga nilai competitive advantage sebuah
organisasi.
Kerangka Konsep
Shrode Dan Voich (1986), menyatakan bahwa kerangka dasar manajemen meliputi :
Philosophy, Assumptions, Principles, and Theory, which are basic to the study of any dicipline
of Management. Dapat dikatakan bahwa falsafah merupakan pandangan atau persepsi tentang
kebenaran yang dikembangkan dari berpikir praktis. Bagi seorang manajer falsafah merupakan
cara berpikir yang telah terkondisikan dengan lingkungan, perangkat organisasi, nilai nilai dan

keyakinan yang mendasari tanggung jawab seorang manajer. Falsafah seorang manajer dijadikan
dasar untuk membuiat asumsi asumsi tentang lingkungan, peran organisasinya, dan dari asumsi
ini lahir prinsip prinsip yang dihubungkan dengan kerangka atau garis besar untuk bertindak.
Seperangkat prinsip yang berkaitan satu sama lain dikembangkan dan diuji dengan pengalaman
sebelum menjadi teori. Untuk manajer suatu teori tentang manajemen sangat berfungsi dalam
memecahkan masalah masalah yang timbul. Oleh karena itu, falsafah, asumsi, prinsip
prinsip, dan teori tentang manajemen merupakan landasan managerial yang harus dipahami dan
dihayati oleh manajer.
Deskripsi Konsep
1. a.

Esensi Falsafah Manajemen

Setiap jenis pengetahuan termasuk pengetahuan manajemen mempunyai ciri ciri yang spesifik
mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistimologi), dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan
manajemen tersebut disusun. Ketiganya berkaitan satu sama lain (sistem). Ontologi ilmu terkait
dengan epistimologi, dan epistimologi terkait dengan asiologi dan seterusnya.
1. b.

Esensi Teori Manajemen

Teori manajemen mempunyai peran (role) atau membantu menjelaskan perilaku organisasi yang
berkaitan dengan motivasi, produktivitas dan kepuasan (satisfaction). Karakteristik teori
manajemen secara garis besar dapat dinyatakan: 1) mengacu pada pengalaman empirik, 2)
adanya keterkaitan antara satu teori dengan teori lain, 3) mengakui kemungkinan adanya
penolakan.
1. c.

Esensi Prinsip Manajemen

Pentingnya prinsip prinsip dasar dalam praktik manajemen antara lain : 1) menentukan cara /
metode kerja; 2) pemilihan pekerja dan pengembangan keahliannya; 3) pemilihan prosedur kerja;
4) menentukan batas batas tugas; 5) mempersiapkan dan membuat spesifikasi tugas; 6)
melakukan pendidikan dan latihan; 7) menentukan system dan besarnya imbalan. Semua itu
dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, dan produktivitas kerja.
1. d.

Kegiatan Praktik Manajerial

Praktik manajerial adalah kegiatan yang dilakukan oleh manajer. Apabila manajemen dipandang
sebagai serangkaian kegiatan atau proses, maka proses itu akan mencakup bagaimana cara
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai sumber untuk mencapai tujuan organisasi
(produktivitas dan kepuasan) dengan melibatkan orang, teknik, informasi, dan struktur yang telah
dirancang. Kegiatan manajerial ini meliputi banyak aspek, namun aspek utama dan sangat
esensial yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading), dan
pengawasan (controlling).
1. e.

Sumber Daya Pendidikan

Banyak sumber daya manajemen yang terlibat dalam organisasi atau lembaga lembaga
termasuk lembaga pendidikan, antara lain : manusia, sarana dan prasarana, biaya, teknologi, dan
informasi. Namun demikian sumber daya yang paling penting dalam pendidikan adalah sumber
daya manusia. Bagaimana manajer menyediakan tenaga, bakat kreativitas dan semangatnya bagi
organisasi. Karena itu tugas terpenting dari seorang manager adalah menyeleksi, menepatkan,
melatih dan mengembangkan sumber daya manusia. Persoalannya pengembangan sumber daya
manusia mempunyai hubungan yang significant dengan produktivitas dan pertumbuhan
organisasi, kepuasan kerja, kekuatan dan profesionalitas manajer.
Sumber : https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/12/26/definisi-dan-ruang-lingkupmanajemen-pendidikan/

Anda mungkin juga menyukai